Anda di halaman 1dari 7

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA TANIN DARI DAUN BINAHONG

(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

Rizki Karoby1, Sri Wardatun2, Husain Nashrianto3


123
Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan Bogor

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi senyawa tanin daun binahong dengan
Kromatografi Lapis Tipis selanjutnya menentukan panjang gelombang senyawa tanin dengan
spektrofotometri UV-Vis dan mengidentifikasi gugus fungsi dengan spektrofotometer FTIR.
Metode yang digunakan yaitu Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Spektrofotometri
UV-Vis, dan FTIR. Daun Binahong sebelumnya dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan aseton : air (7:3) dengan penambahan Asam askorbat 10 Mm selama 3 hari,
kemudian difraksinasi dan diidentifikasi senyawa taninnya.
Hasil ekstrak daun binahong dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) didapat 1 spot
tanin dengan eluen n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) dengan nilai Rf 0,64.Isolat diukur
serapannya dengan Spektrofotometri UV-Vis dengan nilai serapan 284 nm. Hasil identifikasi
dengan spektrofotometer FTIR menunjukkan serapan-serapan yang spesifik dari gugus O-H,
C=O, C=C terkonyugasi, C-H C-O alkohol skunder dan Benzena Tersubstitusi OH.

Kata kunci : Binahong, tanin, kromatografi lapis tipis, spektrofotometri UV-Vis, FTIR

ABSTRACK

The study is done to isolate compound tannin binahong leaves with chromatography
thin layer next specify wavelengths compound tannin with spectro uv-vis and identify the
function by spektrofotometer ftir .Methods used the method chromatography thin layer ( klt )
, spectro uv-vis , and ftir . Binahong leaves previously done extraction with the maceration
using acetone: water ( 7: 3 ) by the addition of ascorbic acid 10 Mm for 3 days , then in
fractionate and identified tannins compound.
The extract leaves binahong with chromatography layers thin ( klt ) obtained 1 spot
tannin with eluen n-butanol: acetic acid: water ( 4: 1: 5 to the value of rf 0,64.isolat measured
absorption him by spektrofotometri uv-vis with the absorption 284 nm .The identification
with of the spectrophotometer ftir show serapan-serapan specific of a cluster of O-H , C=O ,
C=C terkonyugasi , C-H C-O alcohol skunder and benzene substituted OH.

Keywords: binahong , tannin , chromatography thin layer , spectro uv-vis , ftir

PENDAHULUAN mengandung senyawa seperti flavonoid,


Tanaman binahong (Anredera cordifolia alkaloid, tanin dan saponin (Pansera, 2014).
(Ten.) Steenis) merupakan salah satu taman Tanin terdapat luas dalam tumbuhan
Indonesia yang dimanfaatkan sebagai obat yang berpembuluh, dalam angiospermae
tradisional. Kemampuan binahong dalam terdapat khusus dalam jaringan kayu dapat
menyembuhkan penyakit berkaitan erat dengan bereaksi dengan proteina membentuk kopolimer
senyawa aktif didalamnya. Daun binahong yang tidak larut dalam air (Harbone, 1987).
Senyawa ini dapat ditarik menggunakan pelarut ditambahkan amil alkohol dikocok dengan kuat
campuran aseton-air (7:3) dengan penambahan dan dibiarkan memisah. Terbentuknya warna
asam askorbat 0,1% untuk melindungi tanin merah, kuning atau jingga dalam larutan amil
terhadap oksidasi udara dengan metode KLT alkohol menunjukan adanya senyawa golongan
dan Fraksinasi (Hayati, dkk., 2009 dan flavonoid (DepKes, 1980).
Harbone, 1987). Ekstrak lalu difraksinasi dengan 2. Uji Alkaloid
kloroform. Ekstrak air kemudian dipisahkan Sebanyak 500 gram ekstrak ditambahkan 1
dengan KLT (Kromatografi lapis tipis analisis ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling,
dan KLT preparatif dan KLT dua dimensi dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit,
selanjutnya dilakukan identifikasi dengan didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh
spektrofotometer UV-Vis dan FTIR. dipakai untuk test alkaloida sebagai berikut:

METODE PENELITIAN a. Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan


Waktu dan Tempat Penelitian dengan 2 tetes pereaksi Bouchardat, reaksi
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) positif ditandai dengan terbentuknya
bulan mulai dari bulan Agustus sampai bulan endapan berwarna coklat sampai hitam.
Oktober 2016 di Laboratorium Farmasi Fakultas b. Filtrat sebanyak 1 mL ditambah dengan 2
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tetes pereaksi Dragendorff, reaksi positif
Universitas Pakuan, Bogor. ditandai dengan terbentuknya warna merah
Alat atau jingga.
Alat yang digunakan pada penelitian ini Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan dengan
adalah seperangkat alat gelas, vacum rotary 2 tetes larutan pereaksi Mayer, reaksi
evaporator, bejana pengembang, lampu UV 254, positif ditandai dengan terbentuknya
seperangkat alat UV-Vis merk Shimadzu, endapan menggumpal berwarna putih atau
seperangkat alat FTIR merk IR Buck M500 kuning (DepKes, 1980).
Scientific. 3. Uji Tanin
Bahan Ekstrak dilarutkan dengan air, alkohol atau
Bahan yang digunakan pada penelitian aseton. Larutan tanin mengendap dengan
ini adalah daun binahong, aseton, akuades, asam penambahan logam berat atau gelatin (protein)
askorbat 0,1%, kloroform, etil asetat, gelatin, 1 % dalam natrium klorida 10 %. Sampel
natrium asetat, asam klorida pekat, asam asetat ditambahkan larutan garam feri (besi), dan akan
glasial, asam asetat, n-butanol, metanol, gelatin, menunjukkan reaksi positif warna biru hitam
Pb asetat, Besi (III) Klorida, pelet KBr, plat (Hanani, 2014).
KLT silika G60 F254. 4. Uji Saponin
Pengumpulan Bahan Sekitar kurang lebih 500 mg ekstrak
Daun binahong yang digunakan dalam dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
penelitian ini diperoleh dari Balai Penelitian ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan dan
Tanaman Obat dan Rempah (Balittro). kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik
Pembuatan Simplisia Daun binahong (jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair,
Daun binahong dikeringkan dengan oven diencerkan 1 ml sediaan yang diperiksa dengan
pada suhu 40ºC selama 12 jam, simplisia 10 ml air dan dikocok kuat-kuat selama 10
digrinder sampai halus dan berbentuk serbuk, menit). Reaksi positif jika terbentuk buih yang
diayak dengan ayakan mesh 30. mantap selama tidak kurang dari 10 menit,
Uji Fitokimia Ekstrak Daun Binahong setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan
1. Uji Flavonoid 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang
Sebanyak kurang lebih 500 mg ekstrak (DepKes RI, 1979).
ditambah 100 ml air panas kemudian dididihkan Pembuatan Simplisia Daun Binahong
selama 5 menit, disaring sehingga diperoleh Daun binahong yang telah dikumpulkan
filtrat yang digunakan sebagai larutan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
percobaan. 5 ml larutan percobaan ditambahkan menempel (sortasi basah) lalu dicuci dengan air
serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat. Selanjutnya mengalir sampai bersih, kemudian ditiriskan
untuk menghilangkan air sisa-sisa pencucian. Identifikasi KLT Analitik
Daun yang telah bersih dan bebas air pencucian Lempeng alumunium silika gel GF254
dikeringkan di dalam oven pada suhu ± 450C, Merck dipanaskan dalam oven selama 10 menit,
lalu dibersihkan kembali dari kotoran yang disiapkan dengan ukuran panjang 10 cm dan
mungkin tidak hilang saat sortasi kering. lebar 3 cm. Ekstrak kental yang telah dilarutkan
Simplisia kering tersebut selanjutnya digrinder dengan aseton : air (7:3) ditotolkan pada
hingga menjadi simplisia serbuk lalu diayak lempeng tepi bawah dan diangin-anginkan
dengan ayakan Mesh 30, disimpan dalam wadah beberapa saat. Lempeng dimasukkan ke dalam
yang kering dan bersih. chamber yang berisi eluen yaitu campuran
Penetapan Kadar Air homogen lapisan bawah pelarut antara n-butanol
Penetapan kadar air dilakukan dengan : asam asetat : air (4:1:5) (Sa’adah, 2010).
menggunakan alat moisture balance dengan cara Setelah gerakan larutan pengembang
meletakkan simplisia pada plat lempengan alat sampai pada garis batas, elusi dihentikan dan
sebanyak 1 g, pada suhu 1050C selama 10 menit dikeringkan. Spot yang terbentuk masing-
kemudian dicatat hasilnya pada saat persentase masing diukur nilai Rf nya. Spot yang terbentuk
kadar air konstan. diperiksa dengan lampu UV-Vis pada panjang
Penetapan Kadar Abu gelombang 254 nm dan 366 nm.
Ditimbang seksama lebih kurang 2-3 g Identifikasi KLT Preparatif
sampel yang telah digerus dan di timbang Lempeng preparatif silika gel 60 F254
seksama, dimasukkan ke dalam krus platina atau Merck disiapkan dengan ukuran panjang 20 cm
krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, dan lebar 20 cm. Ekstrak kental yang telah
diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga dilarutkan dengan aseton : air (7:3) ditotolkan
arang habis, didinginkan lalu ditimbang, jika sepanjang plat pada jarak 1cm dari garis bawah
dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, dan 1cm dari garis tepi, kemudian diangin-
ditambahkan air panas, disaring melalui kertas anginkan beberapa saat. Lempeng dimasukkan
saring bebas abu. Sisa dipijarkan dan kertas ke dalam chamber yang berisi eluen n-butanol :
saring dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan asam asetat : akuades (4:1:5) yang memberikan
ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga berat pemisahan terbaik pada KLT analitik (Sa’adah,
tetap, dan ditimbang 2010). Setelah gerakan larutan pengembang
Pembuatan Ekstrak Daun Binahong sampai pada garis batas, elusi dihentikan. Spot
Ekstraksi dilakukan dengan metode yang terbentuk masing-masing diukur nilai Rf
maserasi selama 24 jam. Serbuk daun binahong nya. Spot yang terbentuk diperiksa dengan
ditimbang sebanyak 50 g kemudian direndam lampu UV-Vis pada panjang gelombang 254 nm
dengan 400 mL pelarut. Pelarut yang digunakan dan 366 nm.
adalah aseton dan air dengan perbandingan (7:3) Identifikasi Menggunakan KLT Dua Dimensi
dengan penambahan 3 mL asam askorbat 10 Isolat yang diperoleh kemudian
mM, ekstrak cair dipisahkan dari residu lalu ditotolkan pada lempeng KLT G60 F254, dielusi
didiamkan selama 24 jam Kemudian ekstrak 2 eluen dengan tingkat kepolaran dan arah yang
dipekatkan dengan menggunakan vakum rotary berbeda. Hasil elusi diamati menggunakan sinar
evaporator (Hayati, dkk 2009). ultra violet 254nm. Hasil pengamatan yang
Uji Fraksinasi Senyawa Tanin Daun menunjukan satu spot tunggal menandakan
Binahong senyawa isolat tunggal (Harborne, 1984)
Cairan hasil vaccum rotary evaporator Isolat- isolat dari hasil KLT preparatif,
difraksinasi dengan kloroform (4x25 mL) dilarutkan dengan aseton : air dan disentrifuge
menggunakan corong pisah sehingga terbentuk 2 kemudian dianalisis dengan spektro UV-Vis
lapisan. Lapisan kloroform (bawah) dipisahkan merk shimadzu.
dan lapisan air 1 (atas), diekstraksi kembali Masing-masing isolat sebanyak 2 ml
dengan etil asetat (1x25 ml), sehingga terbentuk dimasukkan dalam kuvet dan diamati
2 lapisan. Lapisan etil asetat 1(atas) dipisahkan spektrumnya pada bilangan gelombang 200-800
dan lapisan air 2 (bawah) dipekatkan dengan nm. Identifikasi dilanjutkan dengan penambahan
waterbath (Hayati, dkk 2009). pereaksi geser natrium hidroksida 2M,
aluminium klorida 5%, asam klorida, sodium Kadar abu yang diperoleh dari serbuk
asetat. Kemudian diamati pergeseran puncak simplisia daun binahongsebesar 7,5254%. Nilai
serapannya. ini menunjukkan bahwa simplisia yang
Tahapan kerja penggunaan pereaksi digunakan memenuhi ketentuan mutu simplisia
geser adalah sebagai berikut: yang baik yaitu kadar abu tidak lebih dari 12%.
1) Isolat diamati pada panjang gelombang Rendemen yang diperoleh dari ekstrak
200-800 nm, direkam dan dicatat pekat daun binahong sebesar 8,29%.
spektrum yang dihasilkan.
2) Isolat ditambah 3 tetes natrium
hidroksida 2 M kemudian dikocok
sampai homogen dan diamati
spektrumya, sampel didiamkan selama 5
menit dan diamati spektrum yang
dihasilkan.
3) Isolat ditambah 6 tetes pereaksi Hasil pengujian fitokimia ektrak daun
aluminium klorida 5% dalam metanol binahong positif mengandung senyawa
kocok sampai homogen dan diamati flavonoid, saponin, tanin, alkaloid.
spektrumnya. Sampel ditambah dengan Hasil uji kualitatif Tanin
3 tetes Asam klorida kemudian
dicampur hingga homogen dan diamati
spektrumnya.
Isolat ditambah serbuk natrium asetat
±250 mg. kocok sampai homogen
menggunakan vortex dan diamati
spektrumnya, selanjutnya larutan ini
ditambah asam borat ±150 mg. dikocok
sampai homogen dan diamati
spektrumnya (Markham, 1988). dari hasil uji kualitatif dari ekstrak tanin
Isolat hasil KLT Preparatif diidentifikasi Dengan dari daun binahong menunjukan bahwa didalam
Metode FTIR. Ditimbang 0,2 gram pellet KBr daun binahong diduga mengandung tanin galat
ditambahkan dengan 1 tetes yang diduga dikarenakan pada saat pengujian penambahan
senyawa tanin, dikeringkan kemudian di FeCl3 1% dan larutan gelatin menunjukkan hasil
identifikasi dengan spektrofotometer FTIR merk positif.
IR Buck M500 Scientific dengan panjang Hasil KLT Analitik
gelombang 4000-400 cm-1 Hasil dari pemisahan senyawa tanin
dengan menggunakan KLT analitik menunjukan
HASIL PENELITIAN bahwa eluen campuran n-butanol : asam asetat:
Hasil Determinasi Tanaman air (4:1:5) menghasilkan 3 spot yaitu Rf 0,64;
Berdasarkan hasil determinasi di 0,68; 0,70, spot tersebut terpisah dengan baik
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bidang dan dapat diamati dengan bantuan Lampu
Botani Pusat Konservasi Tumbuhan Cibinong, Ultraviolet 354 nm, data dapat dilihat pada
menyatakan bahwa sampel atau bahan yang Gambar. Eluen tersebut bersifat polar sehingga
digunakan dalam penelitian adalah Daun dapat memisahkan senyawa tanin.
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Hasil KLT Analitik dari eluen n-butanol
Penelitian kadar air simplisia dianalisis : asam asetat : air (4:1:5).
menggunakan alat moisture balance diperoleh
kadar air sebesar 7,90 % nilai ini menunjukkan
bahwa simplisia yang digunakan memenuhi
ketentuan mutu simplisia yang baik yaitu kurang
dari 10%.
didapat dari isolat. Plat KLT yang telah
diidentifikasi dibawah sinar UV 254 nm.

Hasil KLT Preparatif


Hasil pemisahan dengan KLT preparatif 1
hampir sama dengan KLT analitik hanya
berbeda pada jumlah ekstrak yang ditotolkan
pada plat dan ukuran plat KLT yang digunakan.
Plat yang digunakan pada KLT preparatif adalah
plat KLT silika gel G 60 F254 dengan ukuran 2
yang lebih besar yaitu 10 cm x 20 cm. Eluen Ket : 1 (n-butanol : Asam asetat : Air)
yang digunakan pada pemisahan KLT 2 (etil asetat : kloroform : asam asetat
preparatif adalah eluen terbaik hasil 10% )
pemisahan pada KLT analitik yaitu n-butanol :
asam asetat : air (BAA) dengan perbandingan Hasil Identifikasi Spektrofotometri UV-Vis
(4:1:5). Pada panjang gelombang 254 nm terlihat Isolat tanin dari ekstrak aseton : air (7:3)
1 spot terpisah. Dilakukan reaksi warna dikerok daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
1 cm sepanjang plat KLTP dan direaksikan Steenis) yang diperoleh dari hasil KLT
dengang FeCl3. Hasil yang diperoleh preparatif. isolat yang didapat dilarutkan dengan
menunjukkan reaksi berwarna biru keungunan. menggunakan aseton : air (7:3) sebanyak 100
Hal ini menunjukan hasil yang sama saat ml, kemudian disentrifuge dan dianalisis dengan
penyemprotan plat KLT analitik dengan FeCl3 spektrofotometer UV-Vis panjang gelombang
yang menunjukan warna biru keunguan pada Rf 200-500. Hasil analisa Spektrofotometri UV-Vis
0,64. Plat yang diidentifikasi dengan UV 254 menunjukkan bahwa isolat hasil KLTP daun
nm. binahong menghasilkan nilai absorbansi
maksimum 0,728 pada panjang gelombang 284
nm. Spektra tanin yang dihasilkan pada
penelitian ini berbeda dengan pola spektra tanin
yang dihasilkan oleh Rosyda (2010) yang
menyatakan bahwa panjang gelombang tanin
adalah 280,5 nm.

Hasil KLT 2 dimensi


Hasil pemisahan KLT Preparatif
selanjutkan diidentifikasi menggunakan KLT
dua dimensi atau bisa disebut KLT dua arah
untuk mengetahui keberadaan isolat tunggal
(Harborne, 1987). KLT dua dimensi dilakuakn
dengan pengembang yag berbeda kepolarannya,
Pengembang pertama n-butanon : Asam asetat :
Air (4:5:1) dan pengembang ke dua etil asetat : Hasil Identifikasi FTIR
kloroform : asam asetat 10% (15:5:2) Hasil Sebelum dilakukannya analisis FTIR dibuat
kromatografi dua dimensi yang diperoleh pellet KBr terlebih dahulu yang berfungsi
menunjukkan terbentuknya spot tunggal yang sebagai media identifikasi kemudian dilakukan
berarti hasil tersebut adalah spot tunggal yang penetesan pada pellet KBr dan dikeringkan
kemudian dianalisis dengan bilangan gelombang gelombang 1607,27 cm-1 dikarenakan adanya
4000-400 cm-1. Hasil identifikasi senyawa tanin glukosa yang terikat
dengan spektrofotometer FTIR. pada tanin. Selanjutnya pada bilangan
gelombang 1398,77 cm-1 terdapat serapan C-O.
selanjutnya pada bilangan gelombang 1045,82
cm-1 dan 1076,02 cm-1 terbentuk serapan C-O
alkohol skunder dengan intensitan kuat. Dugaan
senyawa tanin diperkuat dengan adanya cincin
aromatik yang tersubstitusi pada posisi orto
yang ditunjukkan dengan puncak serapan pada
bilangan gelombang 788,32 cm-1. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah
(2010) bahwa senyawa tanin dari tanaman
belimbing wuluh memperoleh nilai dengan
puncak serapan pada bilangan gelombang
782,50 cm-1.

DAFTAR PUSTAKA
Hasil spektrum inframerah dari hasil Ansel, C.H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
pemisahan KLTP menunjukkan bahwa isolat Farmasi. Edisi IV. UI press. Jakarta.
mengandung gugus fungsi seperti rentangan Halaman 390, 489.
asimetri O-H dari gugus alkohol yang terikat Aryanto, B., Wardatun, S., dan Wiendarlina, I.Y.
pada gugus alifatik dan aromatik. Puncak 2015. Fraksinasi dan Identifikasi Tanin
serapan sangat lebar terbentuk pada bilangan Pada Daun Tempuyung (Sonchus arvensis
gelombang 3387,06 cm-1, akibat dari vibrasi L). Jurusan Farmasi. Fakultas Matematika
ikatan hidrogen intramolekul (Sastrohamidjojo, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
2001). Pelarut yang digunakan adalah aseton : Pakuan. Bogor.
air yang bersifat sangat polar yang DepKes RI. 1989. Materia Medika Indonesia.
mempengaruhi serapan-serapan O-H. Karena Jilid V. Departemen Kesehatan Republik
dimungkinkan gugus O-H yang terbaca pada Indonesia. Jakarta.
spectrum IR dari gugus pelarut (aseton : air) ________. 1980. Materia Medica Indonesia.
sehingga pada bilangan gelombang 3500-3000 Jilid IV. Direktorat Jendral Pengawasan
cm-1 terbentuk serapan O-H yang sangat Obat dan Makanan. Cetakan Pertama.
melebar. Terdapat pita serapan agak melebar Jakarta. Hal. 94-98.
di bilangan gelombang 1607,27 cm-1 ________. 1995. Materia Medika. Edisi VI.
dimungkinkan merupakan pita gabungan dari Departemen Kesehatan Republik
uluran C=O yang terkonjugasi oleh ikatan C=C Indonesia. Jakarta. Hal. 337.
yang bertetangga dengan gugus karbonil yang ________. 2000. Parameter standar Umum
menyebabkan terjadinya delokalisasi electron π Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
pada ikatan karbonil dan ikatan rangkap. Pengawasan Obat dan Makanan.
Konjugasi ini menaikan ikatan tunggal C=O Departemen Kesehatan Republik
yang mengakibatkan tetapan kekuatan k turun Indonesia. Jakarta. Hal. 1-2.
dan frekuensi absorpsi C=O turun, pada DitjenPOM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
umumnya adanya ikatan rangkap ɑ,ß pada IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
senyawa karbonil menyebabkan pergeseran Halaman 4-8, 891-898, 1035.
sekitar 30 cm-1 ke arah frekuensi yang lebih Hanani E., 2014. Analisis Fitokimia. Buku
rendah dari harga dasar yang diberikan table dan Kedokteran EGC. Jakarta.
menyebabkan penurunan frekuensi vibrasi Harbone, J.B. 1996. Metode Fisikokimia:
(Harmita, 2009). Sedangkan menurut Markham Penuntun Cara Modern Menganalisa
(1988) melebarnya serapan pada bilangan Tumbuhan. Terbitan Kedua. ITB.
Bandung. Hal: 123-129.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan Padmawinata K,
Soediro I, Niksolihin S. Terbitan Pertama.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Hal. 151.
Harborne, J.B. 1984. Metode Fitokimia
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro. Terbitan
Kedua. Institut Teknologi Bandung.
Bandung. Hal. 47-102, 152-153..
Harmita. 2009. Buku Ajar Analisis Fisikokimia.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 65.
Hayati, E.K. 2007. Dasar-Dasar Analisis
Spektroskopi. Malang: Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang
Hayati, E.K, Jannah, A. dan Fasya, A.G. 2009.
Aktifitas Antibakteri Komponen Tanin
Ekstrak Daun Blimbing Wuluh (Averrhoa
Billimbi L) Sebagai Pengawet Alami.
Laporan penelitian Kompetitif Depag.
Malang: UIN Malang.
http://www.ansci.cornell.edu/plant/toxicag
ents/tannin/image/int.big.gif. cornert
university. Diakses tanggal 25 Mei 2016.
Markham, R.K. 1988. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. Bandung: ITB.
Pansera, M.R. 2004. Extraction Of Tannin By
Acacia Mearnsii With Supercritical
Fluids. Journal Internasional Brazilian
Archives Of Biology and Technology. Hal
197-201.
Rosyda, A.I dan Ersam, T. 2010. Peningkatan
Kualitas Kayu (Instia bijuga) :Komplekasi
Logam Cu (II), Fe (III) dan Zn (II) Oleh
Senyawa Tanin. Jurusan Kimia. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Teknologi Sepuluh November.
Surabaya.
Sa’adah, L. 2010. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Tanin dari Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Jurusan
Kimia. Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim. Malang.

Anda mungkin juga menyukai