tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO
KABUPATEN WAKATOBI
MENURUT PENGELUARAN
2010 – 2016
ISBN : 978-602-6461-17-9
Katalog : 9302003.7407
Nomor Publikasi : 74070.1704
id
Ukuran Buku : 21,5 cm X 29,7 cm
Jumlah Halaman : viii + 68 halaman
o.
.g
Penyusun Naskah:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
ps
.b
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi
ab
ik
Desain Kover:
ob
Diterbitkan oleh:
© Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi
w
://
tp
Dicetak oleh:
ht
Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan kepada Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi sehingga buku ini
dapat terbit tepat waktu.
id
o.
.g
ps Wangi-Wangi, September 2017
.b
BADAN PUSAT STATISTIK
ab
KABUPATEN WAKATOBI
ik
ob
KEPALA,
at
ak
w
://
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 iii
DAFTAR ISI
id
BAB IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN
o.
KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2010 – 2016 ............................................................... 46
.g
ps
BAB IV. PENUTUP ....................................................................................................................... 57
LAMPIRAN .................................................................................................................................... 59
.b
ab
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1.1 Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 27
menurut Pengeluaran, Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 (Juta
Rupiah)
id
o.
.g
ps
.b
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1.3 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut 28
Pengeluaran (Persen), Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
Tabel 3.1.4 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 29
menurut Pengeluaran (Persen), Kabupaten Wakatobi,
id
2011 – 2016
o.
Tabel 3.1.5 Indeks Implisit PDRB menurut Pengeluaran, Kabupaten 30
.g
Wakatobi (Persen), 2010 – 2016
ps
Tabel 3.1.6 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku menurut 31
.b
Pengeluaran (Rupiah), Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
ab
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 vi
Tabel 3.6.1 Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori, Kabupaten 42
Wakatobi, 2010 – 2016
id
Tabel 4.3.1 Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir 49
o.
Rumahtangga terhadap PMTB, Kabupaten Wakatobi,
2010 – 2016
.g
Tabel 4.4.1 ps
Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB, 50
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
.b
ab
2010 – 2016
ak
2010 – 2016
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
id
Wakatobi Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut
o.
Pengeluaran, 2011 ─ 2016 (Persen)
.g
Lampiran 5 Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto 64
ps
Kabupaten Wakatobi (2010 = 100) menurut Pengeluaran, 2010 ─
2016 (Persen)
.b
ab
2016 (Rupiah)
w
://
tp
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 viii
ht
tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id
PENDAHULUAN
BAB I
1.1 PENGERTIAN PENDAPATAN REGIONAL
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap,. Sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
id
yang pada suatu, tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan
o.
untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan
.g
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode (, ke,
ps
atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini, dasar yang digunakan adalah, 2010 dan ini
.b
tentu akan mencerminkan struktur ekonomi terkini.
ab
ik
PDRB, yaitu:
at
Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
w
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu
://
tp
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 2
Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub
kategori lapangan usaha.
id
o.
PDRB yang disajikan pada buku ini menggunakan pengekatan pengeluaran, yakni PDRB
.g
dengan pendekatan semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran
ps
konsumsi rumahtangga (2) lembaga non profit yang melayani rumahtangga (3) pengeluaran
.b
konsumsi pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5) perubahan
ab
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi,
at
jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan
ak
harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang
w
dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di
://
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap,. Manfaat yang dapat diperoleh dari
data ini antara lain adalah:
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 3
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari, ke,.
4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa
digunakan untuk tujuan komunikasi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar
negeri.
id
6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
o.
pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
.g
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per
satu orang penduduk.
ps
.b
ab
8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan
ik
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 4
BAB II
id
o.
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
.g
ps
.b
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht
2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
i. Pendahuluan
Sektor rumahtangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal
ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumahtangga dalam pembentukan PDRB
pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga
juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi
yang dilakukan oleh sektor institusi lain.
id
atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal.
o.
Mereka mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta
.g
mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan
ps
perumahan.
.b
ab
iii. Cakupan
ik
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu
ob
wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region.
at
makanan dan minuman baik bahan maupun makanan jadi, termasuk minuman
w
://
rekening telepon, listrik, air, biaya pemeliharaan dan perbaikan rumah, termasuk
imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);
barang tahan lama seperti mobil, meubeler, perabot dapur, TV, perhiasan, alat olah
raga, binatang peliharaan, dan tanaman hias;
barang lain, seperti bahan kebersihan (sabun mandi, sampo, dsj.), bahan kecantikan
(kosmetik, bedak, lipstik, dsj.), obat-obatan, vitamin, buku, alat tulis, surat kabar;
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 6
jasa-jasa, seperti kesehatan (biaya rumah sakit, dokter, imunisasi, dsj.), pendidikan
(biaya sekolah, kursus, dsj.), ongkos transportasi, perbaikan kendaraan, biaya hotel,
dan ongkos pembantu rumahtangga;
barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen luar wilayah atau
luar negeri termasuk dalam konsumsi rumahtangga dan diperlakukan sebagai impor.
Sedangkan pembelian langsung oleh non-residen diperlakukan sebagai ekspor dari
wilayah tersebut (UN, 1993).
Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik,
id
lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga,
o.
bukan konsumsi rumahtangga. Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus
.g
diperhitungkan karena rumahtangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan
ps
rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar,
.b
meskipun status rumah tersebut milik sendiri. Apabila rumahtangga benar-benar menyewa,
ab
maka yang dihitung adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak
ik
rumahtangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar
://
rumah, dan pembelian rumah. Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk
tp
1. Sumber data
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi
per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk
kelompok bukan makanan,
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 7
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator
suplai komoditas dan jenis pengeluaran tertentu,
2. Metode penghitungan
Selama ini, penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Susenas. Akan tetapi, karena
hasil estimasi data pengeluaran rumahtangga yang berasal dari Susenas cenderung
underestimate (terutama untuk kelompok bukan makanan dan kelompok makanan jadi),
maka perlu dilakukan penyesuaian (adjustment). Dalam melakukan adjustment, digunakan
data sekunder dalam bentuk data atau indikator suplay dari berbagai sumber data di luar
Susenas. Setelah diperoleh hasil adjustment, maka yang dilakukan adalah mengganti hasil
id
Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan pada data sekunder. Penggantian
o.
dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Hal
.g
ini dilakukan karena hasil penghitungan dari data sekunder dianggap lebih mencerminkan
ps
PKRT yang sebenarnya. Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas
.b
dasar harga berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh
ab
i Pendahuluan
://
sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam
menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis
atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara
ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar
yang berlaku).
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya,
LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumahtangga dan LNP yang melayani bukan
rumahtangga.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 8
Karakteristik unit LNP adalah sbb :
pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya
hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak
berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha
produktif dikuasai oleh lembaga;
id
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus
o.
melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya
.g
diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis. ps
.b
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta
ab
tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang
ik
bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi
ob
iii Cakupan
tp
Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai
ht
output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam
rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :
a. Konsumsi antara, contoh: pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik, air,
telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar,
perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan
kantor dll.
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan
lainnya
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 9
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
iv Penghitungan PK-LNPRT,an
1. Sumber data
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut
jenis lembaga dan jenis pengeluaran.
Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi
id
LNPRT menurut jenis lembaga.
o.
.g
Indeks Harga Konsumen (IHK)
2. Metode penghitungan
ps
.b
ab
(barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya
ak
xij
x ij
ht
ni
xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 10
Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb:
7 19
X x ij N i
i 1 j 1
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar harga
berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh
dengan cara mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK, dasar 2010.
id
o.
2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
.g
i Pendahuluan
ps
.b
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
ab
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit
ik
institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah
ob
juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan
at
jasa bagi kelompok atau individu rumahtangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak
ak
maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang
fiskal dan moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas
barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas
memproduksi barang & jasa maupun aktivitas investasi.
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai
produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu
sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah
dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal,
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 11
dan nilai output dari Bank Kabupaten Wakatobi, dikurangi dengan nilai penjualan barang
dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sbb:
1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,
pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang
semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
id
o.
karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dala hal ini pemerintah memungut biaya
.g
yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang
ps
diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi
.b
(pendapatan jasa).
ab
iii Cakupan
ik
ob
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
at
melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
ak
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi,
w
iv Penghitungan PDRB,an
1. Sumber Data
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 12
c. Statistik Keuangan Daerah (BPS)
e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari
BPS.
2. Metode Penghitungan
id
Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank
o.
Indonesia
.g
ps
.b
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan, yaitu: Belanja
ab
pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yg dibeli dengan harga
ik
pengeluaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan Kabupaten/ Kota yang ada
w
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 13
2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)
i Pendahuluan
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik
dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin
pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam
proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang
modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan,
tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.
id
o.
ii Konsep dan definisi
.g
ps
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit
.b
produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan,
ab
pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri
ik
serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau
ob
barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya.
at
Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa
ak
beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang
w
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu, serta akan mengalami
tp
ht
iii Cakupan
1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang
bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 14
dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property
products), dan sebagai-nya;
2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan
aset yang dipatenkan;
3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia
pakainya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan,
pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
iv Penghitungan PMTB,an
1. Sumber data
id
dari BPS Kabupaten.
o.
b. Laporan keuangan perusahaan.
.g
c. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar. ps
d. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas).
.b
e. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum.
ab
g. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
ob
2. Metode penghitungan
w
langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 15
Pendekatan Langsung
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang
perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian
id
(perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut
o.
di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan
.g
kelompok barang modal. ps
.b
Pendekatan Tidak Langsung
ab
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus
ik
komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung
ob
nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang
at
dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output
w
://
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya
ht
dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari
impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan
mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi
pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin
perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh
Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan
jenis barang modal.
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah
dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi
jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 16
menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh
Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga
masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan
bahwa PMTB adh Konstan di,-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang
berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara. Pertama, PMTB adh
Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci
menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lain.
Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator
(barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan
adalah dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga
id
yang sesuai.
o.
PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral,
.g
ps
dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang
industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari
.b
ab
aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode
sebelumnya. Sedangkan PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adh
ik
ob
Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan
ak
data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan
w
diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa
://
perusahaan. Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original
tp
(entertainment, literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron
ht
dan program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari
nilai impor film. PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh
Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis.
Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data, pengukuran (referensi) dengan data publikasi yang
diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 17
2.5 PERUBAHAN INVENTORI
i Pendahuluan
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang
modal.
id
inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.
o.
ii Konsep dan definisi
.g
ps
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
.b
produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam
ab
bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk
ik
dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress),
ob
serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.
at
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi
ak
dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan
w
tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda
://
tp
b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum
digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu
dibeli;
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum
id
selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
o.
.g
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran
untuk tujuan dijual; ps
.b
f. Ternak untuk tujuan dipotong;
ab
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
ik
h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai,
ak
1. Sumber data
ht
2. Metode Penghitungan
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 19
Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan
inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan
langsung adalah pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung
adalah pendekatan dari sisi “komoditas”.
Di lihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang
relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas
hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan
berkesinambungan.
Pendekatan Langsung
id
suatu waktu tertentu (umumnya di akhir,). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir,
o.
(balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adh berlaku,
.g
diperlukan data inventori di, yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan
keuangan, adalah sbb:
ps
.b
menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara mendeflate stok awal dan
ab
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 20
Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan
Inventori adalah bahwa :
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat
untuk periode waktu yang berurutan;
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak
disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat
diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang
sesuai;
id
untuk industri yang datanya tidak tersedia;
o.
.g
2.6 EKSPOR IMPOR ps
.b
i Pendahuluan
ab
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan
ik
ob
sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang
diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor.
at
ak
Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha mendatangkan dari
daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa
w
://
melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau
tp
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 21
iii Cakupan
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa
lainnya
id
iv Penghitungan Ekspor-Impor,an
o.
.g
1. Sumber data
a.
ps
Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;
.b
b. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk Kabupaten;
ab
ik
2. Metode Penghitungan
ak
Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam
w
US$. Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang
://
tp
(sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar
ht
negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual
rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Kabupaten
Wakatobi (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Kabupaten Wakatobi. Disamping itu nilai
ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct
purchase) dan transaski yang tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh
residen maupun non residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa
(residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 22
BAB III
TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN
WAKATOBI BERDASARKAN PDRB
PENGELUARAN KABUPATEN WAKATOBI,
id
o.
2010 – 2016
.g
ps
.b
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 23
Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Wakatobi akibat proses pembangunan
ekonomi yang terjadi pada periode 2010 s.d 2014, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan maupun
perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor
eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur perdagangan global
sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional.
id
lebih jelasnya, perilaku masing-masing komponen pengeluaran itu akan diuraikan pada
o.
bagian berikut.
.g
3.1 TINJAUAN AGEGAT PDRB KABUPATEN WAKATOBI
ps
.b
MENURUT PENGELUARAN
ab
ik
Sulawesi Tenggara. Berbentuknya kepulauan yang terdiri dari empat pulau utama yaitu
at
tersendiri dalam hal memajukan daerahnya. Namun, keadaan itu tidak menjadi hambatan
w
bagi Wakatobi untuk tetap bersaing dengan kabupaten lain yang ada. Dibuktikan dengan
://
nilai PDRB yang terus menunjukkan angka positif yang. Peningkatan ekonomi tersebut
tp
digambarkan melalui nilai PDRB ADHB dan ADHK, serta Pertumbuhan pada total PDRB.
ht
PDRB secara keseluruhan atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua
komponen pengeluarannya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumahtangga (PK-RT),
konsumsi akhir LNPRT (PK-LNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan
modal tetap bruto (PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi impor.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 24
Tabel 3.1.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 (Juta Rupiah)
Komponen
2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
Pengeluaran
1. Konsumsi
789.375,56 888.452,28 1.022.903,64 1.141.956,50 1.271.260,92 1.419.319,66 1.577.040,09
Rumah Tangga
2. Konsumsi
34.165,25 37.033,76 38.875,09 41.236,77 47.041,69 50.107,28 51.362,16
LNPRT
3. Konsumsi
389.958,35 484.361,60 515.804,14 555.970,26 599.393,15 659.490,98 729.478,56
Pemerintah
5. Perubahan
874,64 1.434,65 20.402,10 1.931,20 1.780,90 1.455,63 1.017,96
Inventori
id
6. Ekspor 422.308,66 492.133,92 582.818,04 617.075,67 700.044,36 798.183,98 762.039,75
o.
.g
7. Impor 603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09
Nilai PDRB atas dasar harga (adh) berlaku Kabupaten Wakatobi selama periode, 2010
ob
s.d 2016 menunjukkan peningkatan signifikan dari ke tahun ke tahun. Peningkatan nilai
at
tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume. PDRB adh
ak
Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai
ht
atas dasar harga (adh) Konstan 2010 atau adh berbagai produk yang dinilai dengan harga
pada, 2010. Melalui pendekatan penghitungan adh konstan, PDRB di masing-masing, dapat
memberikan gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja
(tanpa ada pengaruh perubahan harga).
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 25
3.1.2 berikut. Sama halnya dengan PDRB adh Berlaku, seluruh komponen pengeluaran
akhir PDRB adhk juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Tabel 3.1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 (Juta Rupiah)
Komponen
2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
Pengeluaran
2. Konsumsi
34.165,25 35.364,70 36.388,61 37.398,16 41.459,84 42.202,11 41.577,67
LNPRT
3. Konsumsi
389.958,35 463.931,91 475.273,94 502.383,02 515.040,82 545.902,42 567.944,28
Pemerintah
id
4. PMTB 519.864,89 553.678,64 575.630,97 617.238,01 679.511,60 719.072,72 775.064,89
o.
5. Perubahan
.g
874,64 1.305,93 10.391,57 1.694,11 760,65 569,82 602,32
Inventori
* Angka Sementara
at
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 26
Gambar 3.1.1 Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 menurut
Pengeluaran, Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 (Juta Rupiah)
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
id
ADHB ADHK
o.
.g
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara ps
.b
ab
Dari gambar di atas, nampak bahwa pada umumnya nilai PDRB adh Berlaku selalu
ik
lebih besar dari nilai PDRB adh Konstan, kecuali nilai PDRB, 2010. Nilai PDRB pada, 2010
ob
menunjukkan angka yang sama, dikarenakan penggunaan satu nilai harga yang sama yakni
at
harga, dasar 2010. Selanjutnya perbedaan nilai pada, 2011 – 2016 disebabkan karena ada
ak
pengaruh perubahan harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh
w
Konstan pengaruh faktor harga telah ditiadakan, sehingga dapat dimaknai PDRB adh
://
pengeluaran.
ht
Semakin tinggi selisih antara batang biru dan batang jingga pada gambar di atas,
dapat pula dimaknai semakin besar perubahan harga sejak, 2010. Perubahan harga tersebut
berbeda nilainya pada setiap komponen. Perubahan harga itu sendiri dapat dilihat pada
angka indeks implisit dan laju indeks implisit per komponen pengeluaran. Perlu
diperhatikan bahwa perubahan harga ini menggunakan nilai harga pada level produsen.
Nilainya tentu tidak bisa dibandingkan dengan angka inflasi yang penghitungannnya
menggunakan harga konsumen.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 27
Tabel 3.1.3 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran
(Persen), Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
Komponen
2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
Pengeluaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Konsumsi Rumah
50,82 49,40 49,81 49,75 49,36 48,69 47,72
Tangga
3. Konsumsi
25,11 26,93 25,12 24,22 23,27 22,62 22,07
Pemerintah
id
7. Impor 38,84 36,90 34,44 30,41 30,54 28,62 21,93
o.
.g
Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
ps
.b
ab
konsumsi akhir rumahtangga. Pengeluaran untuk kapital (PMTB) juga mempunyai peran
ak
relatif besar dengan kontribusi sekitar 27 s.d 34 persen. Di sisi lain, ekspor juga mempunyai
w
peran yang relatif besar, karena sekitar 23 s.d 28 persen produk Kabupaten Wakatobi
://
mampu menembus pasar nasional maupun internasional; demikian halnya impor masih
tp
ht
mempunyai peran yang relatif besar, karena sekitar 21 hingga 39 persen permintaan
Kabupaten Wakatobi masih dipenuhi oleh produk impor. Proporsi konsumsi pemerintah
berada pada rentang 22 s.d 27 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam
menyerap produk domestik cukup besar.
Nilai impor banyak dipengaruhi oleh banyaknya komoditas yang tidak dihasilkan di
Wakatobi tetapi menjadi kebutuhan bagi masyarakat, misalnya pakaian dan barang jadi
industri lainnya yang tidak dihasilkan di Wakatobi.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 28
Tabel 3.1.4 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut
Pengeluaran (Persen), Kabupaten Wakatobi, 2011 – 2016
5. Perubahan Inventori*** - - - - - -
id
Total PDRB 10,51 10,09 7,81 7,87 7,68 7,97
o.
.g
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
*** Data Tidak Ditampilkan
ps
.b
ab
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil
PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang
ik
ob
Kabupaten Wakatobi dari 2011 s.d 2016 menunjukkan pola yang cukup fluktuatif, tetapi
ak
cenderung melambat. Sejak 2011 s.d 2016 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi
w
secara rata-rata mencapai 8,65 persen, dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 10,51
://
persen pada tahun 2011; 10,09 persen pada tahun 2012; 7,81 persen pada tahun 2013; 7,87
tp
persen pada tahun 2014; 7,68 persen pada tahun 201; dan 7,97 persen pada tahun 2016.
ht
Pertumbuhan tertinggi tercatat terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 10,51 persen dan
terendah dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 7,68 persen.
1. Konsumsi Rumah Tangga 100,00 104,63 112,30 117,74 123,23 130,03 134,67
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 29
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
*** Data Tidak Ditampilkan
Indeks implisit PDRB menggambarkan tingkat perubahan harga yang terjadi pada
id
setiap komponen pengeluaran. Angka ini didapat dengan meniadakan faktor volume
o.
produksi yang dhitung dari pembagian PDRB adh Berlaku terhadap PDRB adh Konstan.
.g
Dari tabel di atas, menunjukkan indeks implisit yang secara total terus mengalami
ps
peningkatan dalam kurun waktu 2010 – 2016. Secara umum, indeks implisit PDRB sebesar
.b
104,77 persen, yang bermakna secara umum harga komoditas di Wakatobi mengalami
ab
pengingkatan harga hingga 4,77 persen sejak 2010. Indeks implisit tertinggi terjadi pada
ik
tahun 2016. Secara umum, telah terjadi peningkatan harga sebesar 29,34 persen bila
ob
menggambarkan besarnya pengeluaran per penduduk per tahun dapat dipaparkan pada
://
tabel berikut. Pada prinsipnya, penyusunan nilai PDRB tidak memperhatikan asal domisili
tp
pelaku usaha sehingga angka pengeluaran perkapita yang dipaparkan selanjutnya hanya
ht
sebagai bentuk penghitungan kasar yang secara agregat menggambarkan PDRB Per kapita
di Kabupaten Wakatobi. Secara umum peningkatan nilai pengeluaran perkapita sejalan
dengan peningkatan nilai PDRB adh Berlaku. Pada tahun 2010, PDRB per kapita di
Kabupaten Wakatobi sebesar 1.387.679,71 rupiah perbulan, dan terus meningkat hingga
menyentuh angka 2.892.472,36 rupiah perbulan. PDRB yang mengukur perekonomian
dalam lingkup Wakatobi menggambarkan kegiatan ekonomi yang terjadi dalam lingkup
Kabupaten Wakatobi, dan untuk komponen konsumsi rumahtangga bisa digunakan untuk
menggambarkan secara real pengeluaran rumahtangga Kabupaten Wakatobi. Pada, 2016,
tercatat setiap penduduk mengeluarkan uang sebesar 16.563.981,24 rupiah pertahun untuk
konsumsi makanan dan non makanan, atau sebesar 1.380.331,77 rupiah perbulan.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 30
Tabel 3.1.6 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Rupiah)
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
Komponen
2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
Pengeluaran
3. Konsumsi
4.180.558,86 5.167.460,77 5.482.670,31 5.882.598,43 6.323.446,29 6.943.106,60 7.661.865,58
Pemerintah
5. Perubahan
9.376,60 15.305,71 216.861,36 20.433,60 18.788,05 15.324,84 10.691,85
Inventori
id
7. Impor 6.467.166,67 7.079.210,10 7.516.887,40 7.386.824,60 8.297.670,09 8.782.128,86 7.610.468,44
o.
PDRB per Kapita
.g
16.652.156,54 19.186.268,66 21.828.327,58 24.288.479,54 27.172.535,32 30.687.876,72 34.709.668,31
per, (rupiah)
PDRB per Kapita per
1.387.679,71 1.598.855,72 1.819.027,30
ps
2.024.039,96 2.264.377,94 2.557.323,06 2.892.472,36
bulan (rupiah)
.b
Jumlah Penduduk
ab
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
ob
at
ak
w
://
tp
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 31
3.2 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAHTANGGA
Data berikut, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 – 2016 konsumsi akhir
rumah tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku)
maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk dan kemungkinan
dipengaruhi perubahan pola konsumsi masyarakat. Kenaikan jumlah penduduk
mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumahtangga, yang pada gilirannya akan
id
mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pada tahun 2016, tercatat
o.
sebesar 1.577.040,09 juta rupiah dari total PDRB Kabupaten Wakatobi digunakan untuk
.g
konsumsi akhir rumahtangga
ps
.b
Tabel 3.2.1 Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumahtangga
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
ab
ik
a. ADHB (Juta Rp) 789.375,56 888.452,28 1.022.903,64 1.141.956,50 1.271.260,92 1.419.319,66 1.577.040,09
w
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 789.375,56 849.115,16 910.875,55 969.931,32 1.031.623,90 1.091.497,27 1.171.030,78
://
Proporsi terhadap
PDRB
tp
Laju Pertumbuhan
a. Total konsumsi
7,57 7,27 6,48 6,36 5,80 7,29
Rumahtangga
Jumlah Penduduk (jiwa) 93.279 93.733 94.079 94.511 94.789 94.985 95.209
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 32
Kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap total PDRB adh Berlaku
selalu menduduki posisi pertama terbesar. Sepanjang periode 2010 s.d 2016 kontribusi
pengeluaran akhir rumah tangga selalu berkisar antara 47 hingga 51 persen. Dari tahun
ketahun kontribusi pengeluaran akhir rumah tangga cenderung mengalami penurunan.
Kontribusi terendah terjadi pada tahun 2016 yaitu 47,72 persen dan kontribusi tertinggi
terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 50,82 persen.
id
tahun 2016 mengalami peningkatan hampir dua kali lipatnya yaitu sebesar 16.563.981,24
o.
pertahun untuk konsumsi makanan dan non makanannya.
.g
ps
Laju pertumbuhan PDRB Penggunaan komponen total konsumsi rumahtangga adh
Konstan 2010 dihitung dengan mengeluarkan pengaruh harga yang terus bergerak naik
.b
ab
Penggunaan komponen total konsumsi rumahtangga per kapita adh Konstan 2010. Pada
ak
tahun 2011, laju pertumbuhan total konsumsi rumahtangga mencapai 7,57 persen sementara
w
laju pertumbuhan konsumsi rumahtangga per kapita mencapai 7,05 persen. Sementara pada
://
tahun 2016, laju pertumbuhan total konsumsi rumah tangga mencapai 7,29 persen
tp
sementara laju pertumbuhan konsumsi rumahtangga per kapita mencapai 7,03 persen.
ht
Sepanjang tahun 2011 – 2016, perbedaan laju pertumbuhan total konsumsi rumah
tangga dan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga per kapita tidak cukup signifikan.
Hal ini menunjukkan secara umum pertumbuhan konsumsi rumah tangga lebih banyak
dipengaruhi hal-hal lain daripada laju pertumbuhan penduduk antar tahunnya. Hal
tersebut tidak dapat dijelaskan lebih lanjut karena memerlukan data dan analisis lanjutan.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 33
Tabel 3.2.2 Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumahtangga (Persen)
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 55.29 54.47 55.23 55.17 55.48 56.31 56.80
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 3.03 2.99 2.82 2.79 2.77 2.74 2.71
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 10.70 10.55 10.35 10.15 9.92 9.51 9.39
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 9.45 9.68 9.93 9.88 9.89 9.59 9.70
1.f. Hotel dan Restoran 1.00 0.97 0.93 0.93 0.96 0.97 0.98
id
o.
1.g. Lainnya 5.06 5.65 5.65 5.73 5.60 5.40 5.25
.g
Konsumsi Rumah Tangga 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara
ps
.b
** Angka Sangat Sementara
ab
Secara garis besar, total konsumsi ruma tangga dikelompokkan menjadi dua
ik
kelompok yaitu konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Sepanjang tahun 2010
ob
s.d 2016, nampak pada struktur konsumsi akhir rumah tangga Kabupaten Wakatobi, bahwa
at
konsumsi makanan jauh lebih tinggi dibandingkan konsumsi bukan makanan. Proporsi
ak
pengeluaran untuk makanan cenderung masih berada pada kisaran di atas 50 persen,
w
bahkan pada tahun 2016, 56,80 persen pengeluaran rumahtangga dihabiskan untuk
://
tp
pengeluaran makanan, minuman, dan rokok. Berbagai literatur menyatakan bahwa dari
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 34
Tabel 3.2.3 Laju Pertumbuhan Konsumsi Akhir Rumahtangga (Persen)
Kabupaten Wakatobi, 2011 – 2016
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 6,46 6,95 5,67 5,98 5,25 6,77
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 4,18 5,59 5,65 6,64 7,19 6,84
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 4,82 5,58 4,43 5,43 3,63 8,72
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 7,75 9,17 8,48 7,43 5,15 8,65
id
1.f. Hotel dan Restoran 4,42 7,57 6,54 8,86 8,89 7,15
o.
1.g. Lainnya 20,56 7,98 8,89 4,98 3,52 4,11
.g
Konsumsi Rumah Tangga 7,57 7,27 6,48 6,36 5,80 7,29
* Angka Sementara ps
** Angka Sangat Sementara
.b
ab
kuantitas konsumsi tanpa melihat perubahan kenaikan harga, secara umum pengeluaran
rumah tangga untuk semua kelompok konsumsi menunjukan pola cenderung melambat
at
ak
sepanjang tahun 2011 s.d 2015, yang kemudian meningkat pada tahun 2016 sebesar 7,29
persen. Meskipun terkesan mengalami perlambatan, persentase laju pertumbuhannya
w
://
masih jauh di atas laju pertumbuhan penduduk, sehingga dapat dikatakan pola konsumsi
tp
rumahtangga masih meningkat cukup tinggi, meskipun tidak dapat dikatakan bahwa
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 35
Tabel 3.2.4 Laju Pertumbuhan Indeks Implisit (Indeks Harga) Konsumsi Akhir (Persen)
Kabupaten Wakatobi, 2011 – 2016
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 4,15 9,16 5,53 5,64 7,65 4,98
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 6,44 2,68 4,65 3,85 2,79 3,14
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 5,82 6,98 4,84 3,18 3,37 0,86
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 7,04 8,13 2,39 3,76 2,98 3,37
id
1.f. Hotel dan Restoran 4,40 3,47 4,62 4,71 4,01 4,81
o.
1.g. Lainnya 4,17 6,63 4,05 3,59 4,12 3,73
.g
Konsumsi Rumah Tangga 4,63 7,33 4,84 4,67 5,52 3,57
* Angka Sementara
ps
.b
** Angka Sangat Sementara
ab
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perubahan harga, secara implisit disajikan
ik
dalam tabel 3.2.4 di atas. Secara umum, harga barang dan jasa pada komponen konsumsi
ob
akhir rumahtangga mengalami peningkatan. Peningkatan harga terbesar terjadi pada, 2012
at
mencapai 6,98 persen dan peningkatan terkecil terjadi pada, 2016 sebesar 3,14 persen. Secara
ak
khusus, dalam kurun waktu enam, terakhir, kenaikan harga terendah terjadi pada
w
://
Rekreasi, dan Budaya (2016; 0,15 persen). Kenaikan harga tertinggi hingga mencapai 8,55
persen terjadi pada kelompok konsumsi Makanan, Minuman, dan Rokok pada, 2012. Bila
angka laju pertumbuhan konsumsi rumahtangga disandingkan dengan angka laju
pertumbuhan indeks implisit, khususnya pada, 2016, terjelaskan dengan baik bahwa saat
harga mengalami perlambatan kenaikan (3,14 persen), laju pertumbuhan konsumsi
rumahtangga mengalami percepatan yang cukup tinggi (6,44 persen).
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 36
3.3 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
Konsumsi akhir LNPRT merupakan nilai PDRB yang digunakan oleh Lembaga Non
Profit yang melayani Rumahtangga. Selain lembaga/organisasi, LNPRT dimaksud sesuai
cakupan PDRB juga termasuk sls (satuan lingkungan terkecil) dalam wilayah Kabupaten
Wakatobi, yakni seluruh jumlah RT dan Dusun. Peranan Konsumsi akhir LNPRT dalam
PDRB menurut pengeluaran sangat minor dibandingkan dengan komponen pengeluaran
lainnya, dimana hal tersebut dapat dilihat dari proporsinya terhadap PDRB yang nilainya
berkisar 1,55 – 2,2 persen saja. Hal ini menunjukkan bahwa peranan LNPRT dalam
perekonomian Wakatobi semestinya dapat lebih ditingkatkan lagi.
id
Kabupaten Wakatobi, 2011 – 2016
o.
.g
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
Implisit
ak
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
w
://
tp
menyentuh 10,86 persen yakni pada tahun 2014 dimana mulainya kampanye dalam rangka
pemilihan Bupati Wakatobi oleh LNPRT Partai Politik. Pada tahun 2016, laju pertumbuhan
menurun drastis dikarenakan pengaruh selesainya proses kampanye pilkada. Jatuhnya nilai
pertumbuhan tersebut tidak turun drastis sebanyak tingginya pertumbuhan pada, 2014
dikarenakan LNPRT SLS memberikan sumbangsih yang cukup besar pula pada, 2016.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 37
3.4 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
id
a. ADHB (Juta Rp) 389.958,35 484.361,60 515.804,14 555.970,26 599.393,15 659.490,98 729.478,56
o.
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 389.958,35 463.931,91 475.273,94 502.383,02 515.040,82 545.902,42 567.944,28
.g
Proporsi terhadap PDRB
( % ADHB) 25,11 26,93 25,12 ps 24,22 23,27 22,62 22,07
Rata-rata konsumsi
.b
Pemerintah
ab
per-kapita/tahun (Rp)
a. ADHB
ik
b. ADHK 2010
ob
Laju Pertumbuhan ,
at
a. Total konsumsi
18,97 2,44 5,7 2,52 5,99 4,04
Pemerintah
ak
Jumlah penduduk (org) 93.279 93.733 94.079 94.511 94.789 94.985 95.209
://
* Angka Sementara
tp
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 38
Proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB pada tahun 2010-2016 selalu
berada di atas nilai 20 persen, dan juga mengalami peningkatan pada tahun-tahun tertentu,
meskipun polanya cukup fluktuatif dalam jangka waktu tujuh tahun terakhir. Sepanjang
periode tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2016 yakni sebesar 22,07 persen;
sedangkan proporsi tertinggi pada tahun 2011 yang mencapai 26,93 persen.
id
95.209 jiwa, pemerintah tercatat mengeluarkan konsumsi sebesar 7.661.865,58 rupiah
o.
pertahun per penduduk, meningkat cukup besar bila dibandingkan dengan tahun 2010
.g
dengan angka konsumsi pemerintah per kapita sebesar 4.180.558,86 rupiah pertahun.
ps
Masih berdasarkan tabel 3.4.1 di atas, total konsumsi pemerintahan pada tahun 2011
.b
ab
mengalami pertumbuhan hingga 18,97 persen. Kondisi ini dikarenakan jumlah pegawai
pemerintah daerah meningkat tajam dan kegiatan pelayanan pemerintahan mengalami
ik
ob
2003. Setelah tahun 2011, pertumbuhan konsumsi pemerintah cukup bervariasi dan pada
ak
dihitung pula laju pertumbuhan konsumsi pemerintah per kapita, terlihat terjadi penurunan
://
laju pertumbuhan khususnya pada tahun 2012 (-16,32 persen), tahun 2014 (-3,00 persen) dan
tp
tahun 2016 (-1,98 persen). Hal ini berarti terlepas dari pengaruh harga (karena
ht
menggunakan angka adh konstan 2010) dan menilik pada pelayanan perorangan, konsumsi
pemerintah secara kuantitas mengalami penurunan pada, tersebut.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 39
3.5 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang
direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan
sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai
investasi fisik (kapital)1. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input)
di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari
produksi domestik maupun dari impor.
id
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
o.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
.g
Total PMTB
a. ADHB (Juta Rp) 519.864,89 558.525,91 579.965,47
ps 635.494,27 742.664,28 820.500,95 908.319,38
.b
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 519.864,89 553.678,64 575.630,97 617.238,01 679.511,60 719.072,72 775.064,89
ab
Struktur PDRB
ob
a. Bangunan (Juta Rp) 362.648,00 388.261,82 402.037,00 441.333,46 515.011,01 586.802,06 643.070,97
at
Total PMTB (Juta Rp) 519.864,89 558.525,91 579.965,47 635.494,27 742.664,28 820.500,95 908.319,38
Proporsi (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
tp
a. Bangunan (Juta Rp) 362.648,00 384.801,24 398.639,39 428.577,20 472.063,44 514.879,96 551.601,84
Laju Pertumbuhan (%) - 6,11 3,60 7,51 10,15 9,07 7,13
b. Non Bangunan (Juta
157.216,89 168.877,40 176.991,58 188.660,81 207.448,16 204.192,76 223.463,05
Rp)
Laju Pertumbuhan (%) - 7,42 4,80 6,59 9,96 -1,57 9,44
Total PMTB (Juta Rp) 519.864,89 553.678,64 575.630,97 617.238,01 679.511,60 719.072,72 775.064,89
Laju Pertumbuhan (%) - 6,50 3,96 7,23 10,09 5,82 7,79
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
1 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 40
Sebesar 908.319,38 juta rupiah atau sekitar 27,49 persen dari total PDRB Kabupaten
Wakatobi merupakan angka PMTB adh Berlaku pada tahun 2016. Sumbangsih PMTB
terhadap total PDRB Wakatobi dalam tujuh tahun terakhir selalu bernilai lebih dari 27
persen. Proporsi tertinggi terlihat pada angka PMTB tahun 2010 yakni sebesar 33,47 persen.
Sementara itu, dari total nilai tambah bruto PMTB, sekitar lebih dari 69 persen merupakan
pembentukan modal bangunan dan selisihnya merupakan pembentukan modal non
bangunan seperti tanaman perkebunanan belum menghasilkan. Untuk pembentukan
struktur bangunan tahun 2016 adh Berlaku sebesar 643.070,97 juta rupiah dan untuk non-
bangunan adh Berlaku sebesar 265.248,41 juta rupiah.
PDRB adh Konstan selanjutnya digunakan untuk melihat laju pertumbuhan PMTB
dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Tabel 3.5.1 menunjukkan tiga jenis laju
id
pertumbuhan, yakni laju pertumbuhan PMTB secara umum dan laju pertumbuhan sub
o.
kmponen dalam PMTB. Sebagaimana peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi
.g
akhir (rumahtangga maupun pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik
ps
secara nominal maupun riil. Laju pertumbuhan PMTB pada tahun 2016 berada pada angka
.b
7,79 persen, yang merupakan angka pertumbuhan PMTB terendah dalam kurun waktu
ab
empat tahun terakhir. Pada PMTB non bangunan tahun 2016, laju pertumbuhannya bernilai
ik
9,44 persen. Kenaikan ini sangat tinggi tetapi melihat ke tahun sebelumnya dimana laju
ob
pertumbuhan PMTB non bangunan justru bernilai minus. Laju pertumbuhan PMTB non
at
Lain halnya dengan PMTB non bangunan, laju pertumbuhan PMTB bangunan pada,
://
2016 menyentuh angka 7,13 persen, merupakan angka laju pertumbuhan terendah dalam
tp
kurun waktu empat tahun terakhir. Hal ini selain dikarenakan telah cenderung meninggi
ht
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam
bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses
produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa
berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 41
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu
komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping
komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti
terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi
pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan
bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum,
komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai
persediaan barang pada awal dan akhir, dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
id
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
o.
Total Perubahan Inventori
.g
a. ADHB (Juta Rp) 874,64 1.434,65 20.402,10 1.931,20 1.780,90 1.455,63 1.017,96
* Angka Sementara
ob
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci,
w
perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam
://
pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji
tp
lebih. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah, bahwa proporsi dalam PDRB
ht
pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun
tandanya (positif atau negatif).
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 42
ekspor pembelian oleh bukan masyarakat Wakatobi yang tinggal sementara, hanya singgah
dan sebagainya.
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 422.308,66 459.679,24 513.706,18 488.666,45 512.343,30 561.941,81 529.470,40
Distribusi terhadap PDRB 27,19 27,37 28,38 26,88 27,18 27,38 23,06
id
Laju Pertumbuhan Indeks
7,06 5,97 11,30 8,20 3,96 1,33
Implisit
o.
.g
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
ps
.b
Ekspor memberikan kontribusi besar terhadap angka PDRB Wakatobi, yang nilainya
ab
berada di atas 23 persen, bahkan pada tahun 2012 menyentuh angka 28,38 persen. Yang
ik
artinya 28,38 persen angka PDRB Wakatobi berasal dari nilai ekspor. Ekspor utama dari
ob
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 43
3.8 PERKEMBANGAN IMPOR BARANG DAN JASA
id
Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongan-nya bisa
o.
berbeda dengan ekspor. Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor menunjukkan
.g
semakin kuatnya ketergantungan Kabupaten Wakatobi terhadap ekonomi atau produk
ps
negara lain. Komponen impor termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara
.b
langsung (direct purchase) oleh penduduk (resident) Kabupaten Wakatobi di luar negeri, baik
ab
Nilai Impor
tp
a. ADHB (Juta Rp) 603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09
ht
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 603.250,84 646.556,69 632.571,70 580.050,73 583.166,99 594.765,34 530.729,40
Distribusi terhadap PDRB 38,84 36,90 34,44 23,56 30,54 28,62 21,93
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 44
Tabel 3.8.1 di atas menunjukan pola perkembangan impor Kabupaten Wakatobi pada
periode tahun 2010 – 2016. Perkembangan tersebut dirinci menjadi lima komponen yakni
nilai impor (adhk dan adhb), distribusi/proporsinya terhadap total PDRB Kabupaten
Wakatobi, laju pertumbuhan, indeks implisit, dan laku pertumbuhan indeks implisit. Pada
tahun 2016, nilai impor adh berlaku Wakatobi sebesar 724.585,09 juta rupiah dan adh
konstan sebesar 530.729,40 juta rupiah.
id
Kota Bau-bau. Sementara menganalisis laju pertumbuhan komponen impor, sejalan dengan
o.
peranan yang besar di tahun 2011, pertumbuhan impor di tahun tersebut juga mengalami
.g
lonjakan tajam secara persentase. Lalu kemudian cenderung menurun bahkan pada tahun
ps
2013 nilainya berkurang drastis hingga mengalami penurunan laju pertumbuhan hingga -
.b
8,30 persen.
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 45
BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT
PENGELUARAN KABUPATEN WAKATOBI,
id
o.
2010 – 2016
.g
ps
.b
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial
ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disjikan beberapa
rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, ditengah keterbatasan informasi yang
tersedia.
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu
wilayah ekonomi domestik, dimana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan.
PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan
wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan,
yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan. Dari series data PDRB
id
pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan dengan PDRB maupun
o.
variabel pendukung lain (seperti rumahtangga, dan tenaga kerja). Sebagai contoh, untuk
.g
melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, maka disajikan data PDRB perkapita
ps
.b
Tabel 4.1.1 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
ab
ik
Pertumbuhan
ht
PDRB perkapita
- 10,51 10,09 7,81 7,87 7,68 7,97
ADHK 2010
Jumlah penduduk
93.279,00 93.733,00 94.079,00 94.511,00 94.789,00 94.985,00 95.209,00
(000 org)
Pertumbuhan 0,49 0,37 0,46 0,29 0,21 0,24
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 47
tersebut. Meskipun demikian, paparan ini masih belum cukup menggambarkan pemerataan
secara mikro, yang masih memerlukan data lainnya.
id
besar lainnya digunakan untuk ekspor. Namun tetap perlu diingat bahwa di dalamnya
o.
konsumsi akhir rumahtangga juga termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor
.g
yang tidak diproduksi oleh pelaku ekonomi dalam lingkup Kabupaten Wakatobi.
ps
.b
Tabel 4.2.1 Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumahtangga
terhadap Ekspor, Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
ab
ik
Total Konsumsi RT (ADHB 789.375,56 888.452,28 1.022.903,64 1.141.956,50 1.271.260,92 1.419.319,66 1.577.040,09
ak
Juta Rp)
Perbandingan Konsumsi RT
tp
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010, produk yang digunakan untuk
konsumsi rumah tangga lebih dari 1,87 kali dari yang diekspor. Hal ini berarti bahwa
sebagian besar penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan akhir
rumah tangga. Seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga, rasio perbandingan
konsumsi rumah tangga terhadap ekspor berfluktuatif tiap tahunnya dan berada pada
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 48
rentang 1,7 hingga 2,1. Peningkatan dan penurunan rasio ini dapat disebabklan oleh
perubahan volume maupun harga.
Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi
akhir rumahtangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal
tetap). Semakin besar rasio maka mengindikasikan aktivitas ekonomi di Wakatobi dominan
digunakan untuk konsumsi akhir rumahtangga. Hal ini dapat pulg mengindikasikan belum
fokusnya investasi pada level rumahtangga.
id
Tabel 4.3.1 Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumahtangga
o.
terhadap PMTB, Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
.g
Uraian 2010 2011 2012 ps 2013 2014 2015* 2016**
.b
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
ab
Total Konsumsi RT (ADHB Juta 789.375,56 888.452,28 1.022.903,64 1.141.956,50 1.271.260,92 1.419.319,66 1.577.040,09
Rp)
ik
Total PMTB (ADHB Juta Rp) 519.864,89 558.525,91 579.965,47 635.494,27 742.664,28 820.500,95 908.319,38
ob
Perbandingan Konsumsi RT
1,52 1,59 1,76 1,80 1,71 1,73 1,74
at
terhadap PMTB
ak
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
w
://
tp
Sekilas nampak pada tabel 4.3.1 bahwa sebagian besar penggunaan produk yang
ht
Konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik
berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 49
konsumsi akhir dalam pembahasan ini meliputi rumahtangga, LNPRT, dan pemerintah.
Walaupun ketiga pelaku ekonomi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem
ekonomi, tetapi keduanya memiliki kesamaan dalam membelanjakan sebagian
pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir. Tabel berikut menyajikan data tentang
komsumsi akhir dari PDRB adh Berlaku.
id
o.
b. LNPRT 34.165,25 37.033,76 38.875,09 41.236,77 47.041,69 50.107,28 51.362,16
.g
c. Pemerintah 389.958,35 484.361,60 515.804,14 555.970,26 599.393,15 659.490,98 729.478,56
* Angka Sementara
ob
Sebagian besar barang dan jasa yang berada di wilayah domestik digunakan untuk
ak
memenuhi permintaan konsumsi akhir (berkisar di atas 70 persen). Meskipun konsumsi akhir
w
://
makin meningkat setiap tahunnya, namun proporsinya terhadap PDRB relatif stabil. Dalam hal
tp
ini, produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir (PMTB, inventori, dan eskpor neto)
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 50
Tabel 4.5.1 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
Total PMTB (ADHB Juta Rp) 519.864,89 558.525,91 579.965,47 635.494,27 742.664,28 820.500,95 908.319,38
Perbandingan Ekspor
0,81 0,88 1,00 0,97 0,94 0,97 0,84
terhadap PMTB
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Sepanjang tahun 2010 s.d 2016 ekspor mempunyai nilai yang rendah dibanding nilai
id
PMTB. Untuk menghasilkan seluruh produk domestik (termasuk ekspor) disyaratkan
o.
tersedianya sejumlah kapital (yang didalamnya termasuk pula kapital impor) Rasio ekspor
.g
terhadap PMTB berkisar antara 0,8 hingga 1,00. ps
.b
4.6 PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR
ab
ik
Selanjutnya, Rasio total PDRB terhadap impor dapat memberikan gambaran tentang
ob
perbandingan antara produk yang dihasilkan di wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan
at
produk yang berasal dari impor. Selain itu data tersebut menjelaskan tentang
ak
ketergantungan PDRB terhadap produk yang dihasilkan oleh negara/domestik lain. Jika
w
rasionya kecil berarti ketergantungan akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya. Rasio
://
tp
PDRB terhadap impor tahun 2010 - 2016 menunjukkan pola peningkatan yang cukup
ht
signifikan. Hal ini menunjukkan sebagian besar nilai PDRB lebih berdaya guna dalam
domestic Wakatobi karena ketergantungan terhadap impor baik barang maupun jasa
semakin berkurang.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 51
Tabel 4.6.1 Perbandingan Impor terhadap PMTB
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
Perbandingan PDRB
2,57 2,71 2,90 3,29 3,27 3,49 4,56
terhadap Impor
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
id
PERMINTAAN
o.
.g
ps
Rasio antara total penyediaan dan total permintaan ini dapat pula digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi suatu daerah oleh produk yang
.b
ab
Yang dimaksud dalam total penyediaan adalah nilai total PDRB adh Berlaku, sementara
at
total permintaan merupakan angka total PDRB adh Berlaku ditambah dengan nilai impor
ak
adh Berlaku.
w
Berdasarkan tabel berikut, dapat dilihat bahwa untuk memenuhi permintaan akhir
://
domestik, sebagian produk masih harus didatangkan dari luar negeri, sekitar 17 - 28 persen.
tp
Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat baru bisa dipenuhi sekitar 72-83 persen dari selisih
ht
hasil produksi domestik. Secara nominal, dalam kurun waktu 2010 – 2013, tendensi
permintaan (akhir) masyarakat terus mengalami peningkatan yang lalu kembali turun pada
tahun 2014, tetapi bila melihat pada angka persentase ketergantungan terhadap impor,
persentase nilai impor terhadap total permintaan akhir cukup berfluktuatif. Pada tahun
2010, 603.250,84 juta rupiah atau sekitar 27,97 persen dari total permintaan merupakan
impor dari luar Wakatobi sementara pada tshun 2016, total impor sebesar 724.585,09 juta
rupiah atau sekitar 17,68 persen dari total permintaan.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 52
Tabel 4.7.1 Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
ADHB (Juta Rp) 603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09
id
(%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
o.
* Angka Sementara
.g
** Angka Sangat Sementara
ps
Di sisi lain “penyediaan” produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh
.b
ekonomi domestik masing-masing sebesar 1.553.296,51 juta rupiah (2010); 1.798.386,52 juta
ab
rupiah (2011); 2.053.587,23 juta rupiah (2012); 2.295.528,49 juta rupiah (2013); 2.575.657,45
ik
juta rupiah (2014); 2.914.887,97 juta rupiah (2015) dan 3.304.672,81 juta rupiah (2016); dan
ob
karena produk domestik tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan permintaan, maka
at
berbagai produk barang dan jasa diimpor, dengan nilai masing-masing, sebesar 603.250,84
ak
juta rupiah (2010); 663.555,60 juta rupiah (2011); 707.181,25 juta rupiah (2012); 698.136,18
w
://
juta rupiah (2013); 786.527,85 juta rupiah (2014); 834.170,51 juta rupiah (2015) dan 724.585,09
tp
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 53
NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE)
Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar
negeri (non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara
nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”, apabila nilai ekspor lebih besar
dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit. Dilihat
dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus,
maka terjadi aliran devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran
devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah di
antaranya ditentukan oleh proses tersebut.
Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio)
antara nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio
id
tersebut tidak dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun
o.
kuantum. Apabila rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada
.g
nilai impor, sebaliknya apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi dari
ps
pada nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor atau impor suatu negara sangat tergantung kepada
.b
kondisi ekonomi serta kebutuhan masyarakatnya.
ab
Nilai Impor (ADHB) ( Juta Rp) 603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09
tp
Net ekspor (X – M) ( Juta Rp) -180.942,18 -171.421,68 -124.363,21 -81.060,51 -86.483,49 -35.986,53 37.454,66
ht
Rasio ekspor thdp Impor 0,70 0,74 0,82 0,88 0,89 0,96 1,05
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Tujuh tahun terakhir, posisi perdagangan barang dan jasa Kabupaten Wakatobi
dengan luar negeri dan antar kabupaten kian meningkat. Selama periode 2010 s.d 2015,
posisi perdagangan barang dan jasa Kabupaten Wakatobi dengan luar negeri dan antar
kabupaten menunjukkan nilai negatif. Hal ini menunjukkan neraca perdagangan barang
dan jasa Kabupaten Wakatobi selama periode itu dalam posisi defisit. Hal yang berbeda
terjadi pada tahun 2016 dimana perdangan barang dan jasa Kabupaten Wakatobi dengan
luar negeri dan antar kabupaten menunjukkan nilai positif yang artinya pada tahun 2016
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 54
neraca perdagangan barang dan jasa Kabupaten Wakatobi dalam posisi surplus. Nilai
ekspor yang lebih besar dari impor menyebabkan adanya aliran devisa masuk, yang dalam
konteks lain disebut sebagai “tabungan luar negeri”. Kecenderungan nilai ekspor pada
periode 2010 hingga 2015 terus meningkat dari 422.308,66 juta rupiah menjadi 798.183,98
juta rupiah pada tahun 2015, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi
762.039,75 juta rupiah.
Selain rasio pada neraca perdagangan, angka rasio perdagangan internasional (RPD)
juga dapat menggambarkan perbandingan aktivitas perdagangan internasional dari suatu
id
wilayah, apakah didominasi oleh ekspor atau impor luar negeri (LN). Formulasinya
o.
diperoleh dengan menghitung selisih antara ekspor LN dikurangi impor LN dibagi dengan
.g
jumlah ekspor LN dan impor LN. Koefisien RPI berkisar antara -1 s.d + 1 ( - 1 < RPI < +1 ).
ps
Jika RPI berkisar antara minus 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh impor,
.b
sedangkan apabila berkisar antara positif 1, maka perdagangan internasional didominasi
ab
Data pada tabel berikut menunjukkan bahwa pada periode tahun 2010 – 2015, posisi
ob
ekspor lebih rendah dibanding nilai impor. Rasio Perdagangan Internasional Kabupaten
at
selalu didominasi oleh kegiatan impor, meskipun dengan rasio yang relatif kecil yaitu -0,18
w
hingga -0,02. Sedangkan, pada tahun 2016 rasio perdagangan Internasional Kabupaten
://
tp
ekspor.
Tabel 4.9.1 Rasio Perdagangan Internasional
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
Nilai Impor (ADHB) ( Juta Rp) 603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 55
4.9 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)
id
pertambahan satu unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital
o.
.g
sebanyak ”K” unit. Formula :
ICOR
K
I
It ps
Y Y Yt Yt 1
.b
ab
Data berikut menunjukkan besaran ICOR cenderung berfluktuatif pada tahun 2011
at
sebesar 3,39 menjadi 3,32 pada tahun 2012; meningkat menjadi 4,18 pada tahun 2013; dan
ak
meningkat menjadi 4,24 pada tahun 2014, kemudian meningkat menjadi 4,26 pada tahun
w
2015 yang kemudian mengalami penurunan menjadi 4,11 persen pada tahun 2016.
://
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 56
ht
tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id
BAB V
PENUTUP
BAB V PENUTUP
1. PDRB menurut penggunaan, 2010 s.d 2016 dapat menggambarkan perubahan struktur
dan perkembangan kondisi ekonomi Kabupaten Wakatobi pada periode
bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan
analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi.
Analisis PDRB pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa
akhir, baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan
internasional dan antar daerah. Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang
menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah rumahtangga,
lembaga non-profit yang melayani rumahtangga/LNPRT, pemerintah, dan
perusahaan.
id
2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan
o.
perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis
.g
didasarkan pada indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis tersebut
ps
juga dilengkapi dengan indikator sosial demografi (seperti penduduk, rumahtangga,
.b
dan pegawai negeri), sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi lebih informatif.
ab
3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari, 2010 s.d 2016, sehingga mudah
ik
ob
persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-
ak
masing data.
w
://
4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran,
tp
dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro
ht
lain seperti pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang
saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan
secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data
ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-
Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana.
5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat
disajikan di sini, seperti ekspor dan impor, dan transfer berjalan (current transfer) neto.
Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi
Kabupaten Wakatobi terhadap ekonomi daerah lain (rest of the world).
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 58
ht
tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id
LAMPIRAN
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Juta Rupiah)
id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 34,165.25 37,033.76 38,875.09 41,236.77 47,041.69 50,107.28 51,362.16
o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
.g
389,958.35 484,361.60 515,804.14 555,970.26 599,393.15 659,490.98 729,478.56
(3.a. + 3.b.)
* Angka Sementara
://
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 60
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Juta Rupiah)
id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 34,165.25 35,364.70 36,388.61 37,398.16 41,459.84 42,202.11 41,577.67
o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
.g
389,958.35 463,931.91 475,273.94 502,383.02 515,040.82 545,902.42 567,944.28
(3.a. + 3.b.)
* Angka Sementara
://
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 61
Lampiran 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Persen)
id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.20 2.06 1.89 1.80 1.83 1.72 1.55
o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
.g
25.11 26.93 25.12 24.22 23.27 22.62 22.07
(3.a. + 3.b.)
* Angka Sementara
://
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 62
Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2011 ─ 2016 (Persen)
id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3.51 2.90 2.77 10.86 1.79 (1.48)
o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
.g
18.97 2.44 5.70 2.52 5.99 4.04
(3.a. + 3.b.)
5. Perubahan Inventori - - - - - -
ob
* Angka Sementara
://
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 63
Lampiran 5. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi (2010=100)
Menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Persen)
id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 100.00 104.72 106.83 110.26 113.46 118.73 123.53
o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
.g
100.00 104.40 108.53 110.67 116.38 120.81 128.44
(3.a. + 3.b.)
5. Perubahan Inventori - - - - - - -
ob
* Angka Sementara
://
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 64
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi
(2010=100) Menurut Pengeluaran, 2011 ─ 2016 (Persen)
id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4.72 2.02 3.21 2.90 4.64 4.04
o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
.g
4.40 3.95 1.97 5.16 3.81 6.32
(3.a. + 3.b.)
5. Perubahan Inventori - - - - - -
ob
* Angka Sementara
://
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 65
Lampiran 7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Rupiah)
id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 366,269.47 395,098.42 413,217.51 436,317.15 496,277.94 527,528.35 539,467.49
o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
.g
4,180,558.86 5,167,460.77 5,482,670.31 5,882,598.43 6,323,446.29 6,943,106.60 7,661,865.58
(3.a. + 3.b.)
* Angka Sementara
://
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 66
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, Tabel Input Output Kabupaten Wakatobi, berbagai seri, Jakarta.
id
o.
, Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat , berbagai seri, Jakarta.
.g
, Statistik Keuangan BUMN dan BUMD , 1997, Jakarta 2000.
ps
.b
, Profil Ekonomi Rumahtangga 1998 , Jakarta 1999.
ab
Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview , Pamphlet Series, No. 29, Washington DC, 1979.
ob
Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in Indonesia
at
Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper , Series No.4, Jakarta 1988.
ak
United Nations, A System of National Accounts , Studies in Methods, Series F No.2 Rev.3, New York, 1968.
w
://
, Input-Output Table and Analysis , Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1, New York, 1973.
tp
, Handbook of National Accounting for Production , Sources and Methods, Series F No. 39, New York, 1986.
ht
, Handbook of National Accounting , Public Sector Accounts, Studies Methods, Series F No. 50,
New York, 1988.
, Link between Business Accounting and National Accounting , Public Sector Accounts, Studies
Methods , Series F No. 76, New York, 2000.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 67
Verbiest Piet, Investment Matrix , Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan Pusat Statistik
Jakarta, 1997.
Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD Countries , Paris, 1976.
World Bank, System of National Accounts 1993 , Bahan Kursus, Washington DC, 1993
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi
Menurut Lapangan Usaha, 2012 – 2016, Wanggudu
Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tenggara, Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Sulawesi Tenggara
Menurut Pengeluaran, 2012 – 2016, Kendari
id
o.
.g
ps
.b
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 68
ht
tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id