Anda di halaman 1dari 10

TUGAS GEOGRAFI

PERKEMBANGAN BUDAYA DI
KABUPATEN BATANG Di ERA GLOBALISASI

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Khikmah S.
Kelas : XI IIS 1
No. : 18

MA NEGERI BATANG
TAHUN AJARAN 2017 / 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Posisi kota Batang tersebut menempatkan wilayah Kabupaten Batang, utamanya Ibu Kota
Pemerintahannya pada jalur ekonomi pulau Jawa sebelah utara. Arus transportasi dan
mobilitas yang tinggi di jalur pantura memberikan kemungkinan Kabupaten Batang
berkembang cukup prospektif di sektor jasa transit dan transportasi.

Jumlah penduduk Kabupaten Batang berdasarkan hasil registrasi akhir tahun 2006 tercatat
sejumlah 694.453 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,63% bila dibandingkan
dengan tahun 2005 yang sebesar 690.134 jiwa. Dari jumlah penduduk yang ada, penduduk
perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Penduduk perempuan di
Kabupaten Batang pada tahun 2006 sebesar 347.990 jiwa, sedangkan penduduk laki-laki
sebesar 346.463 jiwa. Rasio penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan adalah
sebesar 99,56.
Rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Batang adalah rendah. Dari 628.104
jiwa yang merupakan usia sekolah, hanya 8.635 jiwa yang mengenyam pendidikan sampai
perguruan tinggi. Sedangkan yang berpendidikan SMA sejumlah 40.817 jiwa atau sekitar
6,49%.

B. Rumusan Masalah
1) Apakah globalisasi itu?
2) Apakah yang dimaksud dengan perubahan budaya?
3) Apakah yang dimaksud dengan konsep & globalisasi budaya?
4) Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap budaya bangsa?
5) Bagaimanakah upaya kita untuk menyikapi pengaruh globalisasi, khususnya terhadap
budaya bangsa Indonesia ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk menjadi bahan diskusi, wacana dan
lain-lain yang dapat bermanfaat. Selain itu, memberikan informasi tentang apa sebenarnya
globalisasi itu. Tujuannya yang lain, yaitu untuk mengetahui bagaimanakah perubahan
budaya itu terjadi.
Tapi yang paling utama, untuk menyampaikan kepada pembaca tentang pengaruh
budaya bangsa Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. BUDAYA DI KOTA BATANG


Mulanya kita akan bahas sejarah kebudayaan kota Batang dahulu, Pada jaman
dahulu kala di sebuah desa Kalisalak hiduplah seorang gadis cantik jelita yang
bernama Dewi Rantan sari anak dari Mbok Rondo, karena kecantikannya tersebut
maka Sultan Mataram yang bernama Sultan Agung Hanyokrokusumo jatuh cinta
kepada Dewi Rantan Sari. Ia menyuruh Bhahurekso yang biasa dikenal bernama
Joko Bau anak dari Ki Agung Cempalek dari Kesesi untuk melamar Dewi Rantan
Sari.

Sesampainya di kediaman Rantan sari, Bhahurekso terpesona dan jatuh cinta


kepada Dewi Rantan sari, begitu pula sebaliknya Dewi Rantan Sari, begitu pula
sebaliknya Dewi Rantan Sari jatuh cinta pada Bhahurekso. Akhirnya Bhahurekso
melamarnya untuk dirinya sendiri tanpa sepengetahuan Sultan Mataram yang
mengutusnya, dalam perjalanan pulang menuju Mataram dia terus berfikir
bagaimana caranya bicara denagan Sultan Mataram atas peristiwa tersebut. Tidak
lama dalam perjalanan tersebut Bhahurekso bertemu dengan gadis cantik lainnya
yang juga yang wajahnya mirip dan secantik Rantan Sari di desa Kalibeluk anak
seorang penjual serabi yang bernama Endang Wiranti, segera setelah muncul
sebuah rencana di benak Bhahurekso, ia berencana membawa Endang Wiranti ke
Mataram untuk diperkenalkan kepada Sultan Mataram sebagai Rantan Sari.

Akhirnya diputuskan Bhahurekso meminta Endang Wiranti menyamar menjadi


Rantan Sari dan Endang menyetujui rencana tersebut, sesampai di kota Mataram
Endang dipertemukan dengan Sultan, tidak lama Endang Wiranti jatuh pingsan,
sultan menjadi curiga atas kejadian tersebut, setelah siuman dari pingsannya Sultan
bertanya kepada Rantan Sari gadungan, Endang Wiranti menjadi sangat ketakutan
dan akhirnya berterus terang mengatakan yang sesungguhnya bahwa sebenarnya
dia ini bukan Rantan Sari yang dimaksudkan Sultan, tetapi adalah Endang Wiranti
anak seorang penjual serabi dari desa Kalibeluk dia mengakui segala rencana yang
disusun Bhahurekso untuk menipu Sultan Mataram karena Bhahurekso terlanjur
jatuh cinta dan menikahi dewi Rantan sari gadis cantik yang hendak dipersunting
Sultan Mataram.

Karena keterusterangan Endang Wiranti ini, Sultan sangat menghargai kejujuran


Endang Wiranti dengan menghadiahkan sejumlah uang yang cukup banyak untuk
modal meneruskan berjualan serabi dan diantarkan pulang ke Kalibeluk, Endang
mohon pamit pulang dan mohon dimaafkan atas kejadian tersebut.

Tari Tahu Robyong

Tari Tahu Robyong


(https://radarpekalongan.co.id)

Merupakan refleksi filosofi kehidupan manusia, bagaimana manusia dalam perjalanannya


mengalami proses, seperti proses dalam pembuatan tahu robyong berupa pencucian,
pemanasan, penggilingan, penyaringan, pencetakan dan penangan akhir; sehingga manusia
bisa menuju kesempurnaan jiwa dan raga.

Tari Simo Gringsingan

Tari Simo Gringsingan (https://jatengpos.co.id)

Merupakan susunan tari garapan baru yang bersumber pada gerak tradisi kerakyatan yang
ada di Kecamatan Gringsing. Berlatar belakang cerita legenda tentang sosok Ki Ageng
Gringsing yang memiliki kesaktian. Salah satunya bisa mengubah diri menjadi Simo atau
Harimau.

Tari Batik Gringsingan

Tari Batik Gringsing (https://youtube.com)

Tari yang terilhami dari Batik motif Gringsingan. Yang merupakan salah satu motif batik
khas Batang, yang punya filosofi keseimbangan, kemakmuran dan kesuburan

B. Perkemabangan budaya di era globalisasi di Kabupaten Batang

Unsur-unsur kebudayaan yang dipengaruhi oleh globalisasi menyebabkan terjadinya


perubahan sosial budaya maupun perilaku suatu masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan
tersebut antara lain sistem religi, organisasi masyarakat, pengetahuan, bahasa, kesenian,
mata pencaharian, dan teknologi.
Contoh perubahan unsur kebudayaan dari sistem teknologi yaitu,
penyalahgunaan handphone dan internet untuk hal-hal menyimpang.
Contoh yang lain dari pengaruh globalisasi yaitu hilangnya budaya asli suatu daerah
atau suatu negara, terjadinya erosi nilai-nilai budaya, menurunnya rasa nasionalisme dan
patriotisme,hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong,kehilangan kepercayaan
diri, dan gaya hidup kebarat-baratan.
Selain itu saat ini masyarakat sedang mengalami serbuan yang hebat dari berbagai
produk pornografi berupa tabloid, majalah, buku bacaan di media cetak, televisi, radio, dan
terutama adalah peredaran bebas VCD. Baik yang datang dari luar negeri maupun yang
diproduksi sendiri. Walaupun media pernografi bukan barang baru bagi Indonesia, namun
tidak pernah dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa orang asing menganggap
Indonesia sebagai ”surga pornografi” karena sangat mudahnya mendapat produk-produk
pornografi dan harganya pun murah. Dan contoh lain misal kita berjalan-jalan di mall atau
di tempat publik sangat mudah menemui wanita Indonesia yang berpakaian serba minim
dan mengumbar aurat. Dimana budaya itu sangat bertentangan dengan dengan norma yang
ada di Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan remaja masa kini.
Terbukti dengan adanya video porno yang pemerannya adalah orang-orang Indonesia.
Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh melihat
perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu melarang
berbagai sepak terjang masyarakat yabg berperilaku yang tidak semestinya. Misalnya
ketika Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyarankan agar televisi tidak merayakan
goyang erotis denga puser atau perut kelihatan. Ternyata dampaknya cukup terasa, banyak
televisi yang tidak menayangkan artis yang berpakaian minim.
Nilai Budaya yang mulai memudar lainnya adalah Budaya tari-tarian. Tari Indonesia
sangatlah beraneka ragam, setiap daerah memiliki ciri tersendiri dalam pembawannya.
Beragam jenis gerak dan gerik telah tercipta dan menjadikan suatu kesatuan seni yang
terlihat indah dan harmonis. Lenggak-lenggok khas wanita Indonesia dan gagah
pembawaan penari laki-laki. Contoh-contoh tarian dari Indonesia adalah tari pendet, tari
ramayana, tari kecak, tari jaipong, tari piring, tari saman dan masih banyak lagi. Sangat
banyak rupa, gerakan dan cara membawakannya. Itulah budaya yang dapat kita banggakan
sebagai warga Indonesia.
Dari banyaknya pilihan tari yang ada, banyak yang tidak mengetahuinya atau bahkan
sampai mereka bertanya ‘apakah itu merupakan tarian Indonesia?’ suatu pertanyan yang
cukup miris di dengarnya. Dengan kemajuan berbagai media informasi dan dengan
mudahnya untuk di akses, masih banyak yang tidak mengetahui budaya tari sendiri.
Padahal manfaat dari teknologi sendiri adalah untuk mempermudah manusia untuk
mencari informasi.
Namun tarian yang mereka ketahui saat ini adalah tari-tari ‘Dance’ yang pembawaanya
sangat ‘energic’ dan gerakannya yang terlihat begitu cepat. Wanita Indonesia digambarkan
sebagai peribadi yang lembut dan penuh dengan kehalusan, akan terlihat kurang baik jika
harus meniru tari-tarian yang dicontohkan orang barat itu. Cobalah untuk membuat dirimu
mencintai tari-tarian tradisional. Jangan lihat dari satu sisi saja, tapi lihatlah dari berbagai
sisi bahwa banyak nilai positif jika kita lebih memilih dan menyukai tarian dari Indonesia.
Jangan takut dianggap sebagai orang yang tidak ‘Modern’ hanya karena lebih memilih
untuk mempertahankan budaya tari Indonesia. Tapi harusnya orang yang masih
mempertahankan budaya inilah yang dibanggakan. Di zaman sekarang sudah sangat jarang
ditemui anak-anak muda yang ikut berpartisipasi dalam melestarikan budaya. Hanya
beberapa saja, yang masih melestarikannya dan kebanyakan mereka adalah anak muda
yang tinggal di pedesaan.
Permainan Tradisional pun tidak luput dari dampak globalisasi. Dengan kemajuan
teknologi yang modern, anak-anak lebih senang bermain dengan alat-alat canggih
dibandingkan bermain dengan permainan tradisional atau teman sebayanya. Dampak yang
terjadi dari kedekatan anak-anak terhadap teknologi cukup menjadi masalah yang panjang.
Anak-anak yang sering bergaul dengan alat-alat kesukaanya seperti Laptop, PSP, Robot
canggih dan sebagainya. Akan mempengaruhi Psikologis dalam kehidupannya. Anak ini
akan cenderung tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya, tidak percaya diri dalam
bergaul dengan teman sebaya dan akan mengalami dampak kecanduan jika terlalu sering
menggunakan permainan-permainan canggih tersebut.
Dalam kehidupan sehari-haripun pengaruh globalisasi sudah cukup terlihat. Budaya
gotong-royong antar sesama rupanya kini mulai memudar. Saat ini kebanyakan orang lebih
memilih untuk hidup secara individual atau hidup masing-masing tanpa memperdulikan
orang terdekatnya disekitarnya. Padahal budaya gotong-royong dalam bermasyarakat
sangat dibutuhkan, selain manfaatnya untuk memperingan melakukan suatu pekerjaan,
juga dapat mempererat tali persaudaraan antar masyarakat.
Jika budaya ini hilang, bagaimana cara untuk mempererat kesatuan antar sesama.
Perselisihan akan sering terjadi karena keegoisan masing-masing yang lebih
mementingkan diri sendiri tanpa peduli terhadap orang lain. Manusia diciptakan sebagai
makhluk sosial, tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan peran orang lain. Peran
sebagai saudara bersama inilah yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Dampak Globalisasi bagi budaya di Kota Batang


Pelestarian budaya bangsa
Keragaman budaya merupakan sesuatu yang menjadi cir khas nilai-nilai
kemanusiaan. Bahkan apabila ada upaya untuk meninggalkan ciri khas tersebut
tentu akan mendapat penolakan masyarakat. Untuk itu perlu adanya dukungan
terhadap upaya-upaya yang mengarah pada pelestarian budaya bangsa.
Pemberdayaan organisasi kepemudaan
Generasi muda memiliki potensi berupa daya serap yang tinggi dan sarat akan
kritikan. Generasi muda memiliki kepentingan yang sangat besar dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara. Generasi mudalah yang paling menentukan
kehidupan suatu bangsa, pada hari ini dan hari esok.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
dampak globalisasi kenyataannya sangat berpengaruh terhadap prilaku dan budaya
masyarakat Indonesia dimana fenomena peng- globalan dunia harus disikapi dengan arif
dan positif thinking karena globalisasi dan modernisasi sangat diperlukan dan bermanfaat
bagi kemajuan. Namun kita tidak boleh lengah dan terlena, karena era keterbukaan dan
kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh negatif yang akan merusak budaya bangsa.
Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu
pengetahwan dan teknologi. Akan tetapi perlu kecerdasan dalam menyaring efek
globalisasi. Akses kemajuan tehnologi informatka dan komunikasi dapat dimanfaatkan
sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal.Jati diri daerah harus terus
tertanam dijiwa masyarskat Indonesia, serta harus terus, meningkatkan nilai-nilai
keagamaaan.

B. Saran
Apapun boleh kita manfaatkan selama berpengaruh baik terhadap diri kita, orang lain,
bangsa, dan tentunya juga Negara. Apalagi untuk memajukan budaya bangsa, itu
merupakan suatu tindakan yang mulia dan sangat berjasa untuk sebuah negara.

Anda mungkin juga menyukai