Anda di halaman 1dari 3

Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,

Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah
dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh
sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang
pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk
melawan kuman atau bibit ketiga penyakit
tersebut. DPT merupakan singkatan dari Difteri
Pertusis Tetanus. Difteri : Radang tenggorokan
yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan
kematian anak hanya dalam beberapa hari
saja. Pertusis : Penyakit radang pernafasan
(paru) yang disebut juga batuk rejan atau batuk
100 hari, karena lama sakitnya dapat mencapai 3
bulan lebih atau 100 hari. Gejala penyakit ini sangat khas, batuk yang bertahap, panjang
dan lama disertai bunyi ‘whop’ dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau
penderita dapat meninggal karena kesulitan bernafas. Tetanus : Penyakit kejang otot
seluruh tubuh dengan mulut terkancing tidak bisa dibuka.
Manfaat dan Efek Samping Imunisasi DPT

Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan
jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam
jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi
DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :

 Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
 Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit
secara alami. Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat
kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila
jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin
berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan
obat-obatan. Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada
pengobatan.DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan
atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi
karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan,
DPT menyebabkan komplikasi berikut:
 Demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)
 Kejang
 Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang
atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
 Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon). Jika anak sedang menderita
sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat.
Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal,
penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa
dikendalikan.

1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri,
kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan
menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi
nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering
menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
Jadwal Pemberian Imunisasi DPT
Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, karena saat imunisasi pertama belum memiliki
kadar antibody protektif terhadap difteri dan akan memiliki kadar antibody setelah
mendapatkan imunisasi 3 kali. Dimulai sejak bayi berumur dua bulan dengan selang waktu
antara dua penyuntikan minimal 4 minggu.
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang
menderita penyakit kejang demam kompleks. Jiga tidak boleh diberikan pada anak dengan
batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan. Bila pada suntikan DPT
pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DPT
lagi melainkan DT saja (tanpa P). (Prof. DR.A.H. Markum, 2000)
DPT biasanya tidak diberikan pada anak usia kurang dari 6 minggu, disebabkan respon
terhadap pertusis dianggap tidak optimal, sedangkan respon terhadap tetanus dan difteri
adalah cukup baik tanpa memperdulikan adanya antibody maternal
Jenis-jenis Penyakit yang Dapat dicegah dengan Imunisasi DPT
Ø Difteri
Penyakit difteria disebabkan oleh sejenis bacteria yang disebut Corynebacterium diphtheriae.
Sifatnya sangat ganas dan mudah menular. Seoerang anak akan terjangkit difteria bila ia
berhubungan langsung dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman
(karier) : yaitu dengan terhisapnya percikan udara yang mengandung kuman. Bila anak nyata
menderita difteri dapat dengan mudah dipisahkan. Tetapi seorang karier akan tetap berkeliaran
dan bermain dengan temannya karena memang ia sendiri tidak sakit. Jadi, ditinjau dari segi
penularannya, anak karier ini merupakan sumber penularan penyakit yang sulit diberantas. Dalam
hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar, sedangkan
temannya yang belum pernah mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh
dari temannya sendiri yang menjadi karier.
Anak yang terjangkit difteri akan menderita demam tinggi. Selain pada tonsil (amandel) atau
tenggorok terlihat selaput putih kotor. Dengan cepat selaput ini meluas ke bagian tenggorok
sebelah dalam dan menutupi jalan nafas, sehingga anak seolah-olah tercekik dan sukar bernafas.
Kegawatan lain pada difteri adalah adanya racun yang dihasilkan oleh kuman difteri. Racun ini
dapat menyerang otot jantung, ginjal dan beberapa serabut saraf. Kematian akibat difteri sangat
tinggi biasanya disebabkan anak tercekik oleh selaput putih pada tenggorok atau karena jantung
akibat racun difteria yang merusak otot jantung.
Ø Pertusis
Pertusis atau batuk rejan, atau yang lebih dikenal dengan batuk seratus hari, disebabkan oleh
kuman Bordetella Pertusis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan dapat
berakibat kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun. Gejalanya sangat khas, yaitu anak tiba-
tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar
air mata dan kadang-kadang sampai muntah. Karena batuk yang sangat keras, mungkin akan
disertai dengan keluarnya sedikit darah. Batuk akan berhenti setelah ada suara melengking pada
waktu menarik nafas, kemudian akan tampak letih dengan wajah yang lesu. Batuk semacam ini
terutama terjadi pada malam hari.
Bila penyakit ini diderita oleh seorang bayi, terutama yang baru berumur beberapa bulan, akan
merupakan keadaan yang sangat berat dan dapat berakhir dengan kematian akibat suatu
komplikasi.
Ø Tetanus
Penyakit Tetanus masih terdapat diseluruh dunia, karena kemungkinan anak untuk mendapat luka
tetap ada. Misalnya terjatuh, luka tusuk, luka bakar, koreng, gigitan binatang, gigi bolong, radang
telinga. Luka tersebut merupakan pintu masuk kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium
tetani. Kuman ini akan berkembang biak dan membentuk racun yang berbahaya. Racun inilah
yang merusak sel susunan saraf pusat tulang belakang yang menjadi dasar timbulnya gejala
penyakit. Gejala tetanus yang khas adalah kejang, dan kaku secara menyeluruh, otot dinding
perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka.

Kesimpulan
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan
komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara
yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.
Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat
sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan
komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri
yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7
tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan
atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan
(DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang
diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami
reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.

Anda mungkin juga menyukai