Anda di halaman 1dari 8

Omo Sebua dan Omo Hada, Rumah Tradisional Nias yang Tahan Gempa

Cover : Omo sebua (Sumber: xdesignmw.wordpress.com)

Omo Sebua adalah gaya rumah tradisional masyarakat Nias dari kepulauan Nias,
Indonesia. Rumah ini hanya dibangun untuk kepala desa dan biasanya terletak di pusat
desa. Omo Sebua dibangun di atas tumpukan kayu ulin besar dan memiliki atap yang
menjulang. Budaya Nias, yang dulunya sering terjadi perang antar desa, membuat desain
Omo Sebua dibuat untuk tahan terhadap serangan. Satu-satunya akses masuk ke dalam
rumah adalah melalui tangga sempit dengan pintu kecil di atasnya. Bentuk atapnya yang
curam dapat mencapai ketinggian hingga 16 meter. Selain memiliki pertahanan yang
kuat, Omo Sebua telah terbukti tahan terhadap gempa.

Rumah adat Nias Utara (Sumber: sisteminformasipulaunias.wordpress.com)

Bangunan ini memiliki pondasi yang berdiri di atas lempengan batu besar dan balok
diagonal yang juga berukuran besar serta bahan-bahan lainnya yang dapat meningkatkan
fleksibilitas dan stabilitas terhadap gempa bumi. Atap pelana di bagian depan dan
belakang juga memberikan perlindungan yang sangat baik terhadap hujan.

Omo Hada (Sumber: flickr.com)

Omo Hada, sama seperti Omo Sebua, merupakan rumah rakyat jelata yang berbentuk
persegi. Untuk tindakan perlindungan, pintu dibuat untuk menghubungkan setiap rumah,
yang memungkinkan warga desa untuk berjalan di sepanjang teras tanpa harus
menginjakkan kaki di tanah.

7000 tahun yang lalu, Imigran yang berasal dari Asia Tenggara mulai menghuni bagian
tengah Pulau Nias dan mulai mengembara serta mendirikan hunian di daerah pedalaman.
Namun, mereka tidak dapat bersatu lagi karena tidak memahami perpetaan hingga
akhirnya mereka terpecah menjadi 3 bagian, yaitu wilayah tengah, Selatan dan Utara. Di
antara masing-masing wilayah ini, terdapat perbedaan bahasa, kelompok masyarakat, dan
budaya. Demikian pula ada perbedaan pada arsitektur bangunannya.

Rumah Nias Utara (Sumber: www.northniastourism.com)

Nias Utara

Rumah di Nias Utara memiliki atap loteng yang lebar dan kisi-kisi jendela yang besar
sehingga dapat memberikan penerangan yang maksimal di siang hari dan juga ventilasi
yang baik. Kisi-kisi jendela serta ruang pada bagian atap yang luas membuat sirkulasi
udara dapat masuk ke dalam rumah dan menciptakan suhu yang sejuk di dalam rumah.
Pondasi rumah Nias Utara (Sumber: www.kompasiana.com)

Lantai utama dibagi menjadi ruang pertemuan, Talu Salo, dan kamar tidur. Dapur dan
kamar mandi berada di paviliun di bagian belakang rumah. Mereka hanya memiliki
sedikit perabotan. Barang-barang mereka kebanyakan diletakkan di dalam lemari atau
peti. Furnitur yang penting diletakkan di sepanjang kisi-kisi jendela yang biasanya
digunakan sebagai kursi.

Untuk memaksimalkan elastisitas konstruksi bangunan, pilar-pilar tidak didirikan di atas


tanah, melainkan di atas pondasi batu. Hal ini merupakan teknik perlindungan untuk
menghindari kontak langsung antara tanah dengan kayu agar konstruksinya dapat tahan
lebih lama.

Ornamen pada rumah


Nias Tengah (Sumber: www.kompasiana.com)

Nias Tengah
Sebenarnya sejarah dari pemukiman Nias berawal dari Nias Tengah, tetapi semakin ke
sini arsitektur bangunan tampak seperti Peranakan dari gaya bangunan di Nias Utara dan
Nias Selatan. Keistimewaan dari ciri arsitektur Nias Tengah terletak pada dekorasi dan
seni hiasnya. Pada bagian depan terdapat replika binatang yang dibuat sebagai
perlindungan untuk penghuni rumah.

Perkampungan Nias Selatan di daerah perbukitan (Sumber: bazikho82.blogspot.co.id)

Nias Selatan

Perkampungan di Nias Selatan terletak di atas perbukitan. Pada zaman dahulu, ketika
serangan perang dan perburuan kepala muncul di wilayah ini, warga membangun parit
yang dalam tepat di belakang pagar bambu runcing sebagai benteng pertahanan
kampung.
Pada setiap permukiman terdiri dari beberapa ratus tempat tinggal yang terletak di kedua
belah sisi jalan yang memanjang hingga 100 meter. Daerah pemukiman yang tinggi
mengharuskan mereka untuk menempuh anak tangga panjang yang terbuat dari batu.
Pola jalan dari perkampungan ini bisa bertambah sesuai dengan pertambahan
penduduknya hingga membentuk pola “T” atau “L”.

Batu megalit di depan rumah (Sumber: www.lihat.co.id)

Pada setiap pemukiman terdapat halaman yang cukup luas. Di bagian depan halaman
yang menuju ke arah jalan kampung, terdapat tempat untuk meletakan batu-batu megalit
yang disebut Öli Batu (dinding batu) dan menjadi lambang dari kedudukan sang pemilik
rumah. Batu-batu tersebut memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya Menhir (batu
megalit yang berbentuk tegak tinggi), bangku, dan tempat duduk melingkar.
Tiang berbentuk V di depan rumah (Sumber: pinterest.com)
Bentuk dasar dari bangunan di Nias Selatan adalah persegi panjang dengan konstruksi
tinggi dan ujung atap yang mengarah ke jalan. Struktur bangunan dibuat dari 4 barisan
pilar (Ehomo), yang berbentuk tegak lurus dari dasar hingga lantai pertama. Tiang yang
saling silang dijadikan sebagai penopang, sama seperti pemukiman di Nias Utara, tetapi
yang membedakan adalah tiang berbentuk “V” yang terletak di bagian paling depan
rumah.

Sama seperti rumah di Nias Utara dan Tengah, tiang-tiang di rumah Nias Selatan tidak
bertumpu pada tanah melainkan di atas pondasi batu untuk mencegah pelapukan dan
membuat konstruksinya semakin fleksibel. Ruangan di bawah rumah digunakan sebagai
tempat penyimpanan barang atau kandang ternak pemilik rumah.

Sumber:

http://juliesartoni.blogspot.co.id/

http://www.kompasiana.com/andybatee/

Anda mungkin juga menyukai