KAJIAN KEPUSTAKAAN
dan latihan. Menurut pengertian ini belajar adalah merupakan suatu proses atau suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan
tetapi belajar yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan atau tingkah laku. Belajar juga dapat diartikan sebagai
menunjukkan perubahan dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak terampil menjadi
terampil.
(skills), dan sikap (attitude) yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan.
yang telah dipelajarinya , maka belajar seperti ini disebut “rote learning”.
Tingkah laku memiliki unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif
adalah unsur motoric atau unsur jasmaniah, sedangkan unsur subjektif adalah unsur
rohaniah. Unsur objektif inilah yang tampak, sedangkan unsur subjektif tidak tampak
kecuali berdasarkan tingkah laku yang tampak. Misalnya, seseorang yang sedang
berfikir dapat kita lihat pada raut mukanya bahwa dia sedang berfikir sedangkan
proses berfikirnya itu sendiri tidak tampak. Tingkah laku manusia terdiri dari
sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan social, jasmani, budi pekerti (etika) dan
sikap. Seseorang melakukan perubahan dalam belajar maka terjadi perubahan pada
Menurut pandangan ini bahwa belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dinggap telah belajar sesuatu jika yang
penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru pada peserta didik,
sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan peserta didik terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru tersebut. Kegiatan yang dapat diamati adalah stimulus
dan renspons, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh peserta didik (respons) harus dapat diamati dan diukur.
2) Teori belajar yang berpijak pada pandangan psikologi kognitif dan aplikasinya
dalam pembelajaran.
Menurut teori kognitif belajar merupakan suatu proses atau aktivitas mental yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Jadi belajar adalah suatu proses kegiatan
yang melibatkan aktivitas mental terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari
dalam pembelajaran.
Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia
kenyataan yang ada. Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari konstruksi
mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat peserta didik. Jika
fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja melainkan
bukan sesuatu yang sudah ada melainkan suatu proses yang berkembang terus
mengembangkan pengetahuannya.
belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesorang untuk memperoleh perubahan
apabila perilakunya menunjukkan perubahan dari awalnya tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak terampil
atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
terjadi baik fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas. Aktivitas belajar
merupakan segala jenis dan bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh segenap
jiwa dan raga seseorang untuk memahami, ingin mengetahui, atau mempelajari
seseuatu dari hasil kegiatan yang dilakukannya tersebut. Istarani Dkk (2017:2-6)
Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan seorang guru agar peserta
didik dapat belajar dengan maksimal. Dalam pengajaran peserta didik merupakan
subjek yang akan melakukan kegiatan belajar. Disaat pembelajaran peserta didik
berperan aktif dalam kegiatan belajar, oleh karena itu seorang guru hendaknya dapat
tingkah laku. Aktivitas merupakan faktor yang penting pada kegiatan belajar
mengajar, karena menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sendiri dan
mengelompokkan aktivitas belajar siswa menjadi delapan bagian yaitu: (1) Visual
demontrasi, percobaan, dan memperhatikan pekerjaan orang lain. (2) Oral activities,
misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan
(4) Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan
menggambar peta dan membuat diagram. (6) Motor activities, contohnya seperti
melakukan percobaan, membuat kontruksi, model dan lain sebagainya. (6) Mental
menaruh minat, merasa bosan, gembira, ber semangat, berani, tenang dan sebagainya.
sebagai berikut. (1) Siswa belajar secara individual untuk menerapkan konsep, prinsip
dan generalisasi. (2) Siswa belajar dalam bentuk kelompok untuk memecah masalah.
(3) Setiap siswa berpartisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai
cara. (4) Siswa berani mengajukan pendapat. (5) Ada aktivitas belajar analisis,
sintesis, penilaian dan kesimpulan. (6) Antar siswa terjalin hubungan sosial dalam
melaksanakan kegiatan belajar. (7) Setiap siswa bisa mengomentari dan memberikan
menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia. (9) Setiap siswa berupaya
menilai hasil belajar yang dicapainya. (10) Ada upaya dari siswa untuk bertanya
kepada guru dan meminta pendapat guru dalam upaya kegiatan belajarnya.
Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses
pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam
Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap tatap muka dalam kelas yang
Aktif (CBSA)
Pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai
fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk
belajar.
mempengaruhi aktivitas belajar adalah sebagai berikut: (a) faktor internal: faktor
jasmaniah, yang termasuk dalam faktor jasmaniah yaitu faktor kesehatan dan cacat
tubuh. Jika hal ini terjadi hendaknya peserta didik tersebut belajar pada lembaga
pendidikan khusus atapu diusahakan alat bantu untuk memperlancar proses belajar
peserta didik yang mempunyai cacat tubuh tersebut (berkebutuhan khusus). faktor
psikologis, faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yaitu antara lain:
intelejensi, perhatian, minat, bakat, motif dan kematangan. (b) faktor eksternal :
faktor keluarga, faktor keluarga merupakan faktor pertama dan utama yang
yang mendukung proses belajar adalah lingkungan yang kondusif dan nyaman untuk
yang dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun aktivitas
belajar yang akan diteliti oleh calon peneliti yaitu berdasarkan jenis-jenis aktivitas
menurut Sardiman (dalam Lily, Dkk 2013) adalah (1) Visual Activities, (2) Oral
Activites, (3) Listening Activities, (4) writing Activities, (5) Drawing Activities, (6)
Motor Activities, (7) Mental Activities, (8) Emosional Activities. Jenis-jenis aktivitas
penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih
banyak dibandingkan pelajaran lainnya. Matematika adalah segala sumber dari ilmu
yang lain. Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu lain yang penemuan dan
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan kemampuan berpikir, karena itu
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh karena itu, matematika
perlu diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai Perguruan
Tinggi.
matematika adalah pengetahuan eksak dengan objek abstrak meliputi konsep, prinsip,
dan operasi yang berhubungan dengan bilangan. Matematika merupakan suatu ilmu
tersebut dalam dunia nyata. Hal ini juga dikarenakan matematika berhubungan
dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak yang tersusun secara hieraki, maka
terlewati. Konsep menurut Bell (Tatag 2016:70) dapat diartikan sebagai suatu ide
abstrak tentang suatu objek atau kejadian yang dibentuk dengan memandang sifat-
sifat yang sama dari sekumpulan objek, sehingga seseorang dapat mengelompokkan
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep.
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah diketahui dan
diingat. Menurut Purwanto ( dalam Any Mulyani Dkk 2013) pemahaman adalah
tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep,
mengungkapkan kembali konsep dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti serta
kemampuan siswa yang paham tentang konsep matematika serta dapat menjelaskan
konsep matematika adalah suatu kemampuan yang paham tentang konsep dan
kembali konsep dengan bahasa sendiri yang lebih mudah dimengerti dan mampu
konsepnya
Indikator kedua yang digunakan dalam penelian adalah kemampuan siswa dalam
Indikator yang ketiga dalam penelitian ini adalah indikator yang mengukur
kemampuan siswa dalam membedakan mana yang termasuk contoh dan bukan
Indikator yang keempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyajikan
observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem dan pola yang
tutorial”. Joyce & Weil (Rusman, 2012) berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik di
dalam kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi, pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. (dalam dalam Zainal Aqib dan Ali Murtadlo 2016:2)
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dalam bentuk penbelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh calon pendidik di dalam kelas.
Jadi, model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara
efektif. Salah satu yang dapat dilakukan oleh calon peneliti dalam memperbaiki latar
Repetition (AIR).
dan menciptakan hubungan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.
siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis.
mendalam disertai pemberian soal dalam bentuk tugas latihan atau kuis. Dengan
yang didapat dalam menyelesaikan soal dan mengingat apa yang telah diterima.
Sementara pemberian kuis dimaksudkan agar siswa siap menghadapai ujian atau tes
model pembelajaran yang terdiri dari tiga hal, yaitu auditory, intellectually, dan
Auditory Visual Intellectually (SAVI) dan Visual Auditory Kinetis (VAK), bedanya
pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Teori yang
mendukung model pembelajaran AIR adalah aliran psikologi tingkah laku serta
bahwa stimulus dan respons akan memiliki hubungan satu sama lain secara kuat jika
pada saat belajar matematika yang terpenting adalah proses belajar siswa, guru
Model AIR terdiri dari tiga aspek yang terdiri dari Auditory, Intelectualy,
dan Repetition. Berikut ini masing-masing penjelasan dari tiga aspek pada model
pembelajaran AIR yang akan digunakan pada penelitian antara lain sebagai berikut:
1. Auditory
telinganya, sehingga koneksi antara telinga dan otak dapat dimanfaatkan secara
optimal. Dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar proses interaksi siswa dengan
guru dilakukan dengan komunikasi lisan dan melibatkan indera telinga. Salah satu
kegiatan yang dapat menunjang dalam auditory adalah membentuk siswa ke dalam
hasil diskusi secara bergantian. Dalam presentasi tersebut ada kelompok yang
berbicara dan ada juga kelompok yang mendengarkan sehingga auditory terlaksana.
auditory adalah salah satu modalitas belajar yaitu bagaimana menyerap informasi saat
berkomunikasi ataupun belajar dengan cara mendengarkan. Pada kegiatan ini siswa
dapat saling menukar informasi yang didapatnya dan siswa dapat mengeluarkan ide
mereka secara verbal atau guru mengajak siswa membicarakan tentang apa yang
2. Intellectually
intellectually dalam belajar akan terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam
Menurut Meier (dalam Siti Khadijah Dkk 2013:70), aspek intelektual dalam
belajar akan terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitas seperti : (1)
strategis, (4) melahirkan gagasan kreatif, (5) mencari dan menyaring informasi, (6)
3. Repetition (pengulangan)
agar pemahaman lebih mendalam dan luas. Masuknya informasi ke dalam otak yang
diterima melalui proses penginderaan akan masuk ke dalam memori jangka pendek.
Oleh karena itu, dengan adanya repetition diharapkan informasi tersebut ditransfer ke
dalam memori jangka panjang. Pengulangan yang dilakukan tidak berarti dengan
bentuk pertanyaan ataupun informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi
yang bervariatif sehingga tidak membosankan. Dengan pemberian soal dan tugas,
dengan mudah, semakin lama semakin jelas, tahan lama dan tak mudah terlupakan.
lebih mendalam, disertai pemberian soal dalam bentuk tugas latihan atau kuis.
Menurut Huda (dalam Anisa Fatmawati 2014), “repetisi bermakna pengulangan”.
cara pemberian tugas atau kuis. Ketika guru menjelaskan suatu konsep matematika, ia
harus mengulangnya dalam beberapa kali karena terkadang siswa mudah lupa. Dalam
memberikan kuis.
ditempatkan sebagai pusat perhatian utama dalam pembelajaran untuk secara aktif
didik agar dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan secara optimal,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berlatih menerapkan konsep atau
keterampilan yang telah dipelajari dan memberikan umpan balik. Peran guru sebagai
didik bisa berlatih untuk bertanggung jawab. Dalam pembelajaran, model AIR di
katakan efektif tentunya apabila memperhatikan tiga hal tersebut yaitu auditory,
anggota
(auditory)
4) Saat diskusi berlangsung siswa mendapat soal atau permaslahan yang berkaitan
dengan materi
(intellectually)
mengekspresikan idenya.
mereka sendiri.
menjawab permasalahan.
antara lain:
jawaban mereka.
a. Dua bangun datar dikatakan kongruen jika kedua bangun datar tersebut
Penyelesaian:
Diketahui persegi panjang ABCD dan persegi panjang EFGH. Sudut-sudut yang
∠EFG, ∠BCD bersesuaian dengan ∠FGH, dan ∠CDA bersesuaian dengan ∠GHE.
bersesuaian dengan GH, dan DA bersesuaian dengan HE. Berikut adalah panjang sisi-
AB = EF = 3 cm,
BC = FG = 2 cm,
CD = GH = 3 cm, dan
DA = HE = 2 cm.
Ternyata, diperoleh panjang sisi-sisi yang bersesuaian adalah sama. Oleh karena
sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang
Setelah memahami syarat dua bangun datar kongruen, kali ini kamu akan
dapat digunakan untuk menentukan panjang sisi pada dua bangun datar yang
Panjang AB = 6 cm, CD = 10 cm, dan EH = 8 cm. Tentukan panjang GH, EF, dan
AD.
Penyelesaian:
FG, CD bersesuaian dengan GH, dan AD bersesuaian dengan EH. Oleh karena
trapesium
ABCD dan trapesium EFGH kongruen maka:
Panjang GH = CD = 10 cm,
Panjang AD = EH = 8 cm.
Jika suatu benda digeser maka bentuk maupun ukuran benda tersebut akan
tetap sama. Demikian juga bentuk dan ukuran dari benda dan bayangannya pada
cermin datar adalah sama. Untuk memahami syarat dua segitiga kongruen, kamu juga
dapat melakukan pergeseran atau pencerminan dari bangun datar segitiga tersebut.
Gambar 1.3
Jika ΔABC digeser ke samping sejauh AE maka ΔABC akan berimpit atau menutupi
dengan tepat ΔEFG. Jadi, ΔABC kongruen dengan ΔEFG, ditulis ΔABC ≅ ΔEFG.
∠CAB = ∠GEF,
∠ABC = ∠EFG,
∠BCA = ∠FGE,
AB = EF,
BC = FG, dan
AC = EG.
segitiga pada uraian tadi maka dapat disimpulkan syarat dua segitiga kongruen
segitiga kongruen maka sisi-sisi yang bersesuaian (seletak) sama panjang dan sudut-
sudut yang bersesuaian (seletak) sama besar. Apakah pernyataan sebaliknya juga
berlaku, yaitu jika dua segitiga yang mempunyai sisi-sisi yang bersesuaian (seletak)
sama panjang dan sudut-sudut yang bersesuaian (seletak) sama besar maka kedua
Dua segitiga yang mempunyai sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan
(seletak) sama panjang dan sudut-sudut yang bersesuaian (seletak) sama besar. Jika
bersesuaian sama panjang dan sudut-sudut yang bersesuaian (seletak) sama besar
ketika diimpitkan akan saling menutupi. Jadi, ΔABC ≅ ΔKLM. Berdasarkan sifat dua
menentukan dua segitiga kongruen. Berikut akan dijelaskan tentang kondisi dari
unsur-unsur segitiga (sisi dan sudut) yang dapat menentukan dua segitiga kongruen.
1. Menentukan Dua Segitiga Kongruen Dilihat dari Ketiga Sisinya (sisi, sisi,
sisi)
Kekongruenan dalam segitiga dilihat dari ketiga sisinya (sisi, sisi, sisi).
Jadi, ΔPQR dan ΔUVW saling menempati sehingga ΔPQR ≅ ΔUVW. Maka dapat
disimpulkan bahwa jika dua segitiga yang mempunyai sisi-sisi bersesuaian yang sama
panjang diimpitkan maka akan saling menutupi dengan tepat. Dengan kata lain, kedua
Jika pada dua segitiga ketiga sisi (sisi, sisi, sisi) yang bersesuaian sama
panjang maka kedua segitiga tersebut kongruen.
2. Menentukan Dua Segitiga Kongruen Dilihat dari Dua Sisi dan Sudut
Kekongruenan dalam segitiga dilihat dari dua sisi dan sudut apitnya (sisi, sudut, sisi).
Jika dua segitiga dua sisinya yang bersesuaian sama panjang dan sudut
apit kedua sisi tersebut sama besar (sisi, sudut, sisi) maka kedua segitiga
tersebut kongruen.
3. Menentukan Dua Segitiga Kongruen Dilihat dari Dua Sudut dan Sisi yang
Kekongruenan dalam segitiga dilihat dari dua sudut dan sisi persekutuan dua sudut
Dari persoalan di atas, diperoleh bahwa jika dua segitiga yang mempunyai
dua sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi yang merupakan persekutuan kedua
sudut tersebut sama panjang diimpitkan maka kedua segitiga tersebut saling menutupi
dengan tepat.
Jika dua segitiga mempunyai dua sudut yang bersesuaian sama besar dan
sisi yang merupakan persekutuan kedua sudut tersebut sama panjang
(sudut, sisi, sudut) maka kedua segitiga tersebut kongruen.
4. Menentukan Dua Segitiga Kongruen Dilihat dari Satu Sisi dan Dua Sudut
dari satu sisi dan dua sudut (sisi, sudut, sudut), yaitu satu sudut terletak di sisi tersebut
Gambar 1.9
Kekongruenan dalam segitiga dilihat dari satu sisi dan dua sudut (sisi, sudut, sudut).
⇔∠ABC = ∠DEF
2. AB = DE, dan
3. ∠CAB = ∠FDE.
Kamu dapat mengamati bahwa ketiga keadaan tersebut memenuhi syarat (sudut, sisi,
sudut). Jadi, ΔABC ≅ ΔDEF. Apa yang dapat kamu simpulkan? Ternyata, syarat (sisi,
sudut, sudut) dapat dibawa ke bentuk syarat (sudut, sisi, sudut) sehingga diperoleh
ke bentuk syarat (sudut, sisi, sudut) sehingga diperoleh kekongruenan dalam segitiga.
Jika dua segitiga satu sisinya yang bersesuaian sama panjang dan dua
sudut yang bersesuaian, yaitu satu sudut terletak di sisi tersebut dan sudut
yang lain terletak di depan sisi tersebut adalah sama besar (sisi, sudut,
sudut) maka kedua segitiga tersebut kongruen.
5. Menentukan Segitiga Kongruen Dilihat dari Satu Sudut dan Dua Sisi (sudut,
sisi, sisi)
Kali ini, kamu akan memahami cara menentukan dua segitiga kongruen dilihat dari
satu sudut dan dua sisi (sudut, sisi, sisi), yaitu satu sisi tempat terletaknya sudut
ΔSTU maka sudut-sudut di depan kedua sisi tersebut merupakan sudut-sudut yang
bersesuaian juga, yaitu ∠PQR dan ∠STU, dengan catatan ∠PQR dan ∠STU
merupakan sudut sejenis (sudut yang sama lancip atau sudut yang sama tumpul).
besar). Oleh karena jumlah sudut-sudut dalam segitiga adalah 180° maka berlaku:
Karena diketahui ∠RPQ = ∠UST dan telah diperoleh bahwa ∠PQR = ∠STU maka
berakibat,
⇔∠QRP = ∠TUS
Sehingga diperoleh:
1. QR = TU,
2. ∠QRP = ∠TUS, dan
3. RP = US.
Kamu dapat mengamati bahwa ketiga keadaan tersebut memenuhi syarat (sisi, sudut,
sisi). Jadi, ΔPQR ≅ ΔSTU. Apa yang dapat kamu simpulkan? Ternyata, syarat (sudut,
sisi, sisi) dapat dibawa ke bentuk syarat (sisi, sudut, sisi) sehingga diperoleh
Jika dua segitiga satu sudutnya yang bersesuaian sama besar dan dua sisi yang
bersesuaian, yaitu satu sisi tempat terletaknya sudut tersebut dan sisi yang lain
terletak di depan sudut tersebut adalah sama panjang (sudut, sisi, sisi) maka
kedua segitiga tersebut kongruen.
a. Sudut-sudut yang bersesuaian (seletak) pada kedua bangun datar sama besar, dan
datar sama.
Oleh karena pada dua bangun datar yang kongruen berlaku perbandingan
panjang sisi-sisi yang bersesuaian adalah sama dan nilai perbandingannya 1 : 1 maka
pada dua bangun datar yang sebangun berlaku perbandingan panjang sisi-sisi yang
gudang tersebut dibuat dengan lebar 6 cm, berapakah tinggi maket gudang
tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui lebar bagian depan gudang adalah 12 m (1.200 cm), tinggi gudang adalah 8
m (800 cm), dan lebar maket adalah 6 cm. Misalnya, tinggi maket adalah x cm.
diperoleh:
𝑥 6
=
800 1.200
1.200𝑥 = 6𝑥800
1.200𝑥 = 4.800
AD CD AB AD CD AB
= = = =
PS RS PQ PS RS PQ
AD CD AD AB
= =
PS RS PS PQ
10 CD 10 12
= =
15 9 15 PQ
90 180
CD = CD =
15 10
CD = 6 CD = 18
1. Jika sudut-sudut yang bersesuaian pada dua segitiga sama besar maka kedua
2. Jika perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada dua segitiga sama
3. Jika dua segitiga mempunyai satu sudut yang sama besar serta perbandingan
panjang sisi-sisi yang bersesuaian yang mengapit sudut tersebut sama maka kedua
sama, dan
3. perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian yang mengapit satu sudut yang
Penyelesaian:
∠RPQ = ∠ZXY = α,
∠PQR = ∠XYZ = β.
Karena dua sudut pada ΔPQR dan ΔXYZ sama besar maka sudut yang lain juga
sama besar. Jadi, ∠QRP = ∠YZX. Karena ketiga sudut yang bersesuaian pada
ΔPQR dan ΔXYZ sama besar maka ΔPQR dan ΔXYZ sebangun.
YZ.
𝑄𝑅 𝑃𝑄
=
𝑌𝑍 𝑋𝑌
12 6
=
𝑌𝑍 8
6𝑌𝑍 = 12𝑥8
6𝑌𝑍 = 96
96
𝑌𝑍 =
6
𝑌𝑍 = 16
ΔBEC sebangun.
Penyelesaian :
yang bersesuaian sama besar maka ΔAED dan ΔBEC sebangun. Jadi, dengan
diperoleh:
𝐴𝐷 𝐴𝐸
=
𝐵𝐶 𝐵𝐸
6 𝐴𝐸
=
4 6
4𝐴𝐸 = 6𝑥6
4𝐴𝐸 = 36
36
𝐴𝐸 =
4
𝐴𝐸 = 9
1. Pada suatu siang, seorang siswa yang tingginya 160 cm berdiri di samping
menara. Jika pada saat yang sama panjang bayangan siswa tersebut adalah 2 m,
Penyelesaian :
Sketsa masalah tersebut tergambar seperti di atas. Tinggi siswa adalah 160 cm,
panjang bayangan siswa adalah 2 m (200 cm), dan panjang bayangan menara adalah
8 m (800 cm). Coba kamu perhatikan bahwa sisi-sisi yang bersesuaian pada sketsa
gambar tersebut di antaranya adalah tinggi siswa bersesuaian dengan tinggi menara,
kesebangunan di peroleh:
𝑡 800
=
160 200
200𝑡 = 800𝑥160
200𝑡 = 128.00
128.000
𝑡=
200
𝑡 = 640
1. Penelitian Teti Misnawati (2017) dengan judul “Meningkatkan hasil belajar dan
(AIR) pada materi segi empat kelas VII SMPN 9 HARUAI tahun pelajaran
Dimana pada siklus pertama, siswa berada pada kriteria Cukup Aktif. Kreteria
tiap kategori dengan presentase pada siklus 1ertemuan 1 yaitu sangat aktif 5%
meningkat menjadi 10% dan pada siklus 2 dan kriteria Sangat Aktif yaitu 35%
meningkat menjadi 60%. Setiap pertemuan mengalami peningkatan aktivitas
siswa dan mencapai indikator yang ditetapkan. Hasil belajar dari siklus I
pertemuan 1 hanya mencapai 25% meningkat menjadi 55% dan pada siklus II
ketuntasan siswa mencapai 90%. Diharapkan dengan hasil penelitian ini, bisa
pembelajaran oleh guru, aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan respons siswa
Tulungagung. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X-C
secara acak dari kelas X-C sebagai subjek pengamatan aktivitas siswa. Adapun
Intellectually Repetition (AIR) dan satu pertemuan untuk pengerjaan tes dan
pengelolaan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa. Hasil analisis data
dikategorikan baik; (2) siswa tergolong aktif selama pembelajaran dengan rata-
rata persentase aktivitas siswa adalah 67,715%, selanjutnya aktivitas siswa yang
dominan adalah mendengarkan penjelasan guru atau teman; (3) nilai rata-rata
hasil belajar siswa adalah 75,15; dan (4) respons siswa terhadap pembelajaran
positif.
sangat penting bagi setiap pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan
kerjasama antara guru dan siswa. Guru harus selalu menciptakan proses pembelajaran
yang mampu membuat siswa aktif dalam belajar dengan menerapkan model
interaksi antara siswa dengan guru. Seorang guru berusaha untuk mengajar dengan
sebaik-baiknya, sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik sesuai tujuan
pembelajaran.
di dalam kelas guru menggunakan metode ceramah dimana guru menjadi sumber
utama dalam kegiatan belajar mengajar dan setiap siswa hanya mendengar dan
mencatat apa yang disampaikan oleh guru sehingga membuat siswa kurang terlibat
aktivitas siswa pada proses pembelajaran yaitu sebagian besar siswa tidak
pelajaran matematika yaitu siswa membuat pesawat dari buku tulis , bahkan masih
permisi ke kamar mandi dan ada pula siswa beryanyi dibelakang. Dari paparan
tersebut maka terbukti bahwa interaksi antara siswa dan guru kurang sehingga
rendah calon peneliti memberikan soal minites yang merupakan dari indikator
seluruhnya tidak dapat menjawab soal dengan benar. Siswa masih beranggapan soal
tersebut susah untuk di kerjakan. Dengan demikian dari kondisi awal yang di ketahui
melalui observasi, calon peneliti berkeinginan untuk memperbaiki masalah yang ada
model pembelajaran yang efektif dimana akan bekerjasama dengan beberapa aspek
yaitu Aditory, Intellectualy, Repetition (AIR). Auditory yang bermakna bahwa belajar
berpikir (minds-on) dan belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Adapun skema kerangka
Siklus 2
Siklus selanjutnya
Dalam pembelajaran pada materi
kesebangunan dan kekongruenan, Dalam pembelajaran pada materi
guru masih menggunakan model kesebangunan dan
pembelajaran Auditory kekongruenan, guru masih
Itellectually Repetition (AIR) menggunakan model
dengan melakukan perbaikan- pembelajaran Auditory
perbaikan pada siklus 1 Intellectually Repetition (AIR)
dengan melakukan bila
adaperbaikan pada siklus 2.