Anda di halaman 1dari 28

TEKHNOLOGI SEDIAAN STERIL

“SISTEM TATA UDARA (AHU/HVAC) INDUSTRI FARMASI”

OLEH :

KELOMPOK 2

MAGFIRAH ABDULLAH 15020150111


NURUL FADHILLAH AMRULLAH 15020150117
JURMRIANI 15020150125
NURMIATI 15020150129
CHUSNUL CHOTIMAH 15020150153
KELAS : C6

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. salawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah Tekhnologi Sediaan
Steril “Sistem AHU/HVAC salah satu perusahaan industri produk
Farmasi yaitu PT KALBE”. Hal ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Tekhnologi Sediaan Steril.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang sistem AHU/HVAC yang ada diperusahaan terutama bagi calon
farmasis yang mempunyai minat dibidang industri.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa farmasi Universitas Muslim Indonesia. Penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pengampu mata kuliah ini kami meminta maaf jika banyak
kesalahan pada makalah kami.

Makassar, 1 Juni 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam industri farmasi, untuk dapat menghasilkan obat harus
memenuhi persyaratan khasialt (efficacy), keamanan (safety), dan
mutu (quality) yang mana industri tesebut berkewajiban dan
bertanggung jawab dalam memproduksi obat, kosmetik maupun
makanan minuman yang bermutu tinggi, berkhasiat dan terjamin
keamanannya. Industri farmasi di Indonesia perlu memberikan
jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan. Langkah utama untuk
menjamin mutu dari suatu produk obat yang dihasilkan adalah dengan
menerapkan Cara Pembuatan Obat yag Baik (CPOB).
Penerapan CPOB dalam industri farmasi bertujuan untuk
mengatur dan memastikan mutu obat yang diproduksi secara
konsisten sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Pemerintah
membuat kebijakan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.
43/MENKES/II/1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB), sehingga setiap industri farmasi wajib menerapkan
CPOB dalam upaya pengendalian, pengadaan, distribusi dan
pemantapan obat yang menyeluruh dan terpadu. Guna mengontrol
agar produk yang beredar di masyarakat merupakan obat yang
terjamin mutunya dan aman digunakan oleh mayarakat.
Salah satu aspek dalam penerapan CPOB yang perlu
diperhatikan yaitu Sistem/Unit Pengaturan Udara (AHU) untuk
menjamin dihasilkannya produk-poduk yang bermutu tinggi. AHU
merupakan seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu,
kelembapan, aliran udara, jumlah pergantian udara, dan sebagainya,
di ruang produksi sesuai dengan persyaratan ruangan yang telah
ditentukan. Pengaturan AHU sangat penting untuk menunjang
keberhasilan proses produksi hingga dihasilkan produk-produk yang
bermutu tinggi.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui mengenai sistem AHU/HVAC.
b. Untuk mengetahui penerapan CPOB terkait Sistem Pengaturan
Udara (Air Handling Unit) pada industri Farmasi dalam hal ini PT.
Kalbe Farma Tbk.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem AHU/HVAC
1. Penggunaan Sistem AHU/HVAC
Sistem pengaturan udara (AHS) adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk mengendalikan jumlah partikel dalam ruangan,
tekanan udara baik didalam maupun diluar ruangan (koridor),
kelembapan udara atau Relative Humidity, temperature, filtrasi
udara dan kecepatan pertukaran udara. Hal ini merupakan usaha
untuk memberikan kenyamanan kerja dan keamanan kerja, serta
untuk menunjang proses produksi berlangsung dengan baik
(Fatmawaty, 2015).
AHU merupakan bagian dari sistem AHS atau Heating
Ventilation Air Condition (HVAC). Air Handling Unit (AHU)
merupakan seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu,
kelembapan, aliran udara, jumlah pergantian udara, dan
sebagainya, di ruang produksi sesuai dengan persyaratan ruangan
yang telah ditentukan. Berdasarkan fungsinya tersebut maka AHU
sering disebut pula dengan AHS (Priyambodo, 2014).
Secara umum, AHU terdiri dari Colling Coil (Evaporator),
Ststic Pressurer Fun (Blower), Filter, Ducting, Dumper (Somantri,
2013).
1. Cooling Coil (Evaporator) berfungsi untuk mengatur suhu dan
kelembapan relative udara yang didistribusikn ke ruangan
produksi. Tujuannya untuk menghasilkan output udara sesuai
dengan spesifikasi ruangan yang telah ditetapkan. Proses
pendinginan udara dilakukan dengan mengalirkan udara yang
berasal dari campuran udara balik dan udara luar melalui kisi-
kisi evaporator yang bersuhu rendah.Proses tersebut
menyebabkan terjadinya kontak antara udara dan permukaan
kisi evaporator yang akan menghasilkan udara dengan suhu
yang lebih rendah.
2. Static Pressure Fan (Blower), bagian dari AHU ini berfungsi
untuk menggerakkan udara di sepanjang sistem distribusi udara
yang terhubung dengannya. Blower yang digunakan berupa
blower radial yang memiliki kisi-kisi penggerak udara yang
terhubung dengan motor penggerak blower. Motor digunakan
untuk mengubah energy listrik menjadi energy gerak yang
kemudian disalurkan ke kisi-kisi penggerak udara hingga
kemudian disalurkan ke kisi-kisi penggerak udara hingga
kemudian dapat menggerakkan udara.
3. Filter, berfungsi untuk mengendalikan dan mengontrol jumlah
partikel dan mikroorganisme (partikel asing) yang
mengkontaminasi udara yang masuk ke dalam ruang produksi.
Biasanya alat ini di tempatkan di dalam rumah filter yang
didesain khusus agar mudah dibersihakan dan atau diganti.
Filter yang digunakan dalam AHU ada beberapa jenis
tergantung efisiensinya :
- Pre Filter (efisiensi penyaringan (35%)
- Medium Filter (efisiensi penyaringan 95%)
- High Effieciency Particulate Air (HEPA) Filter (efisiensi
penyaringan 99,997%)
4. Ducting berfungsi sebagai saluran tertutup tempat mengalirnya
udara. Ducting merupakan suatu sistem saluran udara tertutup
yang menghubungkan blower dengan ruang produksi, yang
terdiri dari saluran udara yang masuk dan saluran udara yang
keluar dari ruangan produksi dan masuk kembali ke AHU.
Didesain sedemikian rupa sehingga dapat mendistribusikan
udara ke seluruh ruangan produksi yang membutuhkan dengan
hambatan udara yang sekecil mungkin.
5. Dumper adalah bagian dari Ducting AHU yang berfungsi untuk
mengatur debit udara yang dipindahkan ke dalam ruang
produksi. Debit udara dapat diatur sesuai dengan peraturan
tertentu pada Dumper.
AHU merupakan unit terpenting yang beroperasi untuk
menghasilkan udara bersih keruang produksi, dimana temperatur
RH, jumlah partikel, jumlah mikroba, pola aliran udara, dan
perputaran udara dapat dikontrol dengan baik sehingga harus
sesuai dengan penerapan CPOB maupun GMP. Sistem
pengendalian udara atau Air Handling Unit (AHU) telah sampai
pada tujuan pemakaian yang lebih rumit yaitu untuk menghindarkan
terjadinya kontaminasi. Oleh karena itu ruangan kelas dibagi
berdasarkan jumlah partikel yang diperbolehkan di ruang kelas
tersebut, yaitu (Priyambodo, 2014):
A. Kelas F (> 100.000 partikel 0,5µm/ft3) dengan suhu < 25 °C dan
tekanan terhadap bagian luar > 5Pa.
Filter yang digunakan adalah Pre Filter (efisiensi 40 %),
Medium Filter (efisiensi 40 %), dan Return Filter (effisiensi 40
%). Pengecekan kondisi filter dengan melihat perbedaan
tekanan sebelum dan sesudah melewati filter. Exhaust Fan
berada pada lavatory dan Ruang antara. Bagan secara jelasnya
terdapat pada gambar sbb :

Gambar 1. Bagan AHU Kelas F


Udara dari luar (Fresh Air (FA)) disaring melalui pre-filter
dan medium filter. Dengan bantuan Blower Fan, udara yang
telah difiltrasi diteruskan ke alat Heat Essenger dan masuk ke
dalam kelas F. Udara di dalam ruang F selain kembali ke dalam
siklus return air (RA) untuk diproses kembali seperti di awal,
udara juga disirkulasikan ke ruang B melalui exhaust Fan (EF)
dan Dust Collector (DC).
B. Kelas D dan E (≤ 100.000partikel 0,5 µm/ft3) dengan suhu <25
°C, RH <55 % dan tekanan terhadap kelas F > 15 Pa, sehingga
udara selalu kearah kelas E.
Filter yang digunakan adalah Pre-filter (efisiensi 40 %),
Medium Filter (efisiensi 95 %), Final Filter (Hepa Filter effisiensi
99,997 %), Return Filter (effisiensi 40 %), dan Supply Filter
(efisiensi 40 %). Pengecekan kondisi Filter dengan melihat
perbedaan tekanan sebelum dan sesudah melewati filter.
Exhaust Fan berada pada lavatory dan Ruang antara. Blower
Fan berada di luar sistem AHU.
C. Diagram AHU untuk kelas B dan C hampir mirip dengan kelas F,
hanya saja return air yang diambil berasal dari kelas F.
Kelas B (≤ 10.000 Partikel 0,5 µm/ft3) dengan suhu <23 °C, RH
<40 % dan tekanan terhadap kelas F> 30Pa, Tekanan terhadap
kelas D > 15 Pa
Filter yang digunakan adalah Pre Filter (efisiensi 40 %),
Medium Filter (efisiensi 95 %), Final Filter (Hepa Filter efisiensi
99,997 %), Return Filter (efisiensi 40 %), dan Supply Filter
(efisiensi 40 %).Pengecekan kondisi Filter dengan melihat
perbedaan tekanan sebelum dan sesudah melewati filter.
Blower Fan berada di luar sistem AHU.
D. Diagram AHU untuk kelas A hampir mirip dengan kelas F,
hanya saja return air yang diambil berasal dari kelas D.
Kelas A (≤ 100 Partikel 0,5 µm/ft3)
Suhu <23°C, RH <40 % (sesuai jenis produknya)
Filter yang digunakan adalah Final Filter dan Return Filter.
Blower Fan terdiri dari motor dengan inverter. Karena udara
untuk kelas A dan B merupakan udara steril, jadi terlebih dahulu
udara disterilkan melalui proses heating. Setelah itu, RH
disesuaikan dengan alat DH untuk menyesuaikan
kelembabannya. Pengaturan suhu dibantu dengan alat Colling
tower Bagan secara jelasnya terdapat pada gambar sebagai
berikut :

Gambar 2. Bagan AHU Kelas A


Udara dari Kelas D disaring melalui Final Filter (Hepa
Filter efisiensi 99,997%) dan Return Filter (efisiensi 40%). Arah
sirkulasi udara linear dan diminimalkan adanya turbulensi serta
diarahkan segera ke jalur return air (RA).

Gambar 3. SIstem AHU


2. Validasi Sistem AHU
Tujuan Validasi sistem AHU yaitu untuk mengetahui apakah
sistem HVAC masih memiliki fungsi / kemampuan sesuai dengan
spesifikasi dan kualitas udara yang dihasilkan dengan standar yang
dipersyaratkan. Adapun Jenis Pemeriksaan yang dilakukan
(Somantri, 2013) :
1. Efisiensi HEPA Filter
Pemeriksaan efisiensi HEPA filter untuk ruang steril
(persyaratan ≥ 99,995 %) dan non-steril persyaratan ≥ 99,99 %)
dilakukan dengan cara:
a. Lakukan scanner untuk memeriksa kekedapan sealing dari
HEPA Filter
b. Masukkan SAHC (Synthetic Aliphatic Hydrocarbon) melalui
neple tube sebelum HEPA Filter
c. Besarnya uuran partikel SAHC yang dilepaskan adalah ≥ 0,3
µm sejumlah 1.000.000 – 1.500.000 partikel/cf dideteksi
dengan particle counter (PC)
d. Pengukuran jumlah partikel yang lolos dari HEPA Filter
dideteksi dengan PC dengan posisi sampling 2,5 cm dari
permukaan HF
e. Lakukan pemeriksaan 2x
2. Temperatur dan Humidity
Pemeriksaan temperatur dan humidity untuk ruang steril
(persyaratan 16-25 oC) dan non-steril (persyaratan 20-27 oC)
dilakukan dengan cara:
a. Siapkan alat ukur digital termometer dan humidity yang
sudah dikalibrasi
b. Pastikan ruang steril yang akan diuji dalam keadaan tidak
ada kegiatan
c. Lakukan pengukuran temperatur dan humidty ruang steril
dan ruang non-steril
d. Pengukuran dilakukan pada pagi, siang dan sore hari
e. Jika hasil pemeriksaan sesuai standar, maka dinyatakan”
PASSED”
f. Hasil pemeriksaan tertulis di lembar pemeriksaan
3. Kecepatan udara, volume udara dan pergantian udara per jam
Pemeriksaan Kecepatan udara, volume udara dan pergantian
udara per jam dilakukan dengan cara:
a. Pengukuran kecepatan udara dilakukan pada tiap HEPA
Filter
b. Lakukan pengukuran kecepatan udara untuk HF kelas steril
kurang lebih 2,5 cm dari HF
c. Lakukan pemeriksaan dengan 5 posisi, dilakukan
penghitungan rata-rata dan dari hasil pemeriksaan
kecepatan udara tersebut dilakukan penghitungan volume
udara dan berapa kali pergantian udara di dalam ruangan.
Untuk menghitung nilainya dapat digunakan rumus berikut:
Volume udara (m3) = Luas ducting x Kec. udara x 3600 detik
x Jumlah ducting
Pertukaran udara (x / jam) = Volume udara / Volume
ruangan
4. Jumlah partikel di dalam ruangan
Pemeriksaan Jumlah partikel di dalam ruangan dilakukan
dengan cara:
a. Kapasitas pengambilan udara adalah 1 cf
b. Perhitungan: rata-rata hasil perhitungan aritmatika
c. Point pengukuran menggunakan satuan numerik dengan
cubic feet (cf).
d. Waktu pengukuran sebaiknya ruangan harus dalam keadaan
bersih
e. Lakukan pemeriksaan dengan 2 kali replikasi dan hitung
rata-rata
Tabel 1. Standar partikel kelas steril dan non-steril
5.
Ruangan Partikel Level Standar Partikel
Alert > 50 pcs / cf
Kelas B ≥ 0,5 µm
Action > 80 pcs / cf
(contoh untuk
Alert -
ruang steril) ≥ 5,0 µm
Action > 0 pcs / cf
Alert > 5000 pcs / cf
Kelas E ≥ 0,5 µm
Action > 10000 pcs / cf
(contoh untuk
Alert > 500 pcs / cf
ruang non-steril) ≥ 5,0 µm
Action > 800 pcs / cf

5. Perbedaan tekanan antar ruang


Pemeriksaan perbedaan tekanan udara antar ruang
dilakukan dengan menggunakan differential pressure gauge.
Untuk ruang B-E, persyaratan ≥ 10 Pa; ruang E-F ≥ 10 Pa, dan
ruang F-atmosfer ≥ 5 Pa.
6. Aliran udara antar ruang
Tujuan pemeriksaannya untuk mengetahui apakah udara
mengalir dari ruang kelas yang lebih kecil menuju ke ruang
kelas yang lebih besar. Caranya:
a. Jalankan smoke generator sesuai dengan SOP
b. Asap diberikan pada titik pengujian yang diberikan tercantum
pada catatan pemeriksaan
c. Aliran asap diperiksa dan diamati ke mana arah aliran
asapnya
d. Jika perlu arah aliran asap tersebut di dokumentasi dengan
foto
7. Self containtment
Tujuan pemeriksaan untuk mengetahui dan memastikan
bahwa tidak ada cemaran peniciliin yang keluar dari gedung
sehingga dikhawatirkan akan mencemari lingkungan sekitar.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan final filter, differential
pressure, dan aliran udara antar ruang.
Air Handling Unit (AHU) diletakkan di ruangan khusus di
antara setiap lantai ruangan produksi yang disebut mezzanine.
Beberapa ruangan juga dilengkapi dengan pengumpul debu
(dust collector) untuk mengendalikan jumlah partikel sesuai
dengan kelas ruangan masing-masing. Pemeliharaan fasilitas
AHU mengajdi tanggung jawab bagian Technical Service
Departement.
B. Sistem AHU/HVAC industri farmasi PT KALBE.
1. Profil perusahaan kalbe farma

Gambar 4. Logo PT. Kalbe Farma, Tbk.


Berdiri pada tahun 1966, Kalbe telah jauh berkembang dari
usaha sederhana di sebuah garasi menjadi perusahaan farmasi
terdepan di Indonesia. Melalui proses pertumbuhan organik dan
penggabungan usaha & akuisisi, Kalbe telah tumbuh dan
bertransformasi menjadi penyedia solusi kesehatan terintegrasi
melalui 4 kelompok divisi usahanya: Divisi Obat Resep (kontribusi
23%), Divisi Produk Kesehatan (kontribusi 18%), Divisi Nutrisi
(kontribusi 29%), serta Divisi Distribusi and Logistik (kontribusi
30%).
Keempat divisi usaha ini mengelola portofolio obat resep dan
obat bebas yang komprehensif, produk-produk minuman energi
dan nutrisi, serta usaha distribusi yang menjangkau lebih dari satu
juta outlet di seluruh kepulauan Indonesia. Di pasar internasional,
Perseroan telah hadir di negara-negara ASEAN, Nigeria, dan Afrika
Selatan, dan menjadi perusahaan produk kesehatan nasional yang
dapat bersaing di pasar ekspor.
Sejak pendiriannya, Perseroan menyadari pentingnya
inovasi untuk mendukung pertumbuhan usaha. Kalbe telah
membangun kekuatan riset dan pengembangan dalam bidang
formulasi obat generik dan mendukung peluncuran produk
konsumen dan nutrisi yang inovatif. Melalui aliansi strategis dengan
mitra-mitra internasional, Kalbe telah merintis beberapa inisiatif riset
dan pengembangan yang banyak terlibat dalam kegiatan riset
mutakhir di bidang sistem penghantaran obat, obat kanker, sel
punca dan bioteknologi.
Didukung lebih dari 17.000 karyawan, kini Kalbe telah
tumbuh menjadi penyedia layanan kesehatan terbesar di Indonesia,
dengan keunggulan keahlian di bidang pemasaran, branding,
distribusi, keuangan serta riset dan pengembangan. Kalbe Farma
juga merupakan perusahaan produk kesehatan publik terbesar di
Asia Tenggara, dengan nilai kapitalisasi pasar Rp71,0 triliun dan
nilai penjualan Rp19,4 triliun di akhir 2016.
2. Penerapan Aspek CPOB
CPOB merupakan pedoman yang sangat penting tidak
hanya bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi
konsumen dalam memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang
aman, berkhasiat dan berkualitas.
PT. Kalbe Farma, Tbk senantiasa mengembangkan diri
melalui inovasi, nama dagang yang kuat, dan manajemen yang
unggul. Hal tersebut dilakukan agar PT. Kalbe Farma, Tbk. untuk
menjadi perusahaan perawatan kesehatan terbaik. PT. Kalbe
Farma, Tbk. memiliki komitmen membantu masyarakat
mewujudkan kesehatan dan kehidupan yang lebih baik. Dalam
mewujudkan komitmennya, berbagai hal telah dilakukan, salah
satunya melalui penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam setiap aspek pembuatan obat di PT. Kalbe Farma,
Tbk
PT. Kalbe Farma, Tbk menerapkan CPOB 2012, yaitu
sebagai berikut (BPOM, 2014; Kalbe Farma, 2016; Fatmawati,
2014):
a. Manajemen Sistem Mutu
Manajemen Mutu berfungsi untuk menjamin pembuatan
obat agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi
syarat izin edar dan bermutu. Konsep dasar manajemen mutu
adalah pengawasan mutu, CPOB dan pemastian mutu yang
terkait.
Kegiatan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk telah
memenuhi CPOB. Bagian dari manajemen mutu di PT. Kalbe
Farma, Tbk adalah Quality Operation, dimana pada bagian ini
terdapat Quality Assurance (pemastian mutu) dan Quality
Control (pengawasan mutu). Pemastian mutu ini telah
dipastikan dengan pelaksanaan CPOB untuk menghindarkan
atau meminimalkan resiko yang tidak dapat dideteksi melalui
serangkaian tes misalnya kontaminasi dan tercemarnya produk.
Pelaksanaan CPOB itu sendiri dipastikan dengan melakukan
pengawasan mutu. Pengawasan mutu ini meliputi berbagai
macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan
dan fasilitas yang memadai, dan sebagainya.
b. Personalia
PT. Kalbe Farma, Tbk menggunakan tenaga kerja yang
terlatih secara teknis dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan kegiatan produksi dan pengawasan mutu sesuai
dengan prosedur dan spesifikasi yang telah ditentukan secara
efektif dan efisien. Masing-masing bagian produksi, RnD, QA,
dan QC dipimpin oleh seorang apoteker dan diberi wewenang
penuh dan saranan cukup yang diperlukan untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif.
c. Bangunan dan Fasilitas
PT. Kalbe Farma, Tbk. berlokasi di Kawasan Industri Delta
Silicon, Jalan MH. Thamrin blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi.
Bangunannya memiliki luas total 41.027 m2 yang berdiri di atas
lahan seluas 105.130 m2, terdiri dari gedung kantor, gedung
produksi, teknik, gudang dan sarana pendukung seperti
pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi serta kantin.
Sedangkan untuk gedung pemasarannya terpisah, yaitu terletak
di Gedung Enseval, Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih,
Jakarta.
Lokasi pabrik terletak cukup jauh dari pemukiman
penduduk. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisasi resiko
pencemaran, baik dari pabrik ke lingkungan maupun dari
lingkungan ke pabrik. Gedung dilengkapi dengan sarana dan
prasarana yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi yang berasal dari udara, tanah, air, maupun dari
kegiatan di sekitarnya, seperti debu dari industri lain, rembesan
air, serangga, binatang pengerat, dan sebagainya. PT. Kalbe
Farma, Tbk. Memiliki instalasi pengolahan limbah sebagai
upaya pencegahan terjadinya pencemaran terhadap
lingkungan. Pengolahan limbah pabrik ini bekerja sama dengan
pihak luar.
Ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk, dicat dengan cat
epoxy dengan tujuan agar mudah dibersihkan. Ruangan dibuat
melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak menjadi tempat
berkumpulnya debu. Jendela dibuat miring dengan maksud agar
mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat
berkumpulnya debu. Ruangan dalam produksi dibagi menjadi 3
area yang memiliki tekanan udara yang berbeda. Tujuan dari
pembedaan tekanan ini untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang. Penutup fitting lampu, titik ventilasi, dan instalasi lainnya
dibuat rata dengan langit-langit sehingga meminimalkan adanya
celah yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang
produksi, seperti Heating, Ventilating, and Air Conditioning
(HVAC), pipa saluran air, Air Handling Unit (AHU), kabel listrik
diletakkan di ruangan khusus di antara setiap lantai ruangan
produksi yang disebut mezzanine. Beberapa ruangan juga
dilengkapi dengan pengumpul debu (dust collector) untuk
mengendalikan jumlah partikel sesuai dengan kelas ruangan
masing-masing.
PT. Kalbe Farma Tbk. memiliki bangunan dengan ukuran,
rancang bangun, konstruksi, dan tata letak yang secara umum
telah memadai sesuai dengan persyaratan CPOB. Hal ini
dilakukan dalam rangka menunjang pelaksanaan kerja,
pembersihan, dan pemeliharaannya. Rancang bangun dan tata
letak ruang produksi PT. Kalbe Farma, Tbk. dibagi menjadi
beberapa kelompok sehingga kegiatan-kegiatan dapat
berlangsung tanpa harus berhubungan dengan daerah luar.
Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area
produksi dan dipisahkan oleh pintu yang hanya dapat diakses
dengan menggunakan kartu akses karyawan.
Gedung kantor PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari 4 lantai
sebagai berikut:
a. Lantai 1 meliputi bagian Departemen Human Resource
Development, Departemen Personal General Affair,
Departemen Process Development, Departemen Akuntansi,
Departemen Pembelian, ruang perpustakaan, dan kantin.
b. Lantai 1½ meliputi Departemen Perencanaan Produksi dan
Pengendalian Persediaan Pusat, Departemen Veteriner,
serta Departemen Teknologi Informasi, Departemen Group
Process Improvement.
c. Lantai 2 meliputi Departemen Keuangan dan Pemasaran,
Departemen Quality System, dan Direksi.
d. Lantai 3 meliputi Departemen Research and Development
yang terdiri dari bagian Formulation dan Analytical
Development, Departemen Pemastian Mutu (Quality
Assurance), Departemen Pengawasan Mutu (Quality
Control) dengan laboratorium pengawasan mutu.
e. Lantai 4 meliputi ruangan pilot plant Departemen Research
and Development.
Bangunan pada PT. Kalbe Farma, Tbk. menerapkan
sistem line (jalur produksi). Satu line mencakup semua tahap
pengolahan sampai dengan pengemasan produk sehingga
kontaminasi silang dapat dihindari. Ruang produksi di PT. Kalbe
Farma, Tbk. diklasifikasikan sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu
kelas I dan II (white area), kelas III (grey area), dan kelas IV
(black area). Apabila dikaitkan dengan CPOB, kelas black area
merupakan kelas E, kelas grey area merupakan kelas C (untuk
produksi steril), D (untuk produksi non-steril), dan kelas white
area merupakan kelas A, B (produksi steril). Sebagai
penghubung antara kelas ruangan yang satu dengan yang lain
disediakan ruang antara atau ruang buffer dan loker karyawan.
Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan jumlah partikel dan
jumlah mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda
untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pengaturan
perbedaan tekanan udara ini dilakukan dengan membedakan
volume udara yang dimasukkan ke dalam ruangan oleh AHU.
White area memiliki tekanan udara paling tinggi dan black area
memiliki tekanan udara yang paling rendah, sedangkan tekanan
udara di grey area berada diantaranya.
Lantai dasar meliputi ruang produksi line 9, gudang
alkohol, departemen teknik, dan ruang loker karyawan. Lantai 1
meliputi ruang produksi line 1, line 2, line 4, line 5, gudang
bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang obat jadi.
Lantai 2 meliputi ruang produksi line 6, line 7, line 8A, dan line
8B. Tiap lantai dalam gedung produksi dipisahkan dengan
mezanine, yaitu ruang khusus untuk penempatan fasilitas utility
seperti penyedot udara, pipa–pipa (steam pipe, aquademin
pipe, water pipe, compressed air pipe), kabel listrik dan lain-lain.
Pergerakan barang dan manusia diatur dalam lalu lintas
yang berbeda untuk mencegah kemungkinan terjadinya
kontaminasi silang. Penghubung antar ruang atau kelas yang
berbeda adalah ruang buffer atau ruang antara, sedangkan
untuk barang digunakan penghubung berupa kotak penghubung
(pass box). Khusus perpindahan antara grey area dengan white
area terdapat air lock yang dilengkapi air shower. Setiap ruang
produksi memiliki koridor sebagai lalu lintas umum karyawan
atau bahan. Pada area produksi terdapat ruang staging yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan kemasan dan bahan
baku. Selain itu, terdapat pula ruang work in process (WIP)
untuk staging produk ruahan dan produk antara.
1) Black area
Area ini meliputi ruang kepala bagian, ruang kepala seksi
(kasie), ruang pengemas sekunder, koridor yang
menghubungkan gudang obat jadi dan ruang pengemas
sekunder, ruang ganti pakaian black dengan pakaian grey,
dan ruang buffer black. Perlengkapan yang digunakan
berupa baju dan celana kerja berwarna putih (untuk bagian
produksi), penutup kepala, dan sandal karet. Area ini
memiliki tekanan udara yang paling rendah.
2) Grey area
Area ini meliputi gudang timbang, koridor penghubung
gudang timbang-ruang proses produksi, ruang proses
produksi, ruang pengemasan primer, dan ruang buffer grey.
Perlengkapan yang digunakan yaitu overall dengan penutup
kepala, masker, sarung tangan (untuk yang bersentuhan
langsung dengan produk), ear protector (untuk operator
yang bekerja dengan mesin dengan kebisingan yang tinggi),
dan sepatu grey. Jika memakai sandal maka harus
mengenakan shoes cover disposable yang terbuat dari
plastik. Area ini dilengkapi dengan Medium filter dengan
kapasitas 95% untuk menyaring udara sehingga jumlah
partikel, ukuran partikel, dan jumlah bakteri sesuai dengan
persyaratan Tekanan di ruang ini lebih besar dibanding
black area.
3) White area
Area ini hanya terdapat di line 6, yang khusus memproduksi
sediaan steril. Yang termasuk dalam area ini yaitu : ruang
buffer white, ruang ganti pakaian, ruang air shower, dan
ruang filling. Perlengkapan yang digunakan yaitu overall
dengan penutup kepala (bebas serat), sarung tangan,
masker, goggle, dan sepatu white. Area ini dilengkapi
dengan HEPA filter dengan kapasitas 99,99% untuk
menyaring udara sehingga jumlah partikel, ukuran partikel,
dan jumlah bakteri sesuai dengan persyaratan. Tekanan
udara di area ini paling besar dibanding area yang lain.
d. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe
Farma, Tbk. memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat,
ukuran yang memadai, serta ditempatkan pada posisi yang
tepat. Masing-masing alat diberi penandaan agar memudahkan
dalam identifikasinya. Pemasangan dan penempatan peralatan
diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan
secara efektif dan efisien. Bahan yang digunakan untuk
peralatan selama proses produksi sebagian besar adalah baja
tahan karat (stainless steel). Peralatan yang digunakan selalu
dirawat secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik dan
konsisten serta mencegah terjadinya pencemaran yang dapat
merubah identitas dan mutu atau kemurnian produk.
PT. Kalbe Farma, Tbk. memiliki ± 2200 peralatan dan
mesin untuk keperluan produksi, sarana pendukung, maupun
sarana In Process Control (IPC) di laboratorium. Beberapa
mesin yang dimiliki PT. Kalbe Farma, Tbk. misalnya : Turbo
Mixer Heidolph RZR 2051 Control; mesin granulasi Diosna
P400; mesin pengeringan FBDT-6 NIRO & Haag; mesin
pengayakan Quadro Comill dan Ronchi; pencampur massa
Zanchetta; mesin cetak Fette, Killian RX 45; mesin blistering
Uhlmann UPS 1070 dan Medik-55; mesin stripping Siebler Type
90. Sedangkan beberapa contoh peralatannya, yaitu timbangan
analitik Sauter Type 414; alat pengukur disolusi Hanson-72; alat
pengukur RH ruangan „Slinger‟; alat penangas air Memmert W-
350; mikroskop Leitz- Dialux-20.
e. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus dijaga pada
setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan
higiene, meliputi personalia, bangunan, peralatan dan
perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan hal- hal
lainnya yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Oleh
karena itu, diperlukan suatu program sanitasi dan higiene yang
menyeluruh dan terpadu. Prosedur sanitasi dan hygiene harus
divalidasi, serta dievaluasi secara berkala untuk selalu
memastikan bahwa hasilnya efektif dan memenuhi persyaratan.
Semua ruang di line produksi memiliki status tertentu yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan yang ditempelkan pada pintu
ruangan, meliputi label ”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG
PROSES”, atau ”UNTUK DIBERSIHKAN”. Hanya ruang
dengan label ”TELAH DIBERSIHKAN” yang dapat digunakan
untuk proses produksi. Sedangkan, label untuk alat/mesin
meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG
PROSES”, ”UNTUK DIBERSIHKAN”, atau ”SEDANG
RUSAK”. Hanya alat berlabel ”SIAP PAKAI” saja yang dapat
digunakan untuk proses produksi.
f. Produksi
Departemen Produksi bertanggung jawab untuk
memproduksi produk sesuai dengan target dan JPB (Jadwal
Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama dengan
Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian
Persediaan. Proses produksi dilaksanakan berdasarkan
Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang disusun oleh R&D dan
Process Development dan dikeluarkan oleh Departemen
Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Formula
dan proses yang digunakan telah tervalidasi melalui beberapa
tahap, seperti percobaan pada skala laboratorium dan produksi,
pravalidasi, dan validasi. Penggunaan PPI bertujuan untuk
memberikan jaminan bahwa produk senantiasa dibuat melalui
prosedur yang tetap dan tervalidasi sehingga kualitas produk
selalu terjaga. Selain itu, penggunaan PPI juga ditujukan untuk
memudahkan penelusuran pada proses produksinya jika
ditemukan masalah pada suatu produk. Semua proses produksi
dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila ada perubahan dalam
proses dilaporkan dalam Deviation Report (DR) di dalam
Catatan Produksi Bets (CPB). Untuk produk yang telah rilis,
pengolahan ulang produk dilakukan melalui pengajuan Formulir
Usulan Pengolahan Ulang (FUPU) dengan persetujuan dari QA.
Secara umum, line-line di bagian produksi dibedakan
menjadi dua, yaitu Dedicated line (line 1, 2, 4, dan 9) dan non-
dedicated line / General line (line 5, 6, 7, 8A, dan 8B). Dedicated
line adalah line-line yang memproduksi obat dalam jumlah item
yang sedikit tetapi dengan kapasitas batch atau batch size yang
besar. Sedangkan yang dimaksud dengan General line adalah
line yang memproduksi obat dalam jumlah item yang relatif
banyak, namun dengan kapasitas batch atau batch size yang
kecil (Anonim, 2010).
g. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit Persetujuan Pemasok
PT. Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program
inspeksi diri melalui Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi
tersebut mencakup kesesuaian dengan sistem atau regulasi
yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi
proses yang dilakukan secara berkala.
Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari Badan Sertifikasi
Nasional yang menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini,
PT. Kalbe Farma, Tbk. telah berhasil melakukan resertifikasi ISO
9001 sekaligus memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan OHSAS
18001/SMK3 yang merupakan sertifikasi terhadap system
manajemen lingkungan dan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja. Sertifikat lain yang dimiliki adalah sertifikat
CPOB. Bahan awal dan bahan pengemas di PT. Kalbe Farma, Tbk.
berasal dari pemasok yang memenuhi spesifikasi dan telah
disetujui oleh bagian Pemastian Mutu. Pemasok yang telah lulus
penilaian atau evaluasi akan disetujui. Evaluasi ini
mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang
dipasok.
BAB III

PEMBAHASAN

AHU merupakan bagian dari sistem AHS atau Heating Ventilation


Air Condition (HVAC). Air Handling Unit (AHU) merupakan seperangkat
alat yang dapat mengontrol suhu, kelembapan, aliran udara, jumlah
pergantian udara, dan sebagainya, di ruang produksi sesuai dengan
persyaratan ruangan yang telah ditentukan. Berdasarkan fungsinya
tersebut maka AHU sering disebut pula dengan AHS.
PT. Kalbe Farma, Tbk merupakan industri farmasi di Indonesia yang
telah menerapkan prinsip CPOB dan GMP serta senantiasa terus
mengembangkan dan menyempurnakan aspek tersebut. Salah satu aspek
dalam penerapan CPOB yang perlu diperhatikan yaitu Sistem/Unit
Pengaturan Udara (AHU) untuk menjamin dihasilkannya produk-poduk
yang bermutu tinggi.
Di PT. Kalbe Farma, Tbk digunakan Air Handling Unit (AHU) yang
akan mengatur pasokan udara yang disalurkan ke setiap ruang produksi.
Pengaturan perbedaan tekanan udara dilakukan dengan membedakan
volume udara yang dimasukkan ke dalam ruangan oleh AHU. Ruangan
yang dikehendaki memiliki tekanan udara yang tinggi memperoleh suplai
udara yang lebih besar dibandingkan dengan ruangan yang dikehendaki
memiliki tekanan udara yang lebih rendah. Ketika tekanan udara di suatu
ruangan tinggi, maka pergerakan udara akan dipacu lebih cepat sehingga
secara otomatis sirkulasi udaranya pun lebih cepat.
Pengaturan jumlah partikel dilakukan dengan pembedaan
penggunaan filter dalam AHU. Berdasarkan tekanan udara, sirkulasi udara
dan jumlah partikel, ruang-ruang produksi dibedakan menjadi 3 kelas yaitu
daerah black, grey, dan white. Sebagai ruang steril.
1. white area memiliki tekanan dan sirkulasi udara yang paling tinggi
dibandingkan dengan grey dan black area sehingga udara dari white
area akan mengalir ke arah luar ketika pintu pada ruang white area
dibuka. Hal ini untuk mencegah terjadinya kontaminasi white area
dari ruang lain kerena persyaratan jumlah partikel dan mikroba pada
ruang ini paling ketat. White area sebenarnya dibagi lagi menjadi 2
kelas (kelas I dan kelas II). Pada white area kelas I, aliran udara
dibuat laminar untuk mencegah pergerakan udara berlebihan yang
dapat meningkatkan kontaminasi (laminar air flow).
2. Kebersihan grey area relatif lebih rendah dibanding dengan white
area. Tekanan udaranya lebih kecil daripada white area, tetapi lebih
besar daripada black area.
3. Black area adalah ruangan di bagian produksi dengan tingkat
kebersihan paling rendah. Tekanan udaranya paling rendah, sehingga
udara dari white area dan grey area akan mengalir menuju ruangan
ini. Untuk grey area dan black area digunakan roll filter, bag filter dan
medium filter yang akan menyaring partikel dengan efisiensi akhir 90 –
95 % terhadap partikel berukuran 0.5 μm, sedangkan untuk white
area, ditambah dengan HEPA filter yang memiliki efisiensi sebesar
99.997 % terhadap partikel berukuran 0.3 μm.
Area produksi PT. Kalbe Farma, Tbk Indonesia telah diventilasi
dan dilengkapi secara efektif dengan menggunakan sistem pengendali
udara termasuk Cooling Coil (Evaporator), Static Pressure Fan (Blower),
Filter, Ducting, Dumper yang sesuai kebutuhan produk yang diproses
dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya
terhadap lingkungan luar pabrik dengan Technical Service Departement
terkhusus bagian Air handling supervisor sebagai penanggung jawab
dalam pemeliharaan dan perawatan mesin-mesin yang terkait dengan tata
udara, meliputi koordinasi suhu dan kelembaban, Air Handling Unit (AHU),
exhaust fan, serta mengatur tekanan udara. Hal ini dapat dilihat dengan
membandingkan standar partikel di ruang produksi PT. Kalbe Farma, Tbk
Indonesia dengan standar partikel yang dipersyaratkan dalam CPOB
2012.
Tabel 2. Klasifikasi Ruang Bersih menurut CPOB 2012

Non-operasional Operasional
3
Kelas Jumlah maksimum partikel/m yang diperbolehkan
≥ 0,5 µm ≥ 5 µm ≥ 0,5 µm ≥ 5 µm
A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 352.000 2.900
C 352.000 2.900 3.520.000 29.000
Tidak Tidak
D 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari makalah ini apat disimpulkan bahwa :


a. AHU merupakan sistem yang mengatur tata udara, terdiri dari
seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu, kelembaban,
tekanan udara, tingkat kebersihan (jumlah partikel/mikroba), pola
aliran udara, jumlah pergantian udara dan sebagainya, di ruang
produksisesuai dengan persyaratan ruangan yang telah di
tentukan. AHU sering disebut juga HVAC (Heating, Ventilating and
Air Conditioning). Sistem tata udara tidak hanya mengatur
mengontrol suhu ruangan (misalnya AC konvensional)melainkan
juga kelembaban, tingkat kebersihan (sesuai dengan kelas
ruangan yangdipersyaratkan), tekanan udara, dan sebagainya.
Sistem tata udara yang di gunakan tergantungdari jenis produk
yang dibuat dan tingkat kelas ruang yang di gunakan, miaslnya
ruang produksisterile, beta-laktam, non sterile, sefalosporine dan
sebagainya.
b. PT. Kalbe Farma telah menerapkan AHU (Air Handling System)
berdasarkan GMP yang sangat perlu diperhatikan dalam proses
produksi sehingga meminimalkan kontaminasi yang dapat
mengganggu proses produksi dan mutu produk yang dihasilkan.
IV.2 Saran
Sebagai upaya mengendalikan kondisi lingkungan dalam
industri farmasi, maka setiap industri farmasi wajib memiliki Air
Handling System. Seluruh regulatory code (WHO TRS 902/2002;
WHOTRS 908/2003 DAN OIC/S 2006) mensyaratkan Sistem Tata
Udara harus dikendalikan dandikualifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Materi Induksi PT. Kalbe Farma Tbk., Februari-Maret 2010,
Cikarang.

Priyambodo, Bambang, 2014. Sistem Tata Udara (AHU/HVAC), Jakarta,


Indonesia

Somantri, Asep. 2013, Sistem Tata Udara dan Validasi Sistem HVAC,
Indonesia

Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006, Pedoman Cara Pembuatan


Obat yang Baik, Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 2012. Pedoman


Cara Pembuatan Obat yang Baik. Edisi 2012. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Fatmawaty A. 2015. Farmasi Industri. Universitas Hasanuddin Press.


Makassar.

Fatmawati, Nurina, 2014. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker,


Jakarta: Universitas Indonesia

Kalbe Farma, 2012, Menteri Induksi. Cikarang : PT. Kalbe Farma, Tbk.

Kable Farma, 2015, Annual Report PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang : PT.
Kalbe Farma, Tbk.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia No 1799/MENKES/PER/XII/2010
tentang Industri Farmasi. Jakarta

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2003,


Tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai