Laporan Pendahuluan Stroke Hemoragik
Laporan Pendahuluan Stroke Hemoragik
Pengertian
Stroke menurut WHO merupakan suatu gangguan disfungsi neurologi akut yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu
(WHO, 1989).
Sedangkan stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh darah pada otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam
otak pecah. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan dan kerusakan dapat terjadi
dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak,
sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang
disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan
tulang tengkorak.
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain:
hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa stroke hemoragik
adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak,
sehingga darah tidak bisa mengalirkan nutrisi dan oksigen seperti semestinya dan otak
mengalami hipoksia yang mengganggu kerja otak.
Etiologi
Penyebab Stroke hemoragik yang paling sering adalah tekanan darah tinggi yang
menekan dinding arteri sampai pecah.
Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya
dapat pecah.
Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.
Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti
payudara, kulit, dan tiroid.
Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding
arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.
Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
Overdosis narkoba, seperti kokain.
Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar
atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama
15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan tetapi dalam hal
ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak yang
diperdarahi oleh arteri tersebut. Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di
daerah tersebut.
Dapat juga karena keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti
aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi
peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok
atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi
pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam jaringan otak. (Sylvia A. Price dan
Wilson, 2006).
Tanda dan gejala yang ditimbulkan tergantng dari pembuluh darah otak yang
mengalami kerusakan / pecah.
Tanda dan gejala yang ditimbulkan sama dengan gejala yang ditimbulkan apabila
mengenai a. serebri media.
4. Daerah a. Posterior
5. Daerah vertebrobasiler
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Pemeriksaan integument
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-
tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke harus
bed rest 2-3 minggu
Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut: umumnya tidak ada kelainan.
Pemeriksaan dada
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan neurologi:
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
Pemeriksaan reflex
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks
patologis.
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Konplikasi
Hipoksia Serebral
Penurunan darah serebral
Luasnya area cedera, (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Pengkajian
Data Subyektif:
Data obyektif:
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
Hipertensi arterial
Disritmia, perubahan EKG
Pulsasi : kemungkinan bervariasi
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
Data obyektif:
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
Inkontinensia, anuria
Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus(
ileus paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
Data obyektif:
6. Sensori neural
Data Subyektif:
Data obyektif:
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Data obyektif:
8. Respirasi
Data Subyektif:
9.Keamanan
Data obyektif:
Data obyektif:
Data Subjektif :
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa. 1
Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputunya aliran darah : penyakit oklusi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
Dibuktikan oleh :
Intervensi :
Independen
Kolaborasi
Diagnosa. 2
Dibuktikan oleh :
Intervensi
Independen
Kolaboratif
Diagnosa. 3
Ditandai :
Gangguan artikulasi
Tidak mampu berbicara / disartria
ketidakmampuan moduasi wicara , mengenal kata , mengidentifikasi objek
Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara komprehensip
Intervensi
Independen
Kolaborasi :
Diagnosa. 4
Ditandai ;
Dapat mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi pada level biasanya.
Perubahan pengetahuan dan mampu terlibat
Mendemonstrasikan perilaku untuk kompensasi
Intervensi
Independen
Diagnosa. 5
Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Ditandai dengan :
Kriteria hasil:
Intervensi:
Kolaborasi;
Diagnosa. 6.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan
mengatasi lendir
kriteria hasil:
Intervensi:
Diagnosa. 7
Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun,hilang rasa ujung lidah
Ditandai dengan:
Kriteria evaluasi:
Intervensi;
Pantau masukan makanan setiap hari
Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
Dorong pasien untukmkan diit tinggi kalori kaya nutrien sesuai program
Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), hindari makanan terlalu
manis,berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah
Kolaborasi:
Daftar Pustaka