Anda di halaman 1dari 23

BAB I

STRIPPING

1.1. Tujuan Percobaan


- Mengetahui pengaruh laju alir liquida pada koefisien transfer massa pada
kolom stripping.
- Mengetahui pengaruh laju alir gas pada koefisien transfer massa padakolom
stripping.
1.2. Tinjauan Pustaka
Perpindahan massa terjadi ketika suatu komponen dalam suatu campuran
berpindah dari satu fase ke fase lainnya oleh karena adanya perbedaan konsentrasi atau
tekanan diantara dua titik. Perpindahan ini terjadi dari bagian berkonsentrasi tinggi ke
bagian berkonsentrasi rendah, sehingga diperoleh beda konsentrasi yang minimal.
Untuk mencapai kesetimbangan maka secara perlahan fase yang berkonsentrasi tinggi
akan mendiffusi ke fase yang berkonsentrasi rendah (Widodo, 2009).
Operasi perpindahan massa dapat diklasifikasikan sebagai berikut, kontak
langsung dua fase yang tak dapat bercampur kategori ini hampir meliputi semua proses
perpindahan massa yang sangat penting yaitu sistem dua fase, beberapa komponen pada
kesetimbangan kecuali beberapa komposisi fasenya yang berbeda. Begitu pula solid
yang berkesetimbangan kontak dengan larutan garam baik murni atau garam tergantung
pada komposisi eutektis liquid yang terjadi (Welasih. 2006).
Proses pemisahan atau separasi adalah proses mengisolasi konstituen tertentu dari
suatu campuran atau membagi campuran menjadi beagian-bagian konstituen. Secara
umum teknik pemisahan terbagi emnjadi beberapa kategori, salah stunya teknik
pemisahan dengan pembentukan fase atau penambahan fase.
Dalam teknik pemisahan ini terdapat 2 faktor pemisah yang digunakan yaitu:
1. Faktor pemisah energi (ESA) yang berupa transfer energi panas ( pemanasan dan
pendinginan) dan shaft work.
2. Faktor pemisah massa (MSA), dimana berupa massa yang sebagian tidak dapat
bercampur dengan satu konstituen atau lebih dan berupa massa yang dapat
bercampur sempurna dengan campuran liquida (Poespowati, 2016).

1
2

Aerasi merupakan istilah lain dari transfer gas, lebih dikhususkan pada transfer
gas oksigen atau proses penambahan oksigen ke dalam air. “Keberhasilan proses aerasi
tergantung pada besarnya nilai suhu, kejenuhan oksigen, karateristik air dan turbulensi
air. Beberapa jenis aerator yang digunakan dalam proses aerasi adalah diffuser aerator,
mekanik aerator, spray aerator, dan aerator gravitasi".
Transfer gas juga dapat didefinisikan sebagai proses dimana gas dipindahkan dari
suatu fase ke fase lainnya, biasanya dari fase gas ke fase cair.Transfer gas melibatkan
terjadinya kontak antara udara atau gas lain dengan air yang menyebabkan
berpindahnya suatu senyawa dari fase gas ke fase cair atau menguapnya suatu senyawa
dari fase cair (dalam bentuk terlarut) menjadi fase gas lepas ke udara. Mekanisme
transfer gas terjadi secara difusi.
Dalam proses aerasi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perpindahan
oksigen, diantaranya sebagai berikut:
1. Suhu
Koefisien transfer gas (KLa) meningkat seiring dengan kenaikan suhu, karena suhu
dalam air akan mempengaruhi tingkat difusi, tegangan permukaan dan kekentalan
air. Kemampuan difusi oksigen meningkat dengan peningkatan suhu, sedang
tegangan permukaan dan kekentalan menurun seiring dengan kenaikan suhu.
2. Kejenuhan Oksigen
Konsentrasi jenuh oksigen (Cs) dalam air tergantung pada suhu dan tekanan parsial
oksigen yang berkontak dengan air. Secara teoritis konsentrasi oksigen terlarut dalam
air pada tekanan 760 mmHg.
3. Karateristik Air
Dalam praktik ada perbedaan nilai KLa untuk air bersih dengan KLa air limbah yang
mengandung materi tersuspensi, surfaktan (detergen) dalam larutan dan perbedan
temperatur. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi nilai Cs.
4. Turbulensi Air
Turbulensi akan menurunkan derajat tahanan liquid – film, laju perpindahan masa
oksigen karena terjadi percepatan laju pergantian permukaan bidang kontak, yang
berakibat pada defisit oksigen (driving-force, ΔC) tetap terjaga konstan, serta akan
meningkatkan nilai koefisien perpindahan oksigen (KLa) (Abuzar, 2012).
3

Stripping adalah operasi pemisahan solute dari fase cair ke fase gas, yaitu dengan
mengontakkan cairan yang berisi solute dengan pelarut gas ( stripping agent ) yang
tidak larut ke dalam cairan. Proses stripping dilakukan dalam kolom stripper, dimana
Stripper adalah suatu alat yang digunakan untuk mengambil suatu zat atau senyawa dari
senyawa lainnya dengan fase yang berbeda.. Sebagai contoh adalah pemisahan gas
nitrogen dan hydrogen pada amoniak cair.
Stripper disebut juga sebagai kolom distilasi berfungsi sebagai unit operasi untuk
melakukan proses pemisahan sebuah campuran menjadi dua atau lebih produk yang
memiliki titik didih berbeda, dengan mengeluarkan komponen yang lebih mudah
menguap dari campuran. Adapun jenis-jenis dari stripper, yaitu:
1. Stripper dengan Injeksi Steam
Injeksi steam pada stripper jenis ini bertujuan untuk menurunkan tekanan partial diatas
permukaan cairan, sehingga fraksi ringan yang terikut ke dasar kolom stripper akan lebih
mudah menguap dan kembali ke kolom fraksinasi.
2. Stripper dengan Reboiler
Pemanasan kembali pada bottom kolom stripper jenis ini bertujuan agar terjadinya
penguapan. Uap dalam reboiler mempunyai Specific Gravity (SG) yang lebih rendah
dari pada SG cairan di dasar stripper, cairan di dasar stripper akan mendorong uap
kembali ke stripper dan seterusnya menguap kembali ke kolom fraksinasi. Stripper
dengan reboiler ada dua macam :
- Stripper dengan Dapur Reboiler
Reboiler jenis ini banyak digunakan. Bentuknya seperti dapur yang berfungsi untuk
memanaskan fluida cair dari dasar stripper yang masih banyak mengandung fraksi –
fraksi ringan yang tidak dikehendaki. Dengan bantuan pompa cairan dilewatkan
melalui dapur dan dipanaskan sampai suhu
- Stripper dengan Thermosiphon Reboiler
Prinsip kerja reboiler ini berdasarkan perbedaan Spesific Gravity, dimana jika cairan
yang lebih panas mempunyai Specific Gravity lebih kecil, maka cairan pada dasar
stripper akan mendesak cairan yang berbeda pada alat penukar panas untuk kembali
ke stripper. Dengan adanya aliran tersebut, fraksi ringan yang masih terkandung
didasar stripper akan naik dan menguap melalui puncak stripper.
4

Kolom stripper merupakan salah satu peralatan utama dalam proses distilasi karena
kolom ini berfungsi untuk mempertajam pemisahan komponen – komponen, sehingga bisa
memperbaiki mutu suatu produk dengan memisahkan fraksi ringan yang tidak dikehendaki
dalam produk tersebut. Peralatan proses dalam kolom stripper terbagi menjadi dua tipe
yaitu plate column dan juga packed column.
1. Plate Column
Plate column terdiri dari kolom vertikal dengan cairan masuk mengalir dari bagian atas
dan cairan keluar dari bagian bawah. Di bagian dalam kolom terdapat tray atau plate.
Tray atau plate ini memaksa cairan mengalir bolak-balik horizontal dan memaksa
gelembung uap ke atas melalui lubang di plate. Tujuan dari tray ini adalah untuk
meningkatkan jumlah bidang kontak antara fase cair dan uap.
2. Packed Column
Packed column mirip dengan plate column, cairan mengalir serta uap masuk dan keluar
dengan cara yang sama. Perbedaannya adalah tidak terdapatnya tray atau plate di dalam
kolom. Packed digunakan untuk meningkatkan bidang kontak antara fase cair dan uap.
Kontak gas cair dalam packed bed column berlangsung secara kontinyu, tidak secara
bertahap seperti dalam plate column.
Packing adalah material yang berguna untuk memperluas permukaan didalam kolom.
Cairan akan lebih mudah menguap apabila bersentuhan dengan suatu permukaan yang
bersuhu berbeda. Demikian juga uap akan lebih mudah terkondensasi apabila bersentuhan
dengan permukaan yang berbeda suhu. Material terbaik untuk packing adalah scrub
stainless steel/tembaga dan rashcig/pall ring (biasanya digunakan industri). Berikut ini
merupakan beberapa jenis dari packing (Jannah, 2014):

(a) (b) (c) (d)


Gambar 1.1. Macam-macam jenis packing
Keterangan gambar :
a. Roshing ring
b. Lessing ring
c. Beri saddle
d. Pall ring
5

Jenis-jenis alat stripping antara lain:


1. Kolom plat (sieve tray)
Berguna untuk absorpsi gas dan destilasi. Dalam sieve tray uap menggelembung
terus naik ke lubang kecil. Lubang itu berukuran 3-12 mm dari diameter dengan
ukuran umum 5 mm. Luas uap dari lubang berkisar 5-15% dari luasan kolom.

Gambar 1.2. Kolom Plat (Sieve Tray)


2. Valve tray
Merupakan modifikasi dari sieve tray yang terdiri dari bukaan kolom dan bukaan
valve. Tipe kolom ini dapat beroperasi pada skala besar daripada laju alir sieve tray.

Gambar 1.3. Valve Tray


6

3. Bubble cap tray


Sudah tidak digunakan lagi sejak tahun 1950 karena harganya hampir dua kali lipat
dari sieve tray (Geankoplis, 1993).

Gambar 1.4. Bubble Cap Tray


Beberapa persamaan matematis yang digunakan dalam percobaan stripping adalah :
1. Persamaan diffusivitas liquida
T
DAB = 1,173.10–16 (φ.MB)1/2 B.VA .....................................(1.1)

Dimana:
DAB : Diffusivitas liquida (cm2/det)
T : Temperatur (K)
MB : Massa (gram)
VA : Volume molar solute (cm3/g.mol)
μB : Viskositas air (g/cm.det)
φ : Parameter association solvent
2. Persamaan diffusivitas gas
1  10 7 (1 / M C  1 / M D )1 / 2
DCD = ....................................(1.2)
P[(VC )1 / 3  (VD )1 / 3 ]2
7

Dimana:
DCD : Diffusifitas gas (cm2/det)
VC : Volume diffusi atom udara (cm3)
VD : Volume diffusi atom gas (cm3)
MC : BM udara
MD : BM liquida (Geankoplis, 1997)
3. Persamaan koefisien transfer liquid
0 , 49 1/ 4 1/ 3
 L       
KL = 0,021      …....................(1.3)
 At.    .D AB    . g 
Dimana:
KL : Koefisien transfer massa liquida (g/cm3.det)
At : Luas total penampang packing (cm2)
DAB : Diffusifitas liquida (cm2/det)
ρ : Densitas (g/cm3)
μ : Viskositas (g/cm.s)
L : Laju mol total pada fase liquida (g.mol/cm2.det)
Hubungan persamaan koefisien transfer liquid:
- L’ semakin besar maka KL semakin besar. L’ didapat dari persamaan:
L’ = L ( 1 - X NH3 )............................................(1.4)

- L semakin besar maka L’ semakin besar . L didapat dari persamaan:


Q
L=   NH4OH ..............................................(1.5)
A
- Kesimpulan dari persamaan diatas jika laju alir liquida (Q) semakin besar maka
koefisien massa transfer liquida (KL) semakin besar pula.
4. Persamaan koefisien transfer massa gas
0 , 7
 G   g 
1/ 3
T
KG = R =C     ( At.DP ) ..................(1.6)
At.DCD  At.g   g.DCD 
Dimana:
C : Konstanta ukuran packing
DCD : Diffusivitas gas (cm2/det)
At : Luas total eksternal packing (cm2)
μg : Viskositas gas (g/cm3)
8

ρg : Densitas gas (g/cm3)


DP : Diameter ekivalen packing (cm)
Hubungan persamaan koefisien transfer massa gas:
- Jika G semakin besar maka KG semakin besar. G didapat dari persamaan:
V2
G=  ρ udara ......................................................(1.7)
A
- Semakin besar V2 maka G semakin besar. V2 didapat dari persamaan:
P1 .V1 P1 .V1
 ........................................................(1.8)
T1 T1
- Semakin besar V1 dan V2 semakin besar. V1 didapat dari persamaan:
V1 = Q x t............................................................(1.9)
- Kesimpulan dari persamaan diatas jika semakin besar laju alir gas (Q) maka
koefisien massa transfer gas (KG) semakin besar pula (Perry, 1994).
Pada saat ini penggunaan gas stripping hanya terbatas pada pengolahan air
limbah. Zat-zat yang umum di stripping adalah amonia, hidrogen sulfida, sulfur dioxide
dan phenol. Pada proses stripping air dialirkan ke bawah melalui media ring atau pada
permukaan yang beralur. Sementara udara bersih atau gas lain dialirkan berlawanan
arah. Sistem ini disebut teknik packed column. Pada sistem ini, aliran gas ke atas
(disebut stripping gas) mengambil gas-gas terlarut yang akan dihilangkan dalam cairan.
1.3. Variabel Percobaan
A. Variabel Tetap
- Tekanan kompresor = 1 bar
- Normalitas NH4OH = 0,03 N
- Volume produk = 300 mL
B. Variabel berubah
- Bukaan liquida = 1, 2 dan 3 putaran
- Bukaan gas = 40o, 45o, 50o
9

1.4. Alat dan Bahan


A. Alat-alat yang digunakan:
- beaker glass
- buret dan perlengkapannya
- Erlemeyer
- gelas arloji
- gelas ukur
- kolom stripping/desorpsi dan perlengkapannya
- kompresor
- kompressor
- labu ukur
- naraca analitis
- pipet tetes
- pipet ukur
- statif
- stopwatch
- thermometer
- timbangan
B. Bahan yang digunakan:
- ammonium hidroksida (NH4OH)
- aquadest (H2O)
- asam klorida (HCl)
- asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
- indikator metilorange (mo)
- indikator phenolphtalein (pp)
- natrium hidroksida (NaOH)
1.5. Prosedur Percobaan
A. Kalibrasi laju alir liquida
- Memasukkan air ke dalam tangki liquida.
- Membuka valve 3 sesuai dengan variabel yang telah ditentukan yaitu 1, 2, dan
3 putaran
- Menjalankan pompa
10

- Menampung air yang keluar dari kolom stripping sebanyak 300 mL pada saat
aliran telah konstan, mencatat waktu yang dibutuhkan dan perbedaan
ketinggian (H) pada manometer.
B. Kalibrasi laju alir gas
- Menempatkan tekanan pada kompressor sebesar 0,5 kg/cm2
- Membuka valve 2 sesuai variabel 40o, 45o, 50o
- Membuka valve pada kompresor
- Mencatat waktu pada saat tekanan pada kompressor sampai habis dan
perbedaan ketinggian (ΔH) pada manometer
C. Percobaan
- Membuat larutan ammonia dengan konsentrasi 0,03 N sebanyak 2000 mL
- Menentukan suhu dan densitas dari larutan amonia yang telah dibuat
- Membuat larutan NaOH 0,05 N sebanyak 100 mL dan standarisasi dengan
asam oksalat 0,1 N menggunakan indikator PP
- Membuat larutan HCl 0,05 N sebanyak 250 mL dan standarisasi dengan larutan
standart NaOH menggunakan indikator PP
- Mengambil sampel amonia 10 mL, kemudian titrasi dengan larutan standart
HCl mengguanakan indikator MO
- Memasukkan larutan ammonia secara perlahan-lahan ke dalam tangki
penampung liquida
- Menutup valve 4, 1, 7, 5
- Melakukan prosedur berikut secara bersama-sama :
1. Membuka valve 3 untuk liquida dan valve 2 untuk gas sesuai dengan
variabel yang ditentukan, yaitu pada laju alir liquida tetap (gas berubah) dan
laju alir gas tetap (liquida berubah)
2. Mengoperasikan pompa hingga liquida mengalir pada bagian atas kolom
stripping dan membuka valve 6 pada kompresor
- Menampung produk yang keluar sebanyak 300 mL, sambil mencatat waktunya,
dan mencatat suhu sebanyak liquida keluar kolom stripping, serta mencatat
perbedaan tinggi pada manometer liquida dan manometer gas, kemudian
melakukan titrasi pada produk dan mengukur densitasnya
11

- Mengulagi langkah 6 sampai 10 untuk tiap variabel yang telah ditentukan


sebanyak 3 kali

1.6. Gambar Peralatan

E F K

V-3

V-4

V-1 G

B
V-2

V-7

C
I

V-6
V-5
H J

Gambar 1.5. Peralatan Kolom Stripping


Keterangan gambar :
A : Tangki Liquida
B : Sight Glass
C : Manometer gas
D : Pompa
E : Manometer liquida
F : Menara Stripping
G : Stop kontak pompa
H : Kompresor
I : Pressure Gauge
J : Stop kontak kompresor
K : Gas out let
V-1 : Valve by pass liquid
V-2 : Valve untuk aliran gas ke kolom stripping
V-3 : Valve untuk aliran liquida dari tangki dipompa ke menara stripping
V-4 : Valve masukan liquida
V-5 : Valve keluaran liquida dari kolom stripping
12

V-6 : Valve untuk aliran gas yang dihasilkan oleh kompresor


V-7 : Valve untuk over flow tangki
1.7. Data Pengamatan
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Kalibrasi Laju Alir Liquida

Bukaan valve liquida Beda tinggi air


Volume (mL) Waktu (detik)
(putaran) raksa (cm)

9,96 1
1 300 9,69 1,05
9,41 1,1
9,20 2,3
2 300 9 2,3
8,80 2,3
7,86 2
3 300 7,72 2
7,57 2

Tabel 1.2. Hasil Pengamatan Kalibrasi laju Alir Gas

Beda tinggi air


Bukaan Gas Tekanan (bar) Waktu (detik)
raksa (cm)

50,08 0,4
o
40 1 52,84 0,4
55,60 0,4
39,01 0,7
45o 1 36,8 0,7
34,60 0,7
30,44 1,5
50o 1 30,32 1,5
30,19 1,5
13
14
15
16
17

1.8. Grafik
1.8
1.6
1.4 y = 0.0031x - 1.0773
R² = 0.8546
1.2
H (Cm)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
400 450 500 550 600 650 700 750 800
Q (mL/s)

Grafik 1.1. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) dan H (cm) pada kalibrasi laju alir liquida

2.5

2 y = 0,0471x - 0,1676
R² = 0,0768
H (Cm)

1.5

0.5

0
28 30 32 34 36 38 40
Q (mL/s)

Grafik 1.2. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) dan H (cm) pada kalibrasi laju alir gas
18

1.8
1.6
1.4
1.2
1 Bukaan 40
0.8 Bukaan 45

0.6 Bukaan 50

0.4
0.2
0
300 400 500 600 700 800 900

Grafik 1.3. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) gas dan H (cm) liquida untuk laju alir liquida
tetap dan laju alir gas berubah

2.5

1.5
Bukaan 40
Bukaan 45
1
Bukaan 50

0.5

0
400 500 600 700 800 900

Grafik 1.4. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) gas dan H (cm) liquida untuk laju alir gas
tetap dan laju alir liquida berubah
19

2.5

2
Bukaan 40
1.5
Bukaan 45
Bukaan 50
1

0.5

0
25 30 35 40 45

Grafik 1.5. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) liquida dan H (cm) gas untuk laju alir liquida
tetap dan laju alir gas berubah

4.5
4
3.5
3
2.5 Bukaan 40

2 Bukaan 45

1.5 Bukaan 50

1
0.5
0
30 35 40 45 50

Grafik 1.6. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) liquida dan H (cm) gas untuk laju alir gas
tetap dan laju alir liquida berubah
20

12

10

8
Bukaan 40
6
Bukaan 45
Bukaan 50
4

0
400 500 600 700 800

Grafik 1.7. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) gas dan KL (g/cm3) untuk laju alir liquida
tetap dan laju alir gas berubah

9.4

9.2

8.8

8.6 Bukaan 40

8.4 Bukaan 45
Bukaan 50
8.2

7.8

7.6
350 450 550 650 750 850

Grafik 1.8. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) gas dan KL (g/cm3) untuk laju alir gas tetap
dan laju alir liquida berubah
21

5E-10
4.5E-10
4E-10
3.5E-10
3E-10
Bukaan 40
2.5E-10
Bukaan 45
2E-10 Bukaan 50
1.5E-10
1E-10
5E-11
0
25 30 35 40 45

Grafik 1.9. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) liquida dan KG (g/cm3) untuk laju alir liquida
tetap dan laju alir gas berubah

3E-08

2.5E-08

2E-08
Bukaan 40
1.5E-08
Bukaan 45
Bukaan 50
1E-08

5E-09

0
25 30 35 40 45

Grafik 1.10. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) liquida dan KG (g/cm3) untuk laju alir gas
tetap dan laju alir liquida berubah
22

1.9. Pembahasan
Dari percobaan didapatkan hasil:
1. Hubungan antara Q dengan H pada kalibrasi liquida dan gas
Secara teori hubungan antara Q dan H adalah berbanding lurus, dimana
semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai H. Pada percobaan untuk
kalibrasi liquida didapatkan hasil yang sesuai dengan teori. Hal ini dapat dilihat
pada grafik 1. Sedangkan untuk kalibrasi gas laju alir gas adalah berbanding
terbalik, dimana semakin besar nilai Q maka semakin kecil nilai H. Pada
percobaan untuk kalibrasi gas didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori.
Hal ini dapat dilihat pada grafik 2.
2. Hubungan antara Q dengan H pada fase cair
Secara teori hubungan antara Q gas dan H pada fase cair adalah berbanding
lurus, dimana semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai H. Pada
percobaan laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah didapatkan hasil yang
sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 3 dan 4. Tetapi pada grafik
3 tidak stabil dan pada grafik 4 untuk laju alir liquida berubah pada bukaan
valve 40° didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori yaitu berbanding
terbalik. Hal ini dikarenakan terjadi ketidakstabilan aliran yang disebabkan
adanya friksi pada pipa dan valve sehingga berpengaruh terhadap grafik
hubungan antara laju alir liquida dengan H pada laju alir gas tetap.
3. Hubungan antara Q dengan H pada fase gas
Secara teori hubungan antara Q gas dan H pada fase cair adalah berbanding
lurus, dimana semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai H. Pada
percobaan laju alir liquida tetap grafik mengalami ketidakstabilan dan pada laju
alir liquida berubah tidak didapatkan hasil yang sesuai dengan teori, hal ini
dapat dilihat pada grafik 5 dan 6. Ini dikarenakan terjadi ketidakstabilan aliran
yang disebabkan adanya friksi pada pipa dan valve sehingga berpengaruh
terhadap grafik hubungan antara laju alir liquida dengan H.
4. Hubungan antara laju alir Q gas dan KL pada fase cair
Secara teori hubungan antara Q gas dan KL pada fase cair adalah berbanding
lurus. Pada percobaan laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
didapatkan hasil yang sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 7
23

dan pada laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah didapatkan hasil yang
sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 8.
5. Hubungan antara laju alir Q gas dan KG pada fase cair
Secara teori hubungan antara Q gas dan KL pada fase cair adalah berbanding
lurus. Pada percobaan laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
didapatkan hasil yang sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 9
dan pada laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah didapatkan hasil yang
sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 10.
1.10. Kesimpulan
- Pengaruh laju alir liquida pada koefisien transfer massa pada kolom stripping
yaitu pada bukaan valve yang lebih besar akan menghasilkan debit yang lebih
besar.
- Pengaruh laju alir gas pada koefisien transfer massa pada kolom stripping yaitu
pada bukaan valve yang lebih besar akan menghasilkan keluaran gas yang
lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai