Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan
banyak terimakasih kepada Dosen pengampu matakuliah silvikultur.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.Terimakasih

Palangka Raya,Desember 2017

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komoditas gaharu telah cukup dikenal oleh masyarakat umum, gaharu adalah salah satu jenis
tanaman hutan yang memiliki mutu sangat baik dengan nilai ekonomi yang tinggi karena kayunya
mengandung resin yang harum baunya. Gaharu berwarna coklat kehitaman sampai hitam, berbau
harum jika dibakar. pasalnya, harga batang pohon gaharu terbilang sangat mahal mulai dari RP
300 ribu per kg hingga mampu mencapai RP 250 juta /Kg jika kualitasnya baik, fantastik bukan.
sedangkan satu pohon budidaya dapat menghasilkan 20 kg per pohon. Di pasar internasional,
gaharu diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk, dan minyak. Kayu gaharu bisa dijadikan bahan
kerajinan bernilai tinggi. Minyaknya merupakan parfum kelas atas. Dupa gaharu dapat
dimanfaatkan untuk mengharumkan ruangan, rambut, tubuh, dan pakaian para bangsawan. Aroma
gaharu digunakan sebagai bahan aromatherapy pada spa-spa elit untuk ramuan awet muda (anti
aging). Gaharu merupakan produk ekspor. Tujuan ekspor adalah negara-negara di Uni Emirat
Arab, Arab Saudi, Singapore, Taiwan, Jepang, Malaysia.

Pohon Gaharu (Aquilaria spp.) adalah species asli Indonesia. Beberapa species gaharu
komersial yang sudah mulai dibudidayakan adalah: Aquilaria. malaccensis, A. microcarpa, A.
beccariana, A. hirta, A. filaria, dan Gyrinops verstegi. Pohon gaharu dapat tumbuh pada di antara
kawasan dataran rendah hingga ke pergunungan pada ketinggian 0 – 750 meter dari permukaan
laut dengan curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun. Suhu yang sesuai adalah antara 27°C hingga
32°C dengan kadar cahaya matahari sebanyak 70% artinya cocok dibudidayakan pada lahan kering
maupun lahan yang agak lembab, dan tidak memerlukan tempat yang khusus untuk
membudidayakannya.
1.2Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. untuk mengetahui potensi ekonomi yang dimiliki oleh pohon gaharu

2. untuk mengetahui cara membudidayakan pohon gaharu

3. Mengajak masyarakat untuk memanfaatkan peluang ekspor gaharu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas,
serta memiliki kandungan kadar damar wangi yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil
gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang
terjadi baik secara alami maupun buatan, yang pada umumnya terjadi pada pohon gaharu. Gaharu
(A. malaccensis Lamk ) dapat ditemukan di Bangladesh, Bhutan, India,Indonesia, Iran, Laos,
Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapore, dan Thailand. Gaharu hanya diambil gubalnya yang
mengeluarkan bau harum. Keharuman gubal gaharu terbentuk oleh kayu yang mengalami
pelapukan dan mengandung damar wangi (aromatic resin) sebagai akibat serangan jamur. Dengan
kata lain, gaharu atau gubal gaharu merupakan substansi aromatik berupa gumpalan atau padatan
berwarna coklat muda sampai coklat kehitaman yang terbentuk pada lapisan dalam dari kayu
tersebut. Substansi aromatik yang terkandung dalam gubal gaharu ini termasuk dalam
golongansesquiterpena.
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Taksonomi

Taksonomi atau klasifikasi gaharu (Aquilaria) adalah sebagai berikut :


Kingdom: Plantae
Divisio: Spermatophyta
Class: Dicotyledonae
Ordo: Myrtales
Family: Thymeleceae
Genus: Aquilaria
Species: malaccensis Lamk

Secara ekologis jenis-jenis gaharu di Indonesia tumbuh di hutan primer terutama di dataran
rendah, dan daerah pegunungan sampai ketinggian 2.400 m dpl. Umumnya gaharu yang
berkualitas baik tumbuh pada daerah beriklim panas dengan suhu 28° - 34° C, kelembaban 60 –
80 %, dan curah hujan 1.000 – 2.000 mm/tahun (Sumarna, 2002 dalam Martesa 2006).beberapa
ciri-ciri morfologis gaharu , yaitu Tinggi pohon di daerah potensial, gaharu ini dapat mencapai 4
meter dengan diameter 50 – 80 cm. Kulit batangnya licin berwarna putih atau keputih-putihan,
lurus atau kadang-kadang beralur. Kayunya agak keras, daun lonjong memanjang dengan
panjang 5 – 8 cm dan lebarnya 3 – 4 cm, berujung runcing, dan berwarna hijau mengkilat. Bunga
berada diujung ranting atau ketiak daun bagian atas dan bawah. Buah berada di dalam polong
berbentuk bulat atau lonjong, berukuran panjang sekitar 5 cm, dan lebar 3 cm (Sumarna, 2002
dalam Martesa 2006).
3.2 Gambar anatomi pohon
3.3 Sifat botanis pohon gaharu

Secara botanis pohon penghasil gaharu berasal dari divisi Spermatophyta, class dycotyledon,
subclass Archichlamydae, dengan tiga family yaitu : Thymeleaceae, Euporbiaceae, dan
Leguminoceae. Dari tiga family tersebut, terdapat tujuh genus tanaman gaharu yang sudah
diidentifikasi, yaitu : Aquilaria, Aetoxylon, Delbergia, Enkleia, Excpccaria, Gonystylus,

Grynops, dan Wiekstroemia (Sumarna, 2009)

3.4 Benih dan pembibitan pohon gaharu

Gaharu adalah bahan aromatik termahal di dunia. Indonesia adalah eksportir gaharu nomor satu
dunia. Namun, kuota ekspor Indonesia per tahun menurun drastis. Dari 456 ton (1999) tersisa
hanya 30 ton (2000). Apakah kuota 2010 kembali menanjak? Tentu tidak. Penyebabnya yakni
adanya penebangan pohon penghasil gaharu di hutan secara liar, tanpa ada upaya budi daya
(peremajaan). Padahal, harga gaharu kualitas terbaik di pasar internasional berkisar Rp 5 juta s/d
Rp 20 juta per kg. Bahkan pernah bertengger di Rp 100 juta per kg. Harga gaharu kelas paling
rendah saja sekitar Rp 50 ribu per kg. Gaharu merupakan bahan baku untuk parfum elit,
kosmetik mahal, obat-obatan (chemical content), dan ritual keagamaan. Mahalnya harga gubal
pohon gaharu tersebut menghipnotis banyak orang untuk berlomba membudi-dayakannya. Selain
bernilai ekonomis tinggi, gaharu dapat tumbuh di hutan tropis. Seluruh komponen gaharu, dari
akar hingga ujung daun memiliki harga tinggi. Namun, pengembangan spesies pohon gaharu
saat ini belum banyak dikenal publik. Hanya orang tertentu saja yang sudah
mengembangkannya. Padahal, budi daya gaharu dapat mendatangkan banyak uang dalam waktu
relatif singkat. Apalagi pohon tersebut dapat tumbuh di pekarangan rumah. Petani bisa memiliki
banyak kesempatan untuk menanamnya di pekarangannya.
Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas termahal dan konsumsi raja-raja semenjak kerajaan
kuno Mesir, Babilonia, Mesopotamia, Romawi, dan Yunani. Mumi-mumi di Mesir, selain diolesi
kayu manis dan cengkeh, juga diberi minyak mur, minyak cendana, dan minyak gaharu. Dalam
Alkitab, disebutkan bahwa kain kafan Sang Manusia Ilahi, Ilahi Manusia (Yesus Kristus) direciki
aloe. Aloe yang dimaksud bukan aloevera (lidah buaya), melainkan gaharu. Karena itu, kayu
gaharu disebut aloeswood (kayu aloe). Sinonim lainnya adalah agarwood, heartwood, dan
eaglewood. Di pasar internasional, gaharu diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk, dan
minyak. Kayu gaharu bisa dijadikan bahan kerajinan bernilai tinggi. Minyaknya merupakan
parfum kelas atas. Dupa gaharu dapat dimanfaatkan untuk mengharumkan ruangan, rambut,
tubuh, dan pakaian para bangsawan. Aroma gaharu digunakan sebagai bahan aromatherapy pada
spa-spa elit di Jakarta untuk ramuan awet muda (anti aging).
Serbuk gaharu digunakan sebagai dupa (hio) untuk ritual keagamaan, seperti Hindu, Budha,
Kong Hu Cu, Tao, Shinto, Islam, dan Katolik. Kayu gaharu disebut sebagai kayu para dewa
karena aromanya dipercaya bisa mentahirkan peralatan keagamaan. Bahkan, jikalau gaharu
dibakar, maka roh-roh jahat akan hengkang dalam sekejab. Hanya roh-roh suci, bahkan orang
kudus akan datang menghirup aroma surgawi itu. Mungkin hanya aroma gaharu yang layak
mengitari tingkap-tingkap surga. Selain untuk ritual keagamaan, parfum, kosmetik, dan obat-
obatan, gaharu sering dikaitkan dengan mitis-magis, entah faedahnya maupun perburuannya di
hutan. Hingga kini, pengambilan gaharu di belantara masih dilakukan secara tradisional, bahkan
dibarengi ritual magis. Pencarian gaharu di lokasi sulit harus menggunakan pesawat terbang atau
helikopter. Hilangnya beberapa pesawat terbang dan helikopter pencari gaharu di hutan
Kalimantan memperkuat kesan mistiknya.
EQUATOR Development Advisor (EDAR) merupakan anggota Konsorsium ‘Berlian Hijau’
yang peduli akan kepunahan spesies gaharu, khususnya dan manfaat ekonomis tinggi, berupaya
melakukan budi daya semua jenis gaharu yang ada di dunia (34 spesies) secara profesional serta
ditunjang oleh kajian akademis dan para pakar gaharu dari IPB, UGM, LIPI, Badan Litbang
Departemen Kehutanan, Institut Pertanian, dan lain-lain. Dengan program Gerakan Gaharunisasi
Nusantara (GEGANA), yang telah dideklarasikan bersama seluruh komponen bangsa hingga
peserta dari Malaysia dan Brunei Darussalam di Magister Managemen UGM Yogyakarta, 9 Mei
2010, maka lembaga EDAR telah membentuk Komunitas Petani Gaharu (KOMPIGAR) di setiap
desa untuk memulai program bersama pembudidayaan gaharu secara akademis-profesional dan
menanggalkan nuansa magis-tradisional dan spiritual sempit tentang gaharu. Semua kelompok
tersebut berafiliasi dengan Konsorsium ‘Berlian Hijau’.
Sekitar sepuluh tahun, berbagai upaya sedang dilakukan lembaga EDAR untuk mendatangkan
spesies gaharu ke NTT, di mana Flores sebagai pilot project dan basis ‘EQUATOR Green Camp’
di NTT. Identifikasi spesies dan jamur penghasil gaharu di NTT sudah diproses sejak beberapa
waktu silam di IPB dan LIPI. Teknik pembenihan, inokulasi, distilasi, dan pemasaran ke manca
negara merupakan kesatuan paket yang telah disiapkan lembaga EDAR. Haruslah dicatat bahwa
tidak semua pohon penghasil gaharu bisa menghasilkan gaharu kelas tinggi dan dibutuhkan
pasar. Ada gaharu berkategori ‘gaharu palsu’ (black magic wood atau BMW) dan ‘gaharu
imitasi’ (fake). Karena itu, lembaga EDAR hanya mengembangkan gaharu bergenus aquilaria sp
dan gyrinops sp, yang terbukti bernilai ekonomis tinggi. Kedua genus tersebut memiliki kadar
gaharu tertinggi dan disukai pembeli mancanegara, khususnya Timur Tengah. Karena itu, genus
aquilaria sp yang sedang dan akan dikembangkan terdiri dari aquilaria malaccensis,
aquilaria agallocha, aquilaria secundana, aquilaria filaria, aquilaria beccariana, aquilaria hirta,
aquilaria microcarpa, dan aquilaria crassna. Sedangkan genus gyrinops sp terdiri atas gyrinops
versteegii, gyrinops rosbergii, gyrinops moluccana, dan gyrinops cuimingiana. Jadi, ada 12
spesies yang bisa dikembangkandiNTT.
Semua spesies pohon penghasil gaharu bisa tumbuh di lahan basah dan lahan kering dengan
ketinggian 0 m dpl s/d. 1.000 m dpl (di atas permukaan laut). Walaupun termasuk tanaman yang
tahan kekeringan, hidup di bawah naungan, seperti di bawah palem, pakis, mahoni, pisang, dan
lain-lain yang membutuhkan kelembaban merupakan tempat favorit pohon tersebut. Selain NTT
sebagai sumber bibit gaharu untuk genus gyrinops versteegii dan gyrinops rosbergii, Kalimantan,
Sumatera, dan Jawa juga menyediakan spesies gaharu dengan harga bervariatif, yakni kisaran Rp
7.500- s/d Rp 50.000/polibag. Setiap hektar dapat ditanam sekitar 500 s/d 1.000 pohon gaharu
dengan jarak tanam sekitar 3 m x 3 m. Usia pohon 7 tahun s/d 9 tahun mampu menghasilkan
gubal sekitar 2 kg kelas ‘super’ per pohon. Penentuan harga bergantung pada kualitas gaharu.
Gaharu kualitas rendah laku dijual Rp 5 juta per kg. Sedangkan untuk gubal gaharu berwarna
hitam atau kualitas terbaik laku dijual Rp 15 juta s/d Rp 20 juta per kg, bahkan hingga Rp 100
juta per kg. Fantastik!
Menanam pohon penghasil gaharu dan menghasilkan banyak gubal diperlukan perawatan
khusus, ilmu memadai, serta kajian akademis. Saat pohon gaharu berumur sekitar 5 tahun s/d 7
tahun, pohon tersebut perlu disuntik dengan jamur (inokulum) penghasil gaharu. Hingga kini,
fusarium sp (dengan 8 spesies) adalah jamur penghasil gaharu paling cepat. Setiap pohon hanya
memerlukan satu ampul jamur fusarium sp. Spesies inokulum teraktif yakni fusarium lateritium
dan fusarium popullaria.Apabila pemilik lahan tidur di NTT, entah lahan kering atau lahan
basah, mulai berbudi daya pohon penghasil gaharu, maka dalam kisaran 7 tahun s/d 9 tahun ke
depan pemiliknya akan menghasilkan uang ratusan juta hingga miliaran rupiah. Dibandingkan
komoditas lain, gaharu adalah peluang bisnis sangat menjanjikan hingga 12 abad mendatang.
Karena satu pohon usia dewasa dapat menghasilkan uang puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Inilah ‘berlian hijau dari Timur’, harta karun yang terlupakan, yang mampu melahirkan pundi-
pundi kemakmuran bagi orang NTT, yang selalu saja berkutat pada masalah yang sama, miskin,
miskin dan miskin. Dalam kurun waktu 7 tahun s/d 9 tahun mendatang, tak ada lagi alasan
demikian. Jika tidak, sebaiknya sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya dan dibuang ke
lautan karena tidak bermanfaat bagi dirinya dan orang-orang yang dicintainya. Apalagi spesies
gyrinops versteegii dan gyrinops rosbergii yang bermarkas di NTT sangat dicari negara Yaman
karena aromanya sangat disukai mereka. Tak heran jikalau beberapa waktu lalu harganya
mendekatiRp100jutaperkg.

3.5.AspekBudidaya

Budidaya tanaman gaharu sudah mulai dilakukan di beberapa tempat, dan menunjukkan
prospek yang sangat baik. Pengelolaan tanamannya tidak berbeda dengan tanaman lainnya
bahkan cukup sederhana tidak terlalu memerlukan perawatan khusus. Perawatan yang
intensif tentu juga dapat memacu pertumbuhan sehingga sudah bisa dilakukan inokulasi pada
tanaman usia 4 (empat) tahun.

3.6 Pertumbuhan dan tanaman pohon gaharu

Pohon penghasil gaharu tumbuh di daratan rendah, lereng-lereng bukit sampai ketinggian
750 mdpl. Jenis tanah: podsolik merah kuning, lempung berpasir, drainase sedang, baik tipe
iklim A-B kelembaban 80%, suhu udara 22-28 0C curah hujan 2000/4000 mm/tahun ph 4-7
intensitas cahaya40-50%.
Pohon penghasil gubal gaharu ini dapat tumbuh areal yang cenderung lembab. Pada lahan yang
luas dan kosong jarak tanam 3 m x 5 m, 4 m x 4 m, 5 m x 5 m, penanaman dilakukan pada
musim hujan, media tanam berupa tanah dan kompos, setiap lubang di aplikasikan 1 kg
kompos/lubang tanam.
Secara umum, ada 2 (dua) cara perbanyakan bibit tanaman gaharu, yaitu dengan cara generatif
dan vegetatif.
CaraGeneratif
Secara generatif (biji), bibit Gaharu dapat diperoleh dari biji maupun secara puteran.
Pembuatan bibit gaharu dari biji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan biji
ini, yaitu : Buah yang sudah tua di batang dikumpulkan pada musim buah. Buah yang
diperoleh dikeringkan selama beberapa hari dengan cara diangin-anginkan atau dijemur selama 2
(dua) jam pada pagi hari, yaitu antara jam 08.00-10.00. Biji yang sudah kering ditaruh di dalam
karung dan disimpan dengan baik, jangan sampai terkena air, lembab, berjamur atau dimakan
serangga dan tikus,sampaiwaktunyuntukdisemaikan.
Pembuatanbibitsecaraputeran
Tanaman Gaharu dapat dikembangbiakkan secara alami melalui pemencaran biji. Pohon yang
sehat biasanya dapat menghasilkan banyak biji dengan daya kecambah yang cukup
tinggi. Umumnya, pohon yang berasal dari biji baru bisa menghasilkan buah setelah berumur ±
8 (delapan) tahun. Anakan gaharu dapat diambil pada awal musim penghujan. Pengambilan
anakan ini harus disertai dengan tanah disekitarnya dan dilakukan dengan hati-hati agar akar
jangan sampai rusak. Kemudian anakan tersebut ditempatkan di polybag dan dipelihara di
bedengan sampai siap untuk ditanam.
Cara Vegetatif
Perbanyakan bibit tanaman gaharu secara vegetatif dapat dengan cangkok, okulasi, stek pucuk
dan lain sebagainya. Namun cara vegetatif ini memiliki kelemahan, antara lain : Perakaran
tanaman kurang lengkap, sehingga mudah roboh bila tertiup angin kencang. Tanaman kurang
tahan menghadapi keadaan kurang air, khususnya di musim kemarau panjang, karena sifat
perakarannya yang dangkal dan kurang mampu mengambil air tanah. Namun perbanyakan
dengan cara vegetatif ini adalah bibit relatif lebih cepat dibandingkan dengan cara generatif.

3.6 Penanaman dan pemeliharaan


Tanaman gaharu dapat juga di tanam sebagai tanaman sela (tumpang sari) dengan
tanaman yang telah tumbuh terlebih dahulu agar mendapat naungan dan tidak akan mengganggu
pertumbuhan tanaman pokok.
Pembuatan jarak tanam pada saat penanaman sangat bervariasi sesuai dengan pola yang akan
dikembangkan. Pelebaran jarak tanam dapat dikompensasi dengan perawatan tanaman yang
lebih intensif. jarak yang cukup lebar seperti 6 m x 2 m atau 3 m x 3 m memberikan kesempatan
untuk mengkombinasi dengan tanaman pertanian sebelum terjadi penutupan tajuk. beberapa
teknis yang dikenalkan bisa dengan monokultur atau dicampur dengan pohon pelindung.
Perawatan tanaman dengan pemupukan bahan organik sangat disarankan. Pemupukan organik
dan kimia diaplikasi 3 kali/tahun Sehingga pertumbuhan pohon bisa optimal dan menghasilkan
performa batang yang baik. Pemangkasan cabang dianjurkan dilakukan untuk memacu
pertumbuhan vertikal pohon sehingga diameter pohon dapat berkembang sesuai yang diharapkan
dan menghasilkan jaringan batang yang siap untuk dilakukan inokulasi.
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Gaharu merupakan substansi aromatic berupa gumpalan yang terdapat diantara sel-sel kayu
dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi.
 Jenis gaharu yang paling banyak dibudidayakan saat ini yaitu Gaharu Subintegra Gaharu Crassna,
Gaharu Malaccensis
 Proses pembentukan gubal gaharu dihasilkan dari masuknya mikroba ke dalam jaringan yang
terluka dan akhirnya menghasilkan aroma yang harum.
 Manfaat gaharu bermacam-macam yaitu dapat dibuat obat, dijadikan bahan kosmetik atau
kecantikan, dan juga parfum dan untuk perayaan keagamaan.
 Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu dari
tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp.

4.2 Saran
Tanaman gaharu banyak memberikan manfaat serta meningkatkan pendapatan masyarakt juga
meningkatkan devisa negara oleh karena itu diharapkan dapat melestarikan plasma nutfah
sumberdaya pohon penghasil gaharu agar keberadanya tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Agusramadhani, 2012. Jual Bibit Gaharu. http://jual-bibit-gaharu-subintegra.blogspot

Com/is proudly powered. Diakses pada 6 september 2013 pukul 10.12 Wita.

Anonim, 2012. Budidaya Gaharu. http://www.budidayagaharu.com/kemitraan/


artikel/72-pengertian-gaharu.html. Diakses pada 6 september 2013 pukul 10.25 Wita.
Jahiruddin, 2009. Gaharu. http;//htysite.com/gaharu.htm. Diakses pada tanggal 6 sepetember 2013
pukul 11.12 Wita.
Kurniawan, Soraya.2008. Jenis-jenis Gaharu. http://files. Word press.com/pdf. Diakses pada tanggal
6 September 2013 pukul 12.30 Wita.
Suryatmojo. 2004.Pohon Penghasil Gaharu. Hasil Penelitian :Yogyakarta. Diakses pada tanggal 6

September 2013 pukul 09.10 Wita.

Sumarna, yana. 2012. Budidaya pohon jenis gaharu.http://-7-budidaya pohon jenis gaharu.fan.pdf.

Diakses pada tanggal 6 september 2013 pukul 10.10 Wita.

Anda mungkin juga menyukai