Anda di halaman 1dari 6

5.

1 Tujuan Praktikum
Memahami pengaruh denaturasi dan keberadaan inhibitor terhadap kinerja enzim
urease

5.2 Dasar Teori


Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel kehidupan
berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi biokimia. Dalam reaksi enzimatis, subsansi
yang terhidrolisis oleh enzim disebut substans (Supartono, 2004).
Ureases disebut juga urea amidohidrolases. Ureases merupakan enzim yang
mengkatalis hidrolisis dari urea menjadi karbon dioksida dan ammonia. Ureases adalah
sebuah protein yang ditemukan dalam bakteri, kapang, dan beberapa tanaman tingkat
tinggi. Karakteristiknya yaitu pH optimum 7,4 suhu optimum 64 celcius dengan
spesifikasi enzimatis : urea dan hidroksi urea. Beberapa tanaman memanfaatkan ureases
untuk keperluan yang sama. Ureases ditemukan dalam jumlah yang besar pada jack bean,
kacang kedelai dan beberapa biji tanaman lainnya. Ureases juga terdapat pada beberapa
jaringan binatang dan pencernaan mikroorganisme. Ureases penting dalam sejarah
enzimologi sebagai enzim pertama yang dimurnikan dan dikristalakan (Sumner, 1926).
Denaturasi Protein adalah proses perubahan struktur lengkap dan karakteristik bentuk
protein akibat dari gangguan interaksi sekunder, tersier, dan kuaterner ialysis e. Karena
fungsi biokimia protein tergantung pada tiga dimensi bentuknya atau susunan senyawa
yang terdapat pada asam amino. ( Stoker, 2010)
Hasil denaturasi adalah hilangnya aktivitas biokimia yang terjadi didalam senyawa
protein itu sendiri. Denaturasi protein juga tidak mempengaruhi kandungan struktur
utama protein yaitu C, H, O, dan N. Meskipun beberapa protein mengalami kemungkinan
untuk kehilangan kandungan senyawa mereka karakteristik ialysis e saat Denaturasi.
Namun, kebanyakan protein tidak akan mengalami hal tersebut, hanya saja tidak menutup
kemungkinan juga protein akan berubah struktur kecil didalamnya saat proses denaturasi
terjadi. Bagaimanapun, untuk perubahan denaturasi secara umum, prosesnya sama dan
tidak dapat diubah. ( Stoker, 2010)
Inhibitor merupakan senyawa yang dapat menghambat aktivitas enzim saat
ditambahkan ke dalam reaksi enzim-substrat. Terdapat dua jenis inhibitor, yaitu inhibitor
ialysis e dan ialysis e e. Inhibitor ialysis e dapat dengan cepat membentuk kompleks
ekuilibrium difusi non-kovalen terkontrol dengan enzim dan kompleks ini dapat
terdisosiasi dengan ialysis atau filtrasi gel. Sementara itu, inhibitor irreversible
membentuk ikatan kovalen dengan enzim yang tidak dapat terdisosiasi (Lehninger 1990).
5.3 Alat dan Bahan
Bahan - Larutan Ureum
- Larutan HgCl2
- Indicator phenolptalein
- Larutan sublimat
- Susu kedelai mentah dan matang
Alat - Tabung Reaksi (5)
- Pipet tetes
- Rak tabung
- Batang pengaduk

5.4 Prosedur Praktikum


1. Siapkan 3 tabung reaksi bersih, tandai masing-masing dengan A, B, dan C, D
2. Isi masing-masing tabung reaksi dengan 5 ml larutan ureum 1 %.
3. Ke dalam tabung A tambahkan 3 tetes indicator phenolphthalein 2 % dan kemudian 1
ml larutan urease. Perhatikan warna larutan yang timbul dan jelaskan mengapa
demikian
4. Lakukan percobaan seperti tahap 3 pada tabung B, tetapi dengan lebih dahulu
memanaskan 1 ml larutan urease yang akan dipakai sampai mendidih. Perhatikan apa
yang akan terjadi dan jelaskan mengapademikian.
5. pada tabung C, dengan mencampurkan lebih dahulu pp dengan larutan urease mentah
di tabung reaksi lain, kemudian campuran HgCl2 dengan larutan susu mentah tersebut
6. Lakukan percobaan seperti tahap 3 pada tabung D, tetapi dengan mencampurkan lebih
dahulu HgCl2 dengan larutan susu mentah di tabung reaksi, kemudian tambahkan pp
dan ureum kedalam larutan campuran, amati apa yang terjadi

5.5 Skema Kerja


1. Siapkan 3 tabung reaksi yang telah diberi tanda/label A B C

A B C
2. Isi masing masing tabung reaksi dengan larutan 5 ml ureum 1% dan 1 tetes indikator
phenolphtalein 2%

Phenolphthalein
A B C ureum 1% A B C 2%

3. Pada tabung A tambahkan 1 ml larutan Urease amati perubahan warna larutan.

urease
eeeeee
A
4. Pada tabung B tambahkan 1 ml larutan urease yang telah dipanaskan hingga
mendidih amati perubahan warna larutan

Urease mendidih
B

7. pada tabung C, dengan mencampurkan lebih dahulu pp dengan larutan urease mentah
di tabung reaksi lain, kemudian campuran HgCl2 dengan larutan susu mentah tersebut

1
2

urease pp C Susu
Hgcl2
mentah
8. Lakukan percobaan seperti tahap 3 pada tabung D, tetapi dengan mencampurkan lebih
dahulu HgCl2 dengan larutan susu mentah di tabung reaksi, kemudian tambahkan pp
dan ureum kedalam larutan campuran, amati apa yang terjadi
2
1

urease pp C Susu
Hgcl2
mentah

5.6 Hasil Praktikum

Tabung Perlakuan Hasil


A Ureum + PP + susu mentah Merah muda pekat
B Ureum +PP + susu matang Putih
C Ureum + PP + susu mentah + HgCl₂ Merah muda pucat
D Susu mentah + HgCl₂ + PP + Ureum putih

5.7 Pembahasan
Praktikum kali ini, kami mengamati pengaruh denaturasi dan inhibitor terhadap
kerjaenzim urease yang terdapat pada susu kedelai. Enzim urease merubah ureum menjadi
ammonium karbonat. Kerja enzim urease akan mengakibatkan perubahan pH larutan yang
dapat dideteksi dengan timbulnya warna(Sumner, 1926). Phenolphtalein yang digunakan
sebagai indicator warna pada praktikum ini, dalam kondisi normal maka akan didapatkan
larutan berwarna merah. Suhu optimum dari enzim urease adalah 60oC. (Winarno, 1986)
Denaturasi adalah proses terpecahnya ikatan hydrogen, ikatan garam, atau bila
susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah. Dengan perkataan lain,
denaturasi adalah terjadi karena kerusakan struktur sekunder, tersier, dan kuartener tetapi
struktur primer (ikatan peptide) tetap utuh. Adapun factor-faktor penyebab terjadinya
denaturasi pada protein antara lain suhu, pH, tekanan, dan lain-lain. Proses denaturasi
berlangsung secara tetap dan tidak berubah. Suatu protein yang mengalami proses denaturasi
akan mengalami perubahan viskositas atau berkurangnya kelarutan cairan sehingga mudah
mengendap.(Puspitasari, 2006)
Inhibitor adalah suatu zat yang menghambat kerja enzim. Zat penghambat atau
inhibitor dapat menghambat kerja enzim untuk sementara atau secara tetap. Inhibitor
kompetitif adalah molekul penghmabat yang bersaing degan substrat untuk mendapatkan sisi
aktif enzim. Penghambatan inhibitor kompetitif bersifat sementara dan dapat diatasi dengan
menambah konsentrasi substrat. Inhibitor non kompetitif adalah molekul penghambat enzim
yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim. Sehingga bentuk enzim
berubah dan sisi aktif enzim tidak dapat berfungsi. Penghambatan inhibitor non kompetitif
bersifat tetap dan tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat (Lehninger 1990).
Kami membuat tiga larutan dengan kondisi yang berbeda pada masing-masing
tabung. Larutan pada tabung reaksi A diberi perlakuan ureum 5 ml ditambahkan indikator
warna phenolphtalein kemudian ditambahkan susu mentah sebanyak 1 ml. Pada tabung reaksi
B juga diberikan perlakuan demikian namun menggunakan susu matang. Pada tabung reaksi
C diberi perlakukan sedikit berbeda, yaitu setelah ureum, phenolphtalein, dan susu mentah
dicampurkan, ditambahkan lagi inhibitor non kompetitif (HgCl₂). Pada tabung reaksi D
demikian halnya seperti tabung C, namun dibedakan urutan penambahannya, yakni susu
dicampurkan dengan inhibitor (HgCl₂) terlebih dahulu kemudian ditambahkan phenolphtalein
dan ureum.
Hasil dari praktikum ini, perubahan warna hanya terjadi pada tabung reaksi A dari
berwarna putih menjadi merah muda pekat. Pada tabung reaksi B tidak terjadi perubahan
warna karena danya proses denaturasi enzim saat dipanaskan (dididihkan). Hal ini
menyebabkan modifikasi struktur enzim sehingga tidak dapat bekerja sebagai
katalis (Page,2007). Pada tabung reaksi C didapatkan warna merah muda pucat karena enzim
sudah berikatan dengan substrat, sehingga inhibitor tidak dapat menempati sisi aktif enzim
dengan sempurna. Pada tabung reaksi D tidak ditemukan adanya perubahan warna karena
adanya inhibitor non kompetitif berupa HgCl2 yang sudah berikatan dengan enzim, dimana
HgCl2 akan mengikat gugus sulfhidril (-SH) dan bersifat irreversible (Iswari,2006), dimana
dengan penambahan substrat tidak akan bisa menghilangkan inhibitor.
5.8 Kesimpulan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh denaturasi dan keberadaan


inhibitor terhadap kinerja enzim urase. Pada praktikum kali ini, larutan ureum ditambahkan
dengan indicator PP. Penambahan indikator PP berfungsi sebagai indikasi adanya enzim urase
dan zat yang dikatalis karena enzim urase bersifat basa (alkali) sehingga warna dapat berubah
menjadi merah muda. Pada praktikum ini enzim diberlakukan dengan tiga perlakuan, yaitu
pada suhu normal, dengan pemanasan, serta dengan penambahan inhibitor.
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa pada tabung reaksi A dari berwarna putih
menjadi merah muda pekat. Pada tabung reaksi B tidak terjadi perubahan warna karena danya
proses denaturasi enzim saat dipanaskan (dididihkan). Hal ini menyebabkan modifikasi
struktur enzim sehingga tidak dapat bekerja sebagai katalis (Page,2007). Pada tabung reaksi
C didapatkan warna merah muda pucat karena enzim sudah berikatan dengan substrat,
sehingga inhibitor tidak dapat menempati sisi aktif enzim dengan sempurna. Pada tabung
reaksi D tidak ditemukan adanya perubahan warna karena adanya inhibitor non kompetitif
berupa HgCl2 yang sudah berikatan dengan enzim, dimana HgCl2 akan mengikat gugus
sulfhidril (-SH) dan bersifat irreversible, dimana dengan penambahan substrat tidak akan bisa
menghilangkan inhibitor.
Daftar Pustaka
Stoker, H. Stephen. 2010. General, Organic, And Biological Chemistry Fifth Edition Page
684 . Cengage Learning : Belmont, CA USA
https://www.researchgate.net/publication/23306202_HgCl2_an_inhibitor_of_aquaporins_enh
ances_root_water-pumping_activity (online)(31 mei 2018)
http://jurnallku.blogspot.com/2017/09/denaturasi-protein-sri-yuningsih-nyimas.html (online)
(31 mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai