BAB I
Preliminary Design (Pra Dimensi)
Maka ukuran balok cukup diperkirakan dimensinya H= L/12 dengan L adalah panjang bentang
balok ,dan B= H/2.
𝐿 4500
H= 12 = = 375 mm ≈ 400 mm
10
𝐻 400
B= = = 200 mm
2 2
Maka, digunakan dimensi Balok pada preliminary design adalah H = 400 mm dan B = 200 mm.
Pada pelat beton dengan perbandingan antara bentang panjang dan bentang pendek sama
dengan satu maka pelat diharuskan didesain menggunakan sistem pelat dua arah. Untuk
menentukan tebal pada pelat berdasarkan SNI 2847 : 2013 karena bentangan yang kami buat
adalah 4,5 m maka kami mengambil plat yang di kategorikan satu arah sehingga kami
menggunakan ketebalan plat h = 13 cm
Lantai 2
Beban Balok = (0,4 x 0,2 x 9) m3 x 24000 N/m3 = 17280 N
Beban Plat = (15,1875) m2 x 0,13 m x 24000 N/m3 = 47385 N
Beban Kolom lt. 3 = (0,15 x 0,15 x 4) m3 x 24000 N/m3 = 2160 N
Pbs = Pbalok + Pplat + Pkolom + Pbs lt.3 = 17280 + 47385 + 2160 + 80460 = 147285 N
P akibat SIDL = 1750 x luas Tributary lantai 2 = 1750 N/m2 x 15,1875 m2 = 26578,125 N
P akibat LL = 2500 x luas Tributary lantai 2 = 2500 N/m2 x 15,1875 m2 = 37968,75 N
Pu = 1,2 (Pbs + SIDL ) + 1,6 (LL )
= 1,2 (147285 + 26578,125) + 1,6 (37968,75)
= 269386 N
Pu 269386
Ag = = = 35918,1 mm2
0,25 x f′ c 0,25 x 30
Lantai 1
Beban Balok = (0,4 x 0,2 x 9) m3 x 24000 N/m3 = 17280 N
Beban Plat = (15,1875) m2 x 0,13 m x 24000 N/m3 = 47385 N
Beban Kolom lt.2 = (0,15 x 0,15 x 4) m3 x 24000 N/m3 = 2160 N
Pbs = Pbalok + Pplat + Pkolom + Pbs lt.2 = 17280 + 47385 + 2160 + 269386 = 215790 N
P akibat SIDL = 1750 x luas Tributary lantai 2 = 1750 N/m2 x 15,1875 m2 = 26578,125 N
P akibat LL = 2500 x luas Tributary lantai 2 = 2500 N/m2 x 15,1875 m2 = 37968,75 N
Pu = 1,2 (Pbs + SIDL ) + 1,6 (LL )
= 1,2 (215790 + 26578,125) + 1,6 (37968,75)
= 351592 N
Pu 351592
Ag = = = 46878,9 mm2
0,25 x f′ c 0,25 x 30
Maka, Berdasarkan hitungan diatas kolom dimensi 250 x 250 aman masih aman dipakai pada
lantai 1 .
Selanjutnya dicek kembali pada kolom apakah kolom tersebut aman terhadap tekuk atau tidak
menggunakan persamaan seperti berikut:
𝑘𝐿 𝑘𝐿
≤ 36 = ≤ 36
𝜆 𝐼
√
𝐴
0,7 𝑥 4000
= ≤ 36
1 3
√(12)𝑥 250 𝑥250
250 𝑥250
Karena menggunakan dimensi 250 x 250 mm tidak aman terhadap tekuk, maka kita coba lagi
menggunakan dimensi yang lebih besar. Kita ambil dimensi 300 x 300 mm
0,7 𝑥 4000
= ≤ 36
1 3
√(12)𝑥 300 𝑥300
300 𝑥300
Setelah di cek menggunakan dimensi 300 x 300 ternyata dimensi kolom tersebut aman terhadap
tekuk, maka kita ambil dimensi kolom b= 300 mm dan h= 300 mm
BAB II
Pembebanan Pada Struktur
1. Kombinasi Beban
Dalam perencanaan struktur menggunakan metode tegangan ultimate, beban harus
dikombinasikan dengan faktor-faktor tertentu sehingga menghasilkan beban ultimate sebagai dasar
perencanaan. Kombinasi beban terfaktor diatur dalam SNI-1727-2013 pasal 2.3.2 yaitu sebagai
berikut :
1. 1.4 D
2. 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (Lr atau S atau R)
3. 1.2 D + 1.6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0.5 W)
4. 1,2 D + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
5. 1,2 D + 1,0 E + L + 0,2 S
6. 0,9 D + 1,0 W
7. 0,9 D + 1,0 E
Pada perhitungan pembebanan tugas ini kami hanya menggunakan kombinasi dari beban mati,
beban hidup, beban angin, dan beban gempa.
a. Beban mati
Beban mati adalah beban gravitasi yang berasal dari berat semua komponen gedung/bangunan
yang bersifat permanen selama masa layan struktur tersebut. Termasuk pula ke dalam jenis beban
mati adalah unsur-unsur tambahan, mesin serta peralatan tetap yang tak terpisahkan dari gedung
tersebut. Selain itu, berat sendiri strukutur, system perpipaan, jaringan listrik, penutup lantai, serta
plafond, juga termasuk jenis beban mati.
Pada beban mati tambahan seperti plafond, spesi, perpipaan , mechanical & electrical ,dll. Kami
mengasumsikan nilainya sebesar :
SIDL lantai 1 dan 2 =1750 N/m2
SIDL pada atap = 1500 N/m2
Untuk beban beban sendiri, dihitung berdasarkan dimensi-dimensi balok, plat, dan kolom yang
sudah direncanakan pada sebelumnya. Perhitungan berat sendiri struktur bangunan adalah sebagai
berikut :
Lantai 1
Beban Balok = (0,4 x 0,2 x 4,2 ) m3 x 24000 N/m3 x 22 = 177408 N
Beban Plat = (18,48) m2 x 0,13 m x 24000 N/m3 x 6 = 345945,6 N
Beban Kolom = [(0,3 x 0,3 x 4) m3 x 24000 N/m3 x 16] + [(0,3 x 0,3 x 2) m3 x 24000 N/m3 x 16]
= 207360 N
Lantai 2
Beban Balok = (0,4 x 0,2 x 4,2 ) m3 x 24000 N/m3 x 22 = 177408 N
Beban Plat = (18,48) m2 x 0,13 m x 24000 N/m3 x 6 = 345945,6 N
Beban Kolom = (0,3 x 0,3 x 4) m3 x 24000 N/m3 x 16 = 138240 N
Lantai 3
Beban Balok = (0,4 x 0,2 x 4,2 ) m3 x 24000 N/m3 x 23 = 185472 N
Beban Plat = (18,48) m2 x 0,13 m x 24000 N/m3 x 8 = 461260 N
Beban Kolom = (0,3 x 0,3 x 2) m3 x 24000 N/m3 x 16 = 69120 N
a. Beban hidup
Beban hidup termasuk ke dalam kategori beban gravitasi, yaitu jenis beban yang timbul akibat
penggunaan suatu gedung selama masa layan gedung tersebut. Beban manusia, peralatan yang dapat
berpindah, kendaraan bermotor, serta barang/benda lain yang letaknya tidak permanen.
Untuk Bangunan perkantoran maka beban hidup yang dipakai adalah sebesar :
LIVE LOAD = 2500 N/m2
LIVE LOAD pada atap = 1000 N/m2
b. Beban angin
Beban angin adalah beban yang timbul sebagai akibat adanya tekanan dari gerakan angin. Beban
angin sangat ditentukan oleh lokasi dan ketinggian dari struktur bangunan. Intensitas tekanan tiup
yang direncanakan dapat diambil minimum sebesar 25 kg/m2
Maka, pada perencanaan kali ini diapakai beban angin sebesar W = 30 kg/m2
c. Beban Gempa
Penentuan Beban- beban gempa dihitung berdasarkan acuan dari SNI 1726 – 2012. Perhitungannya
adalah sebagai berikut :
Kategori resiko dan faktor keutamaan gempa terhadap bangunan didapat dari tabel yaitu sebagai
berikut :
Kategori resiko gedung perkantoran temasuk ke dalam kategori II. Maka, factor keutamaan gempa
Ie adalah 1,0
Penentuan nilai Ss dan S1 berdasarkan peta zonasi gempa pada SNI 1726- 2012 adalah sebagai
berikut :
Ss = 1,345 g
S1 = 0,599 g
Dari kedua peta zonasi gempa Indonesia di atas didapat nilai Ss dan S1 yaitu :
Ss = 1,345 g
S1 = 0,599 g
Berdasarkan kedua table di atas dapat disimpulkan bahwa kategori desain gempa struktur
bangunan adalah D.
Untuk kota Padang dengan SD1 = 0,599 ,maka dari table di atas diperoleh nilai koefisien Cu = 1,4.
Ta = Ct . hnx
Prosedur analisis ditentukan berdasarkan ASCE 7-10 Pasal 12.6. atau SNI 03-1726-201X pasal 7.6.
Berdasarkan table di atas, maka untuk perhitungan analisis gempa diperbolehkan menggunakan
metode statik ekivalen.
Cs min Cs Cs max Cs
(0,044 Sds Ie) (Sds/(R/Ie)) (sd1/T(R/Ie)) Yang dipakai
0,039 0,109 0,121 0,109
0,039 0,109 0,121 0,109
Gaya gempa lateral (Fx)(N) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan berikut:
T (sec) K
T ≤ 0,5 1
0,5 < T < 2,5 interpolasi
T ≥ 2,5 2
kesimpulan
Berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas tadi, maka didapatkanlah gaya gempa yang bekerja
pada bangunan seperti pada tabel di atas, dimana Fx adalah gaya gempa pada sumbu x bangunan dan
Fy gaya gempa pada sumbu y bangunan. Pada perhitungan ini untuk Fy nilainya sama dengan Fx.
BAB III
ANALISA STRUKTUR BANGUNAN
Pada analisa struktur bangunan si tugas ini kami menggunakan bantuan software SAP2000 v.19
untuk menentukan atau menghitung momen, gaya lintang, gaya normal, yang akan digunakan pada
perhitungan penulangan sesuai dengan kondisi struktur yang didesain.
Gambar pemodelan struktur bangunan pada tugas kali ini ialah sebagai berikut :
Berikut adalah hasil output pada SAP2000 setelah diinput beban-beban yang diperhitungkan
sebelumnya :
Pada Balok