1 Pengertian Bencana
Menurut (WHO) Bencana adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan,
gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan
atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena.
Menurut (Depkes RI) Bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang
mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar
biasa dari pihak luar.
Menurut Wikipedia: disaster is the impact of a natural or man-made hazards that
negatively effects society or environment (bencana adalah pengaruh alam atau ancaman
yang dibuat manusia yang berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan).
Manajemen bencana adalah proses yang sistematis dimana didalamnya
termasuk berbagai macam kegiatan yang memanfaatkan kemampuan dari kebijakan
pemerintah, juga kemampuan komunitas dan individu untuk menyeseuaikan diri dalam
rangka meminamalisir kerugian.
2. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai,
banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.
4. Fase Pemulihan
Fase pemulihan merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan
kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti kondisi sebelumnnya.
Pada fase ini orang-orang mulai melakukan perbaikan darurat tempat tinggal, mulai
sekolah atau bekerja, memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. Fase ini
merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang.
5. Fase Rehabilitasi
Fase Rehabilitasi merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusaha
mengembalikan fungsi fungsi-fungsinya seperti sebelum bencana dan
merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas. Keadaannya mengalami
perubahan dari sebelum bencana.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat ini, antara lain :
a. Mengenali instruksi ancaman bahaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-
obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)
c. Melatih penanganan pertama korban bencana.
d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan
penyuluhan dan simulasi.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan pertama
luka bakar.
c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulans.
d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian
seperlunya, portable radio, senter, baterai)
e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko
bencana
Beberapa sikap yang hendaknya dimiliki oleh seorang muslim dalam menghadapi musibah
adalah sebagai berikut.
1. Menganggapnya sebagai pelajaran, peringatan, bukan sekadar fenomena alam biasa
Berbagai bencana, perubahan alam, dan azab yang terjadi zaman sekarang, seperti gempa,
badai, banjir, kekeringan, kemarau, paceklik, kelaparan, dan kejadian (bencana) yang baru,
hari demi hari semakin bertambah. Sudah sepantasnya setiap muslim mengambil pelajaran
darinya.
Nasihat dan peringatan dari Al-Qur’an akan lebih mudah menggerakkan hati yang hidup dan
membekas padanya. Pemiliknya akan menetapkan segala kenikmatan yang telah
dikaruniakan oleh Allah l dan mengakui kekurangan dalam memenuhi hak-Nya.
Allah l berfirman:
“Dan tiadalah mendapat pelajaran selain orang-orang yang kembali (kepada Allah).” (al-
Mu’min: 13)
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang
yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedangkan dia
menyaksikannya.” (Qaf: 37)
Adapun seseorang yang mati hatinya karena tertutupi oleh syubhat, berkarat karena syahwat,
ia tidak akan tergerak dan terpengaruh oleh nasihat atau peringatan. Tidak pula ia merasa
takut terhadap suatu ancaman, hingga azab tiba-tiba menimpanya dalam keadaan tidak sadar.
Bahkan, karena seringnya terjadi bencana dan susul-menyusul, hati manusia banyak yang
mati meskipun jasadnya hidup. Ketahuilah, berbagai bencana yang terjadi, petaka dan azab
yang menimpa, ditampakkan oleh Allah l untuk menakut-nakuti hamba-Nya.
Allah l berfirman:
“(Dan) tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (al-Isra’:
59)
Bencana banjir, banyak orang berkomentar, “Sekarang memang lagi musimnya (hujan)!”
Bencana gempa, orang mengatakan, “Ini proses alam semata.” Akhirnya, banyak bencana
yang melanda, namun sedikit manusia yang mau memerhatikan dan mengambil pelajaran.
Andaikata mereka mau memerhatikan dengan saksama kerugian yang diakibatkan sebuah
bencana, terhadap keluarga, rumah, dan harta, niscaya mereka akan mengetahui kadar
musibah yang telah menimpa.
Apabila di antara kita ada yang tertimpa musibah dengan meninggalnya salah seorang dari
keluarganya atau orang yang disayangi, ia akan sangat sedih. Hatinya akan selalu teringat,
sampai waktu yang dikehendaki oleh Allah l. Andai sempat terlupa, tentu teringat kembali
pada waktu yang lain. Bahkan, bisa jadi sampai terbawa dalam mimpi. Mungkin tidurnya
sering bermimpi melihat atau berjumpa dengannya. Ini baru kehilangan satu nyawa,
bagaimana kalau semua keluarganya binasa karena suatu bencana yang menimpa, tinggal ia
hidup sebatang kara, tanpa famili dan saudara?
Kalau saja seorang di antara kita ditimpa kerugian separuh hartanya, ia akan merasakan
kesusahan untuk mencukupi kehidupannya. Dadanya pun terasa sesak dan sempit. Kelezatan
dan kenyamanan tidur, makan, dan minum, tidak ia dapatkan. Bagaimana dengan orang yang
kehilangan seluruh rumah dan hartanya? Di tengah hamparan yang luas, sendiri ia berada,
dalam keadaan linglung, miskin, dan tidak punya apa-apa. Padahal sebelumnya ia seorang
yang punya harta, rumah, dan keluarga?!
Sebab itu, apabila seseorang tidak mengambil pelajaran dengan apa yang dia lihat, dia
dengar, dari bencana yang terjadi, kapan dia akan mengambil pelajaran dan menjadikannya
sebagai peringatan?
6. Istirja’
Sa’id bin Jubair dan Muqatil bin Hayyan berkata, “Makna ayat ‘barang siapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya’ yakni, memohon
perlindungan Allah l dengan mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’.”
Firman Allah l:
“(Dan) berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa oleh musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’.” (al-
Baqarah: 155—156)
Sebuah kisah diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Auf bin Abdillah. Ia berkata bahwa
suatu ketika Abdullah bin Mas’ud berjalan, tiba-tiba terputus tali sandalnya. Spontan beliau
berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Dikatakan, “Hanya karena seperti ini engkau
mengucapkan (kalimat itu)?” Beliau menjawab, “Ini musibah.”
7. Sabar
”Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas.” (az-Zumar: 10)
Al-Imam al-Bukhari t dalam kitabnya berkata, “Bab ‘Sabar di Saat Awal Kali Musibah
Menimpa’.”
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin t berkata, “Yaitu waktu pertama kali musibah menimpa
seseorang. Hal itu diserupakan dengan benturan, tabrakan, karena musibah menimpa
(menabrak) manusia, seolah-olah ada sesuatu yang telah menabraknya. Barang siapa yang
tertimpa musibah dan mampu bersabar di awal kejadian, ini adalah kesabaran sempurna yang
hakiki.
Adapun yang tidak mampu bersabar di awal musibah menimpa, kemudian setelah itu ia
tersadar, mampu menahan diri dari kegelisahan, keputusasaan, yang seperti ini juga dikatakan
sabar, tetapi bukan sabar yang sempurna yang pantas dipuji dengan pujian yang sempurna.”
Dari Abu Umamah z, dari Nabi n, beliau bersabda bahwa Allah l berfirman:
صدْ ام ِة ْاْلُولاى لا ْم أ ا ْر ا
ض لاكا ثا اوابًا دُونا ْال اجنا ِة سبْتا ِع ْندا ال ا إِ ْن ا،ابْنا آدا ام
صبا ْرتا اواحْ ت ا ا
”Wahai Bani Adam, jika kamu sabar dan mengharapkan pahala semata saat pertama kali
musibah terjadi, tidak ada balasan yang Aku ridhai untukmu selain surga.” (HR. Ibnu Majah,
dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani)
8. Sikap peduli
Allah l berfirman:
”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (al-Hujurat: 10)
Demikian pula firman Allah l:
”(Dan) tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa.” (al-Maidah: 2)
Rasulullah n bersabda:
ب يا ْو ِم ْال ِقياا ام ِة
ِ س هللاُ اع ْنهُ ُك ْرباةً ِم ْن ُك ار ِ س اع ْن ُم ْس ِل ٍم ُك ْرباةً ِم ْن ُك ار
ب الدُّ ْنياا نافا ا ام ْن نافا ا
“Barang siapa yang meringankan kesulitan saudaranya mukmin dari kesulitan dunia, Allah l
akan meringankan kesulitannya di hari kiamat.” (Muttafaqun alaihi, dari Abu Hurairah z)
Satu perkara yang tidak boleh terhadap saudara Anda yang muslim yang tertimpa musibah
adalah kepedulian terhadap mereka. Kepedulian bukan hanya diukur dengan materi saja.
Namun, doa dan dorongan motivasi untuk tetap sabar serta ridha akan takdirnya juga tidak
kalah nilainya dengan bantuan materi.
Rasulullah n bersabda:
اولاكا ِب ِمثْ ٍل: ُب ِإ اَل قاا ال ْال املاكِ ظ ْه ِر ْالغا ْي
اما ِم ْن اع ْب ٍد ُم ْس ِل ٍم ايدْعُو ِْل ا ِخي ِه ِب ا
“Tidaklah seorang hamba muslim yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya
melainkan malaikat akan berdoa untuknya, ‘Untukmu seperti (apa yang kamu mintakan untuk
saudaramu)’.” (HR. Muslim)