I. PENDAHULUAN
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Di dalam susu dan produk susu lainnya
(gula susu). Laktosa adalah salah satu bentuk karbohidrat yang tersusun dari
dua ikatan monosakarida atau disebut disakarida yang terdiri atas glukosa dan
menyusui yang terjadi bila glukosa dan galaktosa uridin difosfat bereaksi
besar mamalia yang tidak lagi memproduksi laktase sejak masa penyapihan,
mengalami gangguan pencernaan seperti sakit perut dan diare yang dikenal
yang tidak dicerna secara sempurna dalam usus halus terus masuk ke usus
gas. Dalam tulisan ini akan diuraikan secara ringkas manfaat laktosa,
1
II. PEMBAHASAN
2.1 Laktosa
Laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa
mulai diproduksi pada usia gestasi minggu ke 8 di permukaan mukosa usus dan
sumber energi yang menyediakan hampir setengah dari keseluruhan kalori yag
terdapat pada susu (35-45%). Selain itu, laktosa juga diperlukan untuk absorbsi
kalsium. Hasil hidrolisa laktosa yang berupa galaktosa, adalah senyawa yang
pembentukan
penting untuk sere.brosida. Serebrosida ini penting untuk perkembangan
fungsi otak. Galaktosa juga dapat dibentuk oleh tubuh dari glukosa di hati. Karena
itu keberadaan laktosa sebagai karbohidrat utama yang terdapat di susu mammalia,
termasuk ASI, merupakan hal yang unik dan penting. Laktosa hanya dibuat di sel-
sel kelenjar mammae pada masa menyusui melalui reaksi antara glukosa dan
galaktosa uridin difosfat dengan bantuan lactose synthetase. Kadar laktosa dalam
susu sangat bervariasi antara satu mammalia dengan yang lain. ASI mengandung
2
2.2 Metabolisme Laktosa
sakarida (glukosa, galaktosa, dan fruktosa). Oleh karen itu, laktosa akan
dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa terlebih dahulu agar proses absorbsi
galaktosidase ), yaitu suatu enzim yang terdapat pada brush border mukosa usus
halus. Laktosa dalam bentuk bebas dan tidak terikat dengan molekul lainnya
hanya dapat ditemukan pada susu. Laktosa disintesis dengan menggunakan UDP
galaktosa dan glukosa sebagai substrat. Sintesis laktosa terdiri dari 2 subunit
glukosa.
3
Gambar 2.2. (2) Metabolisme Laktosa pada Usus (Valio Ltd)
terdapat pada susu. Pada brush border vili usus halus terdapat enzim lain seeprti sukrase,
maltase, dan glukoamilase. Laktase ditemukan pada bagian luar brush border dan diantara
semua disakaridase, laktase yang jumlahnya paling sedikit. Laktase dapat menghidrolisis
berbagai macam substrat. Enzim laktase termasuk ke dalam kelas enzim beta
galaktosidase dan glikosilseramidase. Laktase memiliki 2 sisi yang aktif, satu untuk
memecah laktosa dan yang lainnya untuk hidrolasi pholorizin dan glikolipid. Gen
pengkode laktase terletak pada kromosom 2. Ekspresinnya terutama pada enterosit usus
halus mamalia dan sangat sedikit pada kolon selama perkembangan janin. Manusia
terlahir dengan ekspresi laktase yang tinggi. Pada sebagian besar populasi di dunia,
menghilangnya ekspresi laktase pada usus halus. Pada janin manusia, aktivitas laktase
sudah tampak pada usia kehamilan 3 bulan dan aktivitasnya akan meningkat pada minggu
ke 35-38 hingga 70 % dari bayi lahir cukup bulan. Aktivitas laktase akan mengalami
4
Gambar 2.3 (4) letak laktase (Valio Ltd)
5
2.4 Intoleransi Laktosa
mencerna laktosa, yaitu bentuk gula yang berasal dari susu. Ketidakmampuan ini
laktase, yaitu salah satu enzim pencernaan yang diproduksi oleh sel-sel di usus
kecil yang bertugas memecah gula susu menjadi bentuk yang lebih mudah untuk
diproduksi oleh usus dan tidak dapat mencerna laktosa terlalu banyak.
yang dibuktikan dengan pemeriksaan yang sesuai (uji beban laktosa, uji
hidrogen pernafasan).
6
Terdapat 4 (empat ) tipe defisiensi laktase yang mempengaruhi
yang sedikit atau tidak ada produksi dari enzim laktase oleh
7
Hal ini mempengaruhi gejala-gejala intoleransi laktosa pada satu individu
2.5 Epidemiologi
mengalami defisiensi laktase primer dan sangat sering terjadi pada orang Asia,
2.6. Etiologi
a. Faktor genetik :
b. Kondisi Medis :
tidak bisa dipecah menjadi bentuk yang bisa diserap, sehingga laktosa akan
menghasilkan asam laktat, gas methan (CH4) dan hidrogen (H2. Bila ada
defisiensi laktase, laktosa tidak akan didigesti akibatnya tidak ada penyerapan
8
oleh mukosa usus halus. Disakarida ini merupakan bahan osmotik yang akan
menarik air ke lumen. Jumlah air yang keluar sebanding dengan jumlah laktosa
yang tinggal di lumen usus. Penambahan volume lumen usus akan menyebabkan
rasa mual, muntah, dan peningkatan peristaltic. Peristaltik usus yang meninggi
untuk digesti dan absorbsi. Laktosa dan air/elektrolit yang tidak diserap
meninggalkan usus halus sampai di kolon. Di kolon laktosa ini akan difermentasi
oleh flora normal menjadi gas (CO2, H2, dan CH4), asam lemak rantai pendek
pernafasan. Ini yang menjadi dasar uji udara pernafasan. Pembentukkan asam
lemak rantai pendek tadi diperlukan oleh tubuh karena asam lemak ini dapat
rantai pendek ini berguna untuk nutrisi kolon, membantu absorbsi air/elektrolit
Lebih kurang 70% dari nutrisi kolon berasal dari intraluminal. Karena itu
Air/eletrolit yang sampai di kolon dan hasil fermentasi tadi diserap oleh
kolonosit (colonic salvage). Bila colonic salvage dilewati, maka asam laktat
banyak dijumpai di tinja. Demikian juga bila air/elektrolit dan laktosa yang
sampai ke kolon melewati colonic salvage, maka akan menyebabkan kadar air
9
feses meningkat (diare osmotik) dan bahan-bahan reduksi (laktosa) dijumpai
dalam feses.
Defisiensi laktase sekuder juga dapat terjadi karena infeksi dari virus,
bakteri, jamur atau parasit. Pada anak usia kurang dari 2 tahun salah satu
penyebab diare yang paling sering adalah rota virus, biasanya disebabkan karena
anak pada usia kurang dari 2 tahun sedang dalam fase oral dan biasanya dipicu
oleh adanya infeksi saluran pernafasan terlebih dahulu yang menyebabkan terjadi
penurunan dari imunitas tubuh anak, sehingga muda terinfeksi dari rota virus
pelepasan dari non strktural protein kemudian terjadi aktivasi enteric nervous
kerusakan pada sitoskeleton, bagian apikal villi rusak da digantikan dengan kripta
produksi laktase menurun dan bila lokasi yang terinfeksi luas, dapat menyebabkan
10
watery diarrhea sehingga kehilangan banyak cairan. Karena kehilangan banyak
cairan dapat terjadi dehidrasi , apabila terjadi dehidrasi berat dapat mempengaruhi
jaringan yang paling longgar ( mata cekung), tidak ada air mata dan mukosa oral
kering, dan apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan syok
jaringan sehingga metabolisme ke sel menjadi menurun dan timbul lemas. Karena
penurunan kesadaran.
11
Defisiensi Laktase primer /
sekunder
Menarik air
Fermentasi
kolon
Gas (H2,CO2,CH4)
Diare osmotik 12
FR
2.7 Bagan patogenesis intolerasi laktosa secara umum (1)
< 2thn ISPA
Rota virus
masuk
Menuju ke
digestive
tract
Pelepasan
NSP 4
Ca di RE
Terakumulasi
dalam sitoplasma Merusak
enterosit sitoskeleton
Malabsorbsi
Dikolon, laktosa di pe
fermentasi terjadi Tekanan intralumen
kolonisasi bakteri
Produksi
Penarikan cairan dari
gas
ntraseluler ke intra
lumen
Distensi abdomen
Watery diarhea
Muntah
Hipovolemi
Dehidrasi
hiponatremi
Severe
Perfusi ke jar. 14
menurun Gangguan
CNS
Gambar 2.7 Patogenesis dan patofisiologi (2)
2.8 Tanda dan Gejala
Laktosa yang tidak tercerna akan menumpuk di usus besar dan
kembung dan bergas, serta diare, sekitar setengah jam sampai dua jam setelah
bergantung pada seberapa banyak laktosa yang dapat ditoleransi oleh masing-
masing tubuh. Gejala-gejala ini mirip dengan reaksi alergi susu, namun pada
kasus alergi, gejala-gejala ini timbul lebih cepat, kadangkala hanya dalam
hitungan menit.
produk yang mengandung laktosa, lama kelamaan orang tersebut dapat kehilangan
2.9 Diagnosis
a. Anamnesis
- Nyeri perut
15
- Perut kembung
- Mual
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pH Tinja
Cara kerja :
tersebut.
Hasil :
+++(1%), ++++(2%).
16
- Dicurigai adanya malabsorpsi laktosa bila didapatkan lebih
mengabsorpsi laktosa.
Cara :
Hasil :
Cara :
halus.
- Pasien kemudian ditidurkan pada sisi kanan selama 1 jam dan dilakukan foto
Hasil :
17
5. Breath Hydrogen Test
Alat :
Lactometer
Substrat :
Cara :
- Pasien dipuasakan (bayi minimal 4 jam dan anak yang lebih besar 6 - 8
jam).
- Pasien diminta untuk menarik nafas lebih kurang 5 detik dan selanjutnya
mouth piece atau bagi anak yang lebih kecil menggunakan sungkup selama 20 -
30 detik.
- Selanjutnya substrat diminumkan dan kadar gas hidrogen nafas diukur setiap 30
Hasil
- Peningkatan gas hidrogen nafas di atas 20 ppm sebelum 2 jam setelah pemberian
18
Biopsi usus halus sangat penting dan merupakan baku emas untuk mendiagnosis
berbagai macam penyakit yang menyerang mukosa usus halus. Biopsi biasanya
2.10 Penatalaksanaan
pembatasan konsumsi laktosa, seperti hanya minum segelas susu. Bagi mereka
Bagi penderita intoleransi laktosa agar terhindar dari hal – hal yang tidak
diinginkan, penting untuk membaca label pangan dengan seksama pada bagian
daftar bahan pangan (ingredient) . Produk pangan perlu dihindari / dibatasi jumlah
Seperti keju matang (mature atau ripened cheeses), mentega atau yoghurt,
karena umumnya jenis makanan ini ditoleransi lebih baik dibanding susu.
perncernaan sehingga dapat menyediakan waktu yang cukup untuk enzim laktase
19
Oleh karena akan susu lebih cepat ditransportasi dalam usus besar dan
beberapa produk susu rendah lemak juga mengandung serbuk susu skim yang
Oleh karena nilai gizi susu pada dasarnya sangat dibutuhkan tubuh.
laktosa).
Banyak penderita intoleransi laktosa dapat meminum 240 ml susu per hari,
tetapi perlu untuk mengamati/ seberapa besar tingkatan toleransi tubuh sendiri
terdapat dalam setengah cangkir susu full cream, tiga perempat cangkir es krim,
tiga perempat cangkir yoghurt, dan tiga perempat cangkir keju mentah (unripened
cheeses).
susu bubuk)
Karena produk kedelai bebas laktosa dan merupakan sumber kalsium yang
bagus dan baik untuk menggantikan susu dan produk susu lainnya.
20
Penatalaksanaan kasus intoleransi laktosa memerlukan perubahan pola
makanan yang mengandung laktosa. Bayi yang lahir dengan intoleransi laktosa
Selain dari susu dan olahannya (seperti keju dan mentega), laktosa juga
(hidden lactose) antara lain biskuit dan kue (yang mengandung susu atau padatan
susu), sereal olahan, saus keju, sop krim, puding, coklat susu, pancakes dan
pikelets, scrambled eggs, roti dan margarine (mengandung susu). Sup instant,
minuman sarapan, dressing salad, permen, sediaan suplemen, creamer untuk kopi
dan whipped cream, dan bahan olahan instant (mix), juga merupakan bahan
memperhatikan label makanan yang dibeli dengan seksama, bukan hanya untuk
kandungan 'susu' dan 'laktosa', tapi juga untuk kandungan turunan susu seperti
'whey', 'curds', 'hasil sampingan susu', 'serbuk susu', dan 'serbuk susu nonfat'. Jika
21
tersebut mengandung laktosa. Sebagai informasi tambahan, saat ini laktosa juga
susu, karena itu orang dengan intoleransi laktosa perlu konsumsi kalsium lain
selain dari susu. Rekomendasi kalsium per hari berdasarkan usia, sebagai berikut :
22
Tabel 2.10 kebutuhan kalsium sesuai usia
23
Tabel 2.10 jumlah kalsium pada makanan
protein 3,4%; laktosa 4,8%; abu 0,72%; air 87,10%; sitrat; vitamin A, B, C dan
enzim.[5]
1. Air
bahan kering.
2. Lemak
Makin banyak air makin besar globuler (butiran lemak dalam susu) dan
24
keadaan ini dikhawatirkan akan menjadi pecah. Bila globuler pecah maka
susu juga akan pecah. Dan susu yang pecah tidak dapat dipisahkan lagi
oleh krimnya, tidak dapat lagi dijadikan sebagai bahan makanan. Dan
sangatlah berarti dalam penentuan nilai gizi susu itu sendiri. Buckle et al.,
seperti :
asam lemak seperti butirat dan kaproat, yang punya bau keras, khas
hidrolisis
3. Protein
Protein rata-rata dalam susu sebesar 3.20%, terdiri dari 2.70% casein
(bahan keju), dan 0.50% albumen. Beberapa hari setelah induk sapi
melahirkan, kandungan albumin sangat tinggi pada susu dan akan normal
4. Laktosa
Kadar laktosa dalam susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman
mencret atau gangguan perut bagi orang yang tidak tahan terhadap laktosa.
25
5. Vitamin dan enzim
merupakan karbohidrat jenis disakarida yang hanya dapat ditemukan dalam susu.
Walaupun alergi susu sapi dan intoleransi laktosa berbeda, namun istilah
tersebut seringkali digunakan secara terbalik. Alergi susu sapi adalah reaksi
imunologis terhadap protein susu sapi yang melibatkan saluran cerna, kulit,
dalam susu sapi berarti rekasi non-alergik dan non-imunologis, seperti kelainan
pencernaan, absorpsi atau metabolisme dari komponen tertentu susu sapi, dalam
hal ini laktosa. Hal ini umumnya adalah kondisi yang ringan dengan gejala yang
Tabel 2.12 perbedaan anatara alergi susu sapi dan intoleransi laktosa
26
III. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
Laktosa adalah gula susu yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim
27
laktosa, tetapi diare ( dalam hal ini gastroenteritis) juga dapat
bahan lain yang terdapat dalam susu agar dapat diberikan diet yang sesuai.
Intoleransi laktosa sering disalah artikan dengan alergi susu sapi, alergi
DAFTAR PUSTAKA
1. Campbell AK, Waud JP, Matthews SB. 2005. The molecular basis of
lactose intolerance. Sci. Prog. 88, 3, 157-202.
2. Enattah NS et al. 2002. Identification of a variant associated with adult-
type hypolactasia. Nat. Genet. 30, 233-237.
3. Heyman MB. 2006. Lactose ntolerance in infants, children, and
adolescent. Ped. J. 118, 3, 1279.
4. Ingram CJ, Mulcare CA, Itan Y, Thomas MG, Swallow DM. 2009.
Lactose digestion and the evolutionary genetics of lactase persistence.
Hum. Genet. 124, 6, 579-591.
5. Madry E, Fidler E, Walkowiak J. 2010. Lactose intolerance – current state
of knowledge. Acta Sci. Pl., Tecnol. Aliment. 9 (3), 343-350.
6. Matthews SB, Waud JP, Roberts AG, Campbell AK. 2005. Systemic
lactose intolerance: a new perspective on an old problem. Postgrad. Med.
J. 81, 167-173.
7. Sinuhaji AB. 2006. Intoleransi laktosa. Majalah kedokteran nusantara 39,
4, 424- 429.
28
8. Solomons NW. 2002. Fermentation, fermented foods and lactose
intolerance. Eur. J. Clin. Nutr. 56, Suppl 4, 50-55.
9. Swallow DM. 2003. Genetics of lactase persistence and lactose
intolerance. Ann. Rev. Genet. 37, 197-219.
10. Stear GIJ, Horsburgh K, Steinman HA. Lactose Intolerance – A Review.
Current Allergy & Clinical Immunology.2005;18(3):114-119.
11. Rusynyk RA and Still CD. Lactose Intolerance. The Journal of American
Osteopathic Association. 2001;101(4):S10- S12.
12. Beyer PL. Medical Nutrition Therapy for Lower Gastrointestinal Tract
Disorders. Di dalam: Mahan K, Escott-Stump S, editor. Krause’s Food,
Nutrition, & Diet Therapy.ke-11. Philadelphia: Saunders; 2004. hlm 718-
721.
13. Vesa TH, Marteau P, Korpela R. Lactose Intolerance. Journal of The
American College of Nutrition. 2000;19(2):165S-175S.
14. Brody T. Nutritional Biochemistry. Ed ke-2. California: Academic Press;
1999. Hlm 103-115.
15. 7. Ettinger S. Macronutrients: Carbohydrates, Proteins, and Lipids. Di
dalam: Mahan K, Escott-Stump S, editor. Krause’s Food, Nutrition, &
Diet Therapy. Ed ke-11.Philadelphia: Saunders; 2004. hlm 42
29