Anda di halaman 1dari 7

nfo Terbaru Jika Anda Berencana untuk

Beriklan di Youtube
1. Audiens Lebih Memilih untuk Melihat Iklan di
Youtube Daripada Facebook

Kita semua tahu, kalau YouTube sudah menjadi ‘rajanya’ platform untuk
video di dunia maya.

Platform yang didirikan pada Februari 2005 tersebut mulai menarik mata
para penontonnya. Konsistensi YouTube yang hanya berfokus pada video,
menjadikannya sebagai top social media.

2 tahun kemudian, YouTube mengeluarkan fitur iklan dan hingga saat ini,
para pengiklan dapat memilih dari 6 format iklan yang berbeda.

Di sisi lain, menurut penelitian yang dilakukan Animoto.com pada tahun


2006, iklan video didominasi oleh Facebook.

Studi dari 1.000 konsumen dan 500 marketers, menunjukan bahwa 60%
konsumen menonton konten harian iklan video di Facebook dan 55%
menonton dari Youtube.
Baca selengkapnya di : The State of Social Video: Marketing in a Video-
First World

Bagaimana pun, ketertarikan seseorang akan jenis social medianya


tergantung pada masing-masing orang.

Facebook masih memimpin dengan 49% atas survey ketertarikan


konsumen pada konten video iklan. Sementara Youtube berada di tempat
kedua dengan 32%.

Point Penting
Ketika YouTube menawarkan opsi mid-roll ads, dan Facebook pun
memutuskan untuk memulai hal yang sama dengan YouTube, ternyata hal
tersebut mempengaruhi engagement konsumennya.

Pada umumnya konsumen tidak menyukai dengan adanya perubahan.

Apalagi, yang jika berhubungan dengan platform social media yang mereka
gunakan sehari-hari seperti Facebook.

Hal tersebut juga akan menjadi isu yang besar. Bukan berarti semua
konsumen tidak menyukai adanya perubahan.

Bagi sebagian orang, perubahan merupakan sebuah penyegaran yang


mestinya di lakukan agar tidak terkesan monoton, namun tetap harus
konsisten.

2. Iklan dengan Daya Tarik Produk

Social Media Marketing 101 mengatakan bahwa Anda harus mengetahui


target audience Anda dan rangkul mereka dalam usaha Anda.

Lalu, bagaimana kalau Anda tidak menargetkan target audience Anda?


Apakah akan lebih baik dan menghemat budget?

Menurut Strike Social’s 2017 YouTube Advertising Benchmark Report,


ada sekelompok konsumen konten YouTube yang menurut laporannya “tidak
diketahui”.

Dinamai demikian karena informasi demografis dari sekelompok orang


tersebut tidak dapat diketahui.
Jadilah hal tersebut sebagai kekurangan ketika beriklan. Karena, bisa jadi
iklan tersebut diterima oleh orang yang bukan target audience kita.

Namun, data dari Strike Social’s 2017 menunjukan bahwa individu yang
tidak diketahui memiliki view rate (VR) 29,5% (6,5% lebih tinggi dari rata-
rata) dan tingkat biaya per tampilan (CPV) sebesar $ 0,034 (hampir 23%
lebih rendah dari rata-rata).

Bila jenis kelamin audience tidak diketahui, VR turun sedikit menjadi 28%
dan CPV naik sedikit ke $ 0,039.

Point Penting

Pendekatan ini sangat cocok untuk produk dan layanan yang bersifat
gender atau usia serta memiliki daya tarik universal.

3. Minat Audience dan User Device Mempengaruhi


Tampilan Iklan
Data yang dikumpulkan oleh Strike Social menunjukkan bahwa minat
seseorang untuk memberikan insight tentang penerimaan mereka terhadap
iklan di YouTube.

Misalnya, Strike Social menemukan bahwa yang mencari sensasi memiliki


view rates (VR) yang tinggi di beberapa negara.

Ketertarikan penonton yang lainnya adalah pada hal – hal yang tentang
makanan.

Hal ini dibuktikan oleh beberapa postingan di YouTube yang menampilkan


wisata kuliner, keunikan kuliner dari berbagai belahan dunia, tutorial
memasak dan lain – lain.

Melihat keadaan seperti itu, produsen – produsen makanan mulai bergerak


untuk beriklan di YouTube.

Perhatikan juga, perangkat apa yang target audience Anda pakai untuk
menonton iklan di Youtube?

Apakah itu pakai PC atau ponsel? Menurut survey, separuh dari penonton
YouTube menonton menggunakan ponsel.

Point Penting

Jangan takut untuk menargetkan audience yang keperluannya belum tentu


sesuai dengan pembeli utama Anda.
Meskipun Anda tidak akan mengubah target audience Anda secara
keseluruhan, Anda harus melakukan test A / B untuk segmen yang
berbeda.

Sehingga Anda mendapatkan perbandingan tentang bagaimana grup baru


ini merespon iklan Anda.

4. Marketer Tetap Tertarik dengan YouTube

Seperti yang kita tahu bahwa iklan di YouTube sudah semakin banyak.

Terbukti ketika Anda membuka sebuah video di YouTube, baik pada


bagian awal, tengah maupun akhir konten ada saja iklan yang muncul.

Marketer menganggap beriklan di YouTube lebih efektif dan efisien.


Sehingga tidak heran jika YouTube menjadi “primadona” para marketer
untuk beriklan.

Menurut, laporan dari Social Media Examiner menemukan bahwa 65% dari
5.000 lebih responden yang telah berkecimpung dalam bisnis lebih dari 3
tahun melaporkan bahwa mereka masih tertarik menggunakan YouTube dalam
rencana promosi social media mereka.

44% dari responden juga berencana untuk meningkatkan budget iklan


mereka di YouTube.

Kesimpulan
Para marketer social media masih menganggap kalau YouTube adalah
sebagai pilihan tempat untuk beriklan yang ok.

Karena selain konten yang dimuat berjenis audio visual yang sangat
mempengaruhi pemahaman target audience, YouTube juga tidak pernah
luput dari keseharian pengguna social media.
Di sinilah kesempatan para marketer untuk menyebarkan informasi
mengenai produknya dengan beriklan di YouTube.

Tapi tentunya dengan cara dan gaya masing – masing marketer yang
sesuai dengan karakter target audiencenya.

Semoga bermanfaat.

Anda ingin mendapatkan informasi terbaru dan belajar lebih jauh soal
digital marketing & strategi social media? Temukan jawabannya di DM
Labs!

Bila Anda memiliki kesulitan atau cerita atau pengalaman menarik tentang
beriklan di YouTube atau ada info terbaru tentang social media, sampaikan
saja ke Digitalmarkerter.id dan pembaca lainnya dengan mengisi kolom
komentar di bawah ini.

Anda mungkin juga menyukai