PENGAWET URIN
Toluen
Thymol
Formaldehyd
Asam sulfat pekat
Natrium karbonat
Urinalisis meliputi:
1. Makroskopis
• Warna
• Kejernihan
• Bau
• pH
• Berat jenis
2. Kimia
• Glukosa
• Albumin
• Benda keton
• Bilirubin
• Urobilin
3. Mikroskopis (sedimen urin) eritrosit, leukosit, epitel,
silinder, kristal, bakteri, jamur
4. Pemeriksaan carik celup
Lamb E, Newman DJ, Price CP. Kidney Function Tests. In Tietz textbook of Clinical Chemistry and Molecular
Diagnostics. 4th ed , 2006
(MORNING)
Urinalysis 1 URINE
(NEW)
SHAKE
MACROSCOPIC
COLOUR
SMELL
CLOUDY SEDIMENT
ACIDITY
SUPERNATANT
SPEC. GRAF
MICROSCOPIC CHEMIC
ERYTHROCYTE ALBUMIN
LEUKOCYTE GLUCOSE
EPHITEL UROBILIN
ROUTINE CRYSTAL BILIRUBIN
SIMPLE CAST KETOBODY
BENZIDIN
1. MACROSCOPIC EXAMINATION OF URINE Macroscopic 1
A. COLOUR
FOAM TEST
YELLOW (OBVIOUS)
= F. T +
SHAKE > BIL. +
FOAM
(HARDLY)
DUBIOUS dilakukan
FOUCHET
RED (BLOOD ?)
BENZIDIN TEST
REDUCE / DISAPPEARED
SPERMATOZOA
JENGKOL INTOXICATION
+ ALBUMINURIA
HEMATURIA
CRYSTALURIA
FRUITS KETONURIA
AMONIAK UREUM OF BACTERIA
E. EXAMINATION OF SPECIFIC GRAVITY (S.G.)
Macroscopic 4
S.G. IS DEPEND ON THE TOTAL OF SOLUTE SUBSTANCES
NORMAL : 1.010 - 1.025 (1.020)
LOW S.G. ( < 1.010 ) = KIDNEY OR ENDOCRINE DISORDER
HIGH S.G. ( > 1.025) = NEPHR.DEG. / FEVER GLYCOSURIA
METHOD & EQUIPMENT
URINOMETER
MEASURING CYLIDER (50 ml)
1.000
1.020 CORECTION
1.040
TEMP. : EVERY 30 C > 150 C : + 0.001
40 C > 170 C : + 0.001
GLUCOSE : EVERY 270 mg/DL : -0.001
1 % : -0.004
PROTEIN : EVERY 400 mg/DL : -0.001
1% : -0.003
SLIDE
MICROSCOPE OBJECTIVE 40 X
EYEPIECE 10 X
CONDENSOR
EXAMINATION ! !
ANORGANIC CRYSTAL
SEDIMENT
Microscopic 2
Microscopic 3
Microscopic 4
Macam-macam sedimen urin:
1. Epitel
a. Epitel transisional
b. Epitel gepeng
c. Epitel tubuli ginjal
2. Eritrosit Microscopic 5
Microscopic 6
3. Leukosit
Jenis jenis silinder urin :
Microscopic 7
1. Silinder hialin
2. Silinder eritrosit
3. Silinder leukosit
5. Silinder epitel
6. Silinder lilin
7. Silinder lemak
II. Unsur anorganik :
Microscopic 8
1.Kristal calcium oxalate, ditemukan dalam keadaaan normal
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Glucose (Tes Reduksi = Benedict)
Caranya :
masukan 5 ml reagens benedict ke dalam tabung reaksi
teteskan sebanyak 5 – 8 tetes ( jangan lebih ) urin ke dalam
tabung itu
masukan tabung itu ke dalam air mendidih selama 5 menit
angkatlah tabung, kocok isinya dan bacalah hasilnya sedikit
Hasil :
negatif : tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan
agak keruh
positif 1 : hijau kekuning-kuningan dan keruh ( 0,5 – 1% )
positif 2 : kuning keruh ( 1 – 1,5 %)
positif 3 : jingga atau warna lumpur keruh ( 2 – 3,5% )
Positif 4 : merah keruh ( > 3,5 % )
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Keton (Cara Rothera)
Prinsip :
Reaksi nitroprusida dengan asam aseto atau aseton zat berwarna ungu.
Pemeriksaan ini sangat peka terhadap asam aseto-asetat + sampai 1:400.000;
terhadap asetat 1:20.000; sedangkan asam hidroksi butirat tidak dapat
dinyatakan dalam pemeriksaan ini
Reagen:
Natrium nitroprusida 5 gram + amonium sulfat 200 gram gerus dan simpan dalam
botol bertutup
Prosedur:
Masukkan 5 ml urin dalam tabung reaksi
Bubuhi kira-kira 1 gram reagen rothera, kocok sampai larut.
Peganglah tabung dalam sikap miring dan berhati-hati alirkan amonium hidroksi
pekat 28% melalui dinding supaya amonium hidroksi ini harus berada pada lapisan
atas.
Letakkan tabung dalam sikap tegak dan bacalah hasil setelah 3 menit.
Wana ungu kemerah-meahan pada kedua lapisan cairan menandakan adanya zat
keton. Makin cepat terjadi dan makin tua warnanya berarti makin banyak jumlah zat
keton.
Interpretasi:
Warna coklat negatif, warna ungu kemerahan positif
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Keton (Cara Gerhardt)
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Protein (Sulfosalisil 20%)
Cara Pemeriksaan :
Masukkan 2 tabung reaksi masing-masing dengan 2 ml urin jernih
Tambahkan 8 tetes sulfosalisil 20% ke salah satu tabung
Bandingkan kejernihan dengan tabung yang tidak ditetesi sulfosalisil, jika
sama jernih berarti hasil negative
Interpretasi :
Jika tetap keruh lakukan pemanasan sampai mendidih dan kemudian
dinginkan dengan air mengalir
Jika kekeruhan tetap ada selama pemanasan dan juga setelah
pendinginan kemungkinan besar albumin atau globulin atau keduanya
Jika kekeruhan hilang pada waktu pemanasan dan timbul kembali pada
saat pendinginan kemungkinan protein Bence Jones dan perlu diselidiki
lebih lanjut
Test dengan asam sulfosalisil tidak bersifat spesifik, meskipun sangat
pekat, adanya protein dengan konsentrasi 0,002% dapat dinyatakan hasil
negatif tidak perlu lagi memikirkan adanya proteinuria.
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Protein (Pemanasan dengan asam
asetat 6%)
Cukup sensitive untuk klinik
0,004 % protein dapat dinyatakan dengan test ini
Caranya :
Masukan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.
Dengan memegang tabung reaksi pada ujung bawah, lapisan atas urin itu dipanasi sampai
mendidih selama 30 detik.
Perhatikan terjadinya kekeruhan di atas urin tersebut, dengan membandingkan jernihnya dengan
bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin disebabkan oleh protein atau
Ca-fosfat / Ca-karbonat.
Teteskan ke dalam urin yang masih panas itu 3 – 5 tetes larutan asam asetat 6%. Jika kekeruhan
disebabkan oleh Ca-karbonat maka kekeruhan akan hilang dengan pembentukan gas. Jika
kekeruhan tetap ada, dan menjadi lebih keruh maka berarti protein +.
Panasi sekali lagi lapisan atas sampai mendidih dan beri penilaian semikuantitatif.
Periksa tabung dengan cahaya dan latar belakang hitam
Interpretasi hasil:
Negatif : tidak ada kekeruhan sedikit juga
Positif 1 : kekeruhan ringan tanpa butir-butir; kadar protein 0,01 – 0,05%
Positif 2 : kekeruhan mudah dilihat dan dapat dilihat butir-butir dalam kekeruhan ( 0,05 – 0,2% )
Positif 3 : urin jelas keruh, kekeruhan berkeping-keping ( 0,2 – 0,5% )
Positif 4 : urin sangat keruh, berkeping-keping / bergumpal / memadat (>0,5% ). Jika > 3%
akan terjadi bekuan
Protein Bence Jones (cara Osgood)
Cara :
Masukkan 5 mL urin dan sebatang termometer ke dalam tabung reaksi, masukkan
tabung reaksi ke dalam gelas kimia berisi air.
Panaskan gelas kimia dan perhatikan suhu yang tertera di termometer.
Catat suhu saat kekeruhan pertama timbul dan saat kekeruhan menjadi maksimal.
Angkat tabung reaksi dari air dan panaskan lagi di api sampai isinya mendidih
selama 1 menit.
Biarkan urin mendingin kembali setelah presipitat lenyap. Catat suhu saat
presipitat muncul lagi.
Jika presipitat tak mau hilang saat dipanaskan, teteskan 1 mL asam asetat 50 %
sambil terus dipanaskan sampai mendidih. Jika kekeruhan menetap, maka
presipitat paling tidak mengandung albumin atau globulin atau kedua-duanya. Jika
ini terjadi, saring cairan keruh dari tabung dalam keadaan mendidih dan periksa
lagi filtratnya. Jika kekeruhan timbul dalam filtrat saat mendingin dan menghilang
saat dipanaskan maka terbukti adanya protein Bence Jones.
Interpretasi Protein Bence Jones terbukti jika:
pada no. 3 dan 4 kekeruhan timbul dalam suhu 50-65°C dan menghilang dalam
100°C.
pada no. 6 jika kekeruhan timbul dalam filtrat saat mendingin dan menghilang saat
dipanaskan.
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Protein Bence Jones (toluene sulfonic
acid = TSA)
Reagen :
Reagen TSA, yaitu 12 g paratoluene sulfonic acid yang ditambahkan
asam asetat glasial sampai volumenya 100 mL.
Bahan :
Urin segar.
Cara memeriksa :
Masukkan 2 mL urin ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan 1 mL reagen TSA dengan cara mengalirkannya lewat dinding
tabung, lalu ketuk tabung reaksi dengan jari.
Biarkan selama 5 menit.
Interpretasi :
(+) : terbentuk presipitat dalam waktu 5 menit.
Adanya albumin sampai 25 g/dL, atau α,β, dan γ-globulin sampai 500 mg/dL
tidak akan mempengaruhi hasil uji.
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Bilirubin(Harrison Test)
Prinsip :
tes oksidasi menggunakan kemampuan feriklorida terlarut dalam
asam triklorasetat utk mengosidasi bilirubin menjadi biliverdin
yang akan menghasilkan warna hijau
Cara :
5 ml urin yang lebih dulu dikocok dimasukan ke dalam tabung
reaksi
tambahkan 5 ml larutan bariumchlorida 10%, campur dan
saringlah
kertas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka
lipatannya dan ditaruh mendatar di atas corong itu. Biarkan
beberapa lama sampai agak kering.
Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat tersebut
Timbulnya warna hijau menandakan adanya bilirubin.
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Urobilinogen (tube test = Wallace
Diamond method)
Cara Kerja : •Dengan memakai urin yang diencerkan itu dilakukan lagi pemeriksaan menurut wallac
diamond seperti diatas
1.Kepada 10ml urin dalam•Hasiltabung reaksi dibubuhi
pemeriksaan dilaporkan 1 ml reagenmenyebutkan
dengan wallace diamond campur dan
pengenceran tertinggi yang masih
biarkan selama 3-5 menit
memperlihatkan warna merah dan juga menyebut pengenceran yang tidak menimbulka
2.hasil pemeriksaan ditentukan
warna merah sebagai
lagi, berikut, lihatlah dari atas
contoh pengenceran 1:40kebawah kedalam tabung reaksi
+, 1:50 +
•
itu yang didirikan vertikal
Hasil dengan sepotong
pembacaan harus dibacakertas putih dari
kurang dibawahnya
5 menit.
• Jika
Normal 1:20merah
warna (+), 1:40 (-)terlihat hanya samar-samar saja percobaan dianggap
yang
• Interpretasi:
selesai
• warna cherry red berarti ada peningkatan peningkatan jumlah urobilinogen
• jika
Jikawarna merah
terdapat yang terjadi
peningkatan nampak betul
urobilinogen lanjutkan
mungkin dengan
karena pemeriksaan
peningkatan penghancuran darah pa
pengenceran urin sebagai berikut
Buatlah deret pengenceran dari urin itu dari 10 kali – 100 kali atau jika perlu ditinggikan
anemia hemolitik
lagi
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Urobilin (Cara Schlesinger)
Cara Pemeriksaan
Masukkan urin 5 ml ke dalam tabung reaksi,
perhatikan apakah ada fluoresensi
Kalau ada, tidak bisa dipakai, karena positif palsu
Kalau tidak ada, tambahkan 2-4 tetes larutan lugol,
campur dan biarkan 5 menit atau lebih
Bubuhi 5 ml reagen Schlesinger, campur dan
saringlah
Interpretasi
Adanya Fluoresensi hijau berarti positif, yang dapat
dinilai sebagai + atau ++
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Urobilin (Percobaan Naumann)
Dilakukan disamping tes Schlesinger jika disangka
fluoresensi yang didapat bukan oleh urobilin.
Cara:
Urin 5 ml, 5ml chloroform, 5 tetes asam hidrochlorida
pekat dan 1 tetes tinctur iodii dicampur dan dikocok dalam
tabung sentrifuse.
Lapisan bawah (chloroform) dipisahkan dari lapisan atas
(riboflavin)
Chloroform dibubuhi alkohol 95% kira-kira ½ volumenya,
0,1 g zinkacetat dan 1 tetes amonium hidroxida pekat,
kocok dan saringlah.
Jika filtrat yang diperoleh ada fluoresensi, berrti
disebabkan urobilin.
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Porfobilinogen(Cara Watson & Schwartz)
Cara Pemeriksaan:
1. Masukkan 2,5 mL urin segar ke dalam tabung
2. Tambahkan sekaligus 2,5 mL reagen Watson & Schwartz
dan kocoklah segera kuat-kuat
3. Tepat 15 detik setelah pemberian reagens ditambahkan
5 mL larutan natrium acetat jenuh
4. Bubuhilah sekarang 5 mL chloroform, kocoklah kuat-
kuat dan biarkan chloroform itu berpisah dari lapisan
atas (atau pusinglah tabung)
Interpretasi Hasil :
Apabila lapisan atas merah warnanya, reaksi
terhadap porfobilinogen +
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Asam Amino (Reaksi Diazo Erlich)
Cara Pemeriksaan :
Masukkan 2,5 mL larutan A ( as.sulfanil 5 g, 42 mL
as.HCl pekat 38%, aquadest ad 1000mL) & 1 tetes
larutan B ( natriumnitrit 0,5g, aquadest ad 100mL) ke
dalam tabung reaksi, campur
Tambahkan sekarang 2,5 mL urin, campur
Ubuhi amonia 10% sebanyak 5 mL atau lebih supaya
lingkungan menjadi lindi
Kocoklah tabung kuat-kuat
Interpretasi Hasil
Reaksi dianggap + jika busa yang terjadi jelas
merah/pink
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Darah Samar (Benzidine)
Prinsip Pemeriksaan :
Hb sebagai peroksida memecah H2O2 & mengoksidasi benzidine zat berwarna biru
Cara Pemeriksaan
Masaklah sejumlah urin dalam tabung reaksi & biarkan dingin kembali
Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau
Tambahkan 3 mL asam acetat glacial, kocok sampai Benzidine itu larut dengan
meninggalkan beberapa kristal yg tdk larut sbg tanda sudah jenuh. Jika perlu ditambah
sedikit benzidine basa lagi sehingga jenuh
Bubuhilah 2 mL urin yang dimasak tadi, campur
Berilah 1 mL larutan H2O2 3%, campur
Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama)
Interpretasi Hasil :
- Negatif Tdk ada perubahan warna
- 1+ hijau
- 2+ biru bercampur hijau
- 3+ biru
- 4+ biru tua
- Catatan : Hasil Test harus dibaca dalam waktu 5 menit krn warnanya berubah
R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, PT Dian Rakyat, Jakarta, cetakan ke-12, 2006
Urine Test Strip/ Dipstick Testing
= analytical test for use on strips of cellulose /
pads of cellulose on strips of plastic that have been
coated with reagents ( multiple test on a single
stick)
Glucose, Bilirubin, Keton Body , Specific gravity,
Occult Blood, pH, Protein, Urobilinogen, Nitrit,
Leukosit
Lamb E, Newman DJ, Price CP. Kidney Function Tests. In Tietz textbook of
Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics. 4th ed , 2006
DIPSTICK TEST 1
CHARACTERISTIC OF THE TEST :
RAPID, EASY, SPECIFIC AND CHEAP
MATERIALS :
TEST STRIP
SPECIFIC GRAVITY
NITRITE
pH
PROTEIN
GLUCOSE
KETOBODY
UROBILINOGEN
BILIRUBIN
BLOOD
PLASTIK ROD
NYLON COVER
TEST FIELD
(PAPER CONTAIN REAGENT)
FILTER PAPER
PROCEDUR OF THE TEST :
URINE
COMPARE
READ :
THE COLOUR CHART
URINE ANALYZER
1. Brunzel N. Fundamental of Urine and Body Fluid analysis p 122-166
2. AIM Reagen strip package insert
DIPSTICK TEST 3
Glukosa Berdasar pada reaksi enzim secara berantai. Pertama Senyawa pewarna ini
enzim glukosa oksidase menjalankan proses oksidasi akan teroksidasi
dari glukosa sehingga terbentuk asam glukonat dan membentuk warna
hidrogen peroksida. Enzim yang kedua, peroksidase dari biru menjadi
menjalankan reaksi antara hidrogen peroksida dengan coklat kehijauan dan
senyawa pewarna kalium iodida dari coklat ke coklat
tua
Glukosa + O2 Glukonic acid + H202
H202 + kromogen kromogen teroksidasi +H20
Keton Berdasar pada reaksi antara asam asetoasetat dalam urin Warna yang dihasilkan
dengan senyawa nitroprusida adalah coklat muda
bila tidak terjadi
Asetoasetat + Sodium nitroprusid warna ungu reaksi, dan ungu untuk
hasil positif
Berat jenis Berdasarkan pada perubahan pKa dari polielektrolit tertentu warna berubah dari
dengan perlakuan tertentu terhadap konsentrasi ion biru tua hingga hijau
dan hijau kekuning-
kuningan dalam urin
dengan konsentrasi
ion yang semakin
meningkat
Darah samar Berdasar pada reaksi antara 3,3'5,5'-tetramethylbenzidine Warna yang dihasilkan
dan cumene hydroperoxidase melalui aktifitas berkisar dari kuning
pseudoperoksidase dari hemoglobin kehijau-hijauan hingga
hijau kebiru-biruan
H202 + kromogen(TMB) Kromogen teroksidasi + H20 dan biru tua
pH Menggunakan indikator ganda (methyl red dan bromthymol Warna berkisar antara
blue) sehingga dapat mencakup seluruh pH urin oranye hingga kuning
kehijau-hijauan dan
Ind warna- + H+ kompleks berwarna hijau ke biru
DIPSTICK TEST 5
Urobilinogen Berdasar pada modifikasi dari uji Ehrlich dimana p- warna berkisar dari coklat
diethylaminobenzaldehide bereaksi dengan urobilinogen muda sampai merah muda
dari urin dalam suasana asam kuat
Urobilinogen + p-dimethylaminobenzaldehyde
warna merah
Nitrit pada reaksi asam para -arsanilat dengan nitrit (nitrit berasal Warna yang dihasilkan
dari nitrat dalam makanan yang diubah oleh baktri dalam adalah merah muda. Derajat
tubuh) dalam urin untuk membentuk senyawa diazonium. warna merah muda yang
Senyawa diazonium tersebut bergabung dengan senyawa bagaimanapun dapat
1,2,3,4-tetrahydrobenzo(h)quinolin dalam suasana diartikan sebagai reaksi
positif
Aromatik amin (Ar-NH2 + NO2 ) garam diazonium
Leukosit uji ini menunjukkan adanya reaksi enzim granulosit warna ungu berasal dari
esterase. Enzim esterase menghidrolisa derivatif dari Naphtyl yang dihasilkan,
naphtyl ester bersama dengan garam
diazonium
Ester Komponen aromatik
Garam diazonium + komponen aromatik senyawa
komlples berwarna
PEMERIKSAAN POSITIF SEMU NEGATIF SEMU
Keton Mengandung banyak pigmen. Mengandung banyak metabolit BJ urin yang tinggi
Spesimen urin normal biasanya memberikan levodopa atau phenylketones pH urin yang rendah
hasil negatif
Berat Jenis protein cukup banyak (100-750 mg/dl) Alkaline purin
Pemeriksaan ini memungkinkan penetapan BJ pH 5
urin 1,000 - 1,030. glukosa dalam urin
Darah samar Terdapat bakteri dalam urin Zat-zat oksidator kuat, seperti hipoklorit Asam askorbat
Untuk melengkapi pemeriksaan secara Sedang haid Protein
mikroskopis
pH Obat-obatan tertentu, seperti untuk hipertensi dan masalah jantung Protein
Uji pH ini menunjukkan nilai antara 5 – 9 (Asetazolamida)
Protein Urin yang terkontaminasi quatenary-ammonium Uji yang bersifat basa (pH 9)
Pembacaan hasil sukar bila spesimen keruh
Lamb E, Newman DJ, Price CP. Kidney Function Tests. In Tietz textbook of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics. 4th ed , 2006
Prinsip Pemeriksaan Kreatinin
Metode Jaffe :
kreatinin dengan larutan alkalis sodium pikrat
komplek Janovski merah. (panjang gelombang
510-520 nm, serapan maksimal adalah 485 nm)
Reaksi ini akan optimal jika dikerjakan pada suhu
< 30 C yang konstan.
suhu tinggi, glukosa, asam urat & asam askorbat
pikratpikramat hasil kreatinin yang tinggi
palsu
Reagen Fuller’s earth (Floridin) meningkatkan
spesifisitas metode Jaffe menyerap kreatinin
yang terdapat pada filter bebas protein
Lamb E, Newman DJ, Price CP. Kidney Function Tests. In Tietz textbook of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics. 4th ed , 2006
Creatinin Clearance
Creatinine clearance(mL/min)= (UV)/P ´ 1.73/S
U = creatinine urin (mg/L), V = volume urin (mL/min), P
is creatinine plasma (mg/L), S = luas permukaan pasien
dan 1.73 = luas permukaan standar pada orang dengan
BB 70 kg(m2).
Estimated osmolarity:
2 x (Na) + (glucose)/18 + (urea)/6
(mOsm/L)
(Na in mmol/L, glucose & urea in mg/dL)
Osmolar Gap:
Measured Osm – Estimated Osm
Normal: < 10 mOsm/L
Pemeriksaan Osmolaritas
Prinsip pemeriksaan
Perbandingan antara freezing point air dengan sampel
Cara kerja
1. Standarisasi dengan aquadest 50 ul
2. Hasil standarisasi harus 0
3. Periksa sampel
4. Nilai dari alat mMol/kg
Nilai rujukan
Urin : 541-966
Serum : 280-318
Plasma : 280-314
Pemeriksaan Mikrobiologi Urin
http://www.medicine,uiowa.edu/cme/clia/images/testID11/Figure06.gif
http://www.solarbiologicals.com/dip-indus-info.htm
Metode transpor spesimen urin
Pendinginan pada suhu 40 C
Pengawet urin : boric acid
Cara : tambahkan boric acid 0,1 g /10 mL
urin
Pada konsentrasi boric acid 10 g / L (1%
w/v) bakteri akan tetap hidup tanpa
bermultiplikasi. Leukosit, eritrosit, dan
silinder akan tetap berada dalam keadaan
baik. Spesimen urin yang diawetkan
dengan boric acid harus diperiksa dalam
waktu 48 jam.
Spesimen untuk kultur urin tidak boleh
diawetkan dengan timol, bleach,
hydrochloric acid, acetic acid, atau
chloroform.
Alur Pemeriksaan Biakan Urin
Urin (porsi tengah, kateter,aspirasi supra pubik)
0,2mL + 9,8 mL Buillon
Laporkan steril Hitung jenis & jumlah koloni Agar Darah MacConkey
Inkubasi 370C , 18 – 24 jam
Pewarnaan Gram ,
Identifikasi kuman dengan tes biokimia