I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah yang baik dan subur adalah tanah yang mampu menyediakan unsur
hara secara cukup dan berimbang bagi tanaman sehingga mampu diserap baik
oleh tanaman. Hal ini dapat dilihat dari nilai produktifitas lahan, teknik
pemanfaatan lahan, dan atau ditinjau dari segi kualitas tanahnya. Analisis
tanah adalah aktivitas menganalisa sampel tanah dengan tujuan mengetahui
kondisi serta karakteristik tanah tersebut, seperti nutrien nilai pH, kontaminasi,
komposisi, keasaman dan lain sebagainya. Analisis tanah menentukan tingkat
kecocokan tanah terhadap aktivitas pertanian dan jenis tanaman yang ditanam.
Tanah selalu berhubungan erat dengan air dalam masalah budidaya lahan
pertanian. Air yang merupakan senyawa pelarut alami memiliki peran yang
penting dalam menentukan kualitas tanah. Air didalam tanah menentukan
kadar kelengasan tanah. Air juga berperan dalam beberapa reaksi kimia di
dalam tanah. Analisa air termasuk ke dalam bagian kimia analisa kuantitatif
karena menentukan kadar suatu zat dalam campuran zat-zat lain. Air juga
banyak mendapat pencemaran. Berbagai jenis pencemar air kebanyakan
berasal dari: sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar,
jalan, dan sebagainya. Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian,
peternakan, perikanan, serta sumber-sumber lainnya). Semua bahan pencemar
diatas secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas air.
Apabila kandungan zat-zat kimia terlalu banyak jumlahnya didalam air, air
tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan bagi budidaya
tanaman. Analisa terhadap air pada akhirnya bertujuan untuk mengetahui
presentase kandungan hara, kandungan zat–zat terlarut didalamnya serta
kandungan zar kontaminan dalam air.
Pentingya pemahaman mengenai fungsi dari setiap analisa (baik analisa
tanah, analisa air, analisa jaringan tanaman, dan analisa pupuk), maka penting
bagi mahasiswa untuk mengetahui proses–proses dalam setiap analisa yang
dilakukan. Hal tersebut akan memberikan wawasan ilmu serta materi praktik
1
2
1. N Jaringan Tanaman
Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat
pekat dengan katalis campuran selen membentuk (NH4)2 SO4. Kadar
amonium dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan cara destilasi atau
spektrofotometri. Pada cara destilasi, ekstrak dibasakan dengan
penambahan larutan NaOH. Selanjutnya, NH3 yang dibebaskan diikat oleh
asam borat dan dititar dengan larutan baku H2SO4 menggunakan
penunjuk Conway. Cara spektrofotometri menggunakan metode
pembangkit warna indofenol biru (Khama 2012).
Pemberian pupuk organik yang semakin besar dapat meningkatkan
kandungan N dalam akar. Hal ini disebabkan adanya perbaikan sifat fisik
tanah dan ketersediaan sumber nitrogen yang banyak, sehingga kontak
bulu akar pada sistem pertanian semiorganik lebih dekat dengan demikian
unsure yang diserap lebih banyak. Tanaman yang tumbuh harus
mengandung N dalam membentuk sel baru. Dengan tercukupinya unsur
hara maka proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik, sehingga
menghasilkan karbohidrat dari CO2 dan H2O, menghasilkan protein akar
nukleat dan sebagainya (Nuryani et al. 2010)
2. P dan K Jaringan Tanaman
Secara visual tanaman yang tidak diberi atau yang kekurangan hara P
warna daunnya kekuningan. Salah satu peranan hara P didalam
pertumbuhan tanaman tanaman adalah sebagai perangsang perkembangan
akar. Akar yang tidak berkembang secara baik tidak dapat mengabsorpsi
unsur hara lebih banyak (Ruhnayat 2013).
Salah satu fungsi unsur K adalah sebagai transportasi hasil fotosintat
menuju ketempat penyimpanan seperti biji, buah, umbi, dan rimpang.
Tanaman penghasil rimpang mengakumulasi hasil fotosintat cukup besar,
maka peranan K sangat penting. Kalium terdapat banyak dalam jaringan
meristem, sedikit didalam biji dan buah. Kandungan K dalam kloroplas
diperkirakan tiga kali lipat daripada kandungan di dalam sitoplasma dan
vakuola, sedangkan 40 - 45% dari K di daun merupakan unsur yang mobil
10
hasil destruksi yaitu senyawa amonium disuling dalam suasana alkali yang
ditampung dengan asam borat. Destilat yang dihasilkan dititrasi dengan
larutan asam sulfat sampai terjadi perubahan warna hijau menjadi merah
muda.
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengamatan menunjukkan
bahwa N total pupuk organik dihasilkan 2,24 %. Pupuk organik yang
selama ini digunakan masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara essensial karena kandungannya yang jauh lebih rendah dari
pupuk anorganik, meskipun ketersedian unsur hara lambat sehingga tidak
mudah hilang. Ketersediaan unsur hara essensial seperti nitrogen, fosfor
dan unsur lainnya yang rendah pada pupuk organik karena unsur-unsur
tersebut dalam bentuk senyawa komplek organik protein atau senyawa
asam humat atau lignin yang sulit terdekomposisi.
2. C-Organik pupuk organik
Budidaya organik nyata meningkatkan kandungan karbon tanah.
Karbon merupakan komponen paling besar dalam bahan organik sehingga
pemberian bahan organik akan meningkatkan kandungan karbon tanah.
Tingginya karbon tanah ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih
baik, baik secara fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan sumber
makanan mikroorganisme tanah,sehingga keberadaan unsur ini dalam
tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan
proses dekomposisi tanah danjuga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan
mikroorganisme misalnya pelarutan P,fiksasi N dan sebagainya.
(Utami & Handayani, 2013).
Kandungan C-organik dalam tanah lahan bekas pertambangan dapat
dikategorikan (sangat) rendah. Hal ini menunjukan bahwa secara langsung
kandungan bahan organik tanah tersebut sangat rendah juga. Secara kimia
bahan organik tanah dikategorikan dalam 3 (tiga) fraksi yaitu fraksi humin,
asam humat dan asam fulvat. Peningkatan konsentrasi C-organik diduga
akibat adanya dekomposisi C-organik tanah oleh aktivitas mikroorganisme
sebesar 666-2.279 mg CO2-C kg-1 tanah sebagai sumber energi.
12
10
14
DAFTAR PUSTAKA
Mahida, U.N. 1986. Pencemaran air dan pemanfaatan limbah industry. CV.
Rajawali: Jakarta
Mananoma T, L Tanudjaja dan A Binilang 2013. Analisis Sedimentasi di Muara
Sungai Salunwangko di Desa Tounelet Kecamatan Kakas Kabupaten
Minahasa. Jurnal Sipil Statik 1(6): 452-458
Morintoh, P., Rumampuk, J. F., & Lintong, F. (2015). Analisis Perbedaan Uji
Kualitas Air Sumur di Daerah Dataran Tinggi Kota Tomohon dan Dataran
Rendah Kota Manado Berdasarkan Parameter Fisika. Jurnal e-Biomedik,
3(1): 14-20
Nuryani et al. 2010. Serapahn Hara N, P, K pada Tanaman Padi dengan Berbagai
Lama Penggunaan Pupuk Organik pada Vertisol Sragen. Jurnal Ilmu
Tanah dan lingkungan 10(1): 1-13
Patti, P. S., Kaya, E., & Silahooy, C. (2018). Analisis status nitrogen tanah dalam
kaitannya dengan serapan N oleh tanaman padi sawah di Desa Waimital,
Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia, 2(1)
Rahardjo, M. 2014. Pengaruh Pupuk Urea, Sp36, Dan Kcl Terhadap Pertumbuhan
DanProduksi Temulawak (Curcuma Xanthorhiza Roxb). Jurnal Littri.
16(3): 98-105
Rahman, A. 2009. Pengaruh luas pola penggunaan lahan dan kondisi fisik
lingkungan terhadap debit air dan sedimentasi pada beberapa daerah
tangkapan air (catchment area) di sub das Cimanuk Hulu Jawa
Barat. Agroland, 16(3).
Rohmawati, S. M. Sutarno. Mujiyo. 2016. Kualitas air irigasi pada kawasan
industri di kecamatan Kebakkramat kabupaten Karanganyar. Caraka Tani
Journal of Sustainable Agriculture, 31(2): 108-113
Ruhnayat, A. 2013. Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N, P, K untuk
Pertumbuhan Tanaman Panili (Vanilli planifolia Andrews). Bul. Littro
XVIII 49-59
Sukmawati. 2015. Analisis Ketersediaan C-Organik Di Lahan Kering Setelah
Diterapkan Berbagai Model Sistem Pertanian Hedgerow. J Galung
Tropika 4 (2) : 115-120
Susila, A. D. dan R. Poerwanto. 2013. Irigasi dan Fertigasi. Modul IX – Bahan
Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Hortikultura. Bogor : Institut Pertanian
Bogor
Tantri, P.T.N.T. 2016. Uji Kualitas Beberapa Pupuk Kompos yang Beredar di
Kota Denpasar. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 5(1): 52-62
Utami, S. N., & Handayani, S. 2013. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem. Ilmu
Pertanian, Vol. 10 No. 2, 63-69.
Winarso, S. 2015. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.
Yogyakarta : Gava Media.
16