PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) merupakan penyakit yang
paling sering menyebabkan perdarahan pada anak-anak maupun dewasa yang
diakibatkan oleh tidak adanya remisi spontan ketika masih anak-anak. Insiden ITP
sekitar 100 kasus per 1.000.000 orang per tahunnya. The Platelet Disorder
Support Association (PDSA) menyatakan bahwa di Amerika Serikat terdapat
sekitar 200.000 orang yang menderita ITP. ITP lebih banyak diderita oleh wanita
daripada pria, dan berisiko terjadi peningkatan insiden ITP pada orang yang
berusia > 60 tahun.
Tanda khas dari ITP melalui pemeriksaan laboratorium darah lengkap
adalah didapatkan hitung trombosit < 150.000 / µl dimana perdarahan yang
terjadi pada ITP dapat ringan, sedang, hingga berat dengan manifestasi klinis yang
berbeda-beda sesuai hitung trombosit yang dimiliki pasien. ITP selain terjadi pada
anak-anak dan dewasa, juga terjadi pada wanita hamil yang baru mengalami
trombositopenia pada saat kehamilan.
Insiden morbiditas ITP tergantung dari hitung trombosit yang dimiliki oleh
pasien dan terapi yang digunakan oleh pasien. Insiden mortalitas ITP terjadi pada
perdarahan berat dan perdarahan intrakranial yang kejadiannya kurang lebih
sekitar 1 %.
1
1.2 Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami tentang Idiopatik Trombositopeni Purpura
1.2.1 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami tentang definisi Idiopatik
Trombositopenia Purpura
2. Mengetahui dan memahami tentang etiologi Idiopatik
Trombositopenia Purpura
3. Mengetahui dan memahami tentang klasifikasi Idiopatik
Trombositopenia Purpura.
4. Mengetahui dan memahami tentang patogenesa Idiopatik
Trombositopenia Purpura.
5. Mengetahui dan memahami tentang diagnosa Idiopatik
Trombositopenia Purpura.
6. Mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan Idiopatik
Trombositopenia Purpura.
1.2.2 Manfaat Penulisan
1. Sebagai sumber media informasi mengenai Idiopatik Trombositopenia
Purpura
2. Untuk memenuhi tugas referat kepaniteraan klinik senior di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSUD Solok 2016.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.1 Pembentukan Trombosit
4
Gambar 2.2 Histologi Trombosit
5
b. Agregasi sekunder
Trombosit pada sumbatan tersebut melepaskan glikoprotein adhesif dan
ADP yang akan meningkatkan agregasi trombosit sehingga terhadi
penambahan ukuran sumbatan trombosit.
c. Koagulasi darah
Selama agregasi trombosit terjadi, faktor dari plasma darah, pembuluh
darah yang rusak, dan trombosit memudahkan terjadinya kaskade
interaksi 13 protein plasma yang menghasilkan polimer fibrin yang
membentuk jalinan serat 3 dimensi yang menjerat sel eritrosit, leukosit,
dan trombosit untuk membentuk bekuan darah (trombus)
d. Retraksi bekuan
Bekuan darah yang tadinya menonjol ke dalam lumen pembuluh darah
akan berkerut karena adanya interaksi dari aktin dan miosin trombosit
serta dari ATP.
e. Penghancuran bekuan
Ketika dilindungi oleh bekuan, dinding pembuluh darah yang rusak
mengalami restorasi melalui pembentukan jaringan baru. Bekuan lalu
dihancurkan terutama oleh enzim proteolitik plasmin yang dibentuk oleh
aktivasi proenzim plasma plasminogen yang diproduksi oleh endotel
penghasill aktivator plasminogen. Enzim yang dibebaskan dari granula
lambda trombosit juga menghancurkan bekuan.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura adalah suatu gangguan autoimun
yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah
perifer kurang dari 150.000/mL) akibat autoantibodi yang mengikat antigen
trombosit menyebabkan destruksi prematur trombosit dalam sistem
retikuloendotel terutama limpa.
3.2 Klasifikasi
Berdasarkan onset penyakit ITP dibedakan tipe akut dan kronik
a. ITP akut.
Kejadiaannya kurang atau sama dengan 6 bulan. ITP akut
sering dijumpai pada anak, jarang pada dewasa. Onset penyakit
biasanya mendadak, riwayat infeksi mengawali terjadinya
perdarahan berulang, sering dijumpai eksantem pada anak-anak
(rubeola dan rubella) dan penyakit saluran napas yang disebabkan
oleh virus. Virus yang paling banyak diindetifikasi adalah
varicella zooster dan ebstein barr. Manifestasi perdarahan ITP akut
pada anak biasanya ringan, perdarahn intrakranial terjadi kurang
dari 1% pasien. Pada ITP dewasa bentuk akut jarang terjadi, namun
7
dapat mengalami perdarahan dan perjalanan penyakit lebih
fulminan. ITP akut pada anak biasanya self limiting, remisi
spontan terjadi pada 90% penderita, 60% sembuh dalam 4-6
minggu dan lebih dari 90% sembuh dalam 3-6 bulan.
b. ITP kronik
Kejadiaannya lebih dari 6 bulan. Onset ITP kronik biasanya
tidak menentu, riwayat perdarahan sering ringan sampai sedang,
infeksi dan pembesaran lien jarang terjadi dan perjalanan klinis
yang fluktuatif. Episode perdarahan dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu, mungkin intermitten atau terus
menerus. Manifestasi perdarahan ITP berupa ekimosis, petekie,
purpura. Pada umumnya berat dan frekuensi perdarahan
berkorelasi dengan jumlah trombosit. Secara umum bila pasien
dengan AT > 50.000/ml maka biasanya asimptomatik, AT 30.000-
50.000/ml terdapat luka memar/hematom, AT 10.000-30.000/ml
terdapat perdarahan spontan, menoragi dan perdarahan
memanjang bila ada luka, AT < 10.000/ml terjadi perdarahan
mukosa (epistaksis, perdarahan gastrointestinal dan genitourinaria)
dan resiko perdarahan sistem saraf pusat.
3.3 Epidemiologi
a. ITP akut
terjadi pada anak-anak usia 2-6 tahun, dengan insiden 3-8 orang per
100.000 anak, sumber yang lain menyatakan insiden terjadi pada rentang
usia 2-10 tahun dengan kasus 4 orang per 100.000 anak per tahunnya.
Sekitar 75% ITP akut terjadi setelah vaksinasi atau infeksi cacar air atau
mononukleosis infeksiosa. Remisi biasanya terjadi, namun 5 – 10 % akan
menjadi ITP kronis (ITP > 6 bulan).
b. ITP kronis
8
ITP kronis didapatkan pada rentang usia 18 - 45 tahun. Rasio antara
perempuan dan laki-laki adalah 1 : 1 pada ITP akut, dan 2-3 : 1 pada ITP
kronis. ITP refrakter merupakan 25 – 30 % penderita ITP yang gagal
diterapi dengan kortikosteroid dosis standar dan splenektomi karena angka
trombosit di bawah normal atau ada perdarahan. Penyakit ini ditemui juga
pada pasien Systemic Lupus Eritematosus (SLE), Human
Immunodeficiency Virus (HIV), Chronic Lymphositik Leukimia (CLL),
penyakit Hodgkin, atau anemia hemolitik autoimun.
3.4 Patofisiologi
Pada ITP masa hidup trombosit memendek jadi beberapa jam. Trombosit
memiliki Platelet Associated Antigen yang akan merangsang pembentukan
autoantibodi IgG di limpa, sumsum tulang, dan jaringan limfoid lain. Trombosit
yang diselimuti autoantibodi IgG akan mengalami percepatan pembersihan di
limpa dan di hati yang menyebabkan destruksi trombosit secara prematur dari
sirkulasi setelah berikatan dengan reseptor Fcγ yang diekspresikan oleh makrofag
jaringan dan sistem retikuloendotel di limpa dan sumsung tulang. Limpa
merupakan organ utama tempat destruksi trombosit karena 1/3 jumlah darah
terjadi pooling dan tempat utama terjadinya sintesis autoantibodi.
Pada sebagian besar pasien akan terjadi kompensasi peningkatan trombosit,
tapi pada beberapa pasien produksi trombosit tetap terganggu. Jika antibodi
melekat pada Megakaryocyte Associated Antigen maka akan mempengaruhi
trombopoiesis. Massa megakariosit total dan perputaran trombosit meningkat
secara sejajar menjadi sekitar 5 x normal.
Pada Gambar 2.3 dijelaskan patofisiologi terjadinya ITP:
9
a. Pada awalnya glikoprotein IIb / IIIa yang dikenali pertama kali oleh
autoantibodi sedangkan antibodi yang mengenali glikoprotein Ib / IX
belum terbentuk.
b. Trombosit yang diselimuti autoantibodi akan berikatan dengan sel penyaji
antigen (makrofag atau dendritik) melalui reseptor Fcg kemudian akan
mengalami proses internalisasi dan degradasi.
c. Sel penyaji antigen akan merusak glikoprotein IIb / IIIa dan memproduksi
epitop kriptik dari glikoprotein trombosit yang lain.
d. Sel penyaji antigen kemudian akan menjadi teraktivasi
e. Sel penyaji antigen teraktivasi akan mengekspresikan peptida baru pada
permukaan sel dengan bantuan kostimulasi (interaksi CD 154 dan CD 40)
dan sitokin yang berfungsi memfasilitasi proliferasi inisiasi CD4+ T cell
clone (T-cell clone 1) dan spesifisitas tambahan (T-cell clone 2).
f. Reseptor sel imunoglobulin sel B yang mengenali antigen trombosit (B-
cell clone 2) akan menginduksi proliferasi dan sintesis antibodi
antiglikoprotein Ib / IX dan meningkatkan produksi antibodi
antiglikoprotein IIb / IIIa oleh B-cell clone 1.
10
Gambar 2.3 Patofisiologi ITP
11
Gambar 2.4 Patofisiologi ITP
12
4) Sering terdapat eksantem (rubella) dan penyakit saluran napas
akibat virus Varkcella zooster dan Eipstein barr.
5) Perdarahan ringan
e. ITP kronis:
1) Riwayat perdarahan ringan sampai sedang dengan episode
perdarahan beberapa hari sampai beberapa minggu, manifestasi
perdarahan berupa ekimosis, ptekie, purpura
2) Frekuensi perdarahan berkorelasi dengan jumlah trombosit:
i. Hitung trombosit > 50.000 / µl biasanya asimptomatik
ii. Hitung trombosit 30.000 - 50.000 / µl terdapat luka memar
atau hematom
iii. Hitung trombosit 10.000 - 30.000 / µl terdapat perdarahan
spontan, menoragi (pada perempuan), dan perdarahan
memanjang jika ada luka
iv. Hitung trombosit < 10.000 / µl terdapat perdarahan mukosa
(epistaksis, perdarahan gastrointestinal dan genitourinaria)
dan risiko perdarahan sistim saraf pusat.
v. Perdarahan intrakranial mengenai 1 % dari trombositopenia
berat, biasanya terjadi di subarachnoid, sering multipel dan
ukuran bervariasi dari ptekie sampai ekstravasasi darah
yang luas
3) Remisi spontan jarang terjadi dan remisi tidak lengkap
13
4) Pada ITP wanita hamil, pertama kali terduga ITP saat kehamilan.
Diagnosis banding ITP selama kehamilan adalah kehamilan yang
menginduksi hipertensi dan kondisi sindrom hemolisis dengan
peningkatan enzim liver dan penurunan trombosit (HELLP),
hemolisis mikroangiopati, trombositopenia herediter.
3.6 Diagnosis
a. Pada anamnesa diketahui pasien memiliki riwayat penggunaan obat seperti
asetosal,fenilbutazon,diamox,kina,sedormid dan lain lain.
b. Memiliki riwayat terpapar dengan radiasi dan panas
c. Hitung jumlah trombosit 10.000 – 50.000 / µl.
d. Manifestasi klinik perdarahan yang dialami pasien (ptekie, purpura,
perdarahan konjungtiva atau perdarahan selaput lendir yang lain)
e. Konsentrasi hemoglobin dan hitung leukosit biasanya normal kecuali jika
terdapat anemia defisiensi besi akibat kehilangan darah
f. Pada sediaan hapus darah terlihat jumlah trombosit berkurang, dan
trombosit yang ada sering dalam bentuk besar (megatrombosit).
g. Pemeriksaan darah tepi diperlukan untuk menyingkirkan
pseudotrombositopenia dan kelainan hematologi yang lain
h. Sumsum tulang menunjukkan jumlah megakariosit normal atau meningkat
i. Uji sensitivitas menunjukkan antibodi antiglikoprotein GP IIb / IIIa atau
GP Ib spesifik pada permukaan trombosit atau serum. Pemeriksaan IgG
terkait trombosit bersifat kurang spesifik
j. Pada wanita hamil:
1) Terjadi tromositopenia sedang yakni hitung trombosit 70.000 / µl
2) Trombosit menjadi normal pada 2 bulan postpartum
3) Trombosit dimonitor selama bulan pertama trimester 2, dan setiap
minggu pada trimester 3.
14
Gambar 2.6 Setelah spelenektomi, eritrosit terdapat pitting dan badan Howell-Jolly
3.7 Pemeriksaan Penunjang
15
5. Pemeriksaan sumsum tulang normal atau peningkatan jumlah
megakariosit dan agranuler, serta tidak mengandung trombosit.
4,6
Pedoman dari america society of hematology menyatakan
pemeriksaan sumsum tulang tidak diperlukan pada usia > 40
tahun, pasien dengan gambaran tidak khas ( gambaran sitopeni)
atau pasien yang tidak berespon baik dengan terapi. Meskipun
tidak dianjurkan, banyak ahli pediatrik hematologi
merekomendasikan dilakukan pemeriksaan sumsum tulang
sebelum memulai pemberian kortikosteroid untuk
menyingkirkan kasus leukemia akut. 1
16
Kelainan Manifestasi Klinis Pemeriksaan
Laboratorium
2) Anemia fankoni Perawakan tubuh pendek Pansitopenia
Hiperpigmentasi kulit karena anemia
Hipoplasia ibu jari dan aplastik
tulang radii
Kelainan ginjal
Microcephaly
Macrophtalmia
3) Amegakariositik Tidak ada tulang atau Trombositopneia
trombositopenia anomali tulang rangka pada periode
seperti TAR-syndrome neonatal
b. Didapat
4) Leukimia Riwayat lelah kronis, Peningkatan
demam, penurunan berat jumlah leukosit
badan, pucat, nyeri tulang Anemia
Limfadenopaty Pada hapusan
Splenomegaly darah tepi
Hepatomegaly terdapat sel blast
5) Anemia aplastik Riwayat kelelahan, Pansitopenia
perdaraham atau infeksi Neutropenia
berulang ringan
Hasil pemeriksaan fisik Jumlah retikulosit
nonspesifik menurun
Tidak ada splenomegali
6) Neuroblastoma Massa di abdomen Trombositopenia
Terdapat sindrom akibat metastasis
paraneoplastik
Manifestasi neurologis
7) Defisiensi nutrisi Riwayat nutrisi kurang Anemia
17
Kelainan Manifestasi Klinis Pemeriksaan
Laboratorium
atau diet ketat megaloblastik
Pucat, lemah, lelah, Pada hapusan
anemia darah tepi
Defisit neurologis akibat terdapat neutrofil
defisiensi vitamin B12 hipersegmental
Jumlah retikulosit
menurun
Level vitamin
B12 atau folat
menurun
8) Obat-obatan Riwayat penggunaan obat-
Obat kemoterapi obatan atau perubahan
Diuretik thiazide dosis
Alkohol
Estrogen
Kloramfenikol
Radiasi ion
Peningkatan Destruksi
Trombosit
a. Imunologis
1) Trombositopenia Ptekie menyeluruh pada Hitung trombosit
alloimun neonatal beberapa jam pertama pada ibu adalah
setelah lahir normal
2) Obat-obatan Riwayat penggunaan obat-
Sulfonamid obatan atau perubahan
Quinidine dosis
Quinine
Carbamazepine
18
Kelainan Manifestasi Klinis Pemeriksaan
Laboratorium
Valproic Acid
Heparin
Digoxin
3) HIV Tanda dan gejala sistemik Abnormalitas
dari HIV semua sel
Serologi HIV
untuk diagnosis
pasti
4) Purpura posttransfusi Riwayat transfusi Trombositopenia
trombosit beberapa jam akut
sebelum terjadinya
trombositopenia
5) Kelainan kolagen dan Manifestasi sistemik Anemia kronis
vaskular termasuk pembengkakan Abnormalitas
sendi jumlah sel
leukosit
b. Non-imun
1) Sindrom hemolitik- Riwayat diare berdarah Pada hapusan
uremik darah tepi
terdapat anemia
mikroangiopati
mikrositik
2) Disseminated Tanda dan gejala sepsis Peningkatan
Intravascular waktu protrombin
Coagulation dan partial
tromboplastin
Pada hapusan
19
Kelainan Manifestasi Klinis Pemeriksaan
Laboratorium
darah tepi
terdapat anemia
mikroangiopati
mikrositiik
Penurunan level
fibrinogen
3) Penyakit jantung Sianosis Kompensasi
sianosis Gagal jantung kongestif polisitemia
Kelainan Kualitatif
Trombosit
a. Sindrom Wiskott – Pola inheriter terkait Hitung trombosit
Aldrich kromosom X sebanyak 20.000
Eksim – 100.000 / µl
Infeksi berulang akibat Pada hapusan
imunodefisiensi darah tepi,
ukuran trombosit
sangat kecil
b. Sindrom Bernard – Pola inheriter autosom Pada hapusan
Soulier dominan darah teppi
Ekimosis, perdarahan terdapat
gingival dan saluran trombosit yang
pencernaan lebih besar dari
limfosit
c. Anomali May – Hegglin Pola inheriter autosom Pada hapusan
dominan darah tepi
Kebanyakan asimtomatik terdapat
trombosit raksasa
Terdapat
20
Kelainan Manifestasi Klinis Pemeriksaan
Laboratorium
Inclusion Bodies
(Dohle) di
leukosit
d. Sindrom trombosit Gray Perdarahan sedang Pada hapusan
darah tepi
terdapat
trombosit yang
pucat dan oval
Sequestration
a. Sindrom Kasabach – Peningkatan secara cepat
Merritt ukuran dari
hemangionedotelioma
yang timbul pada periode
neonatal
b. Hipersplenisme Riwayat penyakit liver Anemia
atau hipertensi portal concomitant dan
Pada pemeriksaan fisik jumlah leukosit
terdapat splenomegali abnormal
tergantung dari
penyakitnya
Berhubungan
dengan leukimia
dan penyakit
infiltratif lainnya
21
3.9 Penatalaksanaan
Bertujuan mempertahankan hitung trombosit di atas batas ketika memar
spontan atau perdarahan terjadi dengan intervensi minimal. Hitung trombosit >
50.000 / µl tidak memerlukan pengobatan.
Disebut ITP refrakter jika terdapat:
1) ITP menetap > 3 bulan
2) Pasien gagal berespon dengan splenektomi
3) Hitung trombosit < 30.000 / µl
b. Umum (dewasa dan anak-anak)
1) Kortikosteroid
Prednisolon 1 mg/kgBB setiap hari, lalu dosis diturunkan perlahan
setelah 10 – 14 hari. Pada pasien dengan respon buruk, dosis
diturunkan lebih lambat.
Pada keadaan gawat darurat dan terdapat gejala neurologis,
perdarahan internal, atau bedah darurat diberikan Metilprednisolon
30 mg/kgBB/hari maksimal 1 gr/hari selama 2 – 3 hari, diberikan
intravena selama 20 – 30 menit bersamaan dengan
immunoglobulin intravena 1 gr/kgBB/hari selama 2 – 3 hari.
2) Splenektomi
Dianjurkan pada pasien yang tetap mempunyai hitung trombosit <
30.000 / µl setelah terapi kortikosteroid 3 – 6 bulan atau pasien
yang membutuhkan kortikosteroid dosis terlalu tinggi untuk
mempertahankan hitung trombosit > 30.000 / µl.
3) Imunoglobulin intravena dosis tinggi
Dosis 400 mg/kgBB/hari selama 5 hari atau 1 gr/kgBB/hari selama
2 hari. Dianjurkan pada pasien ITP yang mengalami perdarahan
mengancam jiwa, pada ITP refrakter terhadap steroid, saat
kehamilan, atau sebelum pembedahan. Imunoglobulin ini bekerja
dengan cara menghambat reseptor Fc pada makrofag atau
modifikasi produksi antibodi.
22
4) Obat imunosupresif
Vinkristin, cyclophosphamide, azatioprin atau cyclosporine secara
sendiri atau kombinasi. Dianjurkan untuk pasien yang tidak
berespon baik terhadap kortikosteroid dan splenektomi.
Dosis Vinkristin 1 atau 2 mg intravena, Vinblastin 5 – 10 mg setiap
minggu selama 4 – 6 minggu.
Dosis Azathioprin 2 mg/kgBB maksimal 150 mg/hari P.O, bila 3
bulan tidak ada respon maka obat dihentikan, namun jika ada
respon sampai 3 bulan turunkan sampai dosis terkecil.
Dosis cyclophosphamide 50 – 100 mg P.O atau 200 mg/IV/bulan
selama 3 bulan.
5) Imunoglobulin anti-D intravena
Dosis 50 – 75 µg/kgBB/hari intravena. Mekanisme kerja anti-D
yakni destruksi sel eritrosit rhesus D-positif yang dibersihkan oleh
RES di lien dan bersaing dengan autoantibodi yang menyelimuti
trombosit melalui Fc reseptor blokade.
6) Danazol
Dosis 200 mg P.O 4 kali sehari selama 6 bulan. Fungsi liver harus
diperiksa setiap bulan. Jika respon terjadi, dosis diteruskan sampai
dosis maksimal minimal 1 tahun lalu diturunkan 200 mg/hari setiap
4 bulan
7) Transfusi trombosit
Dianjurkan untuk pasien yang mengalami perdarahan akut yang
mengancam jiwa. Tambahan transfusi trombosit hanya bertahan
selama beberapa jam.
c. Pada wanita hamil
1) Hitung trombosit > 50.000 / µl saat kehamilan tidak memerlukan
teapi rutin dan tidak diberikan glukokortikoid dan immunoglobulin
intravena sebagai terapi inisial
2) Hitung trombosit 30.000 - 50.000 / µl pada trimester 1 sampai 2
tidak memerlukan terapi rutin inisial
23
3) Hitung trombosit 10.000 – 30.000 / µl pada trimester 2 atau 3 dan
yang memiliki hitung trombosit < 10.000 / µl memerlukan terapi
inisial
4) Kortikosteroid dapat mengeksaseberasi diabetes gestasional,
kehilangan tulang, hipertensi
5) Splenektomi harus dihindari karena dapat menyebabkan aborsi,
kecuali jika dilakukan pada trimester 2 dengan hitung trombosit
pasien < 10.000 / µl yang mengalami perdarahan
6) Danazol, cyclophosphamide, vincra alkaloid harus dihindari karena
teratogenik
7) Gunakan immunoglobulin intravena untuk maintenance jika hitung
trombosit > 30.000 / µl selama kehamilan dan > 50.000 / µl saat
menjelang kelahiran untuk mencegah kebutuhan transfusi
trombosit
8) Jika hitung trombosit wanita hamil > 50.000 / µl, tidak dianjurkan
melahirkan secara cesar, namun apabila hitung trombosit janin
diketahui < 20.000 / µl maka dianjurkan melahirkan secara cesar
9) Transfusi trombosit diperlukan sebagai profilaksis pada wanita
hamil dengan hitung trombosit < 10.000 / µl yang akan menjalani
operasi cesar atau yang memiliki epistaksis atau perdarahan
membran mukosa lainnya dan diduga akan melahirkan secara
pervaginam
d. Pada bayi baru lahir dari wanita hamil dengan ITP
1) Hitung trombosit dilakukan 3 – 4 hari setelah dilahirkan
2) Jika hitung trombosit < 20.000 / µl atau 20.000 – 50.000 / µl
dianjurkan dilakukan pencitraan kepala walaupun tidak terdapat
abnormalitas neurologis
3) Pada bayi baru lahir yang tidak memiliki perdarahan intrakranial
dan memiliki hitung trombosit < 20.000 / µl diberikan
immunoglobulin intravena
24
4) Pada bayi baru lahir yang memiliki hitung trombosit > 50.000 / µl
tidak dianjurkan diberikan glukokortikoid atau immunoglobulin
intravena
5) Jika bayi baru lahir terdapat perdarahan intrakranial dan hitung
trombosit < 20.000 / µl, diberikan kombinasi glukokortikoid dan
immunoglobulin intravena
25
Gambar 2.8 Terapi ITP (1)
26
Gambar 2.9 Mekanisme Kerja Terapi ITP
27
3.10 Prognosis
28
BAB IV
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
Cines, DB. Bussel, JB. How I Treat Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Blood
Journal. 2005: 106 (7).
Hoffbrand, AV. Kapita Selekta Hematologi / AV. Hoffbrand, JE. Pettit, H. Moss
; alih bahasa, Lyana Setiawan ; editor edisi bahasa Indonesia, Dewi Asih
Mahanani. Ed.4. Jakarta: EGC, 2005.
Junquiera, L C. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Alih bahasa, Jan Tambayong ;
editor edisi bahasa Indonesia, Frans Dany. Ed. 10. Jakarta: EGC, 2007.
30
Raval, H. Low Platelets Count Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
Hoemopathy Treatment and Homeopath. www.articleseen.com diakses 24
Januari 2015.
31