Mia LBM 2 Herbal
Mia LBM 2 Herbal
STEP 1
1. Tolerabilitas
Kemampuan suatu obat untuk melakukan toleransi terhadap daya atau efeknya secara
farmakologi.
2. Uji preklinik
Tahap penelitian yang terjadi sebelum uji klinik atau sebelum pengujian pada manusia.
Preclinical trial - a laboratory test of a new drug or a new medical device,
usually done on animal subjects, to see if the hoped-for treatment really
works and if it is safe to test on humans.
STEP 7
Manfaat:
- Untuk mengetahui keamanan suatu bahan sebelum dilakukan uji klinik.
- Untuk mengetahui standar bahan (cukup kuat atau tidak efeknya untuk manusia).
- Untuk mengetahui standar ekstrak.
- Untuk mengetahui efekasi: dosis berapa memiliki efek untuk manusia
- Untuk mengetahui efek farmakokinetik (untuk mengetahui Absorbsi, Distribusi,
Metabolisme, Eksresi pada manusia).
- Untuk mengetahui toksisitas (seberapa toksik obat tersebut).
- Untuk menentukan letal dose dan effect dose.
Tujuan utama: untuk mengevaluasi keselamatan produk baru, apakah obat tersebut
menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan atau tetap aman dipakai.
- Memenuhi urutan teratas dari obat untuk penyakit dengan morbiditas tinggi.
- Untuk penyakit tertentu (tidak masuk ke morbiditas tinggi, tapi jarang ditemukan).
- Untuk penyakit yang pengobatannya jarang (seperti kanker).
4. Sebut dan jelaskan macam-macam uji preklinik? Dan bagaimana cara melakukannya?
Jawab:
Cara pemilihan
Mencit
Bila dibutuhkan hewan coba dalam jumlah banyak, misalnya pada evaluasi
terhadap toksisitas akut dan kemampuan karsinogenik, maka hewan yang
paling sesuai untuk itu adalah mencit. Kekurangannya adalah kesulitan
memperoleh darah dalam jumlah yang cukup untuk rangkaian pemeriksaan
hematologi.
Tikus
Tikus tampaknya merupakan spesies ideal untuk uji toksikologi karena berat
badannya dapat mencapai 500 gram sehingga lebih mudah dipegang,
dikendalikan atau dapt diambil darahnya dalam jumlah yang relative besar.
Ada dua sifat utama yang membedakan tikus dengan hewan percobaan
lainnya, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak
lazim pada tempat bermuara esofagus ke dalam lambung sehingga
mempermudah proses pencekokan perlakuan menggunakan sonde lambung,
dan tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).
Selain itu, tikus hanya mempunyai kelenjar keringat di telapak kaki. Ekor tikus
menjadi bagian badan yang paling penting untuk mengurangi panas tubuh.
Mekanisme perlindungan lain adalah tikus akan mengeluarkan banyak ludah
dan menutupi bulunya dengan ludah tersebut (Sirois 2005).
Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu yang
biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu (Malole dan Pramono 1989) :
- galur Sprague dawley berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya
lebih panjang dari badannya,
- galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan
- galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna
hitam pada kepala dan tubuh bagian depan.
Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah galur Sprague Dawley berjenis
kelamin jantan berumur kurang lebih 2 bulan. Tikus Sprague Dawley dengan
jenis kelamin betina tidak digunakan karena kondisi hormonal yang sangat
berfluktuasi pada saat mulai beranjak dewasa, sehingga dikhawatirkan akan
memberikan respon yang berbeda dan dapat mempengaruhi hasil penelitian
(Kesenja 2005). Tikus putih galur ini mempunyai daya tahan terhadap penyakit
dan cukup agresif dibandingkan dengan galur lainnya (Harkness dan Wagner
1983).
Anjing
Anjing dengan bulu pendek dan berat sekitar 12 kg paling sesuai untuk uji
toksikologi. Umur paling baik dipakai adalah 14-16 minggu, sementara
dibutuhkan 4 minggu untuk adaptasi dengan lingkungan yang baru.
Primata
Pengguanaan kera lebih menguntungkan dibandingkan pemakaian hewan-
hewan lain, terutama dalam hal berat badan dan postur tubuhnya yang
menyerupai manusia. Postur seperti ini memungkinkan untuk mencatat
observasi penting terutama bila neurophaty perifer merupakan manifestasi
toksik. Kerugiannya perlu banyak hewan yang dibutuhkan untuk uji fertilitas
karena produktivitasnya rendah.
(Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press) dan
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56395/Bab%20II
%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=4
- Diperlukan waktu 2 – 6 tahun untuk mengumpulkan data dan menentukan index terapi
(waktu lama)
- Diperlukan sejumlah besar hewan percobaan untuk mendapatkan data praklinis yang
shahih
- Sinkronisasi data sulit
- Dosis yang digunakan pada hewan coba belum tentu sesuai dengan dosis untuk manusia
- Efek samping pada tanaman kurang dapat dideteksi
In vitro :
Terletak di dalam suatu system tetapi di luar tubuh manusia
Kebutuhan sample yang digunakan lebih sedikit
Murah dan cepat
Yg dimaksud uji in vitro adalah uji pada mikroba jika antibiotic; pada sel kanker
dari hewan utk obat anti kanker; pada plasmodium utk obat anti malaria; pada
jamur missal candida pada obat anti keputihan/candidiasis; pada cacing utk obat
cacing; pada virus utk obat antivirus; pada bagian organ tertentu dari hewan
contoh obat asma bronkodilator diuji pada otot polos trachea marmot; pada
jantung hewan dalam chamber utk obat angina dan aritmia; dll.
In vivo :
Terletak di dalam tubuh manusia
Kebutuhan sample yang digunakan lebih banyak
Mahal dan lama
(kuliah bu atina)
Sedangkan uji in vivo digunakan hewan utuh dan kondisi hidup (baik sadar
atau teranestesi). Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis
obatnya, missal yang jelas harus dilakukan control terhadap galur/spesies,
jenis kelamin, umur, berat badan (mempengaruhi dosis), dan harus
dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent. Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia
merupakan perpaduan antara rodent dan non rodent.
Melihat dari sampling darah setelah diberikan obat herbalnya. Kalau sudah diketahui waktu
paruh obatnya, diambil sampling darah 5 – 10 kali dari waktu paruh obat. Kalau belum tahu
waktu paruhnya, dilakukan sesering mungkin sampai 12 jam.
UMUM KHUSUS