Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia terhampar dari Sabang hingga Marauke. Seperti yang diketahui
bersama, Indonesia sebagai negara kepulauan terbentuk dari keberagaman suku,
adat-istiadat, dan bahasa. Dengan kondisi sosial budaya Indonesia yang begitu
heterogen, pandangan hidup atau ideologi sebagai sebuah dasar negara menjadi
praktis sangat dibutuhkan. Indonesia membutuhkan sebuah ideologi netral yang
bisa memayungi dan merangkul semua budaya dari berbagai lapisan masyarakat.
Sebuah ideologi sebagai pemersatu bangsa yang ada di Indonesia tidak
lain adalah Pancasila. Secara harfiah, menurut kamus umum bahasa Indonesia
ideologi adalah sebuah sistem kepercayaan yang menerangkan, membenarkan
suatu tatanan yang ada atau yang dicita-citakan dan memberikan strategi berupa
prosedur, rancangan, instruksi, serta program untuk mencapainya. Di pihak yang
sama, Shawn T. & Sunshine H. (2005) membenarkan bahwa ideologi adalah
sebuah sistem pandangan umum tentang sesuatu hal. Sebuah sistem yang dari
awal di cetuskan telah menjadi sebuah dasar dari berbagai aspek kehidupan
bangsa. Pancasila yang terjabar secara konstitusional telah menjadi asas normatif-
filosofis-ideologis-konstitusional bangsa, yang menjadi dasar dari cita budaya dan
moral politik nasional (Dwirini, A. 2011).
Di era globalisasi ini banyak nilai-nilai Pancasila yang begitu penting telah
tergeser oleh nilai-nilai dan pola pikir kebaratan yang tidak sesuai dengan budaya
Indonesia yang ketimuran. Hal berakibat adanya krisis moral yang terjadi pada
bangsa Indonesia di berbagai lapisan masyarakat, mulai dari para elite-elite politik
hingga individu-individu. Selain itu hal ini merupakan ancaman bagi bangsa
Indonesia untuk menjaga nilai-nilai Pancasila agar tidak tenggelam dengan selalu
mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan kriminal
seperti pengeboman, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, korupsi, kolusi,
dan nepotisme sudah menjadi masalah yang sering terjadi. Hal ini terjadi karena
manusia telah melupakan hakekatnya sebagai makhluk yang berTuhan, makhluk
sosial, dan makhluk pribadi sehingga tidak lagi menjalankan tugas sebagaimana
mestinya. Sifat dasar manusia yang serakah dan selalu ingin mendapatkan lebih

1
adalah salah satu hal penyebabnya. Selain itu manusia tidak bisa mengendalikan
sifat dasarnya yaitu menghalalkan segala cara hingga mengesampingkan bahkan
menghilangkan etika dan moral kehidupan serta menyimpang dari norma
Pancasila. Dari situlah awal mula masalah tersebut muncul. Kami meyakini
bahwa selain faktor-faktor yang bersifat internal seperti yang diatas, ada peran
dari faktor-faktor eksternal yang ikut menggeser dan melunturkan nilai-nilai
Pancasila, sebagai contoh adalah kehadiran internet. Di dalam internet terdapat
berbagai macam informasi yang kita butuhkan apabila kita adalah seorang
akademisi, akan tetapi di dalam internet pula banyak hal-hal negatif yang apabila
kita tidak menjaga diri kita dari pengaruh buruk internet, maka akan terjadi suatu
degradasi sosial dan degradasi moral karena kita tidak bisa membedakan mana
yang benar dan mana yang salah. Sehingga pada akhirnya masyarakat luas akan
semakin melupakan jati dirinya sebagai warga Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan bukan tidak mungkin apabila kita tidak menjaga diri kita dari
ancaman lunturnya nilai-nilai Pancasila di masyarakat, kita akan menjadi negara
tanpa ciri-ciri khusus yang menunjukkan kita sebagai seorang warga negara
Indonesia.
Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap
menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan adanya
globalisasi batasan-batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai
kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat. Hal ini dapat
memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa Indonesia, jika kita dapat
memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari dampak globalisasi tentunya
globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah wawasan
dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di dunia. Tapi jika kita tidak
dapat memfilter dengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampak globalisasi
dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan indonesia.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang penulis
ambil dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh internet dalam era globalisasi di Indonesia ?
2. Bagaimana peran Pancasila dalam menghadapi era globalisasi ?
1.3 Tujuan

2
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh internet dalam era globalisasi di Indonesia
2. Untuk mengetahui peran Pancasila dalam menghadapi era globalisasi

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Internet
Internet adalah kumpulan atau jaringan dari komputer yang ada
diseluruh dunia. Internet (kependekan dari Interconnection-Networking) secara
harfiah ialah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung
menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani
miliaran pengguna di seluruh dunia.
Pengertian internet menurut para ahli :
1. Lani Sidharta, menyatakan bahwa internet adalah suatu interkoneksi
sebuah jaringan komputer yang dapat memberikan layanan informasi
secara lengkap. Dan, terbukti bahwa internet dilihat sebagai media maya
yang dapat menjadi rekan bisnis, politik, sampai hiburan. Semuanya
tersaji lengkap di dalam media ini.
2. Khoe Yao Tung menyatakan bahwa intenet adalah jaringan yang satelit
komunikasi yang fungsinya sangat beragam dan tentu merupakan
pendukung internet di seluruh dunia
Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa internet
adalah suatu jaringan komunikasi antara komputer yang besar, yang mencakup
seluruh dunia dan berbasis pada sebuah protocol yang disebut TCP/IP
(Tranmission Control Protocol / Internet protocol). Selain itu internet dapat
disebut sebagai sumber daya informasi yang dapat digunakan oleh seluruh dunia
dalam mencari informasi.

2.2 Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di
seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer,
dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit.

4
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok,
dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu
sama lain yang melintasi batas Negara.
Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah
suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap
individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki
definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga
bergantung dari sisi mana orang melihatnya.

2.3 Pancasila
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India
(bahasa kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta.
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila”
memilki dua macam arti secara leksikal yaitu : “panca” yang artinya lima, “syila”
vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar” . “syiila” vokal i pendek
artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”.
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa
diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu
secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca
Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima”
atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca
Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Internet pada Era Globalisasi di Indonesia


Dalam beberapa tahun belakangan ini, pengguna internet di Indonesia
terus bertambah seiring dengan semakin canggih dan bertambahnya dukungan
infrastruktur yang diberikan. Pengguna internet di Indonesia juga mengalami
pergeseran. Sebagian besar pengguna internet pada saat sekarang ini bukan hanya
berasal dari kalangan berduit saja, akan tetapi dengan kehadiran dukungan
infrastruktur seperti warnet, hotspot gratis dan layanan koneksi internet dial up
seperti telkomnet instan yang menawarkan tarif per jam telah membuat kalangan
menengah juga bisa mengakses internet dengan harga yang jauh lebih murah
apabila dibandingkan dengan paket-paket yang ditawarkan oleh perusahaan ISP
(Internet Service Provider). Akan tetapi, kemudahan mengakses internet di
Indonesia telah menimbulkan banyaknya dampak, baik yang bersifat positif dan
bersifat negatif. Internet pada kenyataannya sekarang ini, memang banyak
memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat Indonesia, informasi
yang bisa diambil dari internet sangatlah banyak sehingga dapat digunakan
sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat Indonesia. Dan diterapkan oleh
kalangan mahasiswa dan pelajar di Indonesia di mana untuk pengerjaan tugas
sekolah atau pencarian bahan kuliah telah menggunakan sumber daya internet (e-
learning). Selain itu, internet juga dapat digunakan untuk bersosialisasi dan
menambah teman yang tentu saja semakin berdampak baik bagi persatuan dan
kesatuan masyarakat Indonesia (e-society).
Internet juga dapat digunakan sebagai sarana pelayanan kepada
masyarakat oleh perusahaan atau pemerintah, konsep e-government, e-banking, e-
commerce yang banyak diterapkan oleh berbagai macam perusahaan atau
pemerintah daerah pada saat sekarang ini menyebabkan pelayanan yang dapat
diberikan kepada masyarakat Indonesia menjadi semakin mudah dan cepat.
Banyaknya dampak positif yang diberikan oleh internet pada kehidupan
masyarakat Indonesia ternyata berbanding lurus dengan dampak negatif yang
diberikan oleh internet. Penyalahgunaan sumber daya internet pada saat sekarang

6
ini telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan sehingga diperlukan campur
tangan pemerintah untuk membangun konsep pengawasan penggunaan internet di
Indonesia. Beberapa dampak negatif yang diberikan antara lain adalah, maraknya
pembajakan terhadap hak cipta musik atau film, rusaknya moral generasi muda
akibat mudahnya mengakses materi-materi informasi yang tidak sesuai untuk
tingkatan umur, provokasi yang dilakukan dan ditujukan terhadap golongan
tertentu serta pemberian akses informasi yang salah kerap terjadi di internet.

3.2 Peran Pancasila dalam Menghadapi Globalisasi


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para
pendiri bernegara, berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga
tidak mampu untuk menggantikan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,
pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar
negara, itu membuktikan bahwa Pancasila merupakan ideologi yang sejati untuk
bangsa Indonesia. Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa
mengancam eksistensi kepribadian bangsa dan kini mau tak mau, suka tak suka,
bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat
bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jati diri, kendati hidup
ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa
asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan
membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka
kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur
Pancasila.
Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang
jelas antar setiap bangsa Indonesia, rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka
diri. Dahulu, sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya
hindu, islam, serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme.
Pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk
kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang ini wajah
kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud
lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi
penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama
seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan. Dalam

7
pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia
luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-
bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang terkenal anti dunia
luar tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka, kini konsep
pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri.
Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa
Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan,
dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal
dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan
rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik
dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai
budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak
dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila
sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia
konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar
yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam
kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia tengah
berada pada titik nadir. Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak
mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang
sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar
serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam
sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi
yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham
liberalisme. Padahal, negara Indonesia, seperti ditegaskan dalam pidato Bung
Karno di depan Sidang Umum PBB—menganut faham demokrasi Pancasila yang
berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat. Sistem
politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan
semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya
dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa
demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM)
dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli
apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar, khususnya

8
faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat
Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan
rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini,
konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya
memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata.
Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-
nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila
sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di
atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat
memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan
jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa
mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta
mencari solusi dari persoalan tersebut.

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Bangsa dan negara Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya
tantangan globalisasi, terutama dengan adanya internet yang memiliki dampak
positif dan negative masing-masing. Dengan menjadikan pancasila sebagai
pedoman dalam menghadapi globalisasi bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga
eksistensi dan jatidiri bangsa Indonesia. Dan dengan adanya pendidika pancasila
diharapkan para pemuda penerus bangsa ini tidak akan terlalu terpengaruh dengan
budayaluar yang akan mempengaruhi budaya di Indonesia yang telah turun
termurun diwariskan oleh pendahulu kita.

4.2 Saran
Sebagai generasi muda, kita seharusnya membentengi diri dengan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan nilai-nilai Pancasila, dan juga harus lebih pintar
dan bijak dalam memanfaatkan internet. Sehingga dampak negatif yang akan
ditimbulkan dapat langsung diminimalisir.

10

Anda mungkin juga menyukai