Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia kerap sekali terjadi bencana longsor di berbagai daerah. Salah
satu penyebabnya dikarenakan iklim di Indonesia yang sudah memasuki musim
penghujan. Sebaiknya, dalam menangani bencana longsor tidak selalu
menyalahkan iklim. Kita juga harus mulai berkaca bahwa bencana longsor yang
terjadi juga bisa disebabkan oleh aktivitas manusia. Keinginan manusia untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih membuat mereka menghalalkan berbagai cara
untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sebagai contoh, mereka menebang
pohon secara sembarang. Padahal dalam aturan penebangan pohon, para penebang
dibatasi jumlah dan harus menanam kembali bibit pohon sesuai dengan jumlah
yang mereka tebang. Karena keinginan rakus mereka, banyak sekali air yang
kehilangan tempat tinggalnya dan malah terbuang sia sia. Selain itu, tanah juga
kehilangan tempat untuk menyangga badan tanah sehingga tanah menjadi lemah
dan akhirnya runtuh.

Salah satu bencana longsor yang sedang trend adalah runtuhnya beton
LRT. Tragedi bencana tersebut diduga karena kesalahan dalam perencanaan oleh
engineer. Untuk mengetahui kronologi dengan jelas, Penulis kemudian membuat
makalah ini. Agar para masyarakat juga mengetahui dampak yang terjadi dan
lebih berhati-hati akan bencana disekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa yang di maksud dengan bencana?
2 Apa yang di maksud dengan bencana longsor?
3 Apa yang dimaksud dengan kesalahan konstruksi?
4 Bagaimana analisis bencana rubuhnya beton LRT?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui yang di maksud dengan bencana

1
2. Mengetahui yang di maksud dengan bencana longsor
3. Mengetahui yang dimaksud dengan kesalahan konstruksi
4. Mengetahui analisis bencana rubuhnya beton LRT

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Bencana

Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam,


non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan
bencana sosial.

 Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor.

 Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

2.2 Pengertian Konstruksi

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana


maupunprasarana. Sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan

3
infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi
didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian
struktur.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak)


suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya) Walaupun kegiatan
konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi
merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang
berbeda.Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek,
insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor,
sedangkan pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek
yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk
menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.

o Beberapa permasalahan dalam proses konstruksi, berkaitan dengan


beberapa aspek:

 Keterkaitan antara waktu, biaya, dan mutu dalam sebuah proyek

Sebagaimana diketahui bahwa dalam pelaksanaan manajemen konstruksi


didasari dari proses proyek itu sendiri, yang mempunyai awal dan akhir serta
tujuan menyelesaikan proyek tersebut alam bentuk bangunan fisik secara efisien
dan efektif. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang salah satunya menyangkut
aspek teknik pelaksanaan manajemen konstruksi itu sendiri dalam
penyelenggaraannya. Beberapa ruang lingkup pekerjaan yang menjadi aspek
teknik dapat dilihat dibawah ini :

4
Gambar 1. Struktur pendekatan untuk manajemen proyek dengan variabel ruang
llingkup kegiatan yang merupakan aspek tekniknya.

(Sumber : Turney J. Rodney : “The Handbook of Project Based Management”,


McGraw-Hill Book Company, Berkshire, Maidenhead, England, 1991)

Dari gambaran sistematika di atas, dapat disebutkan bahwa proses proyek


konstruksi dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan serah terima. Selama
proses berlangsung, beberapa aspek teknik yang berkaitan dengan proses, perlu
diketahui. Aspek teknik yang umum dilakukan terdistribusi dalam :

– Perencanaan (planning)

– Penjadwalan (scheduling)

– Pengendalian (controling)

Hal ini untuk mencapai tujuan proyek yaitu menghasilkan bangunan fisik
yang mempunyai variabel biaya-mutu-waktu yang optimal. Sebagaimana
diketahui secara tradisional bahwa ketiga variabel tersebut saling berkaitan dan
saling mempengaruhi, yang umumnya dikenal sebagai Biaya – Mutu – Waktu.

5
Gambar 2. Segitiga variabel biaya – mutu – waktu yang saling mempengaruhi,
variabel utama dalam aspek teknik manajemen konstruksi

(Sumber : Turney J. Rodney : “The Handbook of Project Based Management”,


McGraw-Hill Book Company, Berkshire, Maidenhead, England, 1991)

Ketiga variabel tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi. Sebagai


misal MUTU : kualitas mutu berkaitan dengan BIAYA yang dikeluarkan, besar
kecilnya biaya secara umum menunjukkan tinggi rendahnya mutu untuk suatu
pekerjaan yang sama dengan spesifikasi yang sama pula. Demikian pula dengan
WAKTU pelaksanaan, tinggi rendahnya MUTU secara tidak langsung berkaitan
dengan lama waktu pelaksanaan, mutu yang tinggi membutuhkan kehati-hatian
dan pengawasan mutu yang lebih intensif, sehingga jelas akan memakan waktu
yang lebih daripada waktu yang normal. Dari WAKTU yang lebih lama ini
otomatis, paling tidak dari segi biaya tidak langsung, akan kembali menambah
BIAYA pelaksanaan. Bentuk saling ketergantungan ini memberikan beberapa
kebutuhan akan teknik untuk menajemen proses konstruksi seperti tersebut di
atas. Atas dasar tersebut, pada modul ini akan dibahas beberapa teori / teknik
dalam lingkup pelaksanaan manajemen proyek konstruksi, yang meliputi :

1. Tahap Perencanaan

 Penyusunan Work Breakdown Structure (WBS)

 Penyusunan Organization Analysis Table (OAT)

6
 Memperkirakan durasi dari WBS, OAT, Analisa Harga Satuan dan
Ketersediaan Sumber Daya Manusia.

2. Tahap Penjadwalan

 Diagram Jaringan 1 (Activity on Arrow)

 Diagram Jaringan 2 (Pengantar Activity on Node)

 Metode Lintasan Kritis (CPM)

 Aliran Kas (Cash Flow)

3. Tahap Pengendalian

 Monitoring 1 : Kurva – S

 Monitoring 2 : Integrasi Biaya – Waktu (Earned Value)

 Percepatan Waktu dengan Biaya Optimal (Least Cost Analysis).

 Koordinasi dan Pengaturan Manajemen

Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari


perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek oleh
para anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Tujuan/sasaran Manajemen Proyek
adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan
(spesification) untk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula
mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam
rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu
( Quality Control ) , pengawasan biaya ( Cost Control ) dan pengawasan waktu
pelaksanaan ( Time Control ). Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan benar
merupakan kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek.

Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat batasan mengenai


tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek baik langsung maupun tidak langsung, sehingga tidak akan terjadi adanya
tugas dan tangung jawab yang dilakukan secara bersamaan (overlapping).

7
Apabila fungsi-fungsi manajemen proyek dapat direalisasikan dengan jelas dan
terstruktur, maka tujuan akhir dari sebuah proyek akan mudah terwujud, yaitu:

1. Tepat Waktu

2. Tepat Kuantitas

3. Tepat Kualitas

4. Tepat Biaya sesuai dengan biaya rencana

5. Tidak adanya gejolak sosial dengan masyarakat sekitar

6. Tercapainya K3 dengan baik

Pelaksanaan proyek memerlukan koordinasi dan kerjasama antar


organisasi secara solid dan terstruktur. Dan hal inilah yang menjadi kunci pokok
agar tujuan akhir proyek dapat selesai sesuai dengan schedule yang telah
direncanakan. Beberapa unsur organisasi yang masing-masing mempunyai fungsi
yang berbeda. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Pemilik proyek (owner)/investor yang juga merupakan konsultan


manajemen konstruksi

2. Konsultan perencana arsitektur, landscape, dan quantity surveyor.

3. Kontraktor pelaksana utama yang membawahi:

 Konsultan perencana struktur

 Sub kontraktor spesialis

4. Kontraktor pondasi

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, ke-4 pihak tersebut harus


mempunyai hubungan kerja yang jelas, dan dapat bersifat ikatan kontrak, perintah,
maupun garis koordinasi. Hubungan antara pihak tersebut dapat dilihat dalam
skema pada gambar 3 dibawah ini.

8
Gambar 3. Skema Hubungan Kerja Pihak-Pihak Yang Terkait dalam Proyek

Berikut ini adalah beberapa contoh hal atau faktor yang dapat menjadi
penghambat dalam penyelesaian proses konstruksi, antara lain :

 Bahan

 Tenaga Kerja (SDM)

 Peralatan

 Lingkungan

 Keuangan

 Faktor Perubahan (Ekonomi maupun Sosial)

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Rubuhnya Beton LRT

Gambar 4. Kondisi pasca benton runtuh pada konstruksi LRT

Beton pembangunan Light Rail Transit atau Kereta Api Ringan di


Pulogadung, Jakarta Timur, roboh, Senin (22/1/2018) sekitar pukul 00.20 WIB.
Proyek LRT di Jakarta ditargetkan beroperasi Agustus 2018. Hal ini agar moda
transportasi tersebut bisa dipakai saat perhelatan Asian Games 2018 pada 18
Agustus-2 September 2018. Jalur LRT yang memiliki panjang 5,8 kilometer ini
nantinya akan menghubungkan enam stasiun, yakni Depo Kelapa Gading, Stasiun
Mal Kelapa Gading, Stasiun Boulevard, Stasiun Pulomas, Stasiun Equestrian, dan
Stasiun Velodrome. Proyek transportasi massal yang menghabiskan anggaran
Rp57 miliar itu sudah mulai dikerjakan sejak pertengahan 2016.

Konstruksi yang ambruk tersebut merupakan bangunan antarspan yang


menghubungkan tiang P28-P29 proyek LRT. Adapun korban dalam kejadian ini
adalah Rois Julianto, 27 Tahun, Wahyudin (18), Abdul Mupit (30), Ahmad
Kumaedi (22), dan Jamal. Saat beton rubuh, Rois dan Wahyudin sedang berada
di segmen 6-7 membereskan barang dan memasang not spiderbeam.
Korban Abdul Mupit sedang mengoperasikan quanty di posisi P28 segmen 3
untuk mengangkat spiderbeam. Sedangkan Ahmad Komaedi sedang berada di

10
segmen 6-7 melakukan lamsir pelat dan not ke segmen 1. Saat itu, terdengar
suara retakan dari segmen 15 dan disusul ambruknya konstruksi tersebut.

Ketua Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) Davy Sukamta


mengatakan bahwa setidaknya ada dua kemungkinan yang bisa menyebabkan
insiden itu terjadi. Pertama, yakni pemasangannya yang tidak sempurna. Kedua,
material pembuat box girder kurang baik. Sedangkan Wakil Ketua Umum Kadin
Bidang Konstruksi dan Infrastruktur Erwin Aksa menyampaikan, penyebab
maraknya kecelakaan kerja dalam konstruksi infrastruktur, termasuk robohnya
box girder LRT Jakarta, yakni minimnya pengawasan terhadap pelaksanaan
pekerjaan di lapangan. Hal itu tidak terlepas dari sikap pekerja konstruksi sendiri
yang acap kali menganggap remeh prosedur operasional standar (SOP).

3.2 Analisis Bencana

Bencana runtuhnya beton LRT disebabkan karena kelalaian pekerja dan


kurangnya perencanaan dalam pembuatan struktur tersebut. Dalam
perencanaannya engineer kurang menghitung akibat beban yang ditimbulkan.
Sehingga pada saat beton tersebut diangkat ke atas, alat berat tidak dapat
menyeimbangkan beton tersebut dan tidak dapat menahan kemudian runtuh.

3.3 Cara Menanggulangi

Setelah kejadian tersebut, upaya yang seharusnya dilakukan oleh para


perencana sebaiknya lebih teliti dan harus sesuai Standar Operasional Prosedur
dalam pekerjaan tersebut agar tidak terjadi bencana seperti itu lagi.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setiap kawasan pasti pernah terjadi bencana. Karena Tuhan menciptakan


sesuatu tak pernah ada yang sempurna. Beton LRT runtuh disebabkan oleh
beberapa faktor. Baik berupa faktor alam maupun faktor non alam. Faktor alam
terjadi secara alamiah, contohnya hujan. Faktor non alam terjadi karena faktor
luar. contohnya manusia. Faktor manusia pun ada yang karena faktor alam (tidak
sengaja) dan faktor non alam (sengaja). Penyebab runtuhnya beton LRT ini lebih
disebabkan karena faktor non alam (manusia). Karena dalam analisis tersebut
disebutkan bahwa engineer tersebut kurang memperhatikan perhitungan beban.
Sehingga, perencanaan yang dibuatnya menjadi kurang kuat.

4.2 Saran

Sebaiknya dalam sebuah perancangan si perancang lebih teliti kembali


dalam pembuatan desain rancangannya. Jangan sampai ada yang tertinggal.
Karena dalam sebuah pekerjaan konstruksi tidak hanya satu nyawa saja yang
terlibat. Seperti kata pepatah, “Seorang dokter jika gagal hanya menanggung 1
nyawa. Namun, seorang insinyur menanggung ribuan nyawa orang apabila
rancangan tersebut runtuh dan gagal”. Dan kita sebagai calon insinyur yang baik
sebaiknya menghindari kegagalan itu sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/05/19443171/tembok-perimeter-
selatan- bandara-soekarno-hatta-ambrol-diduga-ada-mobil

https://www.bnpb.go.id/home/definisi.html

https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/dinding-penahan-tanah

13

Anda mungkin juga menyukai