Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDALUHUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berarti membina manusia
seutuhnya baik secara intelektual maupun prilakunya, yang didalamnya memuat kegiatan
interaksi antara pendidik dan peserta didik yang meliputi transfer materi pembelajaran dan
pengalaman. Dalam proses belajar mengajar tersebut yang menjadi objeknya adalah siswa
atau peserta didik. Proses belajar mengajar dalam sebuah pendidikan bertujuan untuk
mendidik, membimbing dan mengarahkan siswanya sesuai dengan tujuan pendidikan
tersebut agar tercapainya tujuan pendidikan nasional. Guru sebagai pendidik dituntut untuk
bertanggung jawab atas perkembangan pesesta didik. Karena itu guru dalam proses
pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat
membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar.
Terlepas dari itu semua, untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan tersebut maka
diperlukan suatu sistem bimbingan belajar untuk mengatasi setiap permasalahan yang
menjadi sebuah kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran tersebut, dan untuk
mengatasi permasalahan yang dialami siswa tersebut terlebih dahulu dilakukan diagnosa
kesulitan yang dialami siswa. Guru harus mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar. Guru harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, karena
kesulitan belajar akan bersumber pada faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Dari uraian di atas, maka penyusun menuangkan hal tersebut dalam makalah ini, namun
dalam batasan mengenai “Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Proses
Belajar Mengajar (PBM)”.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari diagnosis kesulitan belajar ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ?
3. Apa saja yang menjadi tingkat dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa?
4. Bagaimana kedudukan diagnosis kesulitan belajar dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM) ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang dimaksud ialah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian diagnosis kesulitan belajar (DKB).

1
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
3. Mengetahui tingkat dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa.
4. Mengetahui kedudukan diagnosis kesulitan belajar dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM).
1.4. Manfaat
1. Menambah pengetahuan pembaca mengenai pengertian dari diagnosis kesulitan
belajar secara umum.
2. Memberikan wawasan kepada pembaca tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar serta tingkat dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa.
3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kedudukan diagnosis kesulitan
belajar dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar dalam PBM
Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan
atau mentransfer bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik
dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan
memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosis
kesulitan belajar.
Pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu
dipahami yakni diagnosis dan kesulitan belajar. Banyak ahli yang mengemukakan
pendapatnya mengenai pengertian diagnosis, salah satunya ialah dari Harriman.
Menurut Harriman, diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah
penyesuaian dari pola-pola gejala-gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses
pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang bermasalah. Sedangkan kesulitan
belajar memiliki pengertian yakni suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang
ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah
ditetapkan. Hal ini berarti kesulitan belajar itu menunjukkan adanya jarak antara
prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh
peserta didik. Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan
proses menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar
dengan meneliti penyebabnya dan dengan cara menganalisis gelaja-gejala kesulitan
atau hambatan belajar yang nampak.
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut John B. Caroll adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar diantaranya yaitu :
a Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan suatu bahan yang telah ditetapkan.
Misalnya dalam satu semester.
b Usaha yang dilakukan oleh individu (siswa) untuk menguasai bahan tersebut.
c Bakat siswa (yang bersifat sangat individual) terhadap bahan pelajaran itu.
d Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran, misalnya strategi
pengajaran yang digunakan oleh guru.
e Kemampuan siswa untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari
keseluruhan PBM yang sedang diikutinya.

2.3. Tingkat dan Jenis Kesulitan yang Dihadapi Siswa

3
Bakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa dan
bakat yang dimiliki satu siswa dengan siswa yang lainnya sangatlah berbeda. Hal ini
mengingatkan guru sebagai pendidik bahwa siswa yang kurang berbakat dalam suatu
mata pelajaran akan memerlukan waktu yang lebih lama dan usaha yang ekstra untuk
memahami pelajaran tersebut. Ini berarti, berikanlah waktu yang bervariasi kepada
siswa tersebut agar mereka dapat mencapai penguasaan bahan ajar dengan tuntas dan
diberikan metode atau cara yang tepat untuk mereka apabila mereka mengalami
kesulitan. Ada lima jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa dalam kegiatan
pembelajaran (http://gebriellucifer.blogspot.co.id/2011/08/diagnosis-kesulitan-
belajar.html). Kelima jenis kesulitan tersebut adalah :
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya
tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh
adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa
yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan
sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari
yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental atau gangguan
psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang
tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena
tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat
unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau
malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

4
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga
hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Selain dari jenis-jenis kesulitan belajar siswa, adapun tingkat kesulitan yang dihadapi
siswa yakni :
1. Kesulitan belajar ringan yakni kesulitan yang biasanya dijumpai pada peserta
didik yang kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran.
2. Kesulitan belajar sedang yakni kesulitan yang dijumpai pada peserta didik
yang mengalami gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik,
misalnya faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor pergaulan dan
sebagainya.
3. Kesulitan belajar berat yakni kesulitan yang dijumpai pada peserta didik yang
mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra, tuna
daksa dan sebagainya.
2.4. Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar dalam KBM
Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai
dengan penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang diwujudkan
dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik. Sebaliknya peserta didik dikatakan belum
berhasil dalam belajarnya atau gagal dalam belajarnya yang diwujudkan dalam
bentuk nilai rendah. Hal ini berarti peserta didik belum mampu menguasai bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Kaitannya dengan konsep belajar tuntas (mastery learning) tingkat
penguasaan bahan pelajaran biasanya ditetapkan antara 75% - 90%. Bila peserta
didik belum mampu menguasai bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka
peserta didik tersebut harus dibantu sampai mencapai penguasaan bahan pelajaran
seperti yang telah ditetapkan. Menurut John B. Carol (1986) apabila peserta didik
diberi kesempatan menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan mereka
menggunakan dengan sebaik-baiknya maka mereka akan mencapai tingkat hasil
belajar seperti yang diharapkan. Jadi peserta didik yang memiliki kecakapan normal,
apabila diberi kecukupan waktu untuk belajar maka mereka akan mampu
menyelesaikan tugas-tugas belajarnya selama kondisi yang tersedia menguntungkan.
Lebih ditegaskan oleh seorang tokoh pendidikan, James H. Block (1971)
mengemukakan konsep belajar tuntas (KBT) ini lebih menekankan kepada
strateginya pada kegiatan individual. KBT yang dikemukakannya ini terutama
menekankan kepada usaha penguasaan bahan pelajaran secara aktual, dengan jalan
yakni membantu siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam
menghadapi kesulitan, menyediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk belajar

5
sesuai dengan kecepatan belajar yang dimilikinya secara individual, membatasi
ruang lingkup bahan yang harus dipelajari siswa dengan tingkat kesulitan tertentu.
Namun tentunya banyak faktor yang menyebabkan ketidak berhasilan dalam PBM,
yaitu dalam mencapai ketuntasan bahan. Diantara faktor-faktor itu adalah siswa yang
sedang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlibat dalam
proses. Agar setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan, yang berarti
dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, maka pengorganisasian
pengajaran diatur menjadi satuan dasar yang diatur secara logis dan sistematis,
penguasaan terhadap satu unit tertentu hendaknya dipersyaratkan sebelum siswa
melanjutkan ke unit atau satuan bahan berikutnya, bahan pelajaran disusun mulai
dari yang sederhana menuju ke yang lebih komplek (mulai dari yang lebih mudah ke
yang lebih sukar) dan penggunaan tes diagnostik kemajuan dapat diberikan setelah
siswa menyelesaikan kegiatan belajar untuk satuan pelajaran tertentu, sebagai
balikan (feedback) mengenai kecepatan cara belajar siswa dan tingkat penguasaan
bahan yang sudah diperolehnya.
Oleh karena itu, yang terpenting dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan
adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa, agar
pengajaran perbaikannya dapat dilaksanakan dengan tepat. Bila ditemukan sejumlah
siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan ketuntasan yang telah ditetapkan, maka
kegiatan diagnosis kesulitan hendaknya ditujukan kepada yakni :
1. Bakat siswa
2. Tingkat ketekunan dan usaha yang dilakukan siswa untuk menguasai bahan
3. Waktu yang tersedia (sesuai dengan bakat dan tingkat usahanya)
4. Kualitas pengajaran (sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa)
5. Kemampuan siswa untuk memahami bahan pelajaran dan tugas-tugasnya
6. Tingkat dan jenis kesulitan yang dialami siswa, sehingga dapat ditentukan
pengajaran perbaikannya, apakah cukup dengan jalan mengulang dengan cara
yang sama, atau dengan mengambil alternatif kegiatan lain melalui
pengajaran remedial.

Dengan demikian, kedudukan diagnosis kesulitan belajar adalah


menemukan letak kesulitan belajar siswa, lalu menentukan kemungkinan cara
mengatasinya dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kegiatan belajar.

6
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah
atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti
penyebabnya dan dengan cara menganalisis gelaja-gejala kesulitan
atau hambatan belajar yang nampak.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya waktu
yang disediakan, usaha yang dilakukan, bakat siswa, kualitas
pengajaran dan kemampuan siswa.
3. Jenis-jenis kesulitan belajar ada lima yakni Learning Disorder,
Learning Disfunction, Under Achiever, Slow Learner dan Learning
Disabilities. Selain itu adapun tiga tingkat kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa yaitu kesulitan belajar ringan, kesulitan belajar
sedang dan kesulitan belajar berat.
4. Kedudukan diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan letak
kesulitan belajar siswa, lalu menentukan kemungkinan cara
mengatasinya dengan memperhitungkan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar.
3.2. Saran
Dari paparan makalah tersebut maka kita sebagai calon pendidik
harus mampu memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual,
agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat
mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

Anda mungkin juga menyukai