Anda di halaman 1dari 78

ht

tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO
KABUPATEN WAKATOBI
MENURUT PENGELUARAN
2010 – 2016

ISBN : 978-602-6461-17-9
Katalog : 9302003.7407
Nomor Publikasi : 74070.1704

id
Ukuran Buku : 21,5 cm X 29,7 cm
Jumlah Halaman : viii + 68 halaman

o.
.g
Penyusun Naskah:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
ps
.b
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi
ab
ik

Desain Kover:
ob

Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi


at
ak

Diterbitkan oleh:
© Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi
w
://
tp

Dicetak oleh:
ht

Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau menggandakan


sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Wakatobi. Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
KATA PENGANTAR

Buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi menurut Pengeluaran


Tahun 2017 ini merupakan publikasi yang disusun oleh BPS Kabupaten Wakatobi. Publikasi ini
menyajikan tinjauan perkembangan perekonomian Kabupaten Wakatobi secara deskriptif.
Dalam buku ini juga ditampilkan tabel-tabel PDRB tahun 2010 – 2016 atas dasar harga berlaku
dan harga konstan 2010 dalam bentuk nilai nominal dan persentase.

Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan kepada Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi sehingga buku ini
dapat terbit tepat waktu.

Semoga publikasi ini bermanfaat.

id
o.
.g
ps Wangi-Wangi, September 2017
.b
BADAN PUSAT STATISTIK
ab

KABUPATEN WAKATOBI
ik
ob

KEPALA,
at
ak
w
://

ADE IDA MANE, SST., M.Si


tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................I


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... II
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... III
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ IV
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................... VI
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA ................................................................. 5
BAB III. TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN WAKATOBI
BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN KABUPATEN WAKATOBI
TAHUN 2010 – 2016 ............................................................................................................... 23

id
BAB IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN

o.
KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2010 – 2016 ............................................................... 46

.g
ps
BAB IV. PENUTUP ....................................................................................................................... 57
LAMPIRAN .................................................................................................................................... 59
.b
ab

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 67


ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1.1 Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 27
menurut Pengeluaran, Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 (Juta
Rupiah)

id
o.
.g
ps
.b
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran, 25


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 (Juta Rupiah)

Tabel 3.1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut Pengeluaran, 26


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 (Juta Rupiah)

Tabel 3.1.3 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut 28
Pengeluaran (Persen), Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Tabel 3.1.4 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 29
menurut Pengeluaran (Persen), Kabupaten Wakatobi,

id
2011 – 2016

o.
Tabel 3.1.5 Indeks Implisit PDRB menurut Pengeluaran, Kabupaten 30

.g
Wakatobi (Persen), 2010 – 2016
ps
Tabel 3.1.6 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku menurut 31
.b
Pengeluaran (Rupiah), Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
ab

Tabel 3.2.1 Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumahtangga, 32


ik

Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016


ob

Tabel 3.2.2 Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumahtangga (Persen), 34


at

Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016


ak
w

Tabel 3.2.3 Laju Pertumbuhan Konsumsi Akhir Rumahtangga (Persen), 35


Kabupaten Wakatobi, 2011 – 2016
://
tp

Tabel 3.2.4 Laju Pertumbuhan Indeks Implisit (Indeks Harga) Konsumsi 36


ht

Akhir Rumahtangga (Persen), Kabupaten Wakatobi,


2010 – 2016

Tabel 3.3.1 Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir LNPRT, 37


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Tabel 3.4.1 Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Pemerintah, 38


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Tabel 3.5.1 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto, Kabupaten 40


Wakatobi, 2010 – 2016

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 vi
Tabel 3.6.1 Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori, Kabupaten 42
Wakatobi, 2010 – 2016

Tabel 3.7.1 Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa, Kabupaten Wakatobi, 43


2010 – 2016

Tabel 3.8.1 Perkembangan Impor Barang dan Jasa, Kabupaten Wakatobi, 44


2010 – 2016

Tabel 4.1.1 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita, 47


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Tabel 4.2.1 Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir 48


Rumahtangga terhadap Ekspor, Kabupaten Wakatobi,
2010 – 2016

id
Tabel 4.3.1 Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir 49

o.
Rumahtangga terhadap PMTB, Kabupaten Wakatobi,
2010 – 2016

.g
Tabel 4.4.1 ps
Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB, 50
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
.b
ab

Tabel 4.5.1 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB, Kabupaten Wakatobi, 51


2010 – 2016
ik
ob

Tabel 4.6.1 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB, Kabupaten Wakatobi, 52


at

2010 – 2016
ak

Tabel 4.7.1 Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan, Kabupaten 53


w

Wakatobi, 2010 – 2016


://

Tabel 4.8.1 Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Kabupaten Wakatobi, 54


tp

2010 – 2016
ht

Tabel 4.9.1 Rasio Perdagangan Internasional, Kabupaten Wakatobi, 2010 – 55


2016

Tabel 4.10.1 Incremental Capital Output Ratio, Kabupaten Wakatobi, 2010 – 56


2016

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Atas 60


Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Juta
Rupiah)

Lampiran 2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Atas 61


Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016
(Juta Rupiah)

Lampiran 3 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto 62


Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga Berlaku menurut
Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Persen)

Lampiran 4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten 63

id
Wakatobi Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut

o.
Pengeluaran, 2011 ─ 2016 (Persen)

.g
Lampiran 5 Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto 64
ps
Kabupaten Wakatobi (2010 = 100) menurut Pengeluaran, 2010 ─
2016 (Persen)
.b
ab

Lampiran 6 Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik 65


Regional Bruto Kabupaten Wakatobi (2010 = 100) menurut
ik

Pengeluaran, 2011 ─ 2016 (Persen)


ob
at

Lampiran 7 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Per 66


Kapita Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran, 2010 ─
ak

2016 (Rupiah)
w
://
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 viii
ht
tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id
PENDAHULUAN
BAB I
1.1 PENGERTIAN PENDAPATAN REGIONAL

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu


wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada
dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap,. Sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga

id
yang pada suatu, tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan

o.
untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan

.g
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode (, ke,
ps
atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini, dasar yang digunakan adalah, 2010 dan ini
.b
tentu akan mencerminkan struktur ekonomi terkini.
ab
ik

Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-angka


ob

PDRB, yaitu:
at

a. Menurut Pendekatan Produksi,


ak

Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
w

dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu
://
tp

tertentu (biasanya satu,). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan


ht

menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2.


Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5.
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7.
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan
Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan
Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14.
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16.
Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 2
Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub
kategori lapangan usaha.

b. Menurut Pendekatan Pendapatan


PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu,). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan
dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak
tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

c. Menurut Pendekatan Pengeluaran

id
o.
PDRB yang disajikan pada buku ini menggunakan pengekatan pengeluaran, yakni PDRB

.g
dengan pendekatan semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran
ps
konsumsi rumahtangga (2) lembaga non profit yang melayani rumahtangga (3) pengeluaran
.b
konsumsi pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5) perubahan
ab

inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).


ik
ob

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi,
at

jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan
ak

harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang
w

dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di
://

dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.


tp
ht

1.2 KEGUNAAN STATISTIK PENDAPATAN REGIONAL

Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap,. Manfaat yang dapat diperoleh dari
data ini antara lain adalah:

1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 3
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari, ke,.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian


atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.

4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa
digunakan untuk tujuan komunikasi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar
negeri.

5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam


menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.

id
6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju

o.
pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.

.g
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per
satu orang penduduk.
ps
.b
ab

8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan
ik

nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.


ob
at
ak
w
://
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 4
BAB II

id
o.
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

.g
ps
.b
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht
2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA

i. Pendahuluan
Sektor rumahtangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal
ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumahtangga dalam pembentukan PDRB
pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga
juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi
yang dilakukan oleh sektor institusi lain.

ii. Konsep dan definisi


Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang dan jasa
oleh rumahtangga untuk tujuan konsumsi. Rumahtangga didefinisikan sebagai individu

id
atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal.

o.
Mereka mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta

.g
mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan
ps
perumahan.
.b
ab

iii. Cakupan
ik

PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu
ob

wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region.
at

Jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi, adalah:


ak

 makanan dan minuman baik bahan maupun makanan jadi, termasuk minuman
w
://

beralkohol, rokok, dan tembakau;


tp

 perumahan dan fasilitasnya, seperti biaya sewa/kontrak rumah, bahan bakar,


ht

rekening telepon, listrik, air, biaya pemeliharaan dan perbaikan rumah, termasuk
imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);

 bahan pakaian, pakaian jadi, alas kaki, dan penutup kepala;

 barang tahan lama seperti mobil, meubeler, perabot dapur, TV, perhiasan, alat olah
raga, binatang peliharaan, dan tanaman hias;

 barang lain, seperti bahan kebersihan (sabun mandi, sampo, dsj.), bahan kecantikan
(kosmetik, bedak, lipstik, dsj.), obat-obatan, vitamin, buku, alat tulis, surat kabar;

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 6
 jasa-jasa, seperti kesehatan (biaya rumah sakit, dokter, imunisasi, dsj.), pendidikan
(biaya sekolah, kursus, dsj.), ongkos transportasi, perbaikan kendaraan, biaya hotel,
dan ongkos pembantu rumahtangga;

 barang yang diproduksi dan digunakan sendiri;

 pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain;

 barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen luar wilayah atau
luar negeri termasuk dalam konsumsi rumahtangga dan diperlakukan sebagai impor.
Sedangkan pembelian langsung oleh non-residen diperlakukan sebagai ekspor dari
wilayah tersebut (UN, 1993).

Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik,

id
lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga,

o.
bukan konsumsi rumahtangga. Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus

.g
diperhitungkan karena rumahtangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan
ps
rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar,
.b
meskipun status rumah tersebut milik sendiri. Apabila rumahtangga benar-benar menyewa,
ab

maka yang dihitung adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak
ik

penuh karena mendapat keringanan biaya (subsidi atau transfer).


ob

Pengeluaran rumahtangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di


at
ak

dalam aktivitas usaha rumahtangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi


w

rumahtangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar
://

rumah, dan pembelian rumah. Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk
tp

uang atau barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumahtangga.


ht

iv. Penghitungan PKRT,an

1. Sumber data

Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :

 Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi
per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk
kelompok bukan makanan,

 Jumlah penduduk pertengahan,

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 7
 Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator
suplai komoditas dan jenis pengeluaran tertentu,

 Indeks Harga Konsumen (IHK).

2. Metode penghitungan

Selama ini, penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Susenas. Akan tetapi, karena
hasil estimasi data pengeluaran rumahtangga yang berasal dari Susenas cenderung
underestimate (terutama untuk kelompok bukan makanan dan kelompok makanan jadi),
maka perlu dilakukan penyesuaian (adjustment). Dalam melakukan adjustment, digunakan
data sekunder dalam bentuk data atau indikator suplay dari berbagai sumber data di luar
Susenas. Setelah diperoleh hasil adjustment, maka yang dilakukan adalah mengganti hasil

id
Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan pada data sekunder. Penggantian

o.
dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Hal

.g
ini dilakukan karena hasil penghitungan dari data sekunder dianggap lebih mencerminkan
ps
PKRT yang sebenarnya. Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas
.b
dasar harga berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh
ab

dengan cara mendeflate PKRT ADHB dengan IHK, dasar 2010.


ik
ob
at

2.2 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT


ak
w

i Pendahuluan
://

Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumahtangga (LNPRT) muncul sebagai


tp
ht

sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam
menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis
atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara
ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar
yang berlaku).

ii Konsep dan definisi

LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya,
LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumahtangga dan LNP yang melayani bukan
rumahtangga.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 8
Karakteristik unit LNP adalah sbb :

 LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga


informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;

 pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya
hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;

 setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak
berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha
produktif dikuasai oleh lembaga;

 kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan


kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan

id
 istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus

o.
melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya

.g
diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis. ps
.b
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta
ab

tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang
ik

bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi
ob

kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/


at

kebudayaan/olahraga/ hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan


ak

Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.


w
://

iii Cakupan
tp

Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai
ht

output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam
rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :

a. Konsumsi antara, contoh: pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik, air,
telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar,
perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan
kantor dll.

b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan
lainnya

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 9
c. Penyusutan

d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.

iv Penghitungan PK-LNPRT,an

1. Sumber data

 Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP).

Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut
jenis lembaga dan jenis pengeluaran.

 Hasil up-dating direktori LNPRT.

Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi

id
LNPRT menurut jenis lembaga.

o.
.g
 Indeks Harga Konsumen (IHK)

2. Metode penghitungan
ps
.b
ab

PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu menggunakan


ik

hasil SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :


ob

 Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran


at

(barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya
ak

diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga


w

menurut jenis-nya dihitung dengan rumus sbb :


://
tp

xij
x ij 
ht

ni

x ij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran

xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran

ni : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga


i : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7
j : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 10
 Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb:

7 19
X    x ij  N i
i 1 j 1

X : PK-LNPRT adh Berlaku

Ni : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga

Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar harga
berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh
dengan cara mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK, dasar 2010.

id
o.
2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH

.g
i Pendahuluan
ps
.b
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
ab

mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit
ik

institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah
ob

juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan
at

jasa bagi kelompok atau individu rumahtangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak
ak

atau pendapatan lain-nya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan


w

melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar.


://

Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen


tp
ht

maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang
fiskal dan moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas
barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas
memproduksi barang & jasa maupun aktivitas investasi.

ii Konsep dan Definisi

Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai
produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu
sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah
dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal,

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 11
dan nilai output dari Bank Kabupaten Wakatobi, dikurangi dengan nilai penjualan barang
dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan.

Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sbb:

1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,
pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang
semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.

2. Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah,


perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil

id
o.
karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dala hal ini pemerintah memungut biaya

.g
yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang
ps
diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi
.b
(pendapatan jasa).
ab

iii Cakupan
ik
ob

Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
at

melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
ak

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi,
w

Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja


://

Pemerintah Daerah (APBD).


tp
ht

Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Kabupaten mencakup : a. PK-


Pemerintah Kabupaten yang bersangkutan;b. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian
dari pemerintah Kabupaten; c. PK-Pemerintah Desa/ Kelurahan/Nagari yang ada di
wilayah Kabupaten bersangkutan.

iv Penghitungan PDRB,an

1. Sumber Data

Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Kabupaten,an adalah:


a. Data realisasi APBN,an (BPKAD Provinsi)

b. Data realisasi APBD,an (BPKAD Kabupaten)

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 12
c. Statistik Keuangan Daerah (BPS)

d. Output Bank Kabupaten Wakatobi (BI)

e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari
BPS.

2. Metode Penghitungan

a. PK-P Kabupaten adh Berlaku

Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut:

PK-P adh Berlaku =

id
Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank

o.
Indonesia

.g
ps
.b
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan, yaitu: Belanja
ab

pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yg dibeli dengan harga
ik

pasar), belanja pegawai, dan penyusutan.


ob

Untuk level Kabupaten, PK-P Kabupaten adh Berlaku, dihitung berdasarkan


at

penjumlahan dari pengeluaran akhir konsumsi pemerintah Kabupaten itu sendiri +


ak

pengeluaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan Kabupaten/ Kota yang ada
w

di wilayah Kabupaten tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah


://

desa/kelurahan/nagari yang ada zzdiwilayah Kabupaten tersebut + pengeluaran


tp
ht

pemerintah Pusat yang menjadi bagian dari Kabupaten yang bersangkutan.

b. PK-P Kabupaten adh Konstan

Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan menggunakan


metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik Bruto komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 13
2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)

i Pendahuluan

Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik
dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin
pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.

PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam
proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang
modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan,
tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.

id
o.
ii Konsep dan definisi

.g
ps
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit
.b
produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan,
ab

pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri
ik

serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau
ob

barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya.
at

Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa
ak

beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang
w

disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.


://

Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu, serta akan mengalami
tp
ht

penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya


masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal
(Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang
digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode.

iii Cakupan

PMTB terdiri dari :

1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang
bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 14
dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property
products), dan sebagai-nya;

2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan
aset yang dipatenkan;

3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia
pakainya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan,
pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).

iv Penghitungan PMTB,an

1. Sumber data

a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi

id
dari BPS Kabupaten.

o.
b. Laporan keuangan perusahaan.

.g
c. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar. ps
d. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas).
.b
e. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum.
ab

f. Publikasi Statistik Konstruksi.


ik

g. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
ob

h. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.


at
ak

2. Metode penghitungan
w

Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak


://
tp

langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-
ht

masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal


(harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung.
Sedangkan pendekatan “tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi
dari total penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai
industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau
“supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun
dari produk luar negeri (impor).

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 15
Pendekatan Langsung

Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh


nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai
atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang
dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang
terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari
impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan
atau alih kepemilikan barang modal tersebut.

Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang
perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian

id
(perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut

o.
di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan

.g
kelompok barang modal. ps
.b
Pendekatan Tidak Langsung
ab

Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus
ik

komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung
ob

nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang
at

kemudian sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB


ak

dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output
w
://

industri konstruksi, baik adh Berlaku maupun adh Konstan.


tp

Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya
ht

dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari
impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan
mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi
pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin
perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh
Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan
jenis barang modal.

Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah
dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi
jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 16
menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh
Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga
masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan
bahwa PMTB adh Konstan di,-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.

Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang
berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara. Pertama, PMTB adh
Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci
menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lain.
Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator
(barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan
adalah dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga

id
yang sesuai.

o.
PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral,

.g
ps
dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang
industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari
.b
ab

aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode
sebelumnya. Sedangkan PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adh
ik
ob

Berlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan.


at

Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan
ak

data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan
w

diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa
://

perusahaan. Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original
tp

(entertainment, literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron
ht

dan program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari
nilai impor film. PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh
Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.

Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui


pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu:

a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis.
Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data, pengukuran (referensi) dengan data publikasi yang
diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 17
2.5 PERUBAHAN INVENTORI

i Pendahuluan

Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang
modal.

Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari


Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada
kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian
dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta
bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan

id
inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.

o.
ii Konsep dan definisi

.g
ps
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
.b
produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam
ab

bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk
ik

dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress),
ob

serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.
at

Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi
ak

dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan
w

tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda
://
tp

positif) atau pengurangan (bertanda negatif).


ht

Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses


produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan
penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor
pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku).
Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah,
kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga
stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas
(publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti
beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumahtangga pengadaan inventori lebih
ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 18
iii Cakupan

Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb :

a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan,


perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;

b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;

c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum
digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu
dibeli;

d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum

id
selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).

o.
.g
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran
untuk tujuan dijual; ps
.b
f. Ternak untuk tujuan dipotong;
ab

g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
ik

bakar atau persediaan; dan


ob
at

h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai,
ak

gula pasir, dan gandum.


w

iv Penghitungan Perubahan Inventori,an


://
tp

1. Sumber data
ht

Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori


adalah:

 Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD


 Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian;
 Data Inventori Publikasi,an Industri Besar Sedang.
 Data komoditas perkebunan;
 Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
 Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
 Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog.

2. Metode Penghitungan
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 19
Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan
inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan
langsung adalah pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung
adalah pendekatan dari sisi “komoditas”.

Di lihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang
relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas
hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan
berkesinambungan.

Pendekatan Langsung

Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di

id
suatu waktu tertentu (umumnya di akhir,). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir,

o.
(balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adh berlaku,

.g
diperlukan data inventori di, yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan
keuangan, adalah sbb:
ps
.b
 menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara mendeflate stok awal dan
ab

akhir dengan IHPB akhir,;


ik
ob

 menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di,


at

berjalan dengan di, sebelumnya; dan


ak

 menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan menginflate perubahan


w

inventori adh Konstan dengan IHPB rata-rata,an.


://
tp

Pendekatan Tidak Langsung


ht

Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas


(commodity flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-
masing barang inventori. Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh dengan
cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga
pembelian, atau harga penjualan bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan
barang inventori adh Konstan dihitung dengan: a. mendeflate nilai perubahan inventori adh
Berlaku dengan indeks harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan
stok awal dikalikan dengan harga barang di, dasar.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 20
Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan
Inventori adalah bahwa :

 Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat
untuk periode waktu yang berurutan;

 Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harga-nya;

 Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak
disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat
diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang
sesuai;

 Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi

id
untuk industri yang datanya tidak tersedia;

o.
.g
2.6 EKSPOR IMPOR ps
.b
i Pendahuluan
ab

Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan
ik
ob

sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang
diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor.
at
ak

Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha mendatangkan dari
daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa
w
://

melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau
tp

bahkan ke luar negeri.


ht

Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas


barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan
komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut
semakin mendorong aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah menjadi semakin berkembang.

ii Konsep dan definisi

Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan ekonomi (baik


penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen
wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 21
iii Cakupan

Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:

a. Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari Kabupaten tersebut

b. Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari Kabupaten tersebut

Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa
lainnya

c. Net Ekspor antar daerah

- Ekspor antar daerah

- Impor antar daerah

id
iv Penghitungan Ekspor-Impor,an

o.
.g
1. Sumber data

a.
ps
Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;
.b
b. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk Kabupaten;
ab
ik

c. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk Kabupaten dari hasil survei.


ob
at

2. Metode Penghitungan
ak

Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam
w

US$. Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang
://
tp

(sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar
ht

negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual
rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Kabupaten
Wakatobi (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Kabupaten Wakatobi. Disamping itu nilai
ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct
purchase) dan transaski yang tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh
residen maupun non residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa
(residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 22
BAB III
TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN
WAKATOBI BERDASARKAN PDRB
PENGELUARAN KABUPATEN WAKATOBI,

id
o.
2010 – 2016

.g
ps
.b
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 23
Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Wakatobi akibat proses pembangunan
ekonomi yang terjadi pada periode 2010 s.d 2014, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan maupun
perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor
eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur perdagangan global
sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional.

Data yang ada menunjukan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai


perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan
jasa yang tersedia di wilayah domestik Kabupaten Wakatobi digunakan untuk memenuhi
permintaan konsumsi akhir (Rumahtangga, LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi
digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori). Untuk

id
lebih jelasnya, perilaku masing-masing komponen pengeluaran itu akan diuraikan pada

o.
bagian berikut.

.g
3.1 TINJAUAN AGEGAT PDRB KABUPATEN WAKATOBI
ps
.b
MENURUT PENGELUARAN
ab
ik

Secara geografis, Kabupaten Wakatobi terletak di bagian paling selatan Provinsi


ob

Sulawesi Tenggara. Berbentuknya kepulauan yang terdiri dari empat pulau utama yaitu
at

Wangi-wangi Kaledupa, Tomia, dan Binongko menyebabkan Wakatobi memiliki tantangan


ak

tersendiri dalam hal memajukan daerahnya. Namun, keadaan itu tidak menjadi hambatan
w

bagi Wakatobi untuk tetap bersaing dengan kabupaten lain yang ada. Dibuktikan dengan
://

nilai PDRB yang terus menunjukkan angka positif yang. Peningkatan ekonomi tersebut
tp

digambarkan melalui nilai PDRB ADHB dan ADHK, serta Pertumbuhan pada total PDRB.
ht

PDRB secara keseluruhan atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua
komponen pengeluarannya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumahtangga (PK-RT),
konsumsi akhir LNPRT (PK-LNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan
modal tetap bruto (PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi impor.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 24
Tabel 3.1.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 (Juta Rupiah)

Komponen
2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
Pengeluaran

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Konsumsi
789.375,56 888.452,28 1.022.903,64 1.141.956,50 1.271.260,92 1.419.319,66 1.577.040,09
Rumah Tangga

2. Konsumsi
34.165,25 37.033,76 38.875,09 41.236,77 47.041,69 50.107,28 51.362,16
LNPRT
3. Konsumsi
389.958,35 484.361,60 515.804,14 555.970,26 599.393,15 659.490,98 729.478,56
Pemerintah

4. PMTB 519.864,89 558.525,91 579.965,47 635.494,27 742.664,28 820.500,95 908.319,38

5. Perubahan
874,64 1.434,65 20.402,10 1.931,20 1.780,90 1.455,63 1.017,96
Inventori

id
6. Ekspor 422.308,66 492.133,92 582.818,04 617.075,67 700.044,36 798.183,98 762.039,75

o.
.g
7. Impor 603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09

Total PDRB 1.553.296,51 1.798.386,52 2.053.587,23 ps


2.295.528,49 2.575.657,45 2.914.887,97 3.304.672,81
.b
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
ab
ik

Nilai PDRB atas dasar harga (adh) berlaku Kabupaten Wakatobi selama periode, 2010
ob

s.d 2016 menunjukkan peningkatan signifikan dari ke tahun ke tahun. Peningkatan nilai
at

tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume. PDRB adh
ak

Berlaku selanjutnya digunakan sebagai penghitung angka distribusi yang menunjukkan


w

struktur konsentrasi perekonomian PDRB yang akan dibahas selanjutnya.


://
tp

Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai
ht

atas dasar harga (adh) Konstan 2010 atau adh berbagai produk yang dinilai dengan harga
pada, 2010. Melalui pendekatan penghitungan adh konstan, PDRB di masing-masing, dapat
memberikan gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja
(tanpa ada pengaruh perubahan harga).

PDRB komponen pengeluaran adh Konstan menggambarkan perubahan atau


pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume
konsumsi. PDRB komponen Penggunaan adh Konstan menggambarkan perubahan atau
pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume
konsumsi akhir. Selama kurun waktu 2010 – 2016, gambaran tentang perkembangan
ekonomi Kabupaten Wakatobi berdasarkan PDRB adh Konstan dapat dilihat pada tabel

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 25
3.1.2 berikut. Sama halnya dengan PDRB adh Berlaku, seluruh komponen pengeluaran
akhir PDRB adhk juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 3.1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 (Juta Rupiah)

Komponen
2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
Pengeluaran

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


1. Konsumsi
789.375,56 849.115,16 910.875,55 969.931,32 1.031.623,90 1.091.497,27 1.171.030,78
Rumah Tangga

2. Konsumsi
34.165,25 35.364,70 36.388,61 37.398,16 41.459,84 42.202,11 41.577,67
LNPRT

3. Konsumsi
389.958,35 463.931,91 475.273,94 502.383,02 515.040,82 545.902,42 567.944,28
Pemerintah

id
4. PMTB 519.864,89 553.678,64 575.630,97 617.238,01 679.511,60 719.072,72 775.064,89

o.
5. Perubahan

.g
874,64 1.305,93 10.391,57 1.694,11 760,65 569,82 602,32
Inventori

6. Ekspor 422.308,66 459.679,24 513.706,18


ps
488.666,45 512.343,30 561.941,81 529.470,40
.b
ab

7. Impor 603.250,84 646.556,69 632.571,70 580.050,73 583.166,99 594.765,34 530.729,40


ik

Total PDRB 1.553.296,51 1.716.518,89 1.889.695,12 2.037.260,34 2.197.573,12 2.366.420,81 2.554.960,94


ob

* Angka Sementara
at

** Angka Sangat Sementara


ak
w
://
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 26
Gambar 3.1.1 Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 menurut
Pengeluaran, Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 (Juta Rupiah)

3500000

3000000

2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

id
ADHB ADHK

o.
.g
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara ps
.b
ab

Dari gambar di atas, nampak bahwa pada umumnya nilai PDRB adh Berlaku selalu
ik

lebih besar dari nilai PDRB adh Konstan, kecuali nilai PDRB, 2010. Nilai PDRB pada, 2010
ob

menunjukkan angka yang sama, dikarenakan penggunaan satu nilai harga yang sama yakni
at

harga, dasar 2010. Selanjutnya perbedaan nilai pada, 2011 – 2016 disebabkan karena ada
ak

pengaruh perubahan harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh
w

Konstan pengaruh faktor harga telah ditiadakan, sehingga dapat dimaknai PDRB adh
://

Konstan menggambarkan secara spesifik produksi (volume) dari masing-masing komponen


tp

pengeluaran.
ht

Semakin tinggi selisih antara batang biru dan batang jingga pada gambar di atas,
dapat pula dimaknai semakin besar perubahan harga sejak, 2010. Perubahan harga tersebut
berbeda nilainya pada setiap komponen. Perubahan harga itu sendiri dapat dilihat pada
angka indeks implisit dan laju indeks implisit per komponen pengeluaran. Perlu
diperhatikan bahwa perubahan harga ini menggunakan nilai harga pada level produsen.
Nilainya tentu tidak bisa dibandingkan dengan angka inflasi yang penghitungannnya
menggunakan harga konsumen.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 27
Tabel 3.1.3 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran
(Persen), Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Komponen
2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
Pengeluaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Konsumsi Rumah
50,82 49,40 49,81 49,75 49,36 48,69 47,72
Tangga

2. Konsumsi LNPRT 2,20 2,06 1,89 1,80 1,83 1,72 1,55

3. Konsumsi
25,11 26,93 25,12 24,22 23,27 22,62 22,07
Pemerintah

4. PMTB 33,47 31,06 28,24 27,68 28,83 28,15 27,49

5. Perubahan Inventori 0,06 0,08 0,99 0,08 0,07 0,05 0,03

6. Ekspor 27,19 27,37 28,38 26,88 27,18 27,38 23,06

id
7. Impor 38,84 36,90 34,44 30,41 30,54 28,62 21,93

o.
.g
Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
ps
.b
ab

Berdasarkan tabel 3.1.3 diatas memperlihatkan kontribusi/distribusi PDRB


ik

berdasarkan komponen pengeluarannya. Selama periode 2010 – 2016, produk yang


ob

dikonsumsi di wilayah domestik sebagian besar masih untuk memenuhi kebutuhan


at

konsumsi akhir rumahtangga. Pengeluaran untuk kapital (PMTB) juga mempunyai peran
ak

relatif besar dengan kontribusi sekitar 27 s.d 34 persen. Di sisi lain, ekspor juga mempunyai
w

peran yang relatif besar, karena sekitar 23 s.d 28 persen produk Kabupaten Wakatobi
://

mampu menembus pasar nasional maupun internasional; demikian halnya impor masih
tp
ht

mempunyai peran yang relatif besar, karena sekitar 21 hingga 39 persen permintaan
Kabupaten Wakatobi masih dipenuhi oleh produk impor. Proporsi konsumsi pemerintah
berada pada rentang 22 s.d 27 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam
menyerap produk domestik cukup besar.

Nilai impor banyak dipengaruhi oleh banyaknya komoditas yang tidak dihasilkan di
Wakatobi tetapi menjadi kebutuhan bagi masyarakat, misalnya pakaian dan barang jadi
industri lainnya yang tidak dihasilkan di Wakatobi.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 28
Tabel 3.1.4 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut
Pengeluaran (Persen), Kabupaten Wakatobi, 2011 – 2016

Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8)

1. Konsumsi Rumah Tangga 7,57 7,27 6,48 6,36 5,80 7,29

2. Konsumsi LNPRT 3,51 2,90 2,77 10,86 1,79 -1,48

3. Konsumsi Pemerintah 18,97 2,44 5,70 2,52 5,99 4,04

4. PMTB 6,50 3,96 7,23 10,09 5,82 7,79

5. Perubahan Inventori*** - - - - - -

6. Ekspor 8,85 11,75 -4,87 4,85 9,68 -5,78

7. Impor 7,18 -2,16 -8,30 0,54 1,99 -10,77

id
Total PDRB 10,51 10,09 7,81 7,87 7,68 7,97

o.
.g
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
*** Data Tidak Ditampilkan
ps
.b
ab

Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil
PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang
ik
ob

menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi


at

Kabupaten Wakatobi dari 2011 s.d 2016 menunjukkan pola yang cukup fluktuatif, tetapi
ak

cenderung melambat. Sejak 2011 s.d 2016 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi
w

secara rata-rata mencapai 8,65 persen, dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 10,51
://

persen pada tahun 2011; 10,09 persen pada tahun 2012; 7,81 persen pada tahun 2013; 7,87
tp

persen pada tahun 2014; 7,68 persen pada tahun 201; dan 7,97 persen pada tahun 2016.
ht

Pertumbuhan tertinggi tercatat terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 10,51 persen dan
terendah dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 7,68 persen.

Tabel 3.1.5 Indeks Implisit PDRB menurut Pengeluaran (Persen)


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Konsumsi Rumah Tangga 100,00 104,63 112,30 117,74 123,23 130,03 134,67

2. Konsumsi LNPRT 100,00 104,72 106,83 110,26 113,46 118,73 123,53

3. Konsumsi Pemerintah 100,00 104,40 108,53 110,67 116,38 120,81 128,44

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 29
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

4. PMTB 100,00 100,88 100,75 102,96 109,29 114,11 117,19

5. Perubahan Inventori*** 100,00 109,86 196,33 113,99 234,13 255,45 169,01

6. Ekspor 100,00 107,06 113,45 126,28 136,64 142,04 143,92

7. Impor 100,00 102,63 111,79 120,36 134,87 140,25 136,53

Total PDRB 100,00 104,77 108,67 112,68 117,20 123,18 129,34

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
*** Data Tidak Ditampilkan

Indeks implisit PDRB menggambarkan tingkat perubahan harga yang terjadi pada

id
setiap komponen pengeluaran. Angka ini didapat dengan meniadakan faktor volume

o.
produksi yang dhitung dari pembagian PDRB adh Berlaku terhadap PDRB adh Konstan.

.g
Dari tabel di atas, menunjukkan indeks implisit yang secara total terus mengalami
ps
peningkatan dalam kurun waktu 2010 – 2016. Secara umum, indeks implisit PDRB sebesar
.b
104,77 persen, yang bermakna secara umum harga komoditas di Wakatobi mengalami
ab

pengingkatan harga hingga 4,77 persen sejak 2010. Indeks implisit tertinggi terjadi pada
ik

tahun 2016. Secara umum, telah terjadi peningkatan harga sebesar 29,34 persen bila
ob

dibandingkan dengan harga, dasar 2010 (implisit, 2010 = 100).


at
ak

Selanjutnya, untuk mendapatkan gambaran pengeluaran perkapita yang


w

menggambarkan besarnya pengeluaran per penduduk per tahun dapat dipaparkan pada
://

tabel berikut. Pada prinsipnya, penyusunan nilai PDRB tidak memperhatikan asal domisili
tp

pelaku usaha sehingga angka pengeluaran perkapita yang dipaparkan selanjutnya hanya
ht

sebagai bentuk penghitungan kasar yang secara agregat menggambarkan PDRB Per kapita
di Kabupaten Wakatobi. Secara umum peningkatan nilai pengeluaran perkapita sejalan
dengan peningkatan nilai PDRB adh Berlaku. Pada tahun 2010, PDRB per kapita di
Kabupaten Wakatobi sebesar 1.387.679,71 rupiah perbulan, dan terus meningkat hingga
menyentuh angka 2.892.472,36 rupiah perbulan. PDRB yang mengukur perekonomian
dalam lingkup Wakatobi menggambarkan kegiatan ekonomi yang terjadi dalam lingkup
Kabupaten Wakatobi, dan untuk komponen konsumsi rumahtangga bisa digunakan untuk
menggambarkan secara real pengeluaran rumahtangga Kabupaten Wakatobi. Pada, 2016,
tercatat setiap penduduk mengeluarkan uang sebesar 16.563.981,24 rupiah pertahun untuk
konsumsi makanan dan non makanan, atau sebesar 1.380.331,77 rupiah perbulan.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 30
Tabel 3.1.6 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Rupiah)
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Komponen
2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
Pengeluaran

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


1. Konsumsi Ruta 8.462.521,68 9.478.543,10 10.872.815,82 12.082.789,30 13.411.481,50 14.942.566,30 16.563.981,24

2. Konsumsi LNPRT 366.269,47 395.098,42 413.217,51 436.317,15 496.277,94 527.528,35 539.467,49

3. Konsumsi
4.180.558,86 5.167.460,77 5.482.670,31 5.882.598,43 6.323.446,29 6.943.106,60 7.661.865,58
Pemerintah

4. PMTB 5.573.225,38 5.958.690,22 6.164.664,48 6.724.024,40 7.834.920,51 8.638.216,03 9.540.268,04

5. Perubahan
9.376,60 15.305,71 216.861,36 20.433,60 18.788,05 15.324,84 10.691,85
Inventori

6. Ekspor 4.527.371,22 5.250.380,55 6.194.985,49 6.529.141,26 7.385.291,12 8.403.263,46 8.003.862,56

id
7. Impor 6.467.166,67 7.079.210,10 7.516.887,40 7.386.824,60 8.297.670,09 8.782.128,86 7.610.468,44

o.
PDRB per Kapita

.g
16.652.156,54 19.186.268,66 21.828.327,58 24.288.479,54 27.172.535,32 30.687.876,72 34.709.668,31
per, (rupiah)
PDRB per Kapita per
1.387.679,71 1.598.855,72 1.819.027,30
ps
2.024.039,96 2.264.377,94 2.557.323,06 2.892.472,36
bulan (rupiah)
.b
Jumlah Penduduk
ab

93.279 93.733 94.079 94.511 94.789 94.985 95.209


(jiwa)
ik

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
ob
at
ak
w
://
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 31
3.2 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAHTANGGA

Konsumsi akhir rumah tangga, di Kabupaten Wakatobi memberikan kontribusi


terbesar sepanjang tahun 2010 s.d tahun 2016. Data yang ada menunjukan hal tersebut,
dimana sebagian besar produk domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi
konsumsi akhir rumahtangga.

Data berikut, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 – 2016 konsumsi akhir
rumah tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku)
maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk dan kemungkinan
dipengaruhi perubahan pola konsumsi masyarakat. Kenaikan jumlah penduduk
mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumahtangga, yang pada gilirannya akan

id
mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pada tahun 2016, tercatat

o.
sebesar 1.577.040,09 juta rupiah dari total PDRB Kabupaten Wakatobi digunakan untuk

.g
konsumsi akhir rumahtangga
ps
.b
Tabel 3.2.1 Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumahtangga
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
ab
ik

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


ob

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


at

Total Konsumsi Ruta


ak

a. ADHB (Juta Rp) 789.375,56 888.452,28 1.022.903,64 1.141.956,50 1.271.260,92 1.419.319,66 1.577.040,09
w

b. ADHK 2010 (Juta Rp) 789.375,56 849.115,16 910.875,55 969.931,32 1.031.623,90 1.091.497,27 1.171.030,78
://

Proporsi terhadap
PDRB
tp

( % ADHB) 50,82 49,40 49,81 49,75 49,36 48,69 47,72


ht

Rata-rata konsumsi per-


kapita/tahun (Rp)

a. ADHB 8.462.521,68 9.478.543,10 10.872.815,82 12.082.789,30 13.411.481,50 14.942.566,30 16.563.981,24

b. ADHK 2010 8.462.521,68 9.058.871,05 9.682.028,40 10.262.628,90 10.883.371,49 11.491.259,36 12.299.580,71

Laju Pertumbuhan
a. Total konsumsi
7,57 7,27 6,48 6,36 5,80 7,29
Rumahtangga

b. Perkapita 7,05 6,88 6,00 6,05 5,59 7,03

Jumlah Penduduk (jiwa) 93.279 93.733 94.079 94.511 94.789 94.985 95.209

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 32
Kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap total PDRB adh Berlaku
selalu menduduki posisi pertama terbesar. Sepanjang periode 2010 s.d 2016 kontribusi
pengeluaran akhir rumah tangga selalu berkisar antara 47 hingga 51 persen. Dari tahun
ketahun kontribusi pengeluaran akhir rumah tangga cenderung mengalami penurunan.
Kontribusi terendah terjadi pada tahun 2016 yaitu 47,72 persen dan kontribusi tertinggi
terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 50,82 persen.

Selanjutnya pembagian nilai penggunaan konsumsi rumah tangga terhadap jumlah


penduduk, menghasilkan data angka rata-rata konsumsi per kapita pertahun. Sepanjang,
2010 – 2016, rata-rata konsumsi per kapita pertahun penduduk Kabupaten Wakatobi terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, secara rata-rata setiap penduduk mengeluarkan
uang sebesar 8.462.521,68 pertahun untuk konsumsi makanan dan non makanan, dan pada

id
tahun 2016 mengalami peningkatan hampir dua kali lipatnya yaitu sebesar 16.563.981,24

o.
pertahun untuk konsumsi makanan dan non makanannya.

.g
ps
Laju pertumbuhan PDRB Penggunaan komponen total konsumsi rumahtangga adh
Konstan 2010 dihitung dengan mengeluarkan pengaruh harga yang terus bergerak naik
.b
ab

sehingga didapat pemaparan peningkatan penggunaan konsumsi rumah tangga. Sementara


untuk menilai laju pertumbuhan konsumsi rumahtangga yang dibebaskan dari pengaruh
ik
ob

peningkatan jumlah penduduk, dapat digunakan angka laju pertumbuhan PDRB


at

Penggunaan komponen total konsumsi rumahtangga per kapita adh Konstan 2010. Pada
ak

tahun 2011, laju pertumbuhan total konsumsi rumahtangga mencapai 7,57 persen sementara
w

laju pertumbuhan konsumsi rumahtangga per kapita mencapai 7,05 persen. Sementara pada
://

tahun 2016, laju pertumbuhan total konsumsi rumah tangga mencapai 7,29 persen
tp

sementara laju pertumbuhan konsumsi rumahtangga per kapita mencapai 7,03 persen.
ht

Sepanjang tahun 2011 – 2016, perbedaan laju pertumbuhan total konsumsi rumah
tangga dan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga per kapita tidak cukup signifikan.
Hal ini menunjukkan secara umum pertumbuhan konsumsi rumah tangga lebih banyak
dipengaruhi hal-hal lain daripada laju pertumbuhan penduduk antar tahunnya. Hal
tersebut tidak dapat dijelaskan lebih lanjut karena memerlukan data dan analisis lanjutan.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 33
Tabel 3.2.2 Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumahtangga (Persen)

Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Kelompok Konsumsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 55.29 54.47 55.23 55.17 55.48 56.31 56.80

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 3.03 2.99 2.82 2.79 2.77 2.74 2.71
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 10.70 10.55 10.35 10.15 9.92 9.51 9.39
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 9.45 9.68 9.93 9.88 9.89 9.59 9.70

1.e. Transportasi, Komunikasi,


15.47 15.70 15.10 15.35 15.38 15.48 15.17
Rekreasi, dan Budaya

1.f. Hotel dan Restoran 1.00 0.97 0.93 0.93 0.96 0.97 0.98

id
o.
1.g. Lainnya 5.06 5.65 5.65 5.73 5.60 5.40 5.25

.g
Konsumsi Rumah Tangga 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara
ps
.b
** Angka Sangat Sementara
ab

Secara garis besar, total konsumsi ruma tangga dikelompokkan menjadi dua
ik

kelompok yaitu konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Sepanjang tahun 2010
ob

s.d 2016, nampak pada struktur konsumsi akhir rumah tangga Kabupaten Wakatobi, bahwa
at

konsumsi makanan jauh lebih tinggi dibandingkan konsumsi bukan makanan. Proporsi
ak

pengeluaran untuk makanan cenderung masih berada pada kisaran di atas 50 persen,
w

bahkan pada tahun 2016, 56,80 persen pengeluaran rumahtangga dihabiskan untuk
://
tp

pengeluaran makanan, minuman, dan rokok. Berbagai literatur menyatakan bahwa dari
ht

proporsi pengeluaran konsumsi dapat diungkapkan bahwa semakin tinggi proporsi


konsumsi makanan berarti tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga
semakin rendah atau rentan. Untuk kelompok konsumsi bukan makanan, pengeluaran yang
juga cukup tinggi di Wakatobi adalah pengeluaran untuk transportasi, komunikasi,
rekreasi, dan budaya, persentasenya selalu berada di atas 15 persen.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 34
Tabel 3.2.3 Laju Pertumbuhan Konsumsi Akhir Rumahtangga (Persen)
Kabupaten Wakatobi, 2011 – 2016

Kelompok Konsumsi 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 6,46 6,95 5,67 5,98 5,25 6,77

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 4,18 5,59 5,65 6,64 7,19 6,84
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 4,82 5,58 4,43 5,43 3,63 8,72
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 7,75 9,17 8,48 7,43 5,15 8,65

1.e. Transportasi, Komunikasi,


9,95 8,41 8,67 7,85 9,67 8,44
Rekreasi, dan Budaya

id
1.f. Hotel dan Restoran 4,42 7,57 6,54 8,86 8,89 7,15

o.
1.g. Lainnya 20,56 7,98 8,89 4,98 3,52 4,11

.g
Konsumsi Rumah Tangga 7,57 7,27 6,48 6,36 5,80 7,29
* Angka Sementara ps
** Angka Sangat Sementara
.b
ab

Selanjutnya dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, yakni melihat pertumbuhan


ik
ob

kuantitas konsumsi tanpa melihat perubahan kenaikan harga, secara umum pengeluaran
rumah tangga untuk semua kelompok konsumsi menunjukan pola cenderung melambat
at
ak

sepanjang tahun 2011 s.d 2015, yang kemudian meningkat pada tahun 2016 sebesar 7,29
persen. Meskipun terkesan mengalami perlambatan, persentase laju pertumbuhannya
w
://

masih jauh di atas laju pertumbuhan penduduk, sehingga dapat dikatakan pola konsumsi
tp

rumahtangga masih meningkat cukup tinggi, meskipun tidak dapat dikatakan bahwa
ht

peningkatan tersebut terjadi secara merata pada berbagai kelompok pengeluaran


penduduk.

Menilik pada spesifikasi setiap kelompok konsumsi, setiap kelompok konsumsi


memiliki laju pertumbuhan yang cukup variatif. Untuk pengeluaran yang paling banyak
dihabiskan oleh rumahtangga yakni pengeluaran bahan makanan, laju pertumbuhannya
serupa laju pertumbuhan pengeluaran rumahtangga secara umum, yakni melambat pada
periode 2011 – 2015 dan baru mengalami percepatan pada tahun 2016. Bahkan pada laju
terendah yaitu tahun 2015, lajunya hanya sebesar 5,80 persen.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 35
Tabel 3.2.4 Laju Pertumbuhan Indeks Implisit (Indeks Harga) Konsumsi Akhir (Persen)
Kabupaten Wakatobi, 2011 – 2016

Kelompok Konsumsi 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 4,15 9,16 5,53 5,64 7,65 4,98

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 6,44 2,68 4,65 3,85 2,79 3,14
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 5,82 6,98 4,84 3,18 3,37 0,86
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 7,04 8,13 2,39 3,76 2,98 3,37

1.e. Transportasi, Komunikasi,


3,91 2,11 4,48 3,43 2,40 0,41
Rekreasi, dan Budaya

id
1.f. Hotel dan Restoran 4,40 3,47 4,62 4,71 4,01 4,81

o.
1.g. Lainnya 4,17 6,63 4,05 3,59 4,12 3,73

.g
Konsumsi Rumah Tangga 4,63 7,33 4,84 4,67 5,52 3,57
* Angka Sementara
ps
.b
** Angka Sangat Sementara
ab

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perubahan harga, secara implisit disajikan
ik

dalam tabel 3.2.4 di atas. Secara umum, harga barang dan jasa pada komponen konsumsi
ob

akhir rumahtangga mengalami peningkatan. Peningkatan harga terbesar terjadi pada, 2012
at

mencapai 6,98 persen dan peningkatan terkecil terjadi pada, 2016 sebesar 3,14 persen. Secara
ak

khusus, dalam kurun waktu enam, terakhir, kenaikan harga terendah terjadi pada
w
://

kelompok konsumsi Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan


tp

Rumahtangga (2016; 0,98 persen) dan kelompok konsumsi Transportasi, Komunikasi,


ht

Rekreasi, dan Budaya (2016; 0,15 persen). Kenaikan harga tertinggi hingga mencapai 8,55
persen terjadi pada kelompok konsumsi Makanan, Minuman, dan Rokok pada, 2012. Bila
angka laju pertumbuhan konsumsi rumahtangga disandingkan dengan angka laju
pertumbuhan indeks implisit, khususnya pada, 2016, terjelaskan dengan baik bahwa saat
harga mengalami perlambatan kenaikan (3,14 persen), laju pertumbuhan konsumsi
rumahtangga mengalami percepatan yang cukup tinggi (6,44 persen).

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 36
3.3 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT

Konsumsi akhir LNPRT merupakan nilai PDRB yang digunakan oleh Lembaga Non
Profit yang melayani Rumahtangga. Selain lembaga/organisasi, LNPRT dimaksud sesuai
cakupan PDRB juga termasuk sls (satuan lingkungan terkecil) dalam wilayah Kabupaten
Wakatobi, yakni seluruh jumlah RT dan Dusun. Peranan Konsumsi akhir LNPRT dalam
PDRB menurut pengeluaran sangat minor dibandingkan dengan komponen pengeluaran
lainnya, dimana hal tersebut dapat dilihat dari proporsinya terhadap PDRB yang nilainya
berkisar 1,55 – 2,2 persen saja. Hal ini menunjukkan bahwa peranan LNPRT dalam
perekonomian Wakatobi semestinya dapat lebih ditingkatkan lagi.

Tabel 3.3.1 Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir LNPRT

id
Kabupaten Wakatobi, 2011 – 2016

o.
.g
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4)


ps (5) (6) (7) (8)
.b
Distribusi terhadap PDRB 2,2 2,06 1,89 1,8 1,83 1,72 1,55
ab

Laju Pertumbuhan - 3,51 2,90 2,77 10,86 1,79 -1,48


ik

Indeks Implisit 100,00 104,72 106,83 110,26 113,46 118,73 123,53


ob

Laju Pertumbuhan Indeks


- 4,72 2,02 3,21 2,9 4,64 4,04
at

Implisit
ak

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
w
://
tp

Sebagaimana ditampilkan pula, laju pertumbuhan nilai konsumsi LNPRT sempat


ht

menyentuh 10,86 persen yakni pada tahun 2014 dimana mulainya kampanye dalam rangka
pemilihan Bupati Wakatobi oleh LNPRT Partai Politik. Pada tahun 2016, laju pertumbuhan
menurun drastis dikarenakan pengaruh selesainya proses kampanye pilkada. Jatuhnya nilai
pertumbuhan tersebut tidak turun drastis sebanyak tingginya pertumbuhan pada, 2014
dikarenakan LNPRT SLS memberikan sumbangsih yang cukup besar pula pada, 2016.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 37
3.4 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH

Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan pengeluaran akhir rumahtangga dan


LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah.
Peranan konsumsi pemerintah dalam perekonomian Kabupaten Wakatobi serta bagaimana
perkembangannya akan dijelaskan dalam uraian dibawah ini:

Tabel 3.4.1 Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Pemerintah


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Konsumsi
Pemerintah

id
a. ADHB (Juta Rp) 389.958,35 484.361,60 515.804,14 555.970,26 599.393,15 659.490,98 729.478,56

o.
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 389.958,35 463.931,91 475.273,94 502.383,02 515.040,82 545.902,42 567.944,28

.g
Proporsi terhadap PDRB
( % ADHB) 25,11 26,93 25,12 ps 24,22 23,27 22,62 22,07

Rata-rata konsumsi
.b
Pemerintah
ab

per-kapita/tahun (Rp)
a. ADHB
ik

4.180.558,86 5.167.460,77 5.482.670,31 5.882.598,43 6.323.446,29 6.943.106,60 7.661.865,58

b. ADHK 2010
ob

4.180.558,86 4.949.504,55 5.051.860,03 5.315.603,69 5.433.550,52 5.747.248,72 5.965.237,32

Laju Pertumbuhan ,
at

a. Total konsumsi
18,97 2,44 5,7 2,52 5,99 4,04
Pemerintah
ak

b. Perkapita 18,39 2,07 5,22 2,22 5,77 3,79


w

Jumlah penduduk (org) 93.279 93.733 94.079 94.511 94.789 94.985 95.209
://

* Angka Sementara
tp

** Angka Sangat Sementara


ht

Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan, baik


untuk adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010 total pengeluaran konsumsi
akhir pemerintah sebesar 389.958,35 juta rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada,
2016 nilainya mencapai 729.478,56 juta rupiah (adh Berlaku). Demikian halnya dengan
konsumsi pemerintah adh Konstan 2010, yang juga mengalami peningkatan pada masing-
masing. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran
pemerintah dari sisi kuantitas.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 38
Proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB pada tahun 2010-2016 selalu
berada di atas nilai 20 persen, dan juga mengalami peningkatan pada tahun-tahun tertentu,
meskipun polanya cukup fluktuatif dalam jangka waktu tujuh tahun terakhir. Sepanjang
periode tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2016 yakni sebesar 22,07 persen;
sedangkan proporsi tertinggi pada tahun 2011 yang mencapai 26,93 persen.

Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya


cakupan layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat
diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani
penduduk, baik langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah
secara total menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-
rata konsumsi pemerintah per-kapita. Dengan jumlah penduduk tahun 2016 sebanyak

id
95.209 jiwa, pemerintah tercatat mengeluarkan konsumsi sebesar 7.661.865,58 rupiah

o.
pertahun per penduduk, meningkat cukup besar bila dibandingkan dengan tahun 2010

.g
dengan angka konsumsi pemerintah per kapita sebesar 4.180.558,86 rupiah pertahun.
ps
Masih berdasarkan tabel 3.4.1 di atas, total konsumsi pemerintahan pada tahun 2011
.b
ab

mengalami pertumbuhan hingga 18,97 persen. Kondisi ini dikarenakan jumlah pegawai
pemerintah daerah meningkat tajam dan kegiatan pelayanan pemerintahan mengalami
ik
ob

puncak pertumbuhannya setelah Kabupaten Wakatobi menjadi kabupaten baru di tahun


at

2003. Setelah tahun 2011, pertumbuhan konsumsi pemerintah cukup bervariasi dan pada
ak

tahun 2016, pertumbuhannya mengalami perlambatan. Menarik untuk dianalisis, ketika


w

dihitung pula laju pertumbuhan konsumsi pemerintah per kapita, terlihat terjadi penurunan
://

laju pertumbuhan khususnya pada tahun 2012 (-16,32 persen), tahun 2014 (-3,00 persen) dan
tp

tahun 2016 (-1,98 persen). Hal ini berarti terlepas dari pengaruh harga (karena
ht

menggunakan angka adh konstan 2010) dan menilik pada pelayanan perorangan, konsumsi
pemerintah secara kuantitas mengalami penurunan pada, tersebut.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 39
3.5 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO

Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang
direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan
sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai
investasi fisik (kapital)1. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input)
di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari
produksi domestik maupun dari impor.

Tabel 3.5.1 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

id
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

o.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

.g
Total PMTB
a. ADHB (Juta Rp) 519.864,89 558.525,91 579.965,47
ps 635.494,27 742.664,28 820.500,95 908.319,38
.b
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 519.864,89 553.678,64 575.630,97 617.238,01 679.511,60 719.072,72 775.064,89
ab

Proporsi terhadap PDRB


( % ADHB) 33,47 31,06 28,24 27,68 28,83 28,15 27,49
ik

Struktur PDRB
ob

a. Bangunan (Juta Rp) 362.648,00 388.261,82 402.037,00 441.333,46 515.011,01 586.802,06 643.070,97
at

Proporsi (%) 69,76 69,52 69,32 69,45 69,35 71,52 70,80


b. Non Bangunan (Juta
ak

157.216,89 170.264,09 177.928,47 194.160,81 227.653,27 233.698,89 265.248,41


Rp)
w

Proporsi (%) 30,24 30,48 30,68 30,55 30,65 28,48 29,20


://

Total PMTB (Juta Rp) 519.864,89 558.525,91 579.965,47 635.494,27 742.664,28 820.500,95 908.319,38
Proporsi (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
tp

Laju Pertumbuhan (%)


ht

a. Bangunan (Juta Rp) 362.648,00 384.801,24 398.639,39 428.577,20 472.063,44 514.879,96 551.601,84
Laju Pertumbuhan (%) - 6,11 3,60 7,51 10,15 9,07 7,13
b. Non Bangunan (Juta
157.216,89 168.877,40 176.991,58 188.660,81 207.448,16 204.192,76 223.463,05
Rp)
Laju Pertumbuhan (%) - 7,42 4,80 6,59 9,96 -1,57 9,44
Total PMTB (Juta Rp) 519.864,89 553.678,64 575.630,97 617.238,01 679.511,60 719.072,72 775.064,89
Laju Pertumbuhan (%) - 6,50 3,96 7,23 10,09 5,82 7,79

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

1 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 40
Sebesar 908.319,38 juta rupiah atau sekitar 27,49 persen dari total PDRB Kabupaten
Wakatobi merupakan angka PMTB adh Berlaku pada tahun 2016. Sumbangsih PMTB
terhadap total PDRB Wakatobi dalam tujuh tahun terakhir selalu bernilai lebih dari 27
persen. Proporsi tertinggi terlihat pada angka PMTB tahun 2010 yakni sebesar 33,47 persen.
Sementara itu, dari total nilai tambah bruto PMTB, sekitar lebih dari 69 persen merupakan
pembentukan modal bangunan dan selisihnya merupakan pembentukan modal non
bangunan seperti tanaman perkebunanan belum menghasilkan. Untuk pembentukan
struktur bangunan tahun 2016 adh Berlaku sebesar 643.070,97 juta rupiah dan untuk non-
bangunan adh Berlaku sebesar 265.248,41 juta rupiah.

PDRB adh Konstan selanjutnya digunakan untuk melihat laju pertumbuhan PMTB
dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Tabel 3.5.1 menunjukkan tiga jenis laju

id
pertumbuhan, yakni laju pertumbuhan PMTB secara umum dan laju pertumbuhan sub

o.
kmponen dalam PMTB. Sebagaimana peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi

.g
akhir (rumahtangga maupun pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik
ps
secara nominal maupun riil. Laju pertumbuhan PMTB pada tahun 2016 berada pada angka
.b
7,79 persen, yang merupakan angka pertumbuhan PMTB terendah dalam kurun waktu
ab

empat tahun terakhir. Pada PMTB non bangunan tahun 2016, laju pertumbuhannya bernilai
ik

9,44 persen. Kenaikan ini sangat tinggi tetapi melihat ke tahun sebelumnya dimana laju
ob

pertumbuhan PMTB non bangunan justru bernilai minus. Laju pertumbuhan PMTB non
at

bangunan padatahun 2015 bernilai -1,57 persen.


ak
w

Lain halnya dengan PMTB non bangunan, laju pertumbuhan PMTB bangunan pada,
://

2016 menyentuh angka 7,13 persen, merupakan angka laju pertumbuhan terendah dalam
tp

kurun waktu empat tahun terakhir. Hal ini selain dikarenakan telah cenderung meninggi
ht

laju pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya, juga dikarenakan sepinya aktivitas


produksi sektor konstruksi daerah Wakatobi.

3.6 PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI

Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam
bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses
produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa
berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 41
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu
komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping
komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti
terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi
pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan
bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum,
komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai
persediaan barang pada awal dan akhir, dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).

Tabel 3.6.1 Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

id
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

o.
Total Perubahan Inventori

.g
a. ADHB (Juta Rp) 874,64 1.434,65 20.402,10 1.931,20 1.780,90 1.455,63 1.017,96

b. ADHK 2010 (Juta Rp) 874,64 1.305,93 10.391,57


ps 1.694,11 760,65 569,82 602,32
.b
Proporsi terhadap PDRB
ab

( % ADHB) 0,06 0,08 0,99 0,08 0,07 0,05 0,03


ik

* Angka Sementara
ob

** Angka Sangat Sementara


at
ak

Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci,
w

perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam
://

pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji
tp

lebih. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah, bahwa proporsi dalam PDRB
ht

pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun
tandanya (positif atau negatif).

3.7 PERKEMBANGAN EKSPOR BARANG DAN JASA

Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk


barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi dikonsumsi
oleh pihak luar negeri (dalam pembahasan ini yang dimaksud luar negeri bermakna luar
Kabupaten Wakatobi, baik bermakna luar kabupaten/kota secara langsung maupun luar
negeri Indonesia) baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk pula dalam

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 42
ekspor pembelian oleh bukan masyarakat Wakatobi yang tinggal sementara, hanya singgah
dan sebagainya.

Tabel 3.7.1 Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Nilai Ekspor
a. ADHB (Juta Rp) 422.308,66 492.133,92 582.818,04 617.075,67 700.044,36 798.183,98 762.039,75

b. ADHK 2010 (Juta Rp) 422.308,66 459.679,24 513.706,18 488.666,45 512.343,30 561.941,81 529.470,40

Distribusi terhadap PDRB 27,19 27,37 28,38 26,88 27,18 27,38 23,06

Laju Pertumbuhan 8,85 11,75 -4,87 4,85 9,68 -5,78

Indeks Implisit 100,00 107,06 113,45 126,28 136,64 142,04 143,92

id
Laju Pertumbuhan Indeks
7,06 5,97 11,30 8,20 3,96 1,33
Implisit

o.
.g
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
ps
.b
Ekspor memberikan kontribusi besar terhadap angka PDRB Wakatobi, yang nilainya
ab

berada di atas 23 persen, bahkan pada tahun 2012 menyentuh angka 28,38 persen. Yang
ik

artinya 28,38 persen angka PDRB Wakatobi berasal dari nilai ekspor. Ekspor utama dari
ob

Kabupaten Wakatobi berupa hasil perikanan dan hasil alam lainnya.


at
ak
w
://
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 43
3.8 PERKEMBANGAN IMPOR BARANG DAN JASA

Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumahtangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun


PMTB (termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari
impor. PDRB menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi domestik
Kabupaten Wakatobi. Sehingga untuk mengukur potensi dan besaran produk domestik,
maka komponen impor tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan yaitu dengan cara
mengurangkan nilai PDRB (E) dengan nilai impornya. Hasil pengurangan inilah yang
secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha (sektor).

Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan


penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari non residen.

id
Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongan-nya bisa

o.
berbeda dengan ekspor. Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor menunjukkan

.g
semakin kuatnya ketergantungan Kabupaten Wakatobi terhadap ekonomi atau produk
ps
negara lain. Komponen impor termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara
.b
langsung (direct purchase) oleh penduduk (resident) Kabupaten Wakatobi di luar negeri, baik
ab

yang berupa makanan maupun bukan makanan (termasuk jasa).


ik
ob

Tabel 3.8.1 Perkembangan Impor Barang dan Jasa


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
at
ak

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


w

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


://

Nilai Impor
tp

a. ADHB (Juta Rp) 603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09
ht

b. ADHK 2010 (Juta Rp) 603.250,84 646.556,69 632.571,70 580.050,73 583.166,99 594.765,34 530.729,40

Distribusi terhadap PDRB 38,84 36,90 34,44 23,56 30,54 28,62 21,93

Laju Pertumbuhan 7,18 -2,16 -8,30 0,54 1,99 -10,77

Indeks Implisit 100,00 102,63 111,79 120,36 134,87 140,25 136,53

Laju Pertumbuhan Indeks


2,63 8,93 7,66 12,06 3,99 -2,66
Implisit
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 44
Tabel 3.8.1 di atas menunjukan pola perkembangan impor Kabupaten Wakatobi pada
periode tahun 2010 – 2016. Perkembangan tersebut dirinci menjadi lima komponen yakni
nilai impor (adhk dan adhb), distribusi/proporsinya terhadap total PDRB Kabupaten
Wakatobi, laju pertumbuhan, indeks implisit, dan laku pertumbuhan indeks implisit. Pada
tahun 2016, nilai impor adh berlaku Wakatobi sebesar 724.585,09 juta rupiah dan adh
konstan sebesar 530.729,40 juta rupiah.

Peran impor terhadap total PDRB Kabupaten Wakatobi cenderung menurun


sepanjang tahun 2011 – 2016. Pada tahun 2010, impor berperan sangat tinggi hingga sebesar
38,84 persen. Hal ini sejalan dengan keadaan tanah Wakatobi yang berbatu menyebabkan
ada banyak jenis tanaman baik sayuran dan buahan yang tidak tersedia di Wakatobi. Oleh
karenanya, dibutuhkan pengiriman dari kabupaten atau kota lain seperti Kota Kendari dan

id
Kota Bau-bau. Sementara menganalisis laju pertumbuhan komponen impor, sejalan dengan

o.
peranan yang besar di tahun 2011, pertumbuhan impor di tahun tersebut juga mengalami

.g
lonjakan tajam secara persentase. Lalu kemudian cenderung menurun bahkan pada tahun
ps
2013 nilainya berkurang drastis hingga mengalami penurunan laju pertumbuhan hingga -
.b
8,30 persen.
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 45
BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT
PENGELUARAN KABUPATEN WAKATOBI,

id
o.
2010 – 2016

.g
ps
.b
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial
ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disjikan beberapa
rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, ditengah keterbatasan informasi yang
tersedia.

4.1 PDRB (NOMINAL)

Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu
wilayah ekonomi domestik, dimana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan.
PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan
wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan,
yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan. Dari series data PDRB

id
pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan dengan PDRB maupun

o.
variabel pendukung lain (seperti rumahtangga, dan tenaga kerja). Sebagai contoh, untuk

.g
melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, maka disajikan data PDRB perkapita
ps
.b
Tabel 4.1.1 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
ab
ik

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


ob

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


at

Nilai PDRB (Juta Rp)


ak

- ADHB 1.553.296,51 1.798.386,52 2.053.587,23 2.295.528,49 2.575.657,45 2.914.887,97 3.304.672,81

- ADHK 2010 1.553.296,51 1.716.518,89 1.889.695,12 2.037.260,34 2.197.573,12 2.366.420,81 2.554.960,94


w

PDRB perkapita (Rp)


://

- ADHB 16.652.156,54 19.186.268,66 21.828.327,58 24.288.479,54 27.172.535,32 30.687.876,72 34.709.668,31


tp

- ADHK 2010 16.652.156,54 18.312.855,56 20.086.258,57 21.555.801,34 23.183.841,16 24.913.626,47 26.835.288,05

Pertumbuhan
ht

PDRB perkapita
- 10,51 10,09 7,81 7,87 7,68 7,97
ADHK 2010
Jumlah penduduk
93.279,00 93.733,00 94.079,00 94.511,00 94.789,00 94.985,00 95.209,00
(000 org)
Pertumbuhan 0,49 0,37 0,46 0,29 0,21 0,24

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

PDRB per-kapita Kabupaten Wakatobi menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun


baik secara nominal maupun laju pertumbuhannya yang selalu bernilai positif. Angka laju
pertumbuhan PDRB per-kapita selalu lebih tinggi dari angka laju pertumbuhan penduduk.
Secara ekonomi makro hal ini menunjukkan bahwa setiap penduduk Kabupaten Wakatobi
telah mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) minimal sebesar nilai perkapita

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 47
tersebut. Meskipun demikian, paparan ini masih belum cukup menggambarkan pemerataan
secara mikro, yang masih memerlukan data lainnya.

4.2 PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK


KONSUMSI AKHIR RUMAHTANGGA TERHADAP EKSPOR

Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi RT di


wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Selama ini konsumsi rumahtangga dan
ekspor mempunyai kontribusi yang sangat dominan dalam penggunaan PDB Kabupaten
Wakatobi, yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di wilayah Kabupaten
Wakatobi sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir rumahtangga dan sebagian

id
besar lainnya digunakan untuk ekspor. Namun tetap perlu diingat bahwa di dalamnya

o.
konsumsi akhir rumahtangga juga termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor

.g
yang tidak diproduksi oleh pelaku ekonomi dalam lingkup Kabupaten Wakatobi.
ps
.b
Tabel 4.2.1 Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumahtangga
terhadap Ekspor, Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016
ab
ik

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


ob

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


at

Total Konsumsi RT (ADHB 789.375,56 888.452,28 1.022.903,64 1.141.956,50 1.271.260,92 1.419.319,66 1.577.040,09
ak

Juta Rp)

Total Ekspor (ADHB Juta


w

422.308,66 492.133,92 582.818,04 617.075,67 700.044,36 798.183,98 762.039,75


Rp)
://

Perbandingan Konsumsi RT
tp

1,87 1,81 1,76 1,85 1,82 1,78 2,07


terhadap Ekspor
ht

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010, produk yang digunakan untuk
konsumsi rumah tangga lebih dari 1,87 kali dari yang diekspor. Hal ini berarti bahwa
sebagian besar penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan akhir
rumah tangga. Seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga, rasio perbandingan
konsumsi rumah tangga terhadap ekspor berfluktuatif tiap tahunnya dan berada pada

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 48
rentang 1,7 hingga 2,1. Peningkatan dan penurunan rasio ini dapat disebabklan oleh
perubahan volume maupun harga.

4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAHTANGGA


TERHADAP PMTB

Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi
akhir rumahtangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal
tetap). Semakin besar rasio maka mengindikasikan aktivitas ekonomi di Wakatobi dominan
digunakan untuk konsumsi akhir rumahtangga. Hal ini dapat pulg mengindikasikan belum
fokusnya investasi pada level rumahtangga.

id
Tabel 4.3.1 Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumahtangga

o.
terhadap PMTB, Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

.g
Uraian 2010 2011 2012 ps 2013 2014 2015* 2016**
.b
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
ab

Total Konsumsi RT (ADHB Juta 789.375,56 888.452,28 1.022.903,64 1.141.956,50 1.271.260,92 1.419.319,66 1.577.040,09
Rp)
ik

Total PMTB (ADHB Juta Rp) 519.864,89 558.525,91 579.965,47 635.494,27 742.664,28 820.500,95 908.319,38
ob

Perbandingan Konsumsi RT
1,52 1,59 1,76 1,80 1,71 1,73 1,74
at

terhadap PMTB
ak

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
w
://
tp

Sekilas nampak pada tabel 4.3.1 bahwa sebagian besar penggunaan produk yang
ht

tersedia di wilayah domestik Kabupaten Wakatobi digunakan untuk konsumsi akhir


rumahtangga. Hal ini lihat dari nilai rasio konsumsi rumahtangga terhadap PMTB
cenderung menunjukkan angka yang stabil yang nilainya berkisar antara 1,52– 1,80 persen
dalam kurun waktu 2010 – 2016. Rasio tersebut memiliki pola peningkatan di tahun 2010 –
2013 yang kemudian mengalami penurunan mulai tahun 2014 s.d tahun 2015 dan kembali
mengalami peningkatan pada tahun 2016.

4.4 PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB

Konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik
berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 49
konsumsi akhir dalam pembahasan ini meliputi rumahtangga, LNPRT, dan pemerintah.
Walaupun ketiga pelaku ekonomi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem
ekonomi, tetapi keduanya memiliki kesamaan dalam membelanjakan sebagian
pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir. Tabel berikut menyajikan data tentang
komsumsi akhir dari PDRB adh Berlaku.

Tabel 4.4.1 Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB


Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Konsumsi Akhir (ADHB
Juta Rp)
a. Rumahtangga 789.375,56 888.452,28 1.022.903,64 1.141.956,50 1.271.260,92 1.419.319,66 1.577.040,09

id
o.
b. LNPRT 34.165,25 37.033,76 38.875,09 41.236,77 47.041,69 50.107,28 51.362,16

.g
c. Pemerintah 389.958,35 484.361,60 515.804,14 555.970,26 599.393,15 659.490,98 729.478,56

Jumlah 1.213.499,16 1.409.847,64 1.577.582,87 ps1.739.163,53 1.917.695,76 2.128.917,92 2.357.880,81


.b
PDRB (ADHB Juta Rp) 1.553.296,51 1.798.386,52 2.053.587,23 2.295.528,49 2.575.657,45 2.914.887,97 3.304.672,81
ab

Proporsi 78,12 78,40 76,82 75,76 74,45 73,04 71,35


ik

* Angka Sementara
ob

** Angka Sangat Sementara


at

Sebagian besar barang dan jasa yang berada di wilayah domestik digunakan untuk
ak

memenuhi permintaan konsumsi akhir (berkisar di atas 70 persen). Meskipun konsumsi akhir
w
://

makin meningkat setiap tahunnya, namun proporsinya terhadap PDRB relatif stabil. Dalam hal
tp

ini, produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir (PMTB, inventori, dan eskpor neto)
ht

memiliki peran yang juga sama besarnya.

4.5 PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB

Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di wilayah domestik, tetapi


diperdagangkan ke luar negeri. Untuk menghasilkan produk yang diekspor kemungkinan
besar menggunakan kapital (PMTB). Sementara di sisi lain sebagian barang yang diekspor
bisa pula berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk
menunjukkan perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk yang menjadi
kapital (PMTB).

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 50
Tabel 4.5.1 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Ekspor (ADHB Juta 422.308,66 492.133,92 582.818,04 617.075,67 700.044,36 798.183,98 762.039,75
Rp)

Total PMTB (ADHB Juta Rp) 519.864,89 558.525,91 579.965,47 635.494,27 742.664,28 820.500,95 908.319,38

Perbandingan Ekspor
0,81 0,88 1,00 0,97 0,94 0,97 0,84
terhadap PMTB

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Sepanjang tahun 2010 s.d 2016 ekspor mempunyai nilai yang rendah dibanding nilai

id
PMTB. Untuk menghasilkan seluruh produk domestik (termasuk ekspor) disyaratkan

o.
tersedianya sejumlah kapital (yang didalamnya termasuk pula kapital impor) Rasio ekspor

.g
terhadap PMTB berkisar antara 0,8 hingga 1,00. ps
.b
4.6 PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR
ab
ik

Selanjutnya, Rasio total PDRB terhadap impor dapat memberikan gambaran tentang
ob

perbandingan antara produk yang dihasilkan di wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan
at

produk yang berasal dari impor. Selain itu data tersebut menjelaskan tentang
ak

ketergantungan PDRB terhadap produk yang dihasilkan oleh negara/domestik lain. Jika
w

rasionya kecil berarti ketergantungan akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya. Rasio
://
tp

PDRB terhadap impor tahun 2010 - 2016 menunjukkan pola peningkatan yang cukup
ht

signifikan. Hal ini menunjukkan sebagian besar nilai PDRB lebih berdaya guna dalam
domestic Wakatobi karena ketergantungan terhadap impor baik barang maupun jasa
semakin berkurang.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 51
Tabel 4.6.1 Perbandingan Impor terhadap PMTB
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


PDRB (ADHB Juta Rp) 1.553.296,51 1.798.386,52 2.053.587,23 2.295.528,49 2.575.657,45 2.914.887,97 3.304.672,81

Total Impor (ADHB


603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09
Juta Rp)

Perbandingan PDRB
2,57 2,71 2,90 3,29 3,27 3,49 4,56
terhadap Impor

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

4.7 PERBANDINGAN TOTAL PENYEDIAAN DAN TOTAL

id
PERMINTAAN

o.
.g
ps
Rasio antara total penyediaan dan total permintaan ini dapat pula digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi suatu daerah oleh produk yang
.b
ab

berasal dari impor. Ketergantungan (ketidakseimbangan) tersebut dapat dilihat melalui


keseimbangan antara total penyediaan (supply) dengan total permintaan akhir (demand).
ik
ob

Yang dimaksud dalam total penyediaan adalah nilai total PDRB adh Berlaku, sementara
at

total permintaan merupakan angka total PDRB adh Berlaku ditambah dengan nilai impor
ak

adh Berlaku.
w

Berdasarkan tabel berikut, dapat dilihat bahwa untuk memenuhi permintaan akhir
://

domestik, sebagian produk masih harus didatangkan dari luar negeri, sekitar 17 - 28 persen.
tp

Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat baru bisa dipenuhi sekitar 72-83 persen dari selisih
ht

hasil produksi domestik. Secara nominal, dalam kurun waktu 2010 – 2013, tendensi
permintaan (akhir) masyarakat terus mengalami peningkatan yang lalu kembali turun pada
tahun 2014, tetapi bila melihat pada angka persentase ketergantungan terhadap impor,
persentase nilai impor terhadap total permintaan akhir cukup berfluktuatif. Pada tahun
2010, 603.250,84 juta rupiah atau sekitar 27,97 persen dari total permintaan merupakan
impor dari luar Wakatobi sementara pada tshun 2016, total impor sebesar 724.585,09 juta
rupiah atau sekitar 17,68 persen dari total permintaan.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 52
Tabel 4.7.1 Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Total Penyediaan
PDRB (ADHB Juta Rp) 1.553.296,51 1.798.386,52 2.053.587,23 2.295.528,49 2.575.657,45 2.914.887,97 3.304.672,81

(%) 72,03 73,05 74,38 76,68 76,61 77,75 82,02

Total Nilai Impor

ADHB (Juta Rp) 603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09

(%) 27,97 26,95 25,62 23,32 23,39 22,25 17,98

Total Permintan Akhir


(Juta Rp) 2.156.547,35 2.461.942,12 2.760.768,48 2.993.664,67 3.362.185,30 3.749.058,48 4.029.257,90

id
(%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

o.
* Angka Sementara

.g
** Angka Sangat Sementara
ps
Di sisi lain “penyediaan” produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh
.b
ekonomi domestik masing-masing sebesar 1.553.296,51 juta rupiah (2010); 1.798.386,52 juta
ab

rupiah (2011); 2.053.587,23 juta rupiah (2012); 2.295.528,49 juta rupiah (2013); 2.575.657,45
ik

juta rupiah (2014); 2.914.887,97 juta rupiah (2015) dan 3.304.672,81 juta rupiah (2016); dan
ob

karena produk domestik tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan permintaan, maka
at

berbagai produk barang dan jasa diimpor, dengan nilai masing-masing, sebesar 603.250,84
ak

juta rupiah (2010); 663.555,60 juta rupiah (2011); 707.181,25 juta rupiah (2012); 698.136,18
w
://

juta rupiah (2013); 786.527,85 juta rupiah (2014); 834.170,51 juta rupiah (2015) dan 724.585,09
tp

juta rupiah (2016).


ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 53
NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE)

Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar
negeri (non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara
nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”, apabila nilai ekspor lebih besar
dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit. Dilihat
dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus,
maka terjadi aliran devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran
devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah di
antaranya ditentukan oleh proses tersebut.
Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio)
antara nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio

id
tersebut tidak dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun

o.
kuantum. Apabila rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada

.g
nilai impor, sebaliknya apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi dari
ps
pada nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor atau impor suatu negara sangat tergantung kepada
.b
kondisi ekonomi serta kebutuhan masyarakatnya.
ab

Tabel 4.8.1 Neraca Perdagangan Barang dan Jasa


ik

Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016


ob
at

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


ak

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Nilai Ekspor (ADHB) ( Juta
w

422.308,66 492.133,92 582.818,04 617.075,67 700.044,36 798.183,98 762.039,75


Rp)
://

Nilai Impor (ADHB) ( Juta Rp) 603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09
tp

Net ekspor (X – M) ( Juta Rp) -180.942,18 -171.421,68 -124.363,21 -81.060,51 -86.483,49 -35.986,53 37.454,66
ht

Rasio ekspor thdp Impor 0,70 0,74 0,82 0,88 0,89 0,96 1,05

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Tujuh tahun terakhir, posisi perdagangan barang dan jasa Kabupaten Wakatobi
dengan luar negeri dan antar kabupaten kian meningkat. Selama periode 2010 s.d 2015,
posisi perdagangan barang dan jasa Kabupaten Wakatobi dengan luar negeri dan antar
kabupaten menunjukkan nilai negatif. Hal ini menunjukkan neraca perdagangan barang
dan jasa Kabupaten Wakatobi selama periode itu dalam posisi defisit. Hal yang berbeda
terjadi pada tahun 2016 dimana perdangan barang dan jasa Kabupaten Wakatobi dengan
luar negeri dan antar kabupaten menunjukkan nilai positif yang artinya pada tahun 2016

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 54
neraca perdagangan barang dan jasa Kabupaten Wakatobi dalam posisi surplus. Nilai
ekspor yang lebih besar dari impor menyebabkan adanya aliran devisa masuk, yang dalam
konteks lain disebut sebagai “tabungan luar negeri”. Kecenderungan nilai ekspor pada
periode 2010 hingga 2015 terus meningkat dari 422.308,66 juta rupiah menjadi 798.183,98
juta rupiah pada tahun 2015, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi
762.039,75 juta rupiah.

4.8 RASIO PERDAGANGAN INTERNASIONAL (RPI)

Selain rasio pada neraca perdagangan, angka rasio perdagangan internasional (RPD)
juga dapat menggambarkan perbandingan aktivitas perdagangan internasional dari suatu

id
wilayah, apakah didominasi oleh ekspor atau impor luar negeri (LN). Formulasinya

o.
diperoleh dengan menghitung selisih antara ekspor LN dikurangi impor LN dibagi dengan

.g
jumlah ekspor LN dan impor LN. Koefisien RPI berkisar antara -1 s.d + 1 ( - 1 < RPI < +1 ).
ps
Jika RPI berkisar antara minus 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh impor,
.b
sedangkan apabila berkisar antara positif 1, maka perdagangan internasional didominasi
ab

oleh transaksi ekspor.


ik

Data pada tabel berikut menunjukkan bahwa pada periode tahun 2010 – 2015, posisi
ob

ekspor lebih rendah dibanding nilai impor. Rasio Perdagangan Internasional Kabupaten
at

Wakatobi pada periode 2010 – 2015 mengindikasi bahwa perdagangan internasionalnya


ak

selalu didominasi oleh kegiatan impor, meskipun dengan rasio yang relatif kecil yaitu -0,18
w

hingga -0,02. Sedangkan, pada tahun 2016 rasio perdagangan Internasional Kabupaten
://
tp

Wakatobi mengindikasikan bahwa perdagangan Internasionalnya didominasi oleh kegiatan


ht

ekspor.
Tabel 4.9.1 Rasio Perdagangan Internasional
Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Nilai Ekspor (ADHB) ( Juta Rp) 422.308,66 492.133,92 582.818,04 617.075,67 700.044,36 798.183,98 762.039,75

Nilai Impor (ADHB) ( Juta Rp) 603.250,84 663.555,60 707.181,25 698.136,18 786.527,85 834.170,51 724.585,09

(X – M) ( Juta Rp) -180.942,18 -171.421,68 -124.363,21 -81.060,51 -86.483,49 -35.986,53 37.454,66

(X + M) ( Juta Rp) 1.025.559,50 1.155.689,52 1.289.999,29 1.315.211,85 1.486.572,21 1.632.354,49 1.486.624,84

RPI -0,18 -0,15 -0,10 -0,06 -0,06 -0,02 0,03


* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 55
4.9 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)

”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi


kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi
tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap
penambahan sejumlah output (keluaran). Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang
dibuat oleh manusia dari sumber daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan
berulang dalam proses produksi. Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari
suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini digambarkan melalui parameter ”Nilai
Tambah”.
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan
antara penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap

id
pertambahan satu unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital

o.
.g
sebanyak ”K” unit. Formula :

ICOR 
K

I

It ps
Y Y Yt  Yt 1
.b
ab

Di mana: I t = PMTB, ke t; Yt = Output, ke t; Yt 1 = Output, ke t-1


ik
ob

Data berikut menunjukkan besaran ICOR cenderung berfluktuatif pada tahun 2011
at

sebesar 3,39 menjadi 3,32 pada tahun 2012; meningkat menjadi 4,18 pada tahun 2013; dan
ak

meningkat menjadi 4,24 pada tahun 2014, kemudian meningkat menjadi 4,26 pada tahun
w

2015 yang kemudian mengalami penurunan menjadi 4,11 persen pada tahun 2016.
://

Tabel 4.10.1 Incremental Capital Output Ratio


tp

Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016


ht

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Total PDRB (ADHK 2010)
1.553.296,51 1.716.518,89 1.889.695,12 2.037.260,34 2.197.573,12 2.366.420,81 2.554.960,94
( Juta Rp)

Perubahan (ADHK 2010)


163.222,38 173.176,23 147.565,22 160.312,78 168.847,69 188.540,13
( Juta Rp)
PMTB(ADHK 2010)
519.864,89 553.678,64 575.630,97 617.238,01 679.511,60 719.072,72 775.064,89
( Juta Rp)

ICOR 3,39 3,32 4,18 4,24 4,26 4,11

* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 56
ht
tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id
BAB V
PENUTUP
BAB V PENUTUP

1. PDRB menurut penggunaan, 2010 s.d 2016 dapat menggambarkan perubahan struktur
dan perkembangan kondisi ekonomi Kabupaten Wakatobi pada periode
bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan
analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi.
Analisis PDRB pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa
akhir, baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan
internasional dan antar daerah. Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang
menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah rumahtangga,
lembaga non-profit yang melayani rumahtangga/LNPRT, pemerintah, dan
perusahaan.

id
2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan

o.
perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis

.g
didasarkan pada indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis tersebut
ps
juga dilengkapi dengan indikator sosial demografi (seperti penduduk, rumahtangga,
.b
dan pegawai negeri), sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi lebih informatif.
ab

3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari, 2010 s.d 2016, sehingga mudah
ik
ob

dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antara waktu.


Masing-masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah, indeks,
at

persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-
ak

masing data.
w
://

4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran,
tp

dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro
ht

lain seperti pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang
saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan
secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data
ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-
Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana.

5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat
disajikan di sini, seperti ekspor dan impor, dan transfer berjalan (current transfer) neto.
Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi
Kabupaten Wakatobi terhadap ekonomi daerah lain (rest of the world).

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 58
ht
tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id
LAMPIRAN
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Juta Rupiah)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah


789,375.56 888,452.28 1,022,903.64 1,141,956.50 1,271,260.92 1,419,319.66 1,577,040.09
Tangga (1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, Minuman, dan
436,445.54 483,918.11 564,995.60 630,040.97 705,334.38 799,197.09 895,811.12
Rokok
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 23,953.13 26,560.85 28,796.85 31,837.58 35,259.44 38,848.37 42,811.26
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 84,478.16 93,703.84 105,837.74 115,871.96 126,051.75 135,033.28 148,066.57
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 74,588.05 86,027.24 101,550.98 112,797.41 125,733.88 136,149.06 152,915.13

1.e. Transportasi, Komunikasi,


122,094.00 139,496.44 154,410.78 175,321.86 195,580.25 219,640.04 239,161.48
Rekreasi, dan Budaya
1.f. Hotel dan Restoran 7,879.64 8,590.05 9,560.41 10,656.39 12,146.77 13,756.83 15,449.16
1.g. Lainnya 39,937.04 50,155.75 57,751.28 65,430.33 71,154.45 76,694.99 82,825.37

id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 34,165.25 37,033.76 38,875.09 41,236.77 47,041.69 50,107.28 51,362.16

o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

.g
389,958.35 484,361.60 515,804.14 555,970.26 599,393.15 659,490.98 729,478.56
(3.a. + 3.b.)

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a.


+ 4.b.)
519,864.89 558,525.91
ps
579,965.47 635,494.27 742,664.28 820,500.95 908,319.38
.b
4.a. Bangunan 362,648.00 388,261.82 402,037.00 441,333.46 515,011.01 586,802.06 643,070.97
ab

4.b. Non-Bangunan 157,216.89 170,264.09 177,928.47 194,160.81 227,653.27 233,698.89 265,248.41


ik

5. Perubahan Inventori 874.64 1,434.65 20,402.10 1,931.20 1,780.90 1,455.63 1,017.96


ob

6. Ekspor 422,308.66 492,133.92 582,818.04 617,075.67 700,044.36 798,183.98 762,039.75


at

7. Impor 603,250.84 663,555.60 707,181.25 698,136.18 786,527.85 834,170.51 724,585.09


ak

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7) 1,553,296.51 1,798,386.52 2,053,587.23 2,295,528.49 2,575,657.45 2,914,887.97 3,304,672.81


w

* Angka Sementara
://

** Angka Sangat Sementara


tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 60
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Juta Rupiah)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah


789,375.56 849,115.16 910,875.55 969,931.32 1,031,623.90 1,091,497.27 1,171,030.78
Tangga (1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, Minuman, dan
436,445.54 464,623.27 496,925.73 525,093.29 556,483.38 585,717.94 625,358.38
Rokok
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 23,953.13 24,954.48 26,348.82 27,836.37 29,684.21 31,818.61 33,995.85
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 84,478.16 88,548.10 93,488.92 97,629.41 102,934.79 106,674.25 115,973.87
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 74,588.05 80,365.65 87,737.52 95,180.07 102,254.81 107,519.61 116,821.81

1.e. Transportasi, Komunikasi,


122,094.00 134,247.44 145,533.65 158,151.85 170,571.68 187,067.65 202,853.70
Rekreasi, dan Budaya
1.f. Hotel dan Restoran 7,879.64 8,228.12 8,850.59 9,429.70 10,265.18 11,177.44 11,976.38
1.g. Lainnya 39,937.04 48,148.10 51,990.32 56,610.63 59,429.85 61,521.77 64,050.79

id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 34,165.25 35,364.70 36,388.61 37,398.16 41,459.84 42,202.11 41,577.67

o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

.g
389,958.35 463,931.91 475,273.94 502,383.02 515,040.82 545,902.42 567,944.28
(3.a. + 3.b.)

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a.


+ 4.b.)
519,864.89 553,678.64
ps
575,630.97 617,238.01 679,511.60 719,072.72 775,064.89
.b
4.a. Bangunan 362,648.00 384,801.24 398,639.39 428,577.20 472,063.44 514,879.96 551,601.84
ab

4.b. Non-Bangunan 157,216.89 168,877.40 176,991.58 188,660.81 207,448.16 204,192.76 223,463.05


ik

5. Perubahan Inventori 874.64 1,305.93 10,391.57 1,694.11 760.65 569.82 602.32


ob

6. Ekspor 422,308.66 459,679.24 513,706.18 488,666.45 512,343.30 561,941.81 529,470.40


at

7. Impor 603,250.84 646,556.69 632,571.70 580,050.73 583,166.99 594,765.34 530,729.40


ak

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7) 1,553,296.51 1,716,518.89 1,889,695.12 2,037,260.34 2,197,573.12 2,366,420.81 2,554,960.94


w

* Angka Sementara
://

** Angka Sangat Sementara


tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 61
Lampiran 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah


50.82 49.40 49.81 49.75 49.36 48.69 47.72
Tangga (1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, Minuman, dan
28.10 26.91 27.51 27.45 27.38 27.42 27.11
Rokok
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.54 1.48 1.40 1.39 1.37 1.33 1.30
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 5.44 5.21 5.15 5.05 4.89 4.63 4.48
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 4.80 4.78 4.95 4.91 4.88 4.67 4.63

1.e. Transportasi, Komunikasi,


7.86 7.76 7.52 7.64 7.59 7.54 7.24
Rekreasi, dan Budaya
1.f. Hotel dan Restoran 0.51 0.48 0.47 0.46 0.47 0.47 0.47
1.g. Lainnya 2.57 2.79 2.81 2.85 2.76 2.63 2.51

id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.20 2.06 1.89 1.80 1.83 1.72 1.55

o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

.g
25.11 26.93 25.12 24.22 23.27 22.62 22.07
(3.a. + 3.b.)

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a.


+ 4.b.)
33.47 31.06
ps
28.24 27.68 28.83 28.15 27.49
.b
4.a. Bangunan 23.35 21.59 19.58 19.23 20.00 20.13 19.46
ab

4.b. Non-Bangunan 10.12 9.47 8.66 8.46 8.84 8.02 8.03


ik

5. Perubahan Inventori 0.06 0.08 0.99 0.08 0.07 0.05 0.03


ob

6. Ekspor 27.19 27.37 28.38 26.88 27.18 27.38 23.06


at

7. Impor 38.84 36.90 34.44 23.56 30.54 28.62 21.93


ak

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7) 100.01 100.00 99.99 106.85 100.00 99.99 99.99


w

* Angka Sementara
://

** Angka Sangat Sementara


tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 62
Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2011 ─ 2016 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah


7.57 7.27 6.48 6.36 5.80 7.29
Tangga (1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, Minuman, dan
6.46 6.95 5.67 5.98 5.25 6.77
Rokok
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 4.18 5.59 5.65 6.64 7.19 6.84
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 4.82 5.58 4.43 5.43 3.63 8.72
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 7.75 9.17 8.48 7.43 5.15 8.65

1.e. Transportasi, Komunikasi,


9.95 8.41 8.67 7.85 9.67 8.44
Rekreasi, dan Budaya
1.f. Hotel dan Restoran 4.42 7.57 6.54 8.86 8.89 7.15
1.g. Lainnya 20.56 7.98 8.89 4.98 3.52 4.11

id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3.51 2.90 2.77 10.86 1.79 (1.48)

o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

.g
18.97 2.44 5.70 2.52 5.99 4.04
(3.a. + 3.b.)

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a.


+ 4.b.)
6.50 3.96
ps
7.23 10.09 5.82 7.79
.b
4.a. Bangunan 6.11 3.60 7.51 10.15 9.07 7.13
ab

4.b. Non-Bangunan 7.42 4.80 6.59 9.96 (1.57) 9.44


ik

5. Perubahan Inventori - - - - - -
ob

6. Ekspor 8.85 11.75 (4.87) 4.85 9.68 (5.78)


at

7. Impor 7.18 (2.16) (8.30) 0.54 1.99 (10.77)


ak

PDRB 10.51 10.09 7.81 7.87 7.68 7.97


w

* Angka Sementara
://

** Angka Sangat Sementara


tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 63
Lampiran 5. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi (2010=100)
Menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah


100.00 104.63 112.30 117.74 123.23 130.03 134.67
Tangga (1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, Minuman, dan
100.00 104.15 113.70 119.99 126.75 136.45 143.25
Rokok
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 100.00 106.44 109.29 114.37 118.78 122.09 125.93
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 100.00 105.82 113.21 118.69 122.46 126.58 127.67
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 100.00 107.04 115.74 118.51 122.96 126.63 130.90

1.e. Transportasi, Komunikasi,


100.00 103.91 106.10 110.86 114.66 117.41 117.90
Rekreasi, dan Budaya
1.f. Hotel dan Restoran 100.00 104.40 108.02 113.01 118.33 123.08 129.00
1.g. Lainnya 100.00 104.17 111.08 115.58 119.73 124.66 129.31

id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 100.00 104.72 106.83 110.26 113.46 118.73 123.53

o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

.g
100.00 104.40 108.53 110.67 116.38 120.81 128.44
(3.a. + 3.b.)

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a.


+ 4.b.)
100.00 100.88
ps
100.75 102.96 109.29 114.11 117.19
.b
4.a. Bangunan 100.00 100.90 100.85 102.98 109.10 113.97 116.58
ab

4.b. Non-Bangunan 100.00 100.82 100.53 102.92 109.74 114.45 118.70


ik

5. Perubahan Inventori - - - - - - -
ob

6. Ekspor 100.00 107.06 113.45 126.28 136.64 142.04 143.92


at

7. Impor 100.00 102.63 111.79 120.36 134.87 140.25 136.53


ak

PDRB 100.00 104.77 108.67 112.68 117.20 123.18 129.34


w

* Angka Sementara
://

** Angka Sangat Sementara


tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 64
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi
(2010=100) Menurut Pengeluaran, 2011 ─ 2016 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah


4.63 7.33 4.84 4.67 5.52 3.57
Tangga (1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, Minuman, dan
4.15 9.16 5.53 5.64 7.65 4.98
Rokok
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 6.44 2.68 4.65 3.85 2.79 3.14
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 5.82 6.98 4.84 3.18 3.37 0.86
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 7.04 8.13 2.39 3.76 2.98 3.37

1.e. Transportasi, Komunikasi,


3.91 2.11 4.48 3.43 2.40 0.41
Rekreasi, dan Budaya
1.f. Hotel dan Restoran 4.40 3.47 4.62 4.71 4.01 4.81
1.g. Lainnya 4.17 6.63 4.05 3.59 4.12 3.73

id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4.72 2.02 3.21 2.90 4.64 4.04

o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

.g
4.40 3.95 1.97 5.16 3.81 6.32
(3.a. + 3.b.)

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a.


+ 4.b.)
0.88 (0.12)
ps
2.19 6.15 4.40 2.71
.b
4.a. Bangunan 0.90 (0.05) 2.11 5.94 4.46 2.29
ab

4.b. Non-Bangunan 0.82 (0.29) 2.37 6.63 4.29 3.71


ik

5. Perubahan Inventori - - - - - -
ob

6. Ekspor 7.06 5.97 11.30 8.20 3.96 1.33


at

7. Impor 2.63 8.93 7.66 12.06 3.99 (2.66)


ak

PDRB 4.77 3.73 3.68 4.02 5.10 5.01


w

* Angka Sementara
://

** Angka Sangat Sementara


tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 65
Lampiran 7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kabupaten Wakatobi Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, 2010 ─ 2016 (Rupiah)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah


8,462,521.68 9,478,543.10 10,872,815.82 12,082,789.30 13,411,481.50 14,942,566.30 16,563,981.24
Tangga (1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, Minuman, dan
4,678,926.02 5,162,729.35 6,005,544.28 6,666,324.24 7,441,099.49 8,413,929.46 9,408,891.18
Rokok
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 256,790.17 283,367.12 306,092.22 336,866.40 371,978.18 408,994.79 449,655.60
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan Penyelenggaraan 905,650.36 999,688.90 1,124,987.94 1,226,015.60 1,329,814.11 1,421,627.41 1,555,174.09
Rumah Tangga
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 799,623.17 917,790.32 1,079,422.40 1,193,484.46 1,326,460.67 1,433,374.32 1,606,099.53

1.e. Transportasi, Komunikasi,


1,308,911.97 1,488,231.89 1,641,288.49 1,855,041.85 2,063,322.22 2,312,365.53 2,511,962.94
Rekreasi, dan Budaya
1.f. Hotel dan Restoran 84,473.89 91,643.82 101,621.08 112,752.91 128,145.35 144,831.60 162,265.75
1.g. Lainnya 428,146.10 535,091.70 613,859.42 692,303.86 750,661.47 807,443.18 869,932.15

id
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 366,269.47 395,098.42 413,217.51 436,317.15 496,277.94 527,528.35 539,467.49

o.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

.g
4,180,558.86 5,167,460.77 5,482,670.31 5,882,598.43 6,323,446.29 6,943,106.60 7,661,865.58
(3.a. + 3.b.)

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a.


+ 4.b.)
5,573,225.38 5,958,690.22
ps
6,164,664.48 6,724,024.40 7,834,920.51 8,638,216.03 9,540,268.04
.b
4.a. Bangunan 3,887,777.53 4,142,210.53 4,273,397.89 4,669,651.79 5,433,236.03 6,177,839.24 6,754,308.63
ab

4.b. Non-Bangunan 1,685,447.85 1,816,479.68 1,891,266.60 2,054,372.61 2,401,684.48 2,460,376.80 2,785,959.42


ik

5. Perubahan Inventori 9,376.60 15,305.71 216,861.36 20,433.60 18,788.05 15,324.84 10,691.85


ob

6. Ekspor 4,527,371.22 5,250,380.55 6,194,985.49 6,529,141.26 7,385,291.12 8,403,263.46 8,003,862.56


at

7. Impor 6,467,166.67 7,079,210.10 7,516,887.40 7,386,824.60 8,297,670.09 8,782,128.86 7,610,468.44


ak

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7) 16,652,156.54 19,186,268.66 21,828,327.58 24,288,479.54 27,172,535.32 30,687,876.72 34,709,668.31


w

* Angka Sementara
://

** Angka Sangat Sementara


tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 66
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Tabel Input Output Kabupaten Wakatobi, berbagai seri, Jakarta.

, Incremental Capital Output Ratio Sektor Industri , 1980-1990, Jakarta.

, Pendapatan Nasional Kabupaten Wakatobi, berbagai seri, Jakarta.

, Statistik Industri, berbagai seri , Jakarta.

, Statistik Listrik, Gas dan Air , berbagai seri, Jakarta.

, Statistik Pertambangan Migas , berbagai seri, Jakarta.

, Statistik Pertambangan Non Migas , berbagai seri, Jakarta.

, Statistik Konstruksi , berbagai seri, Jakarta.

id
o.
, Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat , berbagai seri, Jakarta.

.g
, Statistik Keuangan BUMN dan BUMD , 1997, Jakarta 2000.
ps
.b
, Profil Ekonomi Rumahtangga 1998 , Jakarta 1999.
ab

Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stock s, Netherlands, 1992.


ik

Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview , Pamphlet Series, No. 29, Washington DC, 1979.
ob

Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in Indonesia
at

Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper , Series No.4, Jakarta 1988.
ak

United Nations, A System of National Accounts , Studies in Methods, Series F No.2 Rev.3, New York, 1968.
w
://

, Input-Output Table and Analysis , Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1, New York, 1973.
tp

, Handbook of National Accounting for Production , Sources and Methods, Series F No. 39, New York, 1986.
ht

, Handbook of National Accounting , Public Sector Accounts, Studies Methods, Series F No. 50,
New York, 1988.

, Link between Business Accounting and National Accounting , Public Sector Accounts, Studies
Methods , Series F No. 76, New York, 2000.

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 67
Verbiest Piet, Investment Matrix , Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan Pusat Statistik
Jakarta, 1997.

Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD Countries , Paris, 1976.

World Bank, System of National Accounts 1993 , Bahan Kursus, Washington DC, 1993

Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wakatobi
Menurut Lapangan Usaha, 2012 – 2016, Wanggudu

Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tenggara, Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Sulawesi Tenggara
Menurut Pengeluaran, 2012 – 2016, Kendari

id
o.
.g
ps
.b
ab
ik
ob
at
ak
w
://
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Wakatobi, 2010 – 2016 68
ht
tp
://
w
ak
at
ob
ik
ab
.b
ps
.g
o.
id

Anda mungkin juga menyukai