1 Tujuan Praktikum
Memahami pengaruh denaturasi dan keberadaan inhibitor terhadap kinerja enzim
urease
A B C
2. Isi masing masing tabung reaksi dengan larutan 5 ml ureum 1% dan 1 tetes indikator
phenolphtalein 2%
Phenolphthalein
A B C ureum 1% A B C 2%
urease
eeeeee
A
4. Pada tabung B tambahkan 1 ml larutan urease yang telah dipanaskan hingga
mendidih amati perubahan warna larutan
Urease mendidih
B
7. pada tabung C, dengan mencampurkan lebih dahulu pp dengan larutan urease mentah
di tabung reaksi lain, kemudian campuran HgCl2 dengan larutan susu mentah tersebut
1
2
urease pp C Susu
Hgcl2
mentah
8. Lakukan percobaan seperti tahap 3 pada tabung D, tetapi dengan mencampurkan lebih
dahulu HgCl2 dengan larutan susu mentah di tabung reaksi, kemudian tambahkan pp
dan ureum kedalam larutan campuran, amati apa yang terjadi
2
1
urease pp C Susu
Hgcl2
mentah
5.7 Pembahasan
Praktikum kali ini, kami mengamati pengaruh denaturasi dan inhibitor terhadap
kerjaenzim urease yang terdapat pada susu kedelai. Enzim urease merubah ureum menjadi
ammonium karbonat. Kerja enzim urease akan mengakibatkan perubahan pH larutan yang
dapat dideteksi dengan timbulnya warna(Sumner, 1926). Phenolphtalein yang digunakan
sebagai indicator warna pada praktikum ini, dalam kondisi normal maka akan didapatkan
larutan berwarna merah. Suhu optimum dari enzim urease adalah 60oC. (Winarno, 1986)
Denaturasi adalah proses terpecahnya ikatan hydrogen, ikatan garam, atau bila
susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah. Dengan perkataan lain,
denaturasi adalah terjadi karena kerusakan struktur sekunder, tersier, dan kuartener tetapi
struktur primer (ikatan peptide) tetap utuh. Adapun factor-faktor penyebab terjadinya
denaturasi pada protein antara lain suhu, pH, tekanan, dan lain-lain. Proses denaturasi
berlangsung secara tetap dan tidak berubah. Suatu protein yang mengalami proses denaturasi
akan mengalami perubahan viskositas atau berkurangnya kelarutan cairan sehingga mudah
mengendap.(Puspitasari, 2006)
Inhibitor adalah suatu zat yang menghambat kerja enzim. Zat penghambat atau
inhibitor dapat menghambat kerja enzim untuk sementara atau secara tetap. Inhibitor
kompetitif adalah molekul penghmabat yang bersaing degan substrat untuk mendapatkan sisi
aktif enzim. Penghambatan inhibitor kompetitif bersifat sementara dan dapat diatasi dengan
menambah konsentrasi substrat. Inhibitor non kompetitif adalah molekul penghambat enzim
yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim. Sehingga bentuk enzim
berubah dan sisi aktif enzim tidak dapat berfungsi. Penghambatan inhibitor non kompetitif
bersifat tetap dan tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat (Lehninger 1990).
Kami membuat tiga larutan dengan kondisi yang berbeda pada masing-masing
tabung. Larutan pada tabung reaksi A diberi perlakuan ureum 5 ml ditambahkan indikator
warna phenolphtalein kemudian ditambahkan susu mentah sebanyak 1 ml. Pada tabung reaksi
B juga diberikan perlakuan demikian namun menggunakan susu matang. Pada tabung reaksi
C diberi perlakukan sedikit berbeda, yaitu setelah ureum, phenolphtalein, dan susu mentah
dicampurkan, ditambahkan lagi inhibitor non kompetitif (HgCl₂). Pada tabung reaksi D
demikian halnya seperti tabung C, namun dibedakan urutan penambahannya, yakni susu
dicampurkan dengan inhibitor (HgCl₂) terlebih dahulu kemudian ditambahkan phenolphtalein
dan ureum.
Hasil dari praktikum ini, perubahan warna hanya terjadi pada tabung reaksi A dari
berwarna putih menjadi merah muda pekat. Pada tabung reaksi B tidak terjadi perubahan
warna karena danya proses denaturasi enzim saat dipanaskan (dididihkan). Hal ini
menyebabkan modifikasi struktur enzim sehingga tidak dapat bekerja sebagai
katalis (Page,2007). Pada tabung reaksi C didapatkan warna merah muda pucat karena enzim
sudah berikatan dengan substrat, sehingga inhibitor tidak dapat menempati sisi aktif enzim
dengan sempurna. Pada tabung reaksi D tidak ditemukan adanya perubahan warna karena
adanya inhibitor non kompetitif berupa HgCl2 yang sudah berikatan dengan enzim, dimana
HgCl2 akan mengikat gugus sulfhidril (-SH) dan bersifat irreversible (Iswari,2006), dimana
dengan penambahan substrat tidak akan bisa menghilangkan inhibitor.
5.8 Kesimpulan