Anda di halaman 1dari 9

Nama : Taufiq Hidayah

Stambuk : A 351 15 048


Prodi, Kelas : Pendidikan Geografi, B
Mata Kuliah : Geografi Hewan Tumbuhan
Dosen Pengampuh : Dra. Fatma Dhafir M,Si

PERTANYAAN MID SEMESTER MATA KULIAH GHT


1. Uraikan:
A. Produktivitas dalam ekosistem.
B. Bagaimanakah daur mineral dapat menjamin equilibrium bioma?
2. Uraikan Hubungan rantai makanan dengan kestabilan suatu bioma.
3. Apakah hubungan keanekaragaman dengan stabilitas sosial ekonomi dan
kestabilan ekosistem?
4. Mengapa Spatial Approach sangat cocok digunakan dalam mengkaji fenomena
geosfer? Uraikan secara rinci dan berikan contohnya.
5. Uraikan Metodologi penelitian yang tepat dalam mengkaji biogeografi.
6. Mengapa mempelajari pola persebaran mahluk hidup merupakan hal penting?
7. Mengapa endemisme dapat terjadi ditinjau dari kajian geografi jelaskan dan
berikan contohnya!
8. Apa yang akan terjadi jika dalam rantai makanan salah satu predatornya punah?

Jawaban

1. Uraian :
A. PRODUKTIVITAS EKOSISTEM
Produktivitas ekosistem yaitu keseluruhan sistem yang dinyatakan dengan
biomassa atau bioenergi dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan organisme-
organisme dalam ekosistem untuk menerima dan menyimpan energi
dinamakan produktivitas ekosistem.
1) Penggolongan
a) Primer
Produktivitas primer adalah kecepatan organisme autotrof sebagai
produsen mengubah energi cahaya Matahari menjadi energi kimia dalam bentuk
bahan organik. Hanya sebagian kecil energi cahaya yang dapat diserap oleh
produsen.
Produktivitas primer berbeda pada setiap ekosistem, yang terbesar ada pada
ekosistem hutan hujan tropis dan ekosistem hutan bakau.
Produktivitas Primer dibagi menjadi 2, yaitu:
Produktivitas Primer Kotor adalah seluruh bahan organik yang dihasilkan
dari proses fotosintesis pada organisme fotoautotrof. Lebih kurang 20% dari
PPK digunakan oleh organisme fotoautotrof untuk respirasi, tumbuh dan
berkembang.
Produktivitas Primer Bersih adalah sisa energi produktifitas primer kotor
yang baru disimpan. Biomassa organisme autotrof (produsen) diperkirakan
mencapai 50%-90% dari seluruh bahan organik hasil fotosintesis. Hal ini
menunjukkan simpanan energi kimia yang dapat ditransfer ke trofik selanjutnya
melalui hubungan makan dimakan dalam ekosistem.
b) Sekunder
Produktivitas sekunder (PS) adalah kecepatan organisme heterotrof
mengubah energi kimia dari bahan organik yang dimakan menjadi simpanan
energi kimia baru di dalam tubuhnya.
Energi kimia dalam bahan organik yang berpindah dari produsen ke
organisme heterotrof (konsumen primer) dipergunakan untuk aktivitas hidup dan
hanya sebagian yang dapat diubah menjadi energi kimia yang tersimpan di dalam
tubuhnya sebagai produktivitas bersih.
Demikian juga perpindahan energi ke konsumen sekunder dan tersier
akan selalu menjadi berkurang. Perbandingan produktivitas bersih antara trofik
dengan trofik-trofik di atasnya dinamakan efisiensi ekologi. Diperkirakan hanya
sekitar 10% energi yang dapat ditransfer sebagai biomassa dari trofik
sebelumnya ke trofik berikutnya.
2) Contoh Produktivitas Pada Biosfer
no Tipe ekosistem Bahan kering (g/m2/tahun)
1 Hutan hujan tropis 1000 - 3500
2 Hutan musim Tropis 1000 – 2500
3 Hutan Iklim Sedang :
- Selalu hijau 600 – 2500
- Luruh 600 - 2500
4 Hutan boreal 400 - 2000
5 Savanna 200 – 2000
6 Padang Rumput Iklim Sedang 200 - 1500
7 Tundra dan Alvin 10 - 400
8 Gurun dan semak Gurun 10 - 250

3) Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Ekosistem


a) SUHU
Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan
meningkat dari wilayah kutub ke ekuator. Suhu berperan pada peningkatan laju
reaksi fotosintesis pada suhu tinggi dan memoengaruhi distribusi vertikan
fitoplankton.
b) CAHAYA
Cahaya merupakan sumber energi primer bagi ekosistem, karena hanya
dengan energi cahaya tumbuhan dan fitoplankton dapat melakukan
fotosintesis. Maka, wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama
penyinaran cahaya matahari tahunan akan memiliki kesempatan
berfotosintesis yang lebih panjang sehingga mendukung peningkatan
produktivitas primer.
c) AIR, CURAH HUJAN, DAN KELEMBABAN
Air merupakan bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan
air merupakan faktor pembatas terhadap aktivitas fotosintetik.
Interaksi antara suhu dan air hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang
tahun menghasilkan kondisi kelembaban yang sangat ideal tumbuhan terutama
pada hutan hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas.
Tingginya kelembaban pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas
mikroorganisme.
d) NUTRIEN
Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau
nutrient tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient
spesifik yang demikian disebut nutrient pembatas (limiting nutrient).

Pada banyak ekosistem nitrogen dan fosfor merupakan nutrient pembatas


utama, beberapa bukti juga menyatakan bahwa CO2 kadang-kadang membatasi
produktivitas.

B. Daur mineral dapat menjamin equilibrium bioma


Melalui rantai makanan terjadi daur materi/ siklus materi yang dimulai
dari produsen, konsumen, dan pengurai. Materi mengalami perputaran dan tidak
hilang. Karena perputaran materi melalui makhluk hidup dan komponen abiotik
di alam maka sering disebut juga daur biogeokimia. Daur materi/ daur mineral
dibagi dalam dua golongan :
1) Daur materi senyawa, selama perpindahan dalam daur terjadi perubahan
wujud/bentuk/fasa namun susunan molekulnya masih sama. Contoh daur air/
hidrologi
2) Daur materi unsur, selama proses perpindahan melibatkan perubahan bentuk dan
ikatan molekul, seperti daur karbon, Nitrogen, Sulfur, dan Phospor.
Bioma terdiri dari komponen hidup dan tak hidup yang
berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi oleh
adanya siklus materi/daur mineral dan aliran energi yang terkendalikan oleh arus
informasi antar komponen dalam ekosistem. Masing-masing komponen
memiliki fungsi yang berbeda- berbeda. Selama masing-masing komponen itu
melakukan fungsinya dan bekerja sama dengan baik, keteraturan ekosistem
itupun terjaga. Dari Keteraturan itu dapat menunjukkan bahwa Daur mineral
dapat menjamin Equilibrium Bioma dan ekosistem telah berada dalam
keseimbangan tertentu.

2. Hubungan Rantai Makanan dengan kestabilan suatu bioma


Rantai makanan dan jaring jaring makanan saling berhubungan dengan stabilnya
suatu bioma, Pada rantai dan jaring makanan hubungan materi dan energi akan
mengikat organisme yang satu dengan yang lainnya dalam suatu system yang teratur
dan terarah. Adanya interaksi saling membutuhkan antar komponen biotik di rantai
makanan dan jaring-jaring makanan , menyebabkan tidak akan ada satu pun satu pun
komponen biotik yang populasinya akan bertambah terlalu cepat atau menurun drastis
sehingga terciptanya kestabilan bioma. Kestabilan juga tercipta bila interaksi antara
komponen biotik dengan komponen abiotik berjalan dengan sesuai dan
berkesinambungan. Faktor lingkungan seperti suhu, air, intensitas cahaya, kelembaban
, dan salinitas dapat menjadi factor penentu persebaran organisme di muka bumi.
Apabila faktor-faktor lingkungan mengalami fluktuasi dengan drastis, populasi
organisme yang ada pada lingkungan akan tersebut pun akan terpengaruh. Perubahan
kodisi lingkungan abiotik dapat mengancam kestabilan bioma tersebut.

3. Hubungan Keanekaragaman Dengan Stabilitas Sosial Ekonomi Dan


Kestabilan Ekosistem

Keanekaragaman hayati adalah berbagai ciri, bentuk, dan perbedaan-perbedaan


pada makhluk hidup yang menjadi ciri khas makhluk hidup tersebut sehingga
menjadikan variasi atau keanekaragaman di bumi. Sedangkan, stabilitas komunitas
adalah kemampuan populasi-populasi dalam suatu komunitas untuk mempertahankan
keadaannya walaupun banyak faktor dari luar yang mempengaruhi. Pada
keanekaragaman hayati menitik beratkan pada individu-individu dalam suatu
ekosistem, komunitas, populasi, dan bentuk gabungan lain antar makhluk hidup di bumi
yang memiliki suatu ciri khasnya sendiri (individu) sedangkan stabilitas komunitas
menitikberatkan pada suatu gabungan individu yang mempertahankan keberadaannya.
Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kestabilan atau stabilitas dalam komunitas atau
ekosistem maka akan semakin tinggi pula tingkat keanekaragaman hayatinya. Karena,
jika tidak tercipta suatu kestabilan dalam komunitas atau ekosistem dapat
menghilangkan suatu populasi dalam komunitas tersebut atau menghilangkan suatu
komunitas dalam ekosistem, sehingga berkurangnya organisme dan berdampak pada
turunnya keanekaragaman.

Stabilitas dalam komunitas atau ekosistem bergantung pada interaksi yang


terjalin atau interaksi spesies yang terjalin secara seimbang yang melibatkan transfer
energi, predasi, kompetisi dan niche yang lebih kompleks. Pengaruh dari suatu anggota
komunitas yang sudah berumur tinggi juga menentukan seberapa besar tingkat stabilitas
yang dimiliki komunitas karena, komunitas yang berumur tinggi membuktikan seberapa
tahannya komunitas terhadap pengaruh dari luar untuk mempertahankan
keadaannya. Sebagai contoh, suatu komunitas pohon bakau yang memiliki
berbagai populasi seperti ikan, pohon bakau itu sendiri, dan burung-burung pemakan
ikan lainnya. Semua jenis populasi tersebut setiap jenisnya memiliki ciri khas mulai
dari Populasi bakaunya yang memilliki keanekaragaman jenis, mulai dari jenis api-
api,Ceracak-ceracak, Rhizophora, bakau kurap, dan bakau minyak. Keanekaragaman
tersebut dapat terjaga jika terdapat kestabilan didalamnya yakni kemampuan
mempertahankan keadaan dari pengaruh luar, tetapi jika stabilitas
tersebut tidak dapat terjadi, maka populasi bakau akan mengalami pengurangan yang
otomatis akan mengurangi jenis-jenis yang ada (keanekaragaman). Dampak ini akan
terus berlanjut sehingga berkurangnya populasi ikan yang hidup (termasuk aneka jenis
ikan yang hidup di kawasan bakau) beserta burung-burung pemakan ikannya. Yang
mungkin pada awalnya ikan ada jenis ikan gelodok, belanas, dan kalasan tinggal ikan
gelodok saja, atau awalnya burung pemakan ikan ada lima jenis menjadi dua jenis dan
akibat-akibat selanjutnya berakibat pada menurunnya keanekaragaman hayati pada
komunitas tersebut.

Berdasarkan penjelasan saya mengenai hubungan tentang keanekaragaman


hayati dan stabilitas komunitas maka dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi tingkat
keanekaragaman dalam komunitas atau ekosistem, maka semakin tinggi pula tingkat
stabilitas yang dimiliki oleh komunitas atau ekosistem tersebut. Dan sebaliknya jika
semakin rendah tingkat keanekaragaman hayati, maka semakin rendah pula tingkat
stabilitas yang dimiliki oleh komunitas atau ekosistem tersebut.
4. spatial approach sangat cocok digunakan dalam mengkaji fenomena geosfer

Fenomena-fenomena geosfer adalah kejadian-kejadian alam yang menyangkut


Atmosfer, litosfer, biosfer, antroposfer, serta hidrosfer. Pendekatan keruangan (spatial
approach) sangatlah cocok digunakan dalam mengkaji fenomena Geosfer dikarenakan
pendekatan keruangan ini adalah sebuah telaah yang digunakan untuk mengidentifikasi
persebaran di dalam pemakaian ruang salah satunya terkait fenomena geosfer yang ada
dan juga mengkaji bagaimana penyediaan sebuah ruang didesain. Di dalam kajian
gejala dan fenomena ilmu geografi, seseorang bisa memakai 3 sub topik antara lain:

1) Pendekatan Topik : digunakan dalam rangka mengkaji sebuah masalah,


fenomena atau gejala dalam lingkup geografi yang menjadi titik fokus.
Contohnya fenomena wabah penyakit di sebuah tempat, yang dikaji adalah
penyebabnya, media penyebaran wabahnya, intensitas wabah tersebut,
interelasi serta bagaiaman proses penyebarannya.
2) Pendekatan aktifitas: digunakan untuk menelaah gejala atau fenomena yang
terjadi dan bersumber dari aktifitas yang ada. Contohnya keterkaitan antara
profesi penduduk dengan gejala atau fakta geosfer yang ada di lingkungan
sekitarnya.
3) Pendekatan regional: dipakai guna mengkaji sebuah fenomena atau gejala
yang fokus pada sebuah region atau ruang sebagai locus dimana gejala
tersebut terjadi. Yang dimaksud dengan region adalah wilayah yang terdapat
di permukaan bumi dan mempunyai karakteristik yang khas.

5. uraikan metodologi penelitian yang tepat dalam mengkaji biogeografi

Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari persebaran hewan dan tumbuhan di


permukaan bumi serta faktor-faktor yang mempengaruhi, membatasi dan menentukan
pola persebarannya. Dalam mengkaji biogeografi, metodologi penelitian yang tepat
untuk digunakan adalah Penelitian kausal komparatif, penelitian kausal komparatif
adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel (objek
penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan
hubungan sebab-akibatnya. Kemudian, Gay yang juga dikutip Emzir, mengemukakan
bahwa studi kausal komparatif atau ex post facto adalah penelitian yang berusaha
menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau
status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah
penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan
pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab
melalui data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini pendekatan dasarnya adalah
memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian mencari faktor yang
mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan tersebut.

6. Mempelajari Pola Persebaran Mahluk Hidup Merupakan Hal Penting


Mempelajari pola persebaran mahluk hidup merupakan hal penting dikarenakan
dengan mempelajari pola persebaran mahluk hidup kita dapat mengetahui bagaimana
mahluk hidup dapat tersebar di berbagai tempat, penyebab mahluk hidup tersebar di
berbagai tempat, dan faktor faktor pendukung serta penghalang penyebaran tumbuhan.
Dengan mengetahui hal itu, kita sebagai salah satu faktor pendukung penyebaran
mahluk hidup bisa dapat membantu dalam penyebarannya contohnya manusia yang
membantu dalam pemencaran tumbuhan (antropokori) dapat membawa tumbuhan dari
luar untuk melestarikannya di negaranya, dalam kasus ini manusia telah membantu
dalam pemencaran tumbuhan.
7. Endemisme Dapat Terjadi Ditinjau Dari Kajian Geografi
Endemisme adalah gejala yang dialami oleh organisme untuk menjadi unik
pada satu lokasi geografi tertentu, seperti pulau, lungkang (niche), negara, atau zona
ekologi tertentu. Untuk dapat dikatakan endemik suatu organisme harus ditemukan
hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di tempat lain. Jika ditinjau dari kajian
geografi, endemisme dapat terjadi Karena terpisahnya pulau pulau akibat adanya
pengangkatan dan tenaga endogen lainnya sehingga terjadinya isolasi (suatu keadaan
dimana organisme terkucilkan dari kondisi sebelumnya karena keterbatasan wilayah,
contoh suatu pulau yang dikelilingi laut, atau adanya batasan habitat-nya misalnya
hutan hujan dan savana) dapat menyebabkan perubahan terhadap bentuk fisik maupun
sifat organisme. Seperti teori yang dikemukakan Charles darwin dalam bukunya yang
berjudul 'origin of species' bahwa suatu makhluk dapat berubah karena adanya suatu
bentuk adaptasi dan juga seleksi alam sehingga terbentuk evolusi. beliau memberikan
contoh makhluk yang terkena proses ini yaitu burung finch di galapagos, karena adanya
perubahan kondisi lingkungan, burung finch yang tersebar di berbagai pulau ini
mempunyai bentuk paruh yang berbeda-beda, ada yang tipis dan juga ada yang lebih
tebal karena perbedaan jenis biji makanannya. Contoh endemisme jika ditinjau dari
geografi yaitu babi rusa menjadi endemik karena isolasi geografi yang dialaminya dan
tantangan ruang hidupnya di Pulau Sulawesi menyebabkan ia menjadi berbentuk khas.
8. yang terjadi jika dalam rantai makanan salah satu predatornya punah
Jika predator punah, rantai makanan tidak akan berjalan seimbang. Predator
memegang peranan penting dalam rantai makanan, untuk menyeimbangkan ekosistem.
Bayangkan jika tidak ada predator, misalnya saja pada ekosistem darat :
(rumput – kijang – singa – burung hering). Jika tidak ada singa, burung hering akan
kelaparan hingga akhirnya Mati selain itu kijang akan berkembang biak terus menerus.
Dengan semakin banyaknya kijang, otomatis rumput juga akan semakin berkurang,.
Jika rumput sudah tidak ada Kijang juga akan kelaparan dan akhirnya mati.

Anda mungkin juga menyukai