id
Oleh
ABSTARCT
TECHNIQUES FOR HATCHING AND HARVESTING ARTEMIA SALINA. Artemia salina are
widely used as live food in mariculture. In this case, the most importance thing is the skill on the
aplication of the technology for hatching and separation of the hatched nauplii from the unhatched
of the empty cysts. The system introduced by SORGELOOS & PERSOONE (1975) for hatching and
harvesting nauplii is recommended. The recent system in preparing nauplii, "decapsulation ", was
briefly explained. The factors that control larval growth of A. salina was also discribed.
57
nyai nilai gizi yang tinggi serta mudah tetap merupakan antenae. "Riding position"
dicer-na. Nilai nutrisi nauplius yang baru dapat berlangsung sampai sepekan, sedang-
menetas sebagai berikut : protein 40%— kan kopulasi hanya berlangsung singkat.
50%, karbo-hidrat 15%-20%, lemak 15%- Artemia betina segera membentuk telur pada
20%, abu 3% -4% sedangkan nilai kalori dua kantong telur dan kedua kantong telur
adalah 5000 — 5500 kalori per gram berat tersebut akan bergabung yang mempunyai
kering. Larva dapat makan (menangkap) satu saluran telur. Dari satu ekor induk betina
nauplius kapan saja dia mau selama dihasilkan sekitar 20 - 50 butir telur.
persediaan nauplius masih ada dalam Sementara telur masih dalam kantong telur,
tempat pemeliharaan larva itu. induk telah mulai memproduksi calon telur
dan begitu seterusnya. Telur dapat dikeluar-
Dibandingkan dengan zooplankton
kan dalam bentuk kista atau langsung mene-
yang lain penyediaan nauplius A. salina lebih
tas menjadi nauplius tergantung dari kondisi
mudah dan efisien. Kista-kista A. salina da-
lingkungannya. Pada kondisi lingkungan yang
pat disimpan beberapa tahun. Setiap saat di-
baik perkembangan embryonal di dalam
perlukan, kista-kista dapat diambil secukup-
kantong telur akan berlanjut sehingga akhir-
nya untuk ditetaskan dan nauplius yang di-
nya terjadi penetasan. Hasil penetasan meru-
hasilkan dapat segera dimanfaatkan sebagai
pakan nauplius yang berenang bebas. Pada
makanan larva ikan.
kondisi lingkungan yang buruk perkembang-
Untuk pertama kalinya pada tahun an embryonal akan terhenti pada stadium
1939 ROLLEFSEN memanfaatkan nauplius gastrula dan terbentuklah cangkang telur
A. salina sebagai makanan larva ikan secara dari khitin. Dengan demikian terjadilah kista-
memuaskan (NASH 1973). Keberhasilan ini kista atau sering disebut "resting eggs". Sifat
mengundang para pengusaha untuk mengum- "diam" dari telur-telur A. salina ini amat
pulkan kista-kista A. salina untuk diperda- bermanfaat bagi budidaya bahari yaitu se-
gangkan di kalangan budidayawan. Kini A. bagai makanan hidup. Setiap saat diperlu-
salina dipergunakan secara luas di kalangan kan, kista-kista dapat ditetaskan dan nau-
budidayawan dan harganya cukup mahal. plius dapat dipanen untuk makanan larva
Harga kista-kista Artemia sekitar US $ udang atau ikan.
15.000,- per pound (ADISUKRESNO 1983).
Mengingat harganya yang mahal, para budi- Telur Artemia yang baru dibuka dari
dayawan harus mengusahakan daya tetas dan kaleng berbentuk bola kempes, jadi bukan
hasil panenan yang maksimal. Hal yang pen- seperti bola bundar, Hal ini disebabkan kare-
ting dalam penyediaan A. salina sebagai na waktu pemrosesan telur tersebut didehi-
makanan hidup adalah teknik penetasan, drasi sehingga kadar air tinggal sekitar 10 %.
pemanenan atau pemisahan nauplius dari Telur yang dimasukkan dalam air dalam
kista-kista kosong dan kista-kista tidak me- waktu satu sampai dua jam telah menyerap
netas serta cara pembesaran. air dan bentuknya menjadi bulat. Sekitar 15
jam kemudian telur mulai menetas, dari da-
lam telur keluar bentuk bulat telur yang ma-
PENETASAN sih terbungkus dalam selaput tipis, bentuk
ini disebut "umbrella stage". Setelah bebe-
rapa jam, maka lapisan tipis ini pecah dan
A. salina berkembang biak secara sek-
keluarlah nauplius (Gambar 1). Untuk men-
sual. Artemia menjadi dewasa setelah ber-
dapatkan hasil penetasan yang baik, maka
umur 1 0 - 1 4 hari. Mulai umur ini Artemia
perlu diperhatikan beberapa faktor :
sudah mulai berenang bergandengan (riding
position), yang jantan mencapit perut yang 1. Hidrasi dari kista-kista. Kista-kista yang
betina. Capit ini merupakan perubahan
antenae kedua, sedangkan pada yang betina
58
dimasukkan ke dalam media air laut akan 6. Kepadatan. Untuk penetasan yang effi-
segera mengalami hidrasi dan terjadilah sien kepadatan 10 g/1 memberi hasil yang
perkembangan embryonal di dalam kista. memuaskan. Pada saat proses penetasan,
Hidrasi ini dapat terjadi pada kisaran sali- telur menghasilkan enzym trehalose dan
nitas antara 5‰ — 70‰. ini akan mempercepat penetasan telur
di sekitarnya. Dengan kepadatan yang
2. Erasi. Oksigen sangat dibutuhkan untuk cukup maka trehalose ini cepat mempe-
perkembangan embryonal A. salina. ngaruhi telur di sekitarnya dan proses
Oleh karena itu erasi harus diberikan penetasan dapat berlangsung lebih seren-
terus sampai terjadi penetasan, Selain tak.
untuk mencukupi kebutuhan akan oksi
gen, erasi dapat mencegah terjadinya
pengendapan kista-kista di dasar tangki.
Pengendapan kista-kista dapat menimbul-
kan kondisi "anaerob" pada kista-kista
tersebut sehingga perkembangan embryo
akan terhambat. Kandungan oksigen yang
minimal untuk penetasan A. salina adalah
3 ppm.
59
60
Cara yang ketiga, adalah sistem pema- (penetasan tanpa dekapsulasi). Untuk mem-
nenan menurut SORGELOOS & PERSOO- buka kista, nauplius A, salina menggunakan
NE (1975). Pemanenan nauplius mengguna- 20 % energi cadangannya. Dengan demikian
kan alat yang berbentuk silinder (Gambar 3). nauplius yang menetas dari kista yang telah
Silinder PVC ini dibagi menjadi 3 bagian : di "dekapsulasi" akan mempunyai nilai nut-
risi yang lebih tinggi. Nauplius dari hasil
1. Silinder dalam yang melekat pada dasar penetasan dengan dekapsulasi dapat langsung
silinder besar. Silinder dalam ini raem- dipanen untuk makanan benih ikan atau
punyai celah-celah horisontal yang berha- udang karena lapisan kista telah hilang. Cara
dap-hadapan. Lebar celah 1 cm dan pan- dekapsulasi
jangnya kurang dari ¼ diameter silinder. Seratus gram kista-kista Artemia dihi-
2. Silinder luar yang dapat diputar juga drasi dengan 51 air laut dan dierasi selama
mempunyai celah-celah yang tepat sama 1 jam. Kista-kista kemudian dituang kedalam
dengan celah-celah silinder dalam. saringan, dibilas lagi dengan 31 air atau lebih
untuk membersihkan kotoran-kotoran yang
3. Penutup silinder dalam bagian atas. menempel. Setelah ditiriskan kista-kista di-
rendam dalam 700 ml air laut. Sambil di-
Cara kerja dari sistem ini adalah sebagai aduk ditambahkan 33 ml larutan NaOH
berikut : mula-mula campuran nauplius dan 40 % dan 600 ml Clorox (5,25 % NaOCl).
kista-kista yang terkontaminasi dengan bakte- Pengadukan dilakukan terus menerus hingga
ri dicuci dengan air laut yang bersih, kemu- membentuk pusaran air. Suhu harus sering
dian baru dituangkan ke dalam silinder da- diperiksa. Apabila suhu mendekati 35°C,
lam. Celah-celah masih dalam keadaan tertu- harus didinginkan dengan menambah es batu.
tup. Kemudian bagian luar silinder diisi de- Suhu tidak boleh mencapai 40°C karena da-
ngan air laut yang bersih sama tinggi dengan pat membunuh embryo. Pengadukan dilaku-
permukaan air silinder dalam . Kemudian kan sampai terjadi perubahan warna dari
bagian atas silinder dalam ditutup dan silin- coklat menjadi putih dan akhirnya berwarna
der luar diputar sehingga celah-celah terbu- jingga. Warna jingga menandakan bahwa de-
ka. Bagian luar silinder dirangsang dengan kapsulasi hampir sempurna. Setelah warna
cahaya sehingga nauplius berpindah keluar. jingga, pengadukan dilakukan terus sampai
Setelah 10 menit - 15 menis silinder dalam lebih kurang 7 menit — 15 menit. Setelah
ditutup kembali, maka akan diperoleh dekapsulasi, campuran kista-kista disaring
90 % - 95 % nauplius. Nampak bahwa sistem dan dicuci dengan 5l air atau lebih hingga
pemanenan ini cukup efektif. kotoran dan bau clorine hilang, kemudian
ditiriskan dengan baik untuk menetralkan
chlorine yang tertinggal. Selanjutnya telur-
DEKAPSULASI telur direndam dalam air yang ditambah
dengan 5,3 ml larutan 1 % sodium thisulfat
Cara terbaru sebelum penetasan A. sa- selama 3 menit. Kemudian ditiriskan, dicuci
Una adalah "dekapsulasi" (HAINES et al. dengan 5 1 air atau lebih dan ditiriskan kem-
1980). "Dekapsulasi" adalah suatu teknik bali. Telur-telur lalu dimasukkan ke dalam
pengupasan untuk membuka lapisan luar kis- 667 ml larutan garam (1 mangkok NaCl/l
ta A salina. Menurut HAINES et al. (1980), air) dan dierasi selama 3 jam — 4 jam. Se-
95 % kista-kista yang telah mengalami "de- telah erasi dihentikan, maka, telur-telur
kapsulasi" dapat menetas. Apabila diperhi- yang sudah tidak mengandung kista akan
tungkan secara ekonomis, cara ini 2,7 kali mengendap di dasar dan kista-kista yang
lebih menguntungkan dari pada cara lama masih utuh mengambang dipermukaan. Kista-
61
62
kita tersebut dapat diambil dan disimpan Kadar lemak per satuan berat kering pada
dalam larutan garam untuk diproses kembali. nauplius adalah 23,2 %; pada metanuplius 16,5
Prosedur "dekapsulasi" yang telah di- % dan 7 % pada awal kedewasaan. Sedangkan
terangkan di atas berlaku untuk telur-telur kadar protein pada nauplius yang baru menetas
dan California. Untuk telur-telur jenis lain adalah 42,5 % dan pada A. salina dewasa
mungkin dosis larutan yang dipakai dapat adalah 62,78 %.
berbeda. Prinsip dasarnya hampir sama. Adapun teknologi pada pembesaran A.
Telur-telur yang sudah mengalami salina tidak akan dibahas karena masih dalam
''dekapsulasi" dapat langsung diberikan pada taraf pengembangan. Akan tetapi faktor-
benih ikan udang, langsung ditetaskan atau faktor yang berpengaruh selama pembesaran
disimpan. Penyimpanan dapat dilakukan de- A. salina telah dipelajari. MOFFET &
ngan cara perendaman dalam larutan garam FISHER pada tahun 1978 menghubungkan
dan disimpan dalam ruang gelap untuk bebe- faktor-faktor tersebut dengan produksi amo-
rapa hari. Dapat pula disimpan pada suhu nia. Amonia ditimbulkan dari sisa-sisa meta-
4°C atau kurang selama 8 pekan. bolisme orgnisme yang dibudidayakan. Amonia
ini kadarnya harus rendah karena dapat.
merupakan racun bagi mereka. Adapun
PEMBESARAN
faktor-faktor yang harus diperhatikan pada
pembesaran A. salina adalah :
Nauplius A. salina yang baru menetas
merupakan makanan yang baik sekali untuk 1. Padat Penebaran. Padat penebaran yang
larva ikan. Tetapi sebagai makanan larva telah diuji untuk A. salina dewasa adalah
yang lebih besar, nauplius dapat diberi ma- antara 200 ekor-1600 ekor/l. Hasil pengujian
kanan yang bergizi sehingga tumbuh lebih tidak menunjukkan beda yang nyata. Pada
besar. A. salina bersifat "filter feeder", cara kepadatan 1600 ekor/l belum nampak adanya
makannya adalah dengan menyaring fito- gejala kelebihan amonia. SORGELOOS &
plankton. Dengan fitoplankton yang cukup PERSOONE (1975) mencoba membesarkan A.
maka pertumbuhannya sangat cepat. salina dengan kepadatan 3 ekor/ml dan hasilnya
Menurut REEVE (1963), A. salina da- cukup baik. Dengan padat penebaran 3
pat menyaring Platymonas sp. sebanyak ekor/ml, air laut harus diganti setiap hari. Dalam
40260 sel/jam. Di samping fitoplankton dapat hal penebaran A. salina kepadatan nauplius juga
pula diberikan makanan buatan, misal-nya harus diperhatikan. Padat penebaran yang telah
orang Jepang menggunakan tepung kedelai, diuji pada nauplius adalah antara 1000 ekor-
tetapi pertumbuhannya kurang baik. 9000 ekor/l. Pada nauplius ini ada gejala yang
Pertumbuhan A. salina pernah diteliti oleh menarik. Ternyata kandungan amonia justru
REEVE pada tahun 1963. Nauplius yang lebih tinggi pada kepadatan rendah. Produksi
baru menetas panjangnya 0,44 mm dan be- amonia pada padat penebaran 6000 ekor/l tidak
ratnya sekitar 0,003 mg, setelah dewasa pan- berbeda nyata dengan padat penebaran
jangnya menjadi 8 mm dan beratnya 1 mg. 9000 ekor/l. Padat penebaran rendah terjadi
Berarti ada pertambahan panjang sekitar peningkatan aktifitas dengan semakin besarnya
200 x dan pertambahan biomassa sekitar ruang gerak sehingga produksi amonia
500 x. Sedangkan waktu yang dibutuhkan bertambah karena metabolisme meningkat.
untuk mencapai kedewasaan hanya sekitar Sebaliknya dengan padat penebaran nauplius
6 sampai 12 hari. Dalam pertumbuhannya, A. yang tinggi akan mengurangi raung gerak se-
salina akan mengalami penurunan kadar hingga akan mengurai metabolisme nauplius dan
lemak dan peningkatan kadar protein, se- produksi amenia akan menurun.
hingga meningkatkan daya cerna larva.
63
2. Suhu. A. salina sebaiknya dipeliha- larva, dengan demikian energi yang seharus-
ra dengan suhu yang rendah karena suhu nya dipergunakan untuk pertumbuhan diper-
tinggi akan meningkatkan metabolisme A. gunakan untuk aktifitas pergerakannya.
salina sehingga produksi amonia akan ber-
tambah. KESIMPULAN
64
MOFFET, W.L. dan W.S. FISHER 1978. ROBERTSON, J.D. 1960. Osmotic and ionic
Ammonia production rates of Artemia sa- regulation. In : The physiology of crusta-
lina under various culture conditions. cean (T.H. WATERMAN ed) I. Metabo-
J. Fish. Res. Board Can. 35 : 1643 - lism and growth. Academic Press, New
1649. York and London, 670 hal.
NASH, C.E. 1973. Antomated mass produc- SORGELOOS, P. 1973. High density cultu-
tion of Artemia salina nauplius for hat- ring of the brine shrimp (Artemia salina
cheries. Aquaculture 2 : 289 - 298. L). Aquaculture 1 : 385 - 391.
PERSOONE, G. dan P. SORGELOOS 1975. SORGELOOS, P. dan G. PERSOONE 1975.
Technological imporvements for the Technological imporvements for the culti-
cultivation of invertebrates as food for vation of invertebrates as food for fishes
fishes and crsutaceans I. Devices and and crsutaceans II. Hatching and cultu-
methods. Aquaculture 6 : 275 - 289. ring of the brine shrimp Artemia salina L.
Aquaculture 6 : 303-317.
REEVE, R.M. 1963. Browth efficiency in
Artemia under laboratory conditions.
Biol. Bull. 125 : 135 - 145.
65