1871 Chapter Iv PDF
1871 Chapter Iv PDF
HIDROLOGI
BAB IV
ANALISIS HIDROLOGI
Pengertian memuaskan dalam hal ini adalah bahwa bangunan hidraulik tersebut harus
dapat berfungsi baik struktural maupun fungsional dalam jangka waktu yang
ditetapkan.
Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui karakteristik hidrologi daerah
pengaliran Kali Silandak, terutama di lokasi Embung Kali Silandak. Analisis hidrologi
digunakan untuk menentukan besarnya debit banjir rencana pada suatu perencanaan
bangunan air. Data untuk penentuan debit banjir rencana pada tugas akhir ini adalah
data curah hujan, dimana curah hujan merupakan salah satu dari beberapa data yang
dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana.
Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) beserta luasnya.
2. Menentukan luas pengaruh daerah stasiun-stasiun hujan.
3. Menentukan curah hujan maksimum harian rata-rata DAS dari data curah hujan
yang ada.
4. Menganalisis curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.
5. Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan rencana di
atas pada periode ulang T tahun.
6. Membandingkan antara debit air yang tersedia dengan kapasitas Kali Silandak.
Besarnya curah hujan maksimum harian rata-rata DAS dihitung dengan metode
Thiessen, di mana pada metode ini mempertimbangkan daerah pengaruh tiap titik
pengamatan. Penggunaan metode Thiessen karena kondisi topografi dan jumlah
stasiun memenuhi syarat untuk digunakan metode ini. Stasiun hujan yang berpengaruh
pada DAS Kali Silandak yaitu stasiun hujan Klimatologi Semarang, stasiun hujan
Gunung Pati, dan stasiun hujan Plumbon.
Berdasarkan hasil pengukuran dengan AutoCAD, luas pengaruh dari tiap
stasiun ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Luas pengaruh stasiun hujan terhadap DAS Kali Silandak
No Nama Stasiun Luas DPS (km2) Koef. Thiessen
1 Klimatologi Semarang (10041E) 2,6589 0,7528
2 Plumbon (10033A) 0,6468 0,1847
3 Gunungpati (10046) 0,2184 0,0625
Luas Total 3,5241 1,0000
Klimatologi
Semarang
(10041E)
Gunungpati
(10046)
Klimatologi
Semarang
(10041E)
Gunungpati
(10046)
Gambar 4.2. Luas pengaruh stasiun hujan Metode Thiessen Bagian Hulu Embung
Tabel 4.2. Perhitungan curah hujan maksimum harian rata-rata DAS (Lanjutan)
01/04/2002 98 74 46 8 50 3 85
12 2002 01/04/2002 98 74 46 8 50 3 85 85
15/12/2002 5 4 42 8 58 4 15
16/02/2003 106 80 75 14 0 0 94
13 2003 05/02/2003 33 25 132 24 0 0 49 94
17/09/2003 30 23 0 0 147 9 32
13/01/2004 85 64 8 1 8 1 66
14 2004 17/02/2004 29 22 143 26 143 9 57 66
17/02/2004 29 22 143 26 143 9 57
26/03/2005 98 74 1 0 1 0 74
14/10/2005 98 74 1 0 1 0 74
15 2005 74
06/04/2005 8 6 80 15 85 5 26
06/04/2005 8 6 80 15 85 5 26
LOG-
GUMBEL LOG-PEARSON III NORMAL
NORMAL
Parameter Cs ≈ 1,139 Cs ≠ 0 Cs ≈ 1,137 Cs ≈ 0
Ck ≈ 5,402 Cv ≈ 0,3 Ck ≈ 5,383 Ck ≈ 3
SD = 49,70
CS = 0,13
CK = 7,21
CV = 0,45
Tabel 4.5. Perhitungan distribusi hujan dengan Metode Sebaran Log Pearson III
Rh Rencana (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi -
No. Tahun Log Xi
(Xi) (mm) Log Xrt) Log Xrt)2 Log Xrt)3 Log Xrt)4
1 1991 122 2,09 0,07 0,01 0,00 0,00
2 1992 89 1,95 -0,07 0,00 0,00 0,00
3 1993 252 2,40 0,39 0,15 0,06 0,02
4 1994 86 1,93 -0,08 0,01 0,00 0,00
5 1995 114 2,06 0,04 0,00 0,00 0,00
6 1996 92 1,96 -0,05 0,00 0,00 0,00
7 1997 173 2,24 0,22 0,05 0,01 0,00
8 1998 86 1,93 -0,08 0,01 0,00 0,00
9 1999 85 1,93 -0,09 0,01 0,00 0,00
10 2000 164 2,21 0,20 0,04 0,01 0,00
11 2001 83 1,92 -0,10 0,01 0,00 0,00
12 2002 85 1,93 -0,09 0,01 0,00 0,00
13 2003 94 1,97 -0,04 0,00 0,00 0,00
14 2004 66 1,82 -0,20 0,04 -0,01 0,00
15 2005 74 1,87 -0,15 0,02 0,00 0,00
Kemudian data hujan yang telah dirangking di plotting pada kertas probabilitas
logaritmik. Dalam kertas probabilitas, simbol titik merupakan nilai curah hujan
maksimum harian rata-rata terhadap P (Xm), sedangkan garis lurus merupakan fungsi
jenis sebaran dengan periode ulang tertentu, yaitu :
Log Xi = Log Xrt + k.SD
Untuk periode ulang 2 tahun, maka :
Log Xrt = 2,01
Standar Deviasi (SD) = 0,158
Karakteristik (k) = -0,00015
Log Xi = 2,01 + (-0,00015 x 0,158)
= 2,00998
Xi = 102,33 mm
Untuk periode ulang 100 tahun, maka :
Log Xrt = 2,01
Standar Deviasi (SD) = 0,158
Karakteristik (k) = 2,327
Log Xi = 2,01 + (2,327 x 0,158)
= 2,3777
Xi = 238,78 mm
DK = n - (p+1) = 15 - (2+1) = 12
E = n / K = 15 / 3 = 5
Dari hasil perhitungan didapat nilai f2 = 3,6. Nilai ini lebih kecil apabila
dibandingkan dengan nilai f2 kritis yang ditunjukkan oleh Tabel 2.8 pada Bab II yaitu
dengan derajat kebebasan (DK) sebesar = 12 dan derajat kepercayaan (α) = 95 %,
maka didapat nilai f2 kritis = 5,226.
(f2) < (f2cr) Æ Hipotesa diterima
Dari perhitungan nilai D pada Tabel 4.9, menunjukkan nilai Dmax = 0,335
untuk data pada peringkat m = 15. Dari Tabel 2.9 pada bab II, untuk derajat
kepercayaan 5 %, maka diperoleh D0 = 0,34 untuk n = 15. Karena nilai Dmax lebih
kecil dari nilai D0 kritis (0,335 < 0,34), maka persamaan distribusi yang diperoleh
dapat diterima.
4.4.5 Perhitungan curah hujan rencana dengan Metode Sebaran Log Pearson III
Menghitung curah hujan Metode Log Pearson III dengan Persamaan 2.21 s⁄d
Persamaan 2.26 Bab II.
Xt = Hujan periode ulang T tahun = 2,01
S = Standar deviasi = 0,158
Cs = Koefisien Skewness = 0,088
k = koefisien sebaran
Tabel 4.10. Nilai k Distribusi Pearson tipe III
Periode Ulang (tahun)
Cs
2 5 10 25 50 100
0,088 -0,0001 0,842 1,282 1,751 2,054 2,327
Tabel 4.11. Perhitungan curah hujan rencana metode Log Pearson III untuk periode ulang T
tahun
T Xrt k Xt
No S
(Tahun) (log) Pearson III (Log) (mm)
1 2 2,01 0,158 -0,0001 2,010 102
2 5 2,01 0,158 0,842 2,143 139
3 10 2,01 0,158 1,282 2,213 163
4 25 2,01 0,158 1,751 2,287 193
5 50 2,01 0,158 2,054 2,335 216
6 100 2,01 0,158 2,327 2,378 238
Tabel 4.12. Data Hujan Jam-jaman Stasiun Klimatologi Semarang Tanggal 21/12/2005
Kedalaman
Tanggal Waktu Hujan Persentase
(mm) %
15:00 6,5 29,95
16:00 3,5 16,13
17:00 2,7 12,44
18:00 6,0 27,65
21/12/2005 19:00 1,9 8,76
20:00 0,2 0,92
21:00 0,3 1,38
22:00 0,5 2,30
23:00 0,1 0,46
Kumulatif 21,7 100,00
(Sumber : Perhitungan)
Tabel 4.13. Data Hujan Jam-jaman Stasiun Klimatologi Semarang Tanggal 28/01/2005
Kedalaman
Tanggal Waktu Hujan Persentase
(mm) %
7:00 3,3 6,85
8:00 0,4 0,83
9:00 6,3 13,07
10:00 10,0 20,75
11:00 7,0 14,52
28/01/2006 12:00 3,0 6,22
13:00 3,0 6,22
14:00 1,2 2,49
15:00 9,6 19,92
16:00 4,2 8,71
17:00 0,2 0,41
Kumulatif 48,2 100,00
(Sumber : Perhitungan)
Tabel 4.14. Data Hujan Jam-jaman Stasiun Klimatologi Semarang Tanggal 13/03/2006
Kedalaman
Tanggal Waktu Hujan Persentase
(mm) %
21:00 - 22:00 4,3 21,83
22:00 - 23:00 3,0 15,23
23:00 - 00:00 2,3 11,68
00:00 - 01:00 3,2 16,24
13/03/2006
01:00 - 02:00 4,5 22,84
02:00 - 03:00 2,1 10,66
03:00 - 04:00 0,2 1,02
04:00 - 05:00 0,1 0,51
Kumulatif 19,7 100,00
(Sumber : Perhitungan)
Tabel 4.21. Hasil Distribusi Hujan Jam-jaman Periode Ulang 100 Tahunan
1, biasanya lebih kecil dari 0,5 dan dalam banyak hal besarnya kira-kira sama dengan
0,3 serta tidak berdimensi. Karena S mempunyai dimensi volume, sedangkan I dan Q
berdimensi debit, maka k harus dinyatakan dalam dimensi waktu (jam atau hari).
Persamaan yang menyangkut hubungan debit masuk dan keluar dengan konstanta k
dan x adalah sebagai berikut :
S = k (x I + (1 – x) Q)
Sebagai langkah lanjut untuk mendapatkan x dan k, digambar grafik yang
menyatakan hubungan antara S dengan x I + (1 – x) Q, yaitu dengan memasukkan
berbagai harga x sedemikian rupa hingga didapat garis yang mendekati garis lurus
(Soemarto, 1987).
US Army Corps of Engineer memberikan batas-batas yang mudah dikerjakan
untuk parameter k dan x dan komputasi jangka waktu (∆t) dalam Muskingum model.
Kombinasi k dan x harus dipilih tepat dan jatuh pada batas yang tergr adasi dapat
dilihat pada gambar 4.13 dibawah.
Dari hasil eksekusi data dengan menggunakan metode HEC – HMS dengan
periode ulang 25 tahun diperoleh debit banjir rencana sebesar 30,87 m3/detik.
Pemodelan dengan menggunakan HEC – HMS dapat dilakukan kalibrasi
dengan menggunakan data observasi sehingga dapat disimulasikan debit banjir yang
mendekati sebenarnya. Tetapi karena keterbatasan data, sehingga tidak bisa dilakukan
kalibrasi pemodelan.
1
A = 0.400
HIDROLOGI
C = 0.520
A = 0.487
C = 0.410
2
Keterangan :
D Reach 1 E G
H
L : Panjang Saluran
C : Koefisien Aliran
Permukaan
6 7
Td : Waktu Perjalanan air
A = 0.655 A = 0.607 dari pertama masuk sal.
C = 0.410 C = 0.425
Sampai Titik Keluaran
IV - 34
Gambar 4.12 Skema Sistem Aliran Kali Silandak
BAB IV ANALISIS
HIDROLOGI
L = Panjang sungai ( km )
S = Kemiringan rata-rata sungai ( m/m )
Tabel 4.22. Koefisien Run Off tiap DTA
Sub Panjang DTA Koef. Run Waktu Intensitas Hujan
No.
DAS (m) (Km2) Off (C) Konsentrasi (tc) (mm/jam)
1 1 907,444 0,468 0,405 0,205 193,101
2 2 1569,288 0,400 0,520 0,462 112,260
3 3 636,499 0,487 0,410 0,143 245,187
4 4 501,394 0,273 0,410 0,103 304,908
5 5 526,827 0,168 0,410 0,109 293,510
6 6 2305,285 0,655 0,410 0,395 124,605
7 7 1221,881 0,607 0,425 0,276 158,279
8 8 528,834 0,327 0,410 0,244 171,616
9 9 772,175 0,136 0,410 0,204 193,809
Metode rasional juga dapat dipergunakan untuk DAS yang tidak seragam
(homogen), di mana DAS dapat dibagi-bagi menjadi beberapa sub DAS yang seragam
atau pada DAS dengan sistem saluran yang bercabang-cabang. Metode rasional
dipergunakan untuk menghitung debit dari masing-masing sub-DAS.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan dua aturan berikut :
1. Metode rasional dipergunakan untuk menghitung debit puncak pada tiap-tiap
daerah masukan (inlet area) pada ujung hulu sub-DAS.
2. Pada lokasi di mana drainase berasal dari dua atau lebih daerah masukan, maka
waktu konsentrasi terpanjang yang dipakai untuk intensitas hujan rencana,
koefisien dipakai C DAS dan total area drainase dari daerah masukan.
Jika DAS terdiri dari berbagai macam penggunaan lahan dengan koefisien aliran
permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai adalah koefisien DAS yang dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
n
∑ C xA
i =1
i i
C DAS = n
∑A i =1
i
di mana :
C DAS = Koefisien aliran permukaan DAS
Dari hasil perhitungan metode rasional dengan periode ulang 25 tahun diperoleh
debit banjir rencana sebesar 38,17 m3/detik.
4.6 Flood routing
Flood routing di dapatkan dari hasil HEC-HMS untuk curah hujan periode ulang
25 tahun dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Perhitungan elevasi, volume, dan luas Embung Kali Silandak dapat dilihat pada
Tabel 4.24. Dari perhitungan tersebut, kemudian dibuat grafik hubungan antara elevasi
dan volume embung. Dari grafik tersebut dapat dicari luas dari volume setiap elevasi
tertentu dari embung dan diperoleh satu titik pertemuan kedua garis tersebut yang
menunjukkan terjadinya keseimbangan antara luas dan volume embung pada elevasi
tersebut.
Tabel 4.24. Perhitungan volume embung terhadap elevasi dan luas permukaan
Elevasi Luas Luas Rata- Volume Komulatif
No. Kontur
(m) (m2) rata (m2) Tampungan (m3) (m3)
501,8599 1,00 501,8599 501,8599
1 20,00 1.003,7197
1.191,6015 1,00 1.191,6015 1.693,4614
2 21,00 1.379,4833
1.567,3651 1,00 1.567,3651 3.260,8265
3 22,00 1.755,2469
1.943,1288 1,00 1.943,1288 5.203,9552
4 23,00 2.131,0106
2.318,8924 1,00 2.318,8924 7.522,8476
5 24,00 2.506,7742
2.694,6560 1,00 2.694,6560 10.217,5036
6 25,00 2.882,5378
4.296,6446 1,00 4.296,6446 14.514,1482
7 26,00 5.710,7515
7.124,8583 1,00 7.124,8583 21.639,0066
8 27,00 8.538,9652
9.953,0720 1,00 9.953,0720 31.592,0786
9 28,00 11.367,1788
12.781,2857 1,00 12.781,2857 44.373,3642
10 29,00 14.195,3925
15.609,4994 1,00 15.609,4994 59.982,8636
11 30,00 17.023,6062
35.810,9364 1,00 35.810,9364 95.793,8000
12 31,00 54.598,2666
55.783,2409 1,00 55.783,2409 151.577,0409
13 32,00 56.968,2153
58.153,1896 1,00 58.153,1896 209.730,2305
14 33,00 59.338,1639
60.523,1383 1,00 60.523,1383 270.253,3688
15 34,00 61.708,1126
62.893,0870 1,00 62.893,0870 333.146,4558
16 35,00 64.078,0613
78.553,4977 1,00 78.553,4977 411.699,9535
17 36,00 93.028,9341
94.551,5066 1,00 94.551,5066 506.251,4601
18 37,00 96.074,0791
97.596,6517 1,00 97.596,6517 603.848,1117
19 38,00 99.119,2242
100.641,7967 1,00 100.641,7967 704.489,9084
20 39,00 102.164,3692
103.686,9417 1,00 103.686,9417 808.176,8501
21 40,00 105.209,5142
Elevasi (m-dpl)
31 31
30 30
29 29
28 28
27 27
26 26
25 25
24 24
23 23
22 22
21 21
20 20
19 19
110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
x 10000 Volume Genangan (m3)
Hub. Elevasi dg Volume Genangan Hub. Elevasi dg Luas Genangan
Gambar 4.26. Grafik Hubungan Elevasi dengan Volume Genangan dan Luas Genangan
3,4 m
3,25
10,20 m
Gambar 4.27. Profil Kali Silandak bagian hilir
di mana :
R = indeks erosivitas hujan (KJ/ha/tahun)
n = jumlah kejadian hujan dalam kurun waktu satu tahun
EI 30 = indeks erosi bulanan (KJ/ha)
X = jumlah tahun yang digunakan sebagai dasar perhitungan
Pb Pmax
Bulan N (hari)
(cm) (cm)
Januari 24.7 25 3.0
Februari 66.2 26 10.8
Maret 11.1 11 3.8
April 24.1 16 6.1
Mei 8.7 6 5.8
Juni 0.4 1 0.7
Juli 0.5 2 0.3
Agustus 0.1 1 0.1
September 0.4 3 0.3
Oktober 2.2 4 1.8
November 20.8 16 4.2
Desember 46.6 22 13.8
Rata-rata 17.15 11 4.23
Sumber : Data pemeriksaan hujan BMG Semarang dan perhitungan
1, 211 0 , 526
EI 30 = 6,119 Pb .N −0, 474 .Pmax
Tahun EI30
1991 134.19
1992 131.47
1993 175.32
1994 128.55
1995 169.55
1996 170.69
1997 178.60
1998 137.18
1999 183.19
2000 182.40
2001 145.83
2002 107.39
2003 167.02
2004 113.62
2005 177.51
Jumlah 2302,52
Sumber : Data pemeriksaan hujan
BMG Semarang dan perhitungan
n
EI 30
R=∑
i =1 X
2302,52
=
15
= 153,15 KJ/ha/tahun
Sedangkan cara menentukan besarnya indeks erosivitas yang lain adalah
seperti dilemukakan oleh Lenvain (DHV, 1989). Rumus matematis yang digunakan
oleh Lenvain untuk menentukan faktor R tersebut didasarkan pada kajian erosivitas
hujan dengan menggunakan data curah hujan dari beberapa tempat di Jawa. Rumusnya
adalah sebagai berikut (Asdak, 2002) :
1, 36
R = 2,21xP
di mana :
R = indeks erosivitas hujan (KJ/ha/tahun)
P = curah hujan bulanan (cm)
Cara Lenvain ini lebih sederhana karena hanya memanfaatkan data curah hujan
bulanan.
Contoh analisa perhitungan erosivitas berdasarkan data yang didapat dari Stasiun
hujan Klimatologi Semarang adalah sebagai berikut :
Diketahui data tahun 1991 adalah:
Tabel 4.27 Perhitungan erosivitas tahun 1991
Pb R
Tahun Bulan EI30
(cm) (KJ/ha/th)
24.
Januari 173.17
7
66.
Februari 661.85
2
11.
Maret 58.35
1
24.
April 167.47
1
Mei 8.7 41.89
1991
Juni 0.4 0.64
Juli 0.5 0.86
Agustus 0.1 0.10
September 0.4 0.64
Oktober 2.2 6.46
20.
November 137.08
8
46.
Desember 410.58
6
138.26
Sumber : Data pemeriksaan hujan BMG Semarang dan perhitungan
Maka Indeks erosivitas hujan pada tahun 1991 adalah 138,26 KJ/ha/tahun.
Secara keseluruhan perhitungan erosivitas disajikan dalam lampiran
Tabel 4.28 Rekapitulasi perhitungan erosivitas
Tahun R(KJ/ha/th)
1991 138.26
1992 109.25
1993 149.38
1994 129.30
1995 141.91
1996 145.51
1997 148.18
1998 135.59
1999 158.16
2000 149.51
2001 134.36
2002 109.32
2003 169.03
2004 119.62
2005 140.90
Rata-
138.55
rata
Dari perhitungan Indeks erosivitas hujan (R) di atas, di dapat hasil yang
berbeda antara cara Bols yang bernilai 153,15 KJ/ha/tahun dan cara Lenvain yang
bernilai 138,55 KJ/ha/tahun. Untuk menghitung banyaknya tanah tererosi digunakan
nilai R yang lebih besar dengan cara Bols yaitu R = 153,15 KJ/ha/tahun.
⎧ (10 − 3) ⎫
K = ⎨2.713 x10 − 4 (12 − 2)12451.14 + 3.25(3 − 2) + 2.5 ⎬
⎩ 100 ⎭
dimana :
∑A C n n
C DAS = 1
∑A n
dimana :
c n
= koefisien penutup lahan dari masing-masing tata guna lahan
Tabel 4.29 Nilai faktor tanaman penutup (C) berdasarkan tata guna lahan pada DAS Kali
Silandak
Sub DAS Nilai C A (Km 2 )
1 0,95 0,46806
2 0,95 0,40023
3 0,95 0,48705
4 0,40 0,27265
5 0,20 0,16807
6 0,20 0,65541
7 0,95 0,60707
8 0,95 0,32722
9 0,95 0,13577
∑A C n n
C DAS = 1
∑A n
=
[ (0,95 x0,46806 ) + (0.95 x0.40023) + (0,95 x0,48705 ) + (0,40 x0,27265 ) +
(0,20 x0,16807 ) + (0,20 x0,65541) + (0,95 x0,60707 ) + (0,95 x0,32722 ) + (0,95 x0,13577 ) ]
3,52
= 0,732
> 150 19.66 84.93 0.040 3.978 6.791 1492.74 819.52 0.828 678.32
0.00
126 - 150 14.85 177.64 0.333 33.334 6.150 11328.47 6219.33 0.712 4428.41
0.00
101 - 125 14.57 184.88 0.624 62.410 6.083 20977.43 11516.61 0.686 7904.97
0.00
76 - 100 13.31 205.45 0.828 82.790 5.543 25359.29 13922.25 0.676 9406.84
0.00
51- 75 9.61 361.82 1.107 110.739 4.451 27235.71 14952.41 0.664 9935.86
0.00
< 50 8.86 394.75 0.587 58.749 4.125 13392.38 7352.42 0.687 5053.93
Menurut Chay Asdak, 2002 : besarnya volume sedimen terdiri atas muatan
sedimen (suspended load) dan sedimen merayap (bed load). Besarnya volume sedimen
merayap adalah 0,2 dari muatan sedimen potensial. Maka:
= 4595,62 m3/tahun
= 18382,47 m3/tahun
4.10 Perhitungan Debit Banjir Rencana Daerah Aliran Sungai Kali Silandak
4.10.1 Penentuan Daerah Aliran Sungai
Penentuan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan berdasar pada peta rupa
bumi. DAS Kali Silandak berdasar peta tersebut mempunyai luasan sebesar 8,67 km2.
Penentuan luasan ini dengan menggunakan program AutoCAD. Gambar DASnya
dapat dilihat pada Gambar 4.28.
Besarnya curah hujan maksimum harian rata-rata DAS dihitung dengan metode
Thiessen, di mana pada metode ini mempertimbangkan daerah pengaruh tiap titik
pengamatan. Penggunaan metode Thiessen karena kondisi topografi dan jumlah
stasiun memenuhi syarat untuk digunakan metode ini. Stasiun hujan yang berpengaruh
pada DAS Kali Silandak yaitu stasiun hujan Klimatologi Semarang, stasiun hujan
Gunung Pati, dan stasiun hujan Plumbon.
Berdasarkan hasil pengukuran dengan AutoCAD, luas pengaruh dari tiap
stasiun ditunjukkan pada tabel 4.31.
Tabel 4.31. Luas pengaruh stasiun hujan terhadap DAS Kali Silandak
Tabel 4.32. Perhitungan curah hujan maksimum harian rata-rata DAS Kali Silandak
Hujan
Stasiun Pencatat Hujan Hujan
Max
Meteorologi Rata-
Plumbon Gunung Pati Harian
Smg rata
No. Tahun Tanggal
Harian Rata-
Bobot
(mm) rata
Curah Curah Curah
0,8387 0,1348 0,0265 (mm)
Hujan Hujan Hujan
26/12/1991 138 116 86 12 39 1 128
128
1 1991 11/02/1991 108 91 198 27 36 0 117
10/01/1991 27 23 13 2 50 1 26
2 1992 11/03/1992 104 87 45 6 32 1 94 94
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perencanaan Teknis Embung Silandak Sebagai Pengendali Banjir Kali Silandak IV - 54
Semarang – Jawa Tengah
BAB IV ANALISIS
HIDROLOGI
01/05/1992 2 2 80 11 1 0 12
15/05/1992 21 18 30 4 34 1 23
29/01/1993 276 231 214 29 72 2 262
3 1993 29/01/1993 276 231 214 29 72 2 262 262
09/12/2003 0 0 0 0 95 3 3
09/03/1994 101 85 46 6 28 1 92
4 1994 23/03/1994 21 18 195 26 66 2 46 92
23/03/1994 21 18 195 26 66 2 46
13/12/1995 125 105 85 11 65 2 118
5 1995 27/12/1995 5 4 173 23 20 1 28 118
13/12/1995 125 105 85 11 65 2 118
24/04/1996 117 98 22 3 5 0 101
6 1996 03/12/1996 31 26 135 18 39 1 45 101
03/12/1996 31 26 135 18 39 1 45
19/01/1997 197 165 119 16 46 1 182
7 1997 19/01/1997 197 165 119 16 46 1 182 182
25/01/1997 69 58 0 0 51 1 59
21/02/1998 103 86 35 5 29 1 92
8 1998 08/05/1998 24 20 96 13 20 1 34 92
03/05/1998 25 21 4 1 50 1 23
15/04/1999 93 78 61 8 60 2 88
9 1999 26/12/1999 76 64 114 15 110 3 82 88
26/12/1999 76 64 114 15 110 3 82
22/01/2000 179 150 118 16 115 3 169
10 2000 22/01/2000 179 150 118 16 115 3 169 169
22/01/2000 179 150 118 16 115 3 169
26/03/2001 109 91 5 1 6 0 92
11 2001 12/04/2001 28 23 66 9 51 1 34 92
11/02/2001 42 35 53 7 59 2 44
01/04/2002 98 82 46 6 50 1 90
12 2002 01/04/2002 98 82 46 6 50 1 90 90
15/12/2002 5 4 42 6 58 2 11
16/02/2003 106 89 75 10 0 0 99
13 2003 05/02/2003 33 28 132 18 0 0 45 99
17/09/2003 30 25 0 0 147 4 29
13/01/2004 85 71 8 1 8 0 73
14 2004 17/02/2004 29 24 143 19 143 4 47 73
17/02/2004 29 24 143 19 143 4 47
26/03/2005 98 82 1 0 1 0 82
14/10/2005 98 82 1 0 1 0 82
15 2005 82
06/04/2005 8 7 80 11 85 2 20
06/04/2005 8 7 80 11 85 2 20
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perencanaan Teknis Embung Silandak Sebagai Pengendali Banjir Kali Silandak IV - 55
Semarang – Jawa Tengah
BAB IV ANALISIS
HIDROLOGI
Klimatologi
Semarang
(10041E)
Gunungpati
(10046)
Klimatologi
Semarang
(10041E)
Gunungpati
(10046)
Gambar 4.29. Luas pengaruh stasiun hujan Metode Thiessen pada DAS Kali Silandak
4.10.3 Analisis frekuensi curah hujan rencana Daerah Aliran Sungai Kali
Silandak
Pengukuran Dispersi
Tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai
rata-ratanya, tetapi kemungkinan ada nilai yang lebih besar atau kecil dari nilai rata-
ratanya. Besarnya dispersi dilakukan dengan pengukuran dispersi
Tabel 4.3 menunjukkan beberapa parameter yang menjadi syarat penggunaan
suatu metode sebaran. Hasil perhitungan distribusi hujan dengan metode sebaran
Normal dan Log Pearson III dapat dilihat seperti pada Tabel 4.4 - Tabel 4.5.
LOG-
GUMBEL LOG-PEARSON III NORMAL
NORMAL
Parameter Cs ≈ 1,139 Cs ≠ 0 Cs ≈ 1,137 Cs ≈ 0
Ck ≈ 5,402 Cv ≈ 0,3 Ck ≈ 5,383 Ck ≈ 3
Rh Rencana
No. Tahun (Xi - Xrt) (Xi - Xrt)2 (Xi - Xrt)3 (Xi - Xrt)4
(Xi)
SD = 50,56
CS = 0,13
CK = 7,40
CV = 0,43
Tabel 4.35. Perhitungan distribusi hujan dengan Metode Sebaran Log Pearson III
Rh
(Log Xi - (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi -
No. Tahun Rencana Log Xi
Log Xrt) Log Xrt)2 Log Xrt)3 Log Xrt)4
(Xi)
1 1991 128 2,11 0,07 0,00 0,00 0,00
2 1992 94 1,97 -0,07 0,00 0,00 0,00
3 1993 262 2,42 0,38 0,14 0,05 0,02
4 1994 92 1,96 -0,08 0,01 0,00 0,00
5 1995 118 2,07 0,03 0,00 0,00 0,00
6 1996 101 2,00 -0,04 0,00 0,00 0,00
7 1997 182 2,26 0,22 0,05 0,01 0,00
8 1998 92 1,96 -0,08 0,01 0,00 0,00
9 1999 88 1,94 -0,10 0,01 0,00 0,00
10 2000 169 2,23 0,19 0,03 0,01 0,00
11 2001 92 1,96 -0,08 0,01 0,00 0,00
12 2002 90 1,95 -0,09 0,01 0,00 0,00
13 2003 99 2,00 -0,05 0,00 0,00 0,00
14 2004 73 1,86 -0,18 0,03 -0,01 0,00
15 2005 82 1,91 -0,13 0,02 0,00 0,00
SD = 0,1514
CS = 0,0939
CK = 4,9306
CV = 0,0742
Dari hasil perhitungan didapat nilai f2 = 5,20. Nilai ini lebih kecil apabila
dibandingkan dengan nilai f2 kritis yang ditunjukkan oleh Tabel 2.8 pada Bab II yaitu
dengan derajat kebebasan (DK) sebesar = 12 dan derajat kepercayaan (α) = 95 %,
maka didapat nilai f2 kritis = 5,226.
(f2) < (f2cr) Æ Hipotesa diterima
T Xrt k Xt
No (Dalam S Pearson
(Tahun) Log) III (Dalam Log) (mm)
1 2 2,04 0,15 0,000 2,04 110
2 5 2,04 0,15 0,842 2,17 147
3 10 2,04 0,15 1,282 2,23 171
4 25 2,04 0,15 1,751 2,31 202
5 50 2,04 0,15 2,054 2,35 224
6 100 2,04 0,15 2,327 2,39 247
Dari hasil eksekusi data dengan menggunakan metode HEC – HMS dengan
periode ulang 25 tahun diperoleh debit banjir rencana sebesar 60,63 m3/detik,
sedangkan Qmaks kapasitas tampungan Kali Silandak di sekitar Bandara Ahmad Yani
adalah 47,07 m3/dt.
Qrenc = 60,63 m3/dt > Qmaks = 47,07 m3/dt, untuk itu perlu pengaturan debit
yang berasal dari outflow embung supaya kapasitas sungai dapat menampumg debit
maksimum yang mengalir pada saat banjir.
4.12 Perhitungan Debit Banjir Rencana Daerah Aliran Sungai Kali Silandak
sebelah hilir embung
4.12.1 Penentuan Daerah Aliran Sungai
Penentuan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan berdasar pada peta rupa
bumi. DAS Kali Silandak berdasar peta tersebut mempunyai luasan sebesar 8,67 km2,
sedangkan DAS Kali Silandak yang berada di sebelah hilir lokasi pembangunan tubuh
embung adalah seluas 5,15 km2. Penentuan luasan ini dengan menggunakan program
AutoCAD. Gambar DASnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.12.2 Curah hujan maksimum harian rata-rata Daerah Aliran Sungai Kali
Silandak sebelah hilir embung
Besarnya curah hujan maksimum harian rata-rata DAS dihitung dengan metode
Thiessen, di mana pada metode ini mempertimbangkan daerah pengaruh tiap titik
pengamatan. Penggunaan metode Thiessen karena kondisi topografi dan jumlah
stasiun memenuhi syarat untuk digunakan metode ini. Stasiun hujan yang berpengaruh
pada DAS Kali Silandak yaitu stasiun hujan Klimatologi Semarang, stasiun hujan
Gunung Pati, dan stasiun hujan Plumbon.
Berdasarkan hasil pengukuran dengan AutoCAD, luas pengaruh dari tiap
stasiun ditunjukkan pada tabel 4.41.
Tabel 4.41. Luas pengaruh stasiun hujan terhadap DAS Kali Silandak sebelah hilir embung
No Nama Stasiun Luas DPS (km2) Koef. Thiessen
1 Klimatologi Semarang (10041E) 4.6169 0,8985
2 Plumbon (10033A) 0.5223 0,1014
3 Gunungpati (10046) 0,0108 0,0021
Luas Total 5,15 1,0000
Tabel 4.42. Perhitungan curah hujan maksimum harian rata-rata DAS Kali Silandak sebelah hilir embung
Hujan
Stasiun Pencatat Hujan Hujan
Max
Rata-
Meteorologi Smg Plumbon Gunung Pati
rata
Harian
No. Tahun Tanggal
Harian Rata-
Bobot
(mm) rata
Curah Curah Curah
Hujan
0,8986
Hujan
0,1014
Hujan
0,0021 (mm)
26/12/1991 138 124 86 9 39 0 133
1 1991 11/02/1991 108 97 198 20 36 0 117 133
10/01/1991 27 24 13 1 50 0 26
11/03/1992 104 93 45 5 32 0 98
2 1992 01/05/1992 2 2 80 8 1 0 10 98
15/05/1992 21 19 30 3 34 0 22
29/01/1993 276 248 214 22 72 0 270
3 1993 29/01/1993 276 248 214 22 72 0 270 270
09/12/2003 0 0 0 0 95 0 0
09/03/1994 101 91 46 5 28 0 95
4 1994 23/03/1994 21 19 195 20 66 0 39 95
23/03/1994 21 19 195 20 66 0 39
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perencanaan Teknis Embung Silandak Sebagai Pengendali Banjir Kali Silandak IV - 65
Semarang – Jawa Tengah
BAB IV ANALISIS
HIDROLOGI
Klimatologi
Semarang
(10041E)
Gunungpati
(10046)
Klimatologi
Semarang
(10041E)
Gunungpati
(10046)
Gambar 4.34. Luas pengaruh stasiun hujan Metode Thiessen Bagian Hilir Embung
Pengukuran Dispersi
Tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai
rata-ratanya, tetapi kemungkinan ada nilai yang lebih besar atau kecil dari nilai rata-
ratanya. Besarnya dispersi dilakukan dengan pengukuran dispersi
Tabel 4.3 menunjukkan beberapa parameter yang menjadi syarat penggunaan
suatu metode sebaran. Hasil perhitungan distribusi hujan dengan metode sebaran
Normal dan Log Pearson III dapat dilihat seperti pada Tabel 4.44 - Tabel 4.45.
LOG-
GUMBEL LOG-PEARSON III NORMAL
NORMAL
Parameter Cs ≈ 1,139 Cs ≠ 0 Cs ≈ 1,137 Cs ≈ 0
Ck ≈ 5,402 Cv ≈ 0,3 Ck ≈ 5,383 Ck ≈ 3
SD = 51,62 CK = 7,47
CS = 0,14 CV = 0,42
Tabel 4.45. Perhitungan distribusi hujan dengan Metode Sebaran Log Pearson III
(Log Xi - (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi -
No. Tahun Rh Rencana (Xi) Log Xi Log Xrt) Log Xrt)2 Log Xrt)3 Log Xrt)4
1 1991 133 2,12 0,06 0,00 0,00 0,00
2 1992 98 1,99 -0,07 0,00 0,00 0,00
3 1993 270 2,43 0,37 0,14 0,05 0,02
4 1994 95 1,98 -0,08 0,01 0,00 0,00
5 1995 121 2,08 0,02 0,00 0,00 0,00
6 1996 107 2,03 -0,03 0,00 0,00 0,00
7 1997 189 2,28 0,22 0,05 0,01 0,00
8 1998 96 1,98 -0,08 0,01 0,00 0,00
9 1999 90 1,95 -0,11 0,01 0,00 0,00
10 2000 173 2,24 0,18 0,03 0,01 0,00
11 2001 98 1,99 -0,07 0,00 0,00 0,00
12 2002 93 1,97 -0,09 0,01 0,00 0,00
13 2003 103 2,01 -0,05 0,00 0,00 0,00
14 2004 77 1,89 -0,17 0,03 -0,01 0,00
15 2005 88 1,94 -0,11 0,01 0,00 0,00
SD = 0,1487
CS = 0,0958
CK = 5,0144
CV = 0,0722
f2 cr = 5,226
Dari hasil perhitungan didapat nilai f2 = 5,20. Nilai ini lebih kecil apabila
dibandingkan dengan nilai f2 kritis yang ditunjukkan oleh Tabel 2.8 pada Bab II yaitu
dengan derajat kebebasan (DK) sebesar = 12 dan derajat kepercayaan (α) = 95 %,
maka didapat nilai f2 kritis = 5,226.
(f2) < (f2cr) Æ Hipotesa diterima
T Xrt k Xt
No (dalam S (dalam
(Tahun) Log) Pearson III Log) (mm)
1 2 2,06 0,15 0,000 2,06 115
2 5 2,06 0,15 0,842 2,19 153
3 10 2,06 0,15 1,282 2,25 178
4 25 2,06 0,15 1,751 2,32 209
5 50 2,06 0,15 2,055 2,37 232
6 100 2,06 0,15 2,327 2,41 255
Dari hasil eksekusi data dengan menggunakan metode HEC – HMS dengan
periode ulang 25 tahun diperoleh debit banjir rencana sebesar 39,25 m3/detik.