PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekonomi moneter?
2. Seperti apa ruang lingkup ekonomi moneter?
3. Bagaimana kebijakan moneter?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam konsep dasar ekonomi moneter, dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Konsep Dasar Ekonomi Moneter Konvensional
Yaitu sebuah konsep yang dimana pada ekonomi konvensional menggunakan tingkat
suku bunga sebagai salah satu instrumen utama dalam kebijakan moneter. Akan tetapi
tingkat suku bunga yang dipakai pada konsep ini justru dilarang dalam sistem
ekonomi syariah. Hal ini dikarenakan sistem bunga dianggap sama dengan sistem
riba, yakni suatu tambahan yang dipersyaratkan secara sepihak di awal perjanjian.
Pada konsep dasar ekonomi moneter konvensional ini terdapat tujuan dari memegang
uang yang terdiri dari 3 keinginan yaitu :
a) Tujuan Transaksi
Digunakan dalam rangka membayar pembelian-pembelian yang akan mereka
lakukan.
b) Tujuan Berjaga-jaga
Digunakan untuk mengantisipasi kerugian yang sewaktu-waktu akan timbul di
masa yang tak teduga ataupun di masa yang akan datang
c) Tujuan Spekulasi
Tujuan ini digunakan apabila suatu saat nanti tingkat bunga yang berlaku
tersebut sangat menguntungkan dibandingkan dengan investasi sehingga
banyak masyarakat yang mendepositokan uangnya .
4
2.2. Tujuan Ekonomi Moneter
Adapun tujuan ekonomi moneter adalah untuk mencapai stablisasi ekonomi yang
dapat diukur dengan :
1. Kesempatan kerja.
Dengan adanya kesempatan kerja atau lowongan pekerjaan maka makin besar
dalam meningkatkan produksi, selain dapat meningkatkan produksi maka dapat
juga membantu masyarakat yang menjadi pengangguran.
2. Kestabilan harga
Harga yang makin kian tinggi membuat masyarakat menjadi resah, tiap tahunnya
harga barang bukannya menjadi turun tetapi semakin naik, untuk mencegah harga
yang semakin naik maka pemerintah menstabilkan harga sehingga harga tidak
mengalami kenaikkan setiap tahunnya.
3. Neraca pembayaran internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi
di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka
pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.
5
3. Struktur dan fungsi bank sentral.
Secara hukum yang berlaku dengan adanya keberadaan bank sentral dalam sistem
perbankan suatu negara maka harus diatur dalam kegiatannya agar terarah sesuai
dengan kebijakan yang ditentukan oleh negara untuk menjalankan fungsi yang
berkaitan dalam mendorong terciptanya kegiatan ekonomi yang lebih stabil. Dilihat
dari fungsi dan tujuan utama dari bank adalah menentukan semua arah kebijakan-
kebijakan yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara kestabilan mata uang yang
kemudian secara berkelanjutan akan bermanfaat dalam koreksi tingkat inflasi yang
mungkin akan terjadi sehingga akan menjaga agar nilai tukar mata uang tidak
mengalami penurunan yang drastis.
6
perbankan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor otonom
(autonomous factor) seperti operasi keuangan Pemerintah dan mutasi uang kartal.
Efektivitas operasi moneter berbasis suku bunga tidak terlepas dari adanya
informasi yang handal dan setara kepada seluruh pelaku pasar, sehingga tercipta
persepsi yang sama untuk mencapai tujuannya, yaitu terbentuknya suku bunga yang
wajar. Oleh karena itu, sejak Oktober 2008 Bank Indonesia mulai mengumumkan
kondisi likuiditas perbankan kepada pelaku pasar dan masyarakat sebanyak dua kali
setiap harinya melalui website Bank Indonesia, BI-SSSS dan sarana lainnya.
Dengan adanya informasi mengenai kondisi likuiditas, diharapkan dapat membantu
treasury bank dalam mengelola kebutuhan likuiditasnya dan meningkatkan
efektifitas pelaksanaan Operasi Moneter. Pengumuman proyeksi likuiditas meliputi
2 (dua) materi utama yaitu:
a) Proyeksi Total Likuiditas Tersedia
Proyeksi Total Likuiditas adalah perkiraan ketersediaan likuiditas rupiah di
pasar dan merupakan hasil proyeksi dari net perubahan faktor otonomus yang
berperan dalam menambah/mengurangi ketersediaan likuiditas rupiah.
Ketersediaan likuiditas rupiah antara lain dipengaruhi oleh net aliran
masuk/keluar uang kartal dari/ke sistem perbankan dan mutasi rekening
pemerintah di Bank Indonesia, net instrumen Operasi Moneter jatuh waktu, dan
net perubahan saldo giro perbankan di Bank Indonesia.
b) Proyeksi Excess Reserve
Proyeksi Excess Reserve adalah perkiraan selisih antara saldo giro perbankan
di Bank Indonesia dengan kewajiban pemeliharaan Giro Wajib Minimum
(GWM).
7
a) OPT Absorpsi
OPT absorpsi dilakukan apabila dari perkiraan perhitungan likuiditas maupun
dari indikator suku bunga di PUAB diperkirakan mengalami kelebihan
likuiditas, yang diantaranya diindikasikan melalui penurunan suku bunga
PUAB secara tajam. Instrumen yang digunakan dalam OPT absorpsi ini
adalah (i) Penerbitan SBI dan SBIS, (ii) Penerbitan SDBI (iii)Transaksi
Reverse Repo SBN, (iv) Transaksi Penjualan SBN secara outright, (v)
Penempatan berjangka (Term Deposit) dalam rupiah di Bank Indonesia dan
(vi) Jual Valuta Asing terhadap Rupiah (dalam bentuk spot, forward atau
swap). Peserta pada OPT Absorpsi adalah bank dan/atau lembaga perantara
yang melakukan transaksi untuk kepentingan bank.
b) OPT Injeksi
OPT injeksi dilakukan apabila dari perkiraan perhitungan likuiditas maupun
dari indikator suku bunga di PUAB diperkirakan mengalami kekurangan
likuiditas, yang diantaranya diindikasikan melalui peningkatan suku bunga
PUAB secara tajam. Instrumen yang digunakan dalam OPT injeksi ini adalah
(i) Transaksi Repo
(ii) Transaksi Pembelian SBN secara outright dan
(iii) Beli Valuta Asing terhadap Rupiah (dalam bentuk spot, forward atau
swap). Peserta pada OPT Injeksi adalah bank dan/atau lembaga perantara
yang melakukan transaksi untuk kepentingan bank.
8
2.5. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh bank sentral atau Bank
Indonesia dengan tujuan memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang dapat
dilakukan antara lain dengan pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan
penetapan suku bunga.
Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan oleh bank
sentral atau Bank Indonesia untuk dapat mengubah penawaran uang atau mengubah suku
bunga yang ada, dengan tujuan untuk memengaruhi pengeluaran dalam perekonomian.
10
BAB III
PENUTUP
11