Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud
Mencelup kain poliester dengan menggunakan zat warna dispersi dengan
metoda carrier untuk mendapatkan hasil celup yang permanan dengan sifat
tahan luntur yang baik.

1.2 Tujuan
- Mencelup kain poliester dengan zat warna dispersi metode carrier.
- Mengetahui pengaruh variasi carrier / zat pengemban, zat
pendispersi dan zat pereduksi yang digunakan.
- Melakukan proses cuci reduksi untuk menghilangkan sisa zat warna yang
ada pada permukaan kain sehingga diperoleh kain dengan tahan luntur
dan sublimasi yang baik.
- Melakukan evaluasi proses pencelupan terhadap kain hasil celup tersebut
dilihat dari ketuaan warna dan kerataan warna hasil celupan yang
dihasilkan.

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 1
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Serat Poliester


Serat poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Dacron terbuat dari
asamnya dengan reaksi sebagai berikut:
Sedangkan terylene dibuat dari dimetil ester tereftalat dengan etilena glikol.
Karakteristik dari serat poliester adalah sebagai berikut :
1. Morfologi
Penampang membujur membentuk silinder dengan penampang melintangnya berbentuk
bundar.
2. Sifat fisika
a. warna serat umumnya putih
b. kekuatan terylene 4,5 - 7,5 g/denier dan dacron 4 - 6,9 g/denier
c. mulur terylene 2,5 - 7,5 %, dan dacron 4 - 11 %
d. moistur regain (MR) 0,45%
e. berat jenisnya 1,38
f. titik leleh 2500C

3. Sifat kimia
a. tahan asam lemah, suhu mendidih, dan asam kuat dingin
b. tahan oksidator, alkohol, dan zat untuk pencucian kering
c. larut dalam metakresol panas
d. tahan serangga, jamur, dan bakteri
e. tidak tahan alkali kuat

2.2 Zat Warna Dispersi


Zat warna dispersi adalah zaat warna yang kelarutannya dalam air hanya sedikit,
akan tetapi mudah didispersikan atau disuspensikan dalam air, serta mempunyai daya
substantivitas terhadap serat-serat yang bersifat hidrofob.
Zat warna dispersi merupakan zat warna non iionik yang tidak atau sedikit larut
dalam air dan mempunyai molekul yang relatif kecil, sederhana dan tidak mempunyai
gugus pelarut. Oleh karena itu zat warna dispersi sedikit larut dalam air dan sering
digunakan untuk mencelup serat-serat hidrofob seperti poliester.

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 2
Beberapa jenis zat warna dispersi yaitu antrakuinon, azo dan difenilamina

Sifat-sifat umum zat warna dispersi menurut J.L. Edward adalah sebagai berikut :
1. mempunyai berat molekul yang relatif kecil.
2. Kelarutannya dalam medium air kecil, tetapi kelarutannya dalam serat relatif besar.
3. Umumnya tidak mengion ( non ionik ) di dalam air.
4. Apabila digerus dengan halus dan didispersikan dengan zat pendispersi dapat
dihasilkan dispersi yang stabil dalam larutan pencelupan dengan ukuran partikel 0,5
- 2,0 mikron.
5. Mempunyai titik leleh sekitar 1500 C.
6. Mempunyai tingkat kejenuhan 30 - 200 mg zat warna/gram serat.

Berdasarkan ketahanan sublimasinya, zat warna dispersi dapat digolongkan menjadi:


1. Zat warna dispersi golongan A
Zat warna ini mempunyai berat molekul yang terkecil, tingkat ketahanan
sublimasinya rendah, tersublimasi penuh ( 90 - 100 % ) pada suhu sekitar 1300 C dan
mempunyai sifat kerataannya yang baik sekali. Zat warna golongan ini umumnya
digunakan pada pencelupan dengan menggunakan zat pengembang (carrier).
2. Zat warna dispersi golongan B
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang sedang, tersublimasi
penuh pada suhu sekitar 1500 C - 1700 C, dan mempunyai sifat kerataan yang baik. Zat
warna ini dapat digunakan untuk mencelup serat poliester dengan menggunakan
bantuan zat pengembang dan pada pencelupan suhu tinggi dan pemberian tekanan.
3. Zat warna dispersi golongan C
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang tinggi, tersublimasi penuh
pada suhu sekitar 1900C. zat warna ini biasanya digunakan untuk mencelup poliester

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 3
dengan menggunakan metode suhu tinggi dan pemberian tekanan dan metode
termosol.
4. Zat warna dispersi golongan D
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang tinggi, tersublimasi penuh
pada suhu 2200 C. zat warna ini biasanya digunakan untuk mencelup poliester dengan
menggunakan metode pada suhu tinggi dan metode termosol.
Untuk membedakan sifat pencelupan zat warna dispersi terhadap serat poliester,
maka zat warna dispersi digolongkan berdasarkan ukuran berat molekulnya. Besar
kecilnya berat molekul zat warna dispersi sangat erat kaitanya dengan ketahanan
sublimasi zat warna. Semakin besar berat molekul yang dimiliki zat warna dispersi,
maka ketahanan sublimasinya semakin besar, begitu pula sebaliknya.

2.3 Pencelupan poliester


Serat poliester mempunyai kristalinitas yang tinggi dan bersifat hidrofob, hal ini
menyababkan serat poliester sukar untuk dicelup. Serat poliester memppunyai struktur
yang kompak dan tidak mempunyai gugus kimia yang aktif dan tidak dapat berikatan
dengan anion atau kation zat warna.
Kesulitan ini dapat diatasi dengan adanya zat warna dispersi. Zat warna dispersi
mencelup serat tidak dalam fase larutan tetapi dalam fase dispersi. Zat warna dispersi
mempunyai afinitas terhadap serat poliester karena keduanya bersifat hidrofob.
Sistem pencelupan poliester dengan zat warna dispersi dapat dilakukan dengan
menggunakan 3 cara, yaitu:
1. Sistem pencelupan dengan bantuan zat pengemban
pencelupan dilakukan dengan pada suhu 85 - 1000C dalam suasana asam (pH 4,5 -
5,5) menggunakan zat pengemban. Dalam proses pencelupan zat pengemban
berdifusi ke dalam serat menyebabkan serat mengembang sehingga diameter serat
membesar sehingga mengakibatkan molekul zat warna dispersi dapat masuk ke
dalam serat.
2. Sistem pencelupan suhu dan tekanan tinggi
pada pencelupan suhu tinggi selalu disertai tekanan tinggi. Tekanan selain berfungsi
menaikan ssuhu larutan celup juga berfungsi membantu penyerapan zat warna ke
dalam serat. Pencelupan dilakukan dalam mesin tertutup tanpa zat pengemban.
3. Sistem pencelupan Thermosol
Urutan proses pencelupan sistem termosol adalah sebagai berikut:

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 4
- penyerapan zat warna ke permukaan serat
- pengeringan pendahuluan pada suhu 1350C
- termofiksasi pada suhu 180 - 2200C
- pencucian kontinyu yang meliputi pencucian reduksi dan penyabunan untuk
menghilangkan zat pembantu dan zat warna pada permukan serat

2.4 Pencelupan cara carrier


Prinsip dan karateristik pencelupan carrier
Pencelupan Carrier memungkinkan untuk mencelup serat polyester secara
konvensional dengan peralatan celup pada tekanan atmosfer dan itu dapat diterapkan
untuk pencelupan metoda lain dengan temperature tinggi yang tidak bisa digunakan
untuk mencelup bahan lain yang mempunyai sifat fisika berbeda yang dicampurkan
dengan polyester, seperti campuran polyester/wool, polyester/nylon dan campuran
polyester/akrilat, tenun campuran dan rajut campuran dan lain-lain.
Disisi lain, disana maish meninggalkan beberapa masalah untuk dipecahkan
tentang pencelupan carrier: zat warna yang cocok yang efektif digunakan untuk
pencelupan cara carrier yaitu zat warna yang kecil; sangatlah sulit menggunakan zat
warna bersublimasi tinggi karena mereka kurang dalam perendaman; baud dan racun
material carrier membuat lingkungan kerja tercemar, karena baud dan racun dibuang ke
sungai setelah pencelupan, dan meningkatkan muatan COD dan BOD didalamnya dan
lain-lain.
Pada gambaran kekurangan pencelupan carrier, dianjurkan untuk digunakan pada
metoda pencelupan temperature tinggi kapanpun dimungkinkan terkecuali pada
keadaan tertentu. Bagaimanapun, pencelupan cara carrier jarang digunakan karena
keterbatasan perlengkapan pencelupan. Pada keadaan yang seperti itu, sangatlah
penting untuk memilih carrier yang cocok dengan mengambil pertimbangan peralatan
yang digunakan, jenis serat yang akan dicelup, konsentrasi pencelupan, corak warna,
kebutuhan ketahanan luntur warna, pengoperasian lingkungan, karakteristik carrier, dan
lain-lain.

Mekanisme kerja carrier


1. Penggelembungan serat
Cara kerja carrier diterangkan dengan efek penggelembunga terhadap serat. Serat yang
menggelembung memudahkan molekul zat warna berdifusi lebih cepat ke dalam serat.

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 5
E. Waters, J.S.D.C. 66, 614 (1950)
2. Teori pendekatan embibisi air
Carrier mengandung gugus hidrofob menyebabkan difusi yang cepat kedalam
serat polyester.
Bagian aromatik dari molekul zat pengemban mempunyai daya van der wals
dengan serat hidrofob dan gugus hidrofil dapat menarik air untuk meningkatkan
pergerakan larutan zat warna sehingga terjadi peningkatan kecepatan celup.
T. Vickesstaff, Halogen Digest.20, 7, ICI Bulletin, (1954)
3. Teori Pemindahan
Carrier membentuk suatu kompleks dengan zat warna, dan kombinasi zat warna-
carrier terabsorbsi kedalam serat lebih cepat daripada zat warna dalam pelarut air.
T. Vickerstaff, Halogen Diggest.20./. ICI Buletin, (1954)
4. Teori Peningkatan kelarutan zat warna
Dengan adanya carrier memberikan peningkatan kelarutan zat warna dalam air
dan kecepatan celup diharapkan meningkat.
C.L. Zimmerman, J.M. Mecco dan A.J. Carlino A.D>R. 44. 301 (1995)
5. Teori Lapisan Film
Carrier mengelilingi serat dengan lapisan film.
Dalam lapisan film carrier konsentrasi zat warna yang terkandung lebih banyak
daripada pada larutan celup.
H.E. Millson, A.D.R. 44, 436 (1955)
6. Teori Pelarutan Serat
Carrier terabsorbsi ke dalam serat. Di dalam serat carrier bertindak sebagai “co-
fiber” yang larut dan mendorong zat warna.
7. Teori Peningkatan Tempat Melekat
Carrier meningkatkan perbandingan bagian amorf yang dapat dicelup dengan
daerah kristalin yang sulit dicelup. Dengan menurunkan kristalinitas, daerah yang dapat
dicelup meningkat.
AATCC Piedoment Section, A.D.R 48, No. 22. 34 (1959)
8. Teori Pelumasan
Zat pengemban bertindak sebagai pelumas, menggeser rantai polimer serat dan
memutuskan ikatan silang yang ada, sehingga difusi molekul akan lebih mudah.
J.J. Schuler: Textile Research J. 27, 358 (1957)
9. Teori Plastisasi Struktur Serat

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 6
Carrier berdifusi kedalam serat serat dengan cepat karena ukuran carrier yang
lebih kecil. Carrier terabsorbsi kedalam rantai polimer dengan mengurangi gaya Van Der
Waals’ dalam ikatan hydrogen. Carrier larut dalam molekul serat, dan mengurangi gaya
intra-molekuler pada ikatan antara serat dengan serat dengan menggantikan ikatan
tersebut menjadi ikatan serat-carrier yang lebih lemah untuk membuat banyak “lubang”,
sehingga mempercepat difusi zat warna.
F. Fortess V.S. Salvin : Textile Research J. 28, 1009 (1958)
E. Elod : Melliand Textilbr. 41, 195 (1960)
Diantara penjelasan diatas, sepertinya “Teori Plastisasi Struktur Serat” merupakan
penjelasan mekanisme pencelupan carrier paling baik. Bagaimanapun, sangat susah
untuk menjelaskan semua kinerja carrier dalam satu teori. Hari ini, kita mengerti kinerja
carrier dalam “Teori Plastisasi Struktur Serat” dan “Teori Penggelembungan”,
“Peningkatan Kelarutan Zat Warna”,”Pembentukan Lapisan Film” dan lainnya dengan
penjelasannya.

Fig. 22 contoh mekanisme pencelupan cara carrier

(A) Sebelum pencelupan

(B) Carrier berdifusi

(C) Pemutusan ikatan silang


serat oleh carrier

(D) Pergantian Carrier dengan ((


O2N N N NH2
Zat warna

(E) Fiksasi O2N N N NH2

Zat Warna untuk carrier dyeing


Diantara warna-warna sumikaron, ada zat warna yang paling baik memperlihatkan
sifat pencelupannya pada pencelupan temperature tinggi dan pencelupan carrier.
Disamping untuk pencelupan temperature tinggi juga menunjukkan sifat pencelupan
yang baik untuk pencelupan thermosol dan pencapan. Hal itu direkomendasikan untuk

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 7
digunakan pada pencelupan cara carrier. Misalnya zat warna seharusnya dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu.
1. Zat warna harus menunjukkan sifat perendaman yang baik dan build-up untuk
pencelupan carrier.
2. Zat warna harus memberikan corak warna sesuai yang diinginkan.
3. Zat warna harus memiliki ketahanan luntur yang baik.
4. Zat warna harus sesuai dengan carrier yang digunakan dan tidak terjadi pengendapan
dan sebagainya.
5. Zat warna harus ekonomis/murah.

Zat Pembantu untuk pencelupan cara carrier


 Pengatur pH
pH diatur dengan cara yang sama seperti pada pencelupan dengan temperature tinggi.
Hal tersebut direkomendasikan menggunakan Amonium Sulfat-Asam Formiat dalam
mengatur pH untuk mencegah dekomposisi zat warna oleh reduksi pada wool dalam
masalah pencelupan campuran polyester/wool.
Zat pengaturan pH dengan ammonium sulfat-asam formiat
Amonium sulfat........... 2,0 g/l
Asam formiat .............. x g/l
(x ditambahkan sampai pH larutan pencelupan 5)
 Zat pendispersi, dan zat perata
Sama halnya pada pencelupan dengan temperature tinggi zat pendispersi dan perata
juga digunakan pada pencelupan cara carrier. Masalah pada pencelupan carrier,
kebanyakan carrier memiliki komposisi non-ionic atau nonionic+pengemilsi anionic, yang
dapat menyulitkan dalam kesesuaian zat warna. Hal ini direkomendasikan untuk
menambahkan zat pendispersi kedalam bak celup tipe auxiliaries daripada tipe leveling.
 Carrier
a. Bahan yang memiliki efek carrier
Banyak senyawa yang dilaporkan memiliki efek carrier. Yang paling banyak digunakan
diklasifikasikan pada table 16. (Nemoto, Sakai, Katsumata, Theory and practice of
carrier dyeing, Senikenkyusha, 1970).

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 8
Table Senyawa yang memiliki efek carrier
Spesifi
Nama Kimia Struktur Keterangan
kasi

Asam Benzoat COOH

OH
Asam Kuat
Asam Organik

Asam Salisilat COOH

Asam 3-Phenil-
C6H4OHCOOC6H6
salisilat

Asam Phenil Asetat C6H3CH2COOH

HOOC
Asam Iso-phatalik
COOH
metil ester

O Senyawa-senyawa
Metil benzoate O CH3 dalam grup ini
memberikan
O
Ester

levelness yang baik,


Penil benzoate O
tapi menurunkan nilai
warna, bau
Diphenil ester O
menyengat, mahal

Phenil metil ester OMe

Diphenil
Hidrokarbon

Metil nafthalena CH3 (α,β)

Dimetil nafthalen (CH3)2


Phen

4,4 dioksi-diphenil HO OH
ol

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 9
OH
Phenil phenol
(o.m.p)
OH
Sikloheksil phenol
H
(o.m.p)

Klorobenzen Cl

Diklorobenzen Cl2 (o.m.p)


Halogenida

Nilai warna tinggi


Trikloro benzene Cl3

CH3
CL
o-kloro toluena

2.5 Ikatan antara zat warna dispersi dengan serat poliester


Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat
poliester ada 2 macam yaitu:
1. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen melibatkan ikatan hidrogen dengan atom lain yang bersifat
elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak mengadakan ikatan hidrogen
dengan serat poliester karena zzat warna dispersi dan serat poliester bersifat non
polar.
Hanya sebagian zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan
serat poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton seperti -OH
atau -NH2.
2. Ikatan Hidrofobik
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non
polar. Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar. Non polar
ini disebut ikatan hidrofobik. Gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan
hidrofobik antara serat poliester dan zat warna dispersi adalah gaya dispersi london
yang termasuk ke dalam gaya Van Der Waals ( gaya fisika ). Ikatan dari gaya Van
Der Waals sesungguhnya terdiri dari dua komponen yaitu ikatan dipol dan gaya
dispersi london. Akan tetapi sifat zat warna dispersi cenderung non polar, sehingga

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 10
gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan antara zat warna dispersi dan serat
poliester adalah gaya dispersi london.

2.6 Difusi zat warna dispersi pada serat poliester


Proses difusi adalah suatu kemampuan zat warna untuk menembus masuk
kedalam serat dan mewarnai serat. Difusi zat warna kedalam serat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1. ukuran partikel zat warna
2. suhu pencelupan
3. struktur serat
4. penambahan zat penggelembung serat

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 11
BAB III
PERCOBAAN

3.1. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan : Bahan yang digunakan :
- Gelas piala porselin - ZW Dispersi Brown DGN
- Gelas piala - Carrier
- Gelas ukur - Zat pendispersi
- Termometer - Asam asetat 30 %
- Pipet volume 10 ml - Na2S2O4
- Pengaduk kaca - NaOH
- Mesin Dyeing

3.2. RESEP
3.2.1. RESEP PENCELUPAN

Resep Ke-
Zat dan Kondisi
1 2 3 4
Vlot 1:20
Zat Warna Dispersi 1%
Carrier (ml/l) 2 4 4 4
Zat Pendispersi (ml/l) 1 1 0,5 1
Asam Asetat (ml/l) pH 5 (0,5 ml/l)
Suhu (°C) 100
Waktu (menit) 65

3.2.2. RESEP PENCUCIAN

Resep Ke-
Zat dan Kondisi
1 2 3 4
Detergen (ml/L) 1 ml/L
Na2SO4 (g/l) 4 g/L 2 g/L
NaOH (g/l) 1 g/L
Suhu 80oC
Waktu 10 menit
Vlot 1 : 20

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 12
3.3. FUNGSI ZAT
 Zat warna Disperse : memberi warna pada kain poliester.
 Asam asetat : Pengatur pH larutan, pemberi suasana asam.
 Zat pendispersi : Mendispersikan zat warna sehingga tersebar merata ke dalam
larutan celup, meratakan dan mempercepat pembasahan dengan cara menurunkan
tegangan permukaan.
 Carier : Menambahkan absorspi zat warna ke dalam serat dan
mempertinggi kelarutan zat warna.
 Na2S2O4 : Menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi dipermukaan serat
dan zat pengemban yang masih tertinggal di dalam serat pada proses cuci reduksi.
 NaOH : Membantu mengaktifkan Natrium Hidrosulfit.
 Detergent : Membantu menghilangkan carrier.

3.4. PROSEDUR KERJA


1. Persiapan larutan celup
 Mempersiapkan bahan-bahan, yaitu memperhitungkan kebutuhan zat yang
akan digunakan untuk kemudian menimbang sesuai keperluan.
 Membuat larutan celup, dengan cara memasukkan zat pendispersi, NFa
kedalam gelas porselen yang telah berisi air sesuai vlot, kemudian lakukan
pengukuran pH. Apabila telah mencapai pH 4,5 masukan zat warna untuk
kemudian diaduk sempai homogen.

2. Proses pencelupan
 contoh uji dimasukan kedalam larutan celup yang sudah homogen dan
mengaduknya secara merata selama 10 menit pada temperatur 600C.
 Suhu dinaikan hingga 110 0.
 Setelah mencapai suhu itu, suhu di konstankan selama 45 menit.
 Melakukan pendinginan hingga 800C.

3. Reduction cleaning
 Memasukkan bahan hasil celupan kedalam larutan yang telah berisi reduktor
dan alkali pada suhu 700C dan mengaduknya selama 10 menit.

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 13
4. Pencucian, pembilasan dan pengeringan
 Mempersiapkan zat untuk larutan proses, yaitu deterjen dan alkali kedalam air.
 Menaikkan suhu hingga 60°C untuk kemudian bahan diproses selama 10
menit.
 Membilas bahan dengan air dingin dan mengeringkannya.

3.5. DIAGRAM ALIR

Persiapan alat dan bahan yang akan


digunakan. Timbang bahan dan
melakukan perhitungan resep

Melakukan proses pencelupan pada


suhu 100oC selama 65 menit dengan
metoda exhaust pada mesin HT/HP

prosese Reduction Cleaning

Lalu lakukan proses pengeringan pada


mesin stenter, setelah itu lakukan proses
pemantapan panas pada suhu 170oc
lakukan selama 2 menit

Evaluasi ( ketuaan dan kerataan warna


pada bahan)

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 14
3.6. SKEMA PROSES
Skema proses pencelupan sebagai berikut

Asam asetat
Carrier 100oC
Cuci Reduksi

Zat warna 70oC


Temperatur(oC)

Pendispersi
30oC NaOH
Kain Na2S2O4

10’ 15’ 30’ 10’ 10’


Waktu (menit)

3.7. PERHITUNGAN RESEP


 Resep 1 (Herlina)

Berat Bahan = 3,00 g


1
Zat Warna = x 3,00
100
0,03
= 0,03 g ml 1
x 100 = 3,00ml

Keb.larutan = Vlot x Berat Bahan


= 20 x 3,00
= 60 ml
2
Carier = 1000 x 60 = 0,2 ml
1
Pendispersi = x 60 = 0,06 ml
1000

 Resep 2 ( ami)

Berat Bahan = 3,01 g


1
Zat Warna = 100 x 3,01
0,03
= 0,03 g ml x 100 = 3,01ml
1

Keb.larutan = Vlot x Berat Bahan


= 20 x 3,01

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 15
= 60,2 ml
4
Carier = 1000 x 60,2 = 0,2 ml
1
Pendispersi = x 60 = 0,062 ml
1000

 Resep 3 ( salma )

Berat Bahan = 2,98 g


1
Zat Warna = 100 x 2,98
0,029
= 0,029 g ml 1
x 100 = 2,98ml

Keb.larutan = Vlot x Berat Bahan


= 20 x 2,98
= 59,6 ml
4
Carier = 1000 x 59,6 = 0,2 ml
0,5
Pendispersi = 1000 x 59,6 = 0,05 ml

 Resep 4 ( alfi )

Berat Bahan = 2,77 g


1
Zat Warna = x 2,77
100
0,027
= 0,027 g ml x 100 = 2,77ml
1

Keb.larutan = Vlot x Berat Bahan


= 20 x 2,77
= 55,4 ml
4
Carier = 1000 x 55,4 = 0,2 ml
1
Pendispersi = 1000 x 55,4 = 0,05 ml

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 16
3.8. HASIL PERCOBAAN

RESEP 1 RESEP 2 RESEP 3 RESEP 4

EVALUASI KERATAAN WARNA


2 2 2 2
Keterangan :
1 = tidak rata 2 = rata
EVALUASI KETUAAN WARNA
5 4 2 1
Keterangan :
1 = sangat muda 4 = tua
2 = muda 5 = sangat tua
3 = sedang

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 17
BAB IV
DISKUSI DAN KESIMPULAN

4.1. DISKUSI
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pencelupan kain poliester dengan zat
warna dispersi tipe A. Pemilihan zat warna dispersi tipe ini dilakukan karena zat warna ini
bersifat hidrofob dan memiliki ukuran molekul yang paling ramping, sesuai dengan sifat kain
poliester yang sama hidrofob dan memiliki derajat kristalinitas yang besar sehingga penyerapan
pada kain rendah akibat struktur amorf yang sedikit. Selain itu, zat warna dispersi memiliki
afinitas yang lebih besar terhadap serat dibandingkan terhadap larutan sehingga zat warna
dapat bermigrasi ke dalam serat dan membentuk suatu larutan padat atau solid solution di
dalam serat poliester. Karena struktur poliester yang rapat, diperlukan suhu dan tekanan yang
tinggi (130ᵒC) pada proses pencelupan untuk membuka rongga pada serat sehingga zat warna
dispersi dapat masuk ke dalam serat dengan baik. Namun kali ini praktikan melakukan
pencelupan menggunakan metode carrier, dengan menambahkan zat pengemban untuk
membantu zat warna masuk kedalam serat karena zat pengemban berfungsi sebagai pelumas
yang akan berpenetrasi ke dalam serat dan merusak ikatan antar molekul serat sehingga serat
menjadi plastis dan mudah bergeser. Zat pengemban yang hidrofob bekerja lebih baik
dibanding zat pengemban hidrofil sehingga praktikan menggunakan zat pengemban hidrofob.
Dengan lebih mudahnya zat warna masuk ke dalam serat akibat dibantu oleh zat pengemban
sehingga pencelupan dapat dilakukan pada suhu 100ᵒC. Zat pengemban / carrier yang
digunakan adalah methyl naftalen yaitu golongan carrier hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon
aromatik senyawa kimia yang hanya berisi hidrogen dan karbon dengan struktur benzena yang
dikenal sebagai senyawa aromatik. Senyawa benzena ini beracun sehingga praktikan tidak
boleh menghirup hingga menelan zat pengemban ini dan harus lebih berhati – hati dalam
menggunakannya.
Persiapan zat – zat yang perlu diperhatikan lainnya adalah saat sebelum kain
dicelupkan pada zat warna disperse. Perlu diingat sifat zat warna dispersi yang tidak larut
dalam air, sehingga diperlukan penambahan zat pendispersi pada zat warna untuk membuat
zat warna dispersi tersebar merata atau terdispersi pada larutan. Hal ini dilakukan untuk
menghidari agregasi zat warna yang dapat meyebabkan ketidakrataan pada hasil pencelupan.
Zat pendispersi yang digunakan harus sesuai dengan kondisi proses pencelupan supaya zat
pendispersi dapat bekerja optimal. Zat pendispersi yang digunakan sebaiknya surfaktan yang
tahan terhadap asam dan panas mengingat proses pencelupan dilakukan pada pH 5 atau pH

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 18
asam dan suhu tinggi. Penggunaan surfaktan nonionik tidak dianjurkan karena surfaktan jenis
ini membentuk ikatan hidrogen sehingga tidak tahan terhadap pemanasan meskipun surfaktan
jenis ini tahan terhadap suasana asam maupun alkali. Sedangkan surfaktan anionik saja tidak
cocok digunakan karena surfaktan anionik tidak tahan terhadap suasana asam meskipun tahan
terhadap panas. Oleh karena itu, praktikan menggunakan surfaktan jenis modifikasi anionik.
Surfaktan jenis ini mengandung gugus anionik dan nonionik sehingga lebih tahan panas dan
tahan asam.
Setelah penambahan zat pendispersi ditambahkan pula asam asetat untuk mencapai
suasana asam pada larutan proses pencelupan. Pemilihan asam asetat adalah karena asam
asetat adalah jenis asam yang tahan pada kondisi panas atau tidak mudah menguap. Selain itu,
asam asetat harganya relatif murah sehingga cocok digunakan pada skala industri sehingga
dapat menurunkan biaya proses produksi. pH yang digunakan pada proses pencelupan adalah
pH 4-5 untuk menjaga suasana larutan tetap asam bila terjadi kenaikan pH (dihindari pH 6). Bila
pH naik sampai pada suasana netral atau alkali akan mengganggu proses pencelupan karena
poliester dan zat warna dispersi dapat terhidrolisis oleh alkali. Bila perlu ditambahkan buffer
asam supaya kondisi proses tetap terjaga keasamannya.
Bila dilihat dari skema proses yang digunakan, dilakukan penambahan carrier dan asam
asetat terlebih dahulu pada suhu kamar kemudian didiamkan selama 10 menit supaya larutan
tersebut stabil. Setelah itu, zat warna dan zat pendispersi ditambahkan beserta kain kemudian
dilakukan proses pencelupan dengan menggunakan mesin dyeing.
Selama proses pencelupan yang berlangsung selama 65 menit, terjadi ikatan antara zat
warna dispersi dengan serat poliester. Ikatan yang terbentuk adalah ikatan hidrogen dan ikatan
hidrofobik. Ikatan hidrogen terbentuk akibat adanya lingkar benzena parsial bermuatan negatif
pada zat warna dispersi sehingga kaya akan elektron yang bermuatan negatif lalu berikatan
dengan atom hidrogen. Jenis ikatan ini lemah sehingga mudah putus bila terkena panas.
Akibatnya, hasil kain akan memiliki ketahanan luntur terhadap sinar matahari yang rendah.
Sedangkan, ikatan hidrofobik terbentuk karena serat poliester dan zat warna dispersi
merupakan senyawa hidrofob sehingga bersifat non polar. Hal ini mengakibatkan terjadinya
gaya fisika berdasarkan interaksi antara kedua molekul non polar yang berbeda atau disebut
juga gaya Dispersi London. Ikatan hidrofobik ini menyebabkan kain hasil pencelupan memiliki
ketahanan luntur warna terhadap pencucian yang tinggi.
Setelah proses pencelupan selesai, dilakukan proses pencucian reduksi. Proses ini
berfungsi untuk mereduksi zat warna mengandung carrier yang tidak terfiksasi ke dalam serat.

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 19
Jika pencucian reduksi tidak sempurna dan carrier masih menempel pada bahan maka akan
menyebabkan ketahanan luntur warna yang menurun.

Evaluasi Kain

Perbandingan Variasi Resep Pencelupan


terhadap Kerataan warna
2.5

2
Ranking

1.5

0.5

0
1 2 3 4
Orang Ke-

Resep

Keterangan Ranking :
1 = tidak rata
2 = rata

Dari grafik hasil evaluasi kerataan warna dapat dilihat bahwa kain dengan semua
variasi resep menghasilkan kerataan warna dengan satuan 2, artinya semua kain hasil
proses pencelupan dengan berbagai variasi zat memiliki kerataan celup yang baik. Hal
ini dipengaruhi oleh penambahan zat pendispersi yang tepat sesuai dengan kebutuhan
proses yaitu senyawa surfaktan jenis modifikasi anionik. Zat pendispersi ini bekerja
dengan cara bagian hidrofobnya menarik partikel zat warna dan bagian hidrofilnya
bermuatan negatif mengarah ke larutan dan menjaga jarak antar partikel zat warna agar
tidak beragregasi.
Semua resep menggunakan zat pendispersi sebanyak 1 ml/L kecuali resep 3
yang menggunakan zat pendispersi sebanyak 0,5 ml/L. Bila dlihat dari hasil kerataan

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 20
warna yang didapat adalah sama, artinya penggunaan zat pendispersi sebanyak 0,5
ml/L saja sudah cukup untuk proses pencelupan tersebut.

Perbandingan Variasi Resep Pencelupan


terhadap Ketuaan warna
6
5
4
Ranking

3
2
1
0
1 2 3 4
Orang Ke-

Resep

Keterangan Ranking :
1 = sangat muda
2 = muda
3 = sedang
4 = tua
5 = sangat tua

Pada grafik di atas dapat dilihat perbedaan ketuaan warna hasil proses pencelupan
pada setiap variasi resep yang digunakan. Pada resep 1 dihasilkan kain dengan ketuaan warna
paling tua dibandingkan dengan ketiga kain yang lain. Ini artinya resep 1 merupakan resep yang
paling optimum pada pencelupan kali ini.

Pengaruh Zat Pengemban

Untuk melihat pengaruh dari penggunaan carrier / zat pengemban maka dapat dilihat
perbandingan hasil kain dari resep 1 dan resep 2. Semua kondisi proses kedua resep tersebut
sama kecuali zat pengemban yang digunakan. Resep 1 menggunakan zat pengemban
sebanyak 2 ml/L sedangkan resep 2 menggunakan zat pengemban sebanyak 4 ml/L. Namun,
hasil kain pada resep 1 menunjukkan ranking ketuaan warna skala 5 yaitu sangat tua,

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 21
sedangkan resep 2 dengan skala 4 yaitu tua. Hal ini menunjukkan bahwa carrier yang
digunakan optimum pada 2 ml/L. Sesuai dengan dasar teori yaitu setelah proses pencelupan
dilakukan cuci reduksi untuk menghilangkan zat pengemban. Zat pengemban akan
menurunkan tahan luntur warna, artinya bila carrier yang digunakan terlalu banyak
kemungkinan masih ada yang tersisa di dalam kain sehingga membuat tahan luntur warna yang
menurun dan warna yang dihasilkan lebih muda.

Pengaruh Zat Pendispersi

Telah diketahui bahwa zat pendispersi dapat menghindari terjadi agregasi zat warna.
Pengaruhnya terhadap ketuaan warna dapat dilihat pada perbandingan penambahan zat
pendispersi resep 2 dan resep 3. Kondisi dan perlakuan terhadap kain sama, kecuali zat
pendispersi yang ditambahkan. Resep 2 menggunakan zat pendispersi sebanyak 1 ml/L
sedangkan resep 3 menggunakan zat pendispersi sebanyak 0,5 ml/L. Ketuaan warna resep 2
pada skala ranking 4 yaitu tua sedangkan resep 3 skala rankingnya 2 yaitu muda. Perbedaan
ketuaan warna yang didapat cukup besar. Artinya, semakin besar penambahan zat pendispersi
maka ketuaan warna yang dihasilkan lebih tua. Zat pendispersi optimum yang digunakan
adalah sebanyak 1 ml/L.

Pengaruh Natrium Hidrosulfit

Natrium hidrosulfit atau Na2S2O4 digunakan setelah proses pencelupan yaitu saat
proses cuci reduksi untuk menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi di permukaan serat
dan zat pengemban yang masih tertinggal di dalam serat. Hal tersebut perlu dihilangkan untuk
meningkatkan tahan luntur warna terhadap gosokan. Untuk mengetahui pengaruh natrium
hidrosulfit ini, dilakukan perbedaan penambahan Na2S2O4 pada resep 2 dan resep 4 dengan
variable kondisi lain adalah sama. Pada resep 2 ditambahkan Na2S2O4 sebanyak 4 g/L
sedangkan pada resep 4 ditambahkan Na2S2O4 sebanyak 2 g/L. Ketuaan warna yang
dihasilkan sangat jauh dapat dilihat pada grafik di atas, resep 2 dengan skala ranking 4 yaitu
tua sedangkan resep 4 dengan skala ranking 1 yaitu sangat muda. Ini menunjukkan bahwa
penggunaan Na2S2O4 yang baik adalah sebanyak 4 g/L supaya zat warna yang tidak terfiksasi
di permukaan serat lepas, carrier dalam serat hilang dan ketuaan warna kain yang dihasilkan
lebih tua dibanding dengan Na2S2O4 sebanyak 2 g/L.

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 22
4.2. KESIMPULAN
Pada praktikum pencelupan kain poliester dengan zat warna dispersi metode carrier
dengan variasi resep, didapat resep optimum dengan kerataan warna kain yang baik dan
ketuaan warna kain paling tua adalah pada resep 1 dengan penggunaan :
- Zat pengemban : 2 ml/L
- Zat pendispersi : 1 ml/L
- Na2S2O4 : 4 g/L.

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 23
DAFTAR PUSTAKA
1. Clark,.M.,et.al. 2011. Handbook of Textile and industrial Dyeing, Volume 1 principals,
procesess, and types of dyes, woodhead publishing Limited.
2. Karyana,. Dede., dkk. 2005. Bahan Ajar Praktek Pencelupan 1. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.
3. Ichwan,. M., dkk. 2013. Bahan Ajar Praktek Pencelupan II. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
4. Soeprijono.,dkk. 1976. Serat-serat Tekstil. Bandung : Institute Teknologi Tekstil.
5. Shore,John. 2002. Colorant &Auxilaries Vol.,2. SDC.

Laporan Praktikum Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi Metoda Carrier | 24

Anda mungkin juga menyukai