Peran Antibiotik Terhadap Rhinosinusitis Kronik Pada Anak
Peran Antibiotik Terhadap Rhinosinusitis Kronik Pada Anak
Oleh :
Arvin Aditya Prakoso, S.Ked
G1A216105
Pembimbing:
dr. Lusiana Herawati Yammin, Sp.THT-KL
Oleh :
Arvin Aditya Prakoso, S.Ked
G1A216105
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas pada Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Penyakit THT yang berjudul “Peran Antibiotik Terhadap Rhinosinusitis Kronik Pada
Anak”.
Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori yang
diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Penyakit THT,
dan melihat penerapannya secara langsung di lapangan. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.Lusiana Herawati Yammin, Sp.THT
sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak yang membacanya. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
Laryngoscope Investigative Otolaryngology
VC 2017 The Authors Laryngoscope Investigative Otolaryngology
published by Wiley Periodicals, Inc. on behalf of The Triological Society
Sumber data : Telaah literatur yang mencari PubMed untuk mikrobiologi dan
pengobatan rininosinusitis kronik pada anak.
PENDAHULUAN
MIKROBIOLOGI
Etiologi proses peradangan yang tepat terkait dengan RSK masih belum jelas.
Namun, keberadaan bakteri pada rongga sinus sudah tidak dapat dipungkiri. Masuk
akal bahwa pada RSK, pembersihan mukosiliar dan pertahanan tubuh terganggu
dikarenakan rongga sinus menjadi terkolonisasi dengan jumlah flora bakteri hidung
yang banyak. Kebanyakan klinisi percaya bahwa mikroorganisme memainkan peran
utama dalam etiologi dan patogenesis kebanyakan kasus RSK, dan memberikan terapi
antimikroba. Berbeda dengan konsensus mengenai bakteriologi rinosinusitis akut,
tidak ada kesepakatan tentang bakteriologi RSK. Masalah yang membingungkan
banyak penelitian mikrobiologi meliputi: variabilitas dalam metode yang digunakan
untuk sampel pada rongga sinus; Kegagalan untuk mensterilkan daerah di mana
trocar atau endoskopi dilewati; perbedaan sinus atau area yang dijadikan sampel;
kurangnya evaluasi respon inflamasi atau kuantisasi bakteri; efek dari antimikroba
sebelumnya atau saat ini; pemilihan variable pasien (yaitu, usia, jenis kelamin, durasi
dan tingkat penyakit, subjek bedah atau non-bedah); adanya polip hidung dan waktu
kultur; dan metode pengambilan kultur.
Infeksi unik pada anak-anak adalah kejadian otitis media kronis bersamaan
dengan efusi dan RSK maksila. Kecocokan mikrobiologis antara telinga dan sinus
ditemukan pada 22 (69%) dari 32 pasien kultur. Isolat yang paling sering ditemukan
adalah H. influenzae, S. pneumoniae, Prevotella spp, dan Peptostreptococcus spp.
Bakteri anaerobik ditemukan pada lebih dari dua per tiga anak-anak dan orang
dewasa dengan RSK pada penelitian yang menggunakan metode yang memadai
untuk pengumpulan spesimen, transportasi, dan kultivasi. Kultur endoskopik
berulang yang diperoleh dari lima individu dengan RSA yang tidak merespon
terhadap antibiotik mengilustrasikan munculnya bakteri anaerob yang tahan terhadap
antimikroba. Ini termasuk pigmentasi Prevotella spp, Porphyromonas spp,
Fusobacterium nucleatum, dan Peptostreptococcus spp.
TERAPI ANTIMIKROBA
Terdapat data yang terbatas dan belum cukup kuat bukti bahwa antibiotik saja
bermanfaat dalam pengobatan RSKA. Pendekatan saat ini adalah menggunakan
antimikroba yang dikombinasikan dengan glukokortikoid topikal atau sistemik, dan
terkadang agen lainnya.
Studi yang meneliti efek terapi medis komprehensif tidak banyak, walaupun
kebanyakan ahli percaya bahwa antimikroba merupakan komponen terapi yang
penting untuk penyakit ini.
Kultur secara langsung dari rongga sinus atau endoskopi harus dilakukan pada
mereka yang belum menunjukkan perbaikan atau memburuk meskipun mendapat
terapi.
Ketiga regimen ini efektif terhadap kebanyakan mikroorganisme aerob dan anaerob :
Regimen yang digunakan untuk kasus refrakter meliputi metronidazol yang efektif
melawan anaerob plus agen yang aktif melawan bakteri aerob dan fakultatif :
Metronidazol (30-50 mg / kg / hari dalam dosis terbagi tiga kali sehari; dosis
harian maksimum: 2.250 mg / hari), ditambahkan salah satu dari berikut ini:
cefuroxime axetil, cefdinir, cefpodoxime proxetil, levofloxacin (umumnya
hanya pada orang dewasa), azitromisin, klaritromisin, atau trimetoprim-
sulfametoksazol (TMP-SMX).
Terlepas dari banyak keuntungan dari implan nasal bersalut obat untuk RSK,
masih banyak tantangan yang masih ada termasuk pengembangan sindrom syok
toksik, penyumbatan implan dan pembentukan granulasi. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk menyediakan data yang cukup untuk menunjukkan keefektifan dan
hasil klinis pada stent bersalut obat, pembalutan atau implan.
KESIMPULAN