Anda di halaman 1dari 9

Inkontinensia Urin pada Wanita

Sebuah Review

Hampir 50% wanita dewasa dapat mengalami inkontinensia urin, kehilangan urin
yang tidak disengaja.1 Kondisi ini meningkat sering bertambahnya usia, mengenai 10%
sampai 20% wanita keseluruhan dan hampir 77% wanita usia lanjut yang bertempat tinggal
di panti jompo.2-7 Keragaman pada batasan kasus berdampak pada angka prevalensi.8 Data
epidemiologi saat ini menyatakan bahwa prevalensi secara keseluruhan adalah 17% pada
wanita diatas 20 tahun dan 38% wanita diatas 60 tahun.5,7 Laporan terbaru mengindikasikan
bahwa 37.5% wanita muda (30-50 tahun) pada primary care setting melaporkan gangguan
stress.9 Menurut National Ambulatory dan Hospital Medical Care Survey tahun 2009 – 2010
mengestimasi 6.8 juta wanita memiliki diagnosis dasar atau keluhan utama berupa
inkontenensia urin; 15.3% dirawat di primary care setting.10 Disamping prevalensi yang
tinggi, inkontinensia juga tidak terdiagnosa dan tidak terawat. Hanya 25% dari wanita yang
terserang mencari perawatan dan kurang dari sebagian diantara mereka yang menerima
perawatan.11 Inkontinensia yang tidak dirawat berhubungan dengan jatuh dan fraktur,
gangguan tidur, depresi dan infeksi saluran kemih.12-14 Wanita yang lebih tua dengan gejala
saluran urin bawah termasuk inkonstinensia urin 1.5 hingga 2.3 kali lenih berisiko
mengalami jatuh yang menyebabkan peningkatan angka morbiditas, mortalitas dan biaya
berobat.14
Review artikel ini memberikan pendekatan-bijak bagi tenaga medis untuk
mengevaluasi dan perawatan berbasis bukti bagi sebagain besar wanita dengan
inkontinensia urin, termasuk indikasi untuk merujuk ke tenaga spesialis terkait
inkontinensia. Seluruh tenaga medis yang merawat wanita dewasa harus banyak
mengetahui tentang bukti terbaru untuk mengevaluasi dan merawat inkontinensia urin.

Metode
Penelitian ini mengidentifikasi artikel menggunakan perpustakaan PubMed, EMBASE
Ovid, dan the Cochrane untuk mengidentifikasi artikel berkualitas tinggi, multicenter
randomized controlled trials, systematic reviews; meta analisis; dan panduan praktis sejak
Januari 2000 hingga Juli 2017 yang menilai evaluasi dan perawatan inkontinensia urin.
Penulis memilih beberapa penelitian yang menonjol, multicenter, randomized,
perbandingan efektivitas yang memiliki dampak penting untuk praktik klinis saat ini dan
tabel ringkasan gagasan sebagai bukti untuk stress dan pentingnya inkontinensia. Beberapa
penelitian kohort-prospektif ini juga memberikan bukti level tertinggi pada efektivitas dan
keamanan jangka mengngah dan efektivitas terapi inkontinensia yang paling umum pada
wanita. Karena keterbatasan penelitian perbandingan efektivitas dalam menjelaskan semua
pengobatan inkontinensia yang tersedia, maka kami menghitung rerata frekuensi
pengurangan urin, kejadian urgensi inkontinensia, efek umum yang merugikan,
menggunakan percobaan bukti yang digunakan daftar obat – obatan yang paling umum
diresepkan oleh Food and Drug Administration (FDA).

Deteksi dan Penilaian Inkontinensia


Riwayat
Banyak wanita menyatakan tidak mengalami gejala inkontinensia secara sukarela
penyedia perawatan karena malu, kurang pengetahuan, atau kesalahpahaman tentang
pengobatan.15,16 Setelah inkontinensia terdeteksi, dokter harus menentukan tingkat
keparahan gejala dan keinginan untuk perawatan sedini mungkin. Prinsip perawatan secara
umum adalah kebutuhan untuk menyeimbangkan kepastian diagnostik dengan risiko atau
invasif/efek? terapi. Pada semua wanita, dokter wajib mengidentifikasi dan mengobati
penyebab yang bersifat reversibel seperti infeksi saluran kemih, asupan cairan yang berlebih
(>2L / hari), penggunaan atau waktu obat – obatan yang memperburuk inkontinensia (yaitu
diuretik), dan kondisi komorbiditas yang berkontribusi terhadap inkontinensia (obesitas,
sembelit, apnea tidur, penggunaan tembakau, demensia, dan depresi). Bagan kotak
dibawah ini menguraikan tanda atau gejala yang menyarankan patologi serius yang
mendasarinya, seperti kanker atau penyakit neurologis yang harus segera merujuk ke
spesialis terkait inkontinensia.
Sebaian besar wanita tidak memerlukan evaluasi pendahuluan inkontinensia urin
yang menyeluruh karena perawatan noninvasif awal mungkin dimulai tanpa perbedaan yang
jelas antara 2 subtipe inkontinensia urin yang paling umum, stres dan inkontinensia
urgensi?. Riwayat penyakit harus fokus pada onset, durasi, tingkat keparahan, frekuensi dan
efek terhadap kualitas hidup. Gambar 1 menampilkan 3 item sederhana dalam kuesioner
yang telah divalidasi untuk membantu dokter membedakan subtipe inkontinensia yang
umum. Secara singkat, kuesioner tersebut menjelaskan berbagai situasi hidup dan bertanya
kepada responden apakah mereka mengalami inkontinensia urin selama 3 bulan terakhir
(bahkan dalam jumlah yang kecil), apakah mereka mengalami urinary leaking yang tidak
disengaja, dan kapan mereka paling sering mengalaminya.17
Tekanana inkontinensia ditandai dengan hilangnya urin secara tidak disengaja
dengan meningkatnya tekanan abdomen seperti olahraga atau batuk. Etiologi utama adalah
fungsi penutupan uretra yang tidak berfungsi dengan baik dan terkait dengan hilangnya
dukungan anatomis atau adanya trauma dari persalinan, obesitas, dan situasi yang berulang
kali meningkatkan tekanan intra-abdomen, seperti sembelit kronis, angkat berat, dan
latihan yang berdampak tinggi.18-23 Kecenderungan inkontinensia ditandai dengan tiba-tiba
adanya keinginan kuat untuk buang air kecil yang sulit untuk ditunda.24 Perempuan yang
terserang mengalami sedikit peringatan sebelum inkontinensia dan peningkatan frekuensi
kencing baik pada siang maupun malam hari. Pada kebanyakan wanita, inkontinensia
urgensi bersifat idiopatik. Namun, biasanya terjadi pada beberapa wanita dengan kondisi
neurologis sistemik (misalnya, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, pelvis atau cedera
saraf tulang belakang). Gejala inkontinensia overflow mirip dengan mereka yang stres dan
inkontinensia urgensi, tapi jenis incontinensia ini berkaitan dengan pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita dengan penyakit
neurologis sistemik atau kelainan anatomis seperti obstruksi uretra. Banyak wanita dengan
pengalaman inkontinensia mengalami stres dan gejala urgensi, biasanya disebut
inkontinensia urin campuran.
Penelitian mikrobioma urin terbaru menunjukkan bahwa keragaman
mikrobiota urin pada wanita dengan inkontinensia urgensi mungkin berbeda dengan flora
normal lactobacillus-predominan pada wanita dewasa.25-28 Mengingat etiologi yang tidak
pasti dan kemungkinan multifaktorial sifat inkontinensia urgensi, strategi pengobatan
individual belum tersedia. Penelitian kedepan terkait kedaan ini dapat membantu
menggolongkan populasi wanita yang paling diuntungkan pada beberapa terapi khusus.

Pemeriksaan
Pedoman dari organisasi internasional dan spesialisasi sebagian besar konsisten
terhadap rekomendasi mereka untuk evaluasi inkontinensia awal, yang meliputi riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, pengujian infeksi saluran kemih, pengujian stres urin, dan
penilaian residu postvoid?.29-34 Urinalisis harus digunakan untuk mengidentifikasi infeksi
saluran kemih dan mendeteksi hematuria, piuria, atau glikosuria karena dapat mewakili
kondisi komorbid yang terkait dengan inkontinensia. Pada proses pengambilan riwayat
penyakit dan urinalisis tidak memberikan etiologi gejala inkontinensia yang jelas, kuantitas
rekaman harian yang tertulis tidak sesuai?, waktu asupan cairan dan output urin selama 1
sampai 3 hari dapat memberikan informasi tentang faktor modifikasi yang berpotensi
terkait dengan eposide inkontinensia. Gambar 2 menunjukkan catatan harian pola
kekosongan abnormal yang umum. Meningkatnya pola asupan cairan dapat mengurangi
gejala urgensi dan frekuensi pada wanita yang jarang mengkonsumsi banyak cairan.
Umumnya, kekosongan secara teratur dapat mengurangi gejala pada wanita yang
jarangmengalami kekosongan cairan dalam jumlah yang besar.
Pemeriksaan panggul dianjurkan bila terdapat temuan seperti deteksi
massa pada pelvis yang dapat akan mengubah intervensi atau berpengaruh renacana pilihan
perawatan. Pada wanita pascamenopause, dokter harus memperhatikan adanya atrofi
vagina yang bisa diobati secara efektif dengan estrogen vagina. Pemeriksaan panggul
mungkin dapat mengidentifikasi kondisi yang membutuhkan rujukan segera (bagan kotak).
Selain itu, dokter harus memperhatikan organ pelvis prolaps di luar vagina karena
berhubungan dengan risiko retensi urin yang lebih tinggi. Untuk pasien seperti ini, rujukan
ke spesialis untuk mengatasi prolaps dan inkontinensia dapat terjamin. Dokter dapat menilai
integritas otot dasar panggul dan fungsinya selama pemeriksaan pelvis bimanual dengan
meminta pasien untuk mengerutkan otot panggul bawahnya (Gambar 3). Wanita yang tidak
dapat memisahkan otot dasar panggul atau yang tidak mampu melakukan
pengerutan/kontraksi otot dasar panggul dengan benar mendapat manfaat dari
pengawasan terapi dasar panggul bukan dari instruksi verbal sederhana atau handout? pada
latihan panggul.

Pemeriksaan Tambahan
Bila diagnosisnya belum jelas atau pengobatan awal tidak berhasil, konsultasi dengan
spesialis yang terkait inkontinensia dapat menentukan apakah studi diagnostik tambahan
diperlukan. Pedoman klinis saat ini menawarkan berbagai rekomendasi tentang kegunaan
tes diagnostik ini.29-34 Semua klinisi dapat melakukan tes tekanan urin sederhana. Dalam
posisi lithotomic atau berdiri, pasien strain atau batuk dengan kandung kemih full yang
nyaman sementara dokter secara langsung mengamati meatus uretra? untuk mengetahui
adanya kebocoran urin. Kebocoran selama manuver sangat sugestif terhadap inkontinensia
stres (nilai prediksi positif 78% sampai 97%). Penelitian mikrodinamika tidak diperlukan
dalam evaluasi inkontinensia urin tanpa komplikasi atau sebelum operasi inkontinensia
stres. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil multicenter randomized trial terhadap 630
wanita dengan gejala inkontinensia urin. Pada wanita dengan inkontinensia stres yang nyata
dalam percobaan digambarkan sebagai hasil uji stres batuk positif, evaluasi pra operatif
memberikan hasil perawatan 12 bulan non-inferior pada wanita yang menjalani operasi
inkontinensia stres.36 Pengujian mikrodisenik masih digunakan pada saat spesialis mencari
informasi spesifik tentang kandung kemih dan fisiologi uretra atau untuk mengkarakterisasi
subtipe inkontinensia urin.
Dalam waktu 10 menit setelah pengukuran berkemih, sisa urin(berkemih) harus
diperoleh dengan kateterisasi atau utrasonografi. Tidak ada nilai normatif yang ditetapkan
untuk sisa urin. Para ahli menganggap bahwa kurang dari 100 mL volume urin lebih besar
dari 200 mL atau sepertiga dari volume urin total adalah normal. Pengukuran residu pasca-
operasi direkomendasikan saat pasien melaporkan adanya ketidakcocokan yang tidak
lengkap, mengalami prolaps organ panggul di luar selaput dara, atau akan mengalami
operasi inkontinensia urin. Pemeriksaan sisa urin tidak diperlukan sebelum obat-obatan
diresepkan untuk inkontinensia urgensi. Namun, karena penyebabnya dapat menyebabkan
retensi urin, dokter harus menghentikan pengobatan dan melanjutkan pemeriksaan
tambahan jika terdapat gejala kandung kemih baru atau yang buruk berkembang.

Penatalaksanaan Inkontinensia Berbasis Bukti


Pemilihan perawatan didasarkan pada sifat gejala dominan (stress vs urgency
incontinence), tujuan dan harapan wanita untuk perbaikan atau penyembuhan, tingkat
komitmen terhadap terapi, toleransi terhadap risiko atau kesulitan, dan keadaan
finansialnya. Beberapa wanita lebih memilih untuk mencoba semua pilihan konservatif
sebelum tindakan yang lebih invasif. Beberapa orang cenderung memprioritaskan kegunaan
atau keefektifan dan menerima risiko pembedahan dalam mengatasi kesulitan. Konseling
pasien mencakup informasi tentang pengurangan gejala yang diharapkan, perkiraan
komitmen waktu, komplikasi dan efek samping, serta biaya lain yang tidak diharapkan.

Modifikasi Perilaku dan Gaya Hidup


Hampir semua terapi inkontinensia awal harus dimulai dengan tindakan non-invasif
karena manfaatnya berhubungan dengan risiko yang lebih rendah dan biaya yang terbatas.
Dokter dapat menawarkan modifikasi gaya hidup ini, termasuk penghentian untuk merokok
terlepas dari subtipe inkontinensia. Penatalaksanaan konstipasi dan penghindaran cairan
yang berlebihan dilakukan dengan mengurangi konsumsi kafein, minuman berkarbonasi,
minuman diet, dan alkohol.37 Strategi pengelolaan cairan meningkatkan asupan cairan
dalam jumlah sedikit (misalnya, 4-5 oz / jam) sampai 2 L sehari yang didominasi air sebagai
pengganti asupan cairan episodik yang besar (yaitu 36 oz dalam satu gelas). Pengukuran
waktu berkemih atau jarak berkemih disesuaikan untuk setiap pasien (biasanya setiap 2
sampai 3 jam) di siang hari dapat mengurangi kejadian inkontinensia urgensi. Meskipun
tinjauan sistematis tidak memberikan bukti kuat untuk mendukung strategi ini, namun
berdsarkan pengalaman klinis penulis, pengaturan waktu berkemih dan menghindari
konsumsi cairan yang berlebih merupakan langkah yang efektif terutama untuk pasien
dengan urgensi inkontinensia.38-40 Tabel 1 merangkum hasil penunjuk yang dianggap penting
penting dan randomized controlled trials tentang inkontinensia urgensi. Sebuah multicenter
randomized controlled trials mengevaluasi keefektifan modifikasi perilaku yang diawasi
(termasuk latihan otot dasar panggul instruksi, langkah untuk menekan dorongan?, waktu
berkemih, dan pengelolaan cairan) selain terapi obat (tolterodine) untuk urgensi
inkontinensia. Dibandingkan dengan hanya menggunakan terapi obat, terapi gabungan lebih
berhasil, hal ini ditunjukkan dengan pengurangan episode inkontinensia lebih dari 70% di
(58% untuk terapi obat vs 69% untuk gabungan terapi). Tingkat penggunaan obat lanjutan
tidak berbeda (41%) pada 8 bulan.41
Bukti kuat mendukung rekomendasi penurunan berat badan pada wanita berat
badan berlebih dengan inkontinensia. Uji coba acak klinis dari program penurunan berat
badan selama 6 bulan yang terstruktur dibandingkan dengan hanya melakukan eduksi pada
338 wanita gemuk dan obesitas melaporkan adanya penurunan berarti sebanyak 47% pada
kejadian inkontinensia dibandingkan dengan penurunan 28% pada kelompok kontrol (P =
.01).44 Kelompok perlakuan memiliki rerata penurunan berat badan 7.8 kg (8%)
dibandingkan kelompok kontrol dengan penurunan rata-rata 1,5 kg (1,6%), dan pasien ini
cenderung lebih mungkin mengalami pengurangan bermakna secara klinis pada semua
episode inkontinensia (47% vs 28%; P <.01) dibanding kelompok kontrol. Wanita dalam
kelompok perawatan mengalami penurunan kejadian inkontinensia mingguan dari standar
deviasi (SD) 24 (18) episode ke 13 (15) episode. Efeknya lebih menonjol untuk inkontinensia
stres dengan penurunan dari 9 (11) sampai 4 (7) episode (58% vs 33%; P = .02).44

Latihan Otot Dasar Panggul


Tinjauan sistematis secara konsisten melaporkan efektivitas untuk latihan otot dasar
panggul untuk wanita dengan inkontinensia urin.45-50 Meskipun tidak terdapat risiko yang
signifikan untuk latihan yang dilakukan tanpa pengawasan namun mereka membutuhkan
komitmen pribadi dan komitmen waktu. Dokter dapat memberikan instruksi latihan
sederhana untuk pasien jika pasien mampu melakukan kontraksi pada otot dasar
panggulnya. Tiga puluh kontraksi per hari (3 set dari 10 kontraksi yang diadakan selama
masing-masing 10 detik) biasanya direkomendasikan; pasien sebaiknya tidak diinstruksikan
untuk mengganggu aliran urin mereka sambil melakukan latihan sehari-harinya. Terdapat
beberapa cara untuk membantu latihan otot dasar panggul namun ada tidak cukup bukti
untuk menunjukkan bahwa setiap program latihan yang spesifik lebih unggul dari yang
lain.50 Sebuah tinjauan sistematis terhadap uji klinis yang berfokus pada hasil selama 12
bulan latihan otot dasar panggul yang diawasi dilaporkan terjadi penyembuhan
inkontinensia urin stres sebesar 58,8% selama 12 bulan. Pasien yang dianggap sembuh
dilaporkan mengalami continent? sepenuhnya atau tidak terdapat bukti adanya
inkontinensia urin stres pada pemeriksaan fisik dengan penurunan kejadian inkontinensia
yang signifikan.51 Penambahan vaginal wight cones, biofeedback, atau umpan balik lainnya
dapat meningkatkan tingkat kesembuhan selama berolahraga.48,49 Wanita perlu didorong
untuk mengikuti cara untuk memudahan pemenuhan kesembuhan.
Ada beberapa bukti bahwa kontrol kandung kemih efektif dan mungkin lebih baik
untuk wanita yang memiliki stres inkontinensia urin selama situasi tertentu; misalnya hanya
selama latihan.52 Tabel 2 menunjukkan percobaan penanganan stres yang sangat penting
dan berdampak tinggi. Dalam multicenter randomized trials tentang pessary dibandingkan
terapi perilaku dengan latihan dasar panggul dan terapi kombinasi, menunjukkan bahwa
33% wanita yang diobati dengan pessary dilaporkan tidak mengalami gangguan
inkontinensia dibandingkan denga 49% kelompok terapi perilkau (P = .006). Meskipun
secara keseluruhan kepuasan pada bulanketiga lebih tinggi dibanding perilaku kelompok
perawatan (75% vs 63%; P = .02), namun tidak ada perbedaan setelah 12 bulan dengan
kepuasan keseluruhan 50%.53 Meskipun data perbandingan kurang, alat penyisipan vagina?,
seperti impressa dapat menjadi perawatan alternatif non-invasif. Penambahan alat vaginal
pada dasar panggul tidak lebih efektif dibanding cara lain sendiri.50,53 Sebuah percobaan
acak baru-baru ini dari Cina melaporkan khasiat akupunktur untuk stres inkontinensia.60
Penelitian selanjutnya diperlukan untuk menentukan peran akupuntur pada wanita di
Amreika Serikat, dengan ada dan kurangnya cakupan jaminan yang terbatas.

Obat – Obatan
Tidak ada obat yang disetujui oleh FDA untuk inkontinensia stres. Terdapat 6 obat
FDA kelompok utama dasar untuk keperluan inkontinensia yang mendesak (darifenasotin,
oxybutynin, solifenacin, tolterodin, dan trospium). Obat ini digunakan sebagai pengobatan
lini kedua.32 Tabel 3 menunjukkan besarnya peningkatan yang dilaporkan dalam uji coba
obat regulasi FDA untuk pengobatan inkontinensia urgensi. Sebagian besar data efektivitas
obat ini berasal dari studi jangka pendek, penelitian yang didukung industri dengan bukti
tingkat menengah sampai tinggi untuk mendukung keberhasilan dibandingkan dengan
plasebo. Obat-obatan untuk mengobati inkontinensia urgensi belum sepenuhnya
dibandingkan secara langsung untuk menilai efektivitas ataupun atau efek sampingnya.
Besarnya peningkatan dilaporkan dalam uji coba peraturan FDA yang berkisar antara 53%
sampai 80% mengalami penurunan kejaidna inkontinensia urin dan 12% sampai 32%
pengurangan frekuensi berkemih dengan kenaikan tingkat plasebo dari 30% menjadi 47%
untuk kejadian inkontinensia dan 8% sampai 15% untuk frekuensi berkemih. Pemelihan obat
umumnya ditentukan sesuai ketersediaan formularium, keaadan finansial pasien, dan dan
faktor klinis yang spesifik.
Obat antikolinergik memblokir reseptor muskarinik di otot polos kandung kemih,
sehingga menghambat kontraksi detrusor. Obat-obat ini dikaitkan dengan peningkatan
moderate dalam urgensi, frekuensi, dan kejaidan urgensi inkontinensia.61-65 Perbandingan
pasien yang melaporkan kontrol gejala dengan obat antikolinergik adalah 49% (kisaran
interkuartil, 35,6% -58%).51 Penghentian akibat adanya efek samping (kering mulut dan
konstipasi) umum terjadi dengan kurang dari 50% pasien melanjutkan pengobatan yang
diresepkan melebihi 6 bulan dan kurang dari 36% di luar 1 tahun.66 Pasien mungkin lebih
memilih kenyamanan menggunaka obat harian atau biaya pengobatan yang lebih rendah
terkait dengan dosis harian ganda. Dosis obat sekali sehari juga bisa meningkatkan
kepatuhan terhadap perawatan.67 Anjuran spesialis merekomendasikan penggunaan
formulasi extended-release segera untuk meminimalkan efek samping.32
Kontraindikasi pengobatan antikolinergik termasuk diantaranya glaucoma narrow-
angle yang tidak diobati (kondisi yang tidak biasa). Kelompok obat ini bisa memperparah
aritmia jantung yang ada. Meski 2 obat-obatan pada kelompok ini yaitu solifenacin dan
tolterodine dilaporkan memperpanjang jarak waktu QT, elektrokardiogram rutin tidak
dianjurkan sebelum peresepan obat ini. Penelitian terbaru memunculkan pertanyaan
tentang hubungan paparan antikolinergik jangka panjang dengan demensia.68
Agonis β-3 juga tersedia untuk mengobati inkontinensia urgensi. Stimulasi jalur β-3
meningkatkan relaksasi otot polos dari kandung kemih untuk meningkatkan penyimpanan
urin. Mirabegron merupakan satu-satunya obat yang disetujui FDA pada kelompok ini
memiliki efek yang lebih baik dibanding plasebo dan tidak berbeda dengan antikolinergik,
dan telah dilaporkan dengan tingkat kontrol gejala sebesar 43,5% sampai 45,8% pada bulan
ke 12.51,65,69,70 Efek merugikan mirabegron mencakup kemungkinan meningkatkan
hipertensi.Hal ini dapat memberikan efek sinergis dengan obat antikolinergic pada wanita
yang memiliki respon yang tidak cukup dengan monoterapi.71-73
Tabel 3 menunjukkan tingkat efek samping yang paling umum, sembelit dan mulut
kering, seperti dilansir daftar dalam penelitian obat-obatan yang telah diakui oleh untuk
inkontinensia urgensi. Sebuah tinjauan sistematis terhadap 86 percobaan membandingkan
obat antikolinergik yang ditampilkan antara terapi yang berbeda untuk 4 obat: oxybutynin,
tolterodin, solifenacin, dan fesoterodin. Penulis menyimpulkan bahwa toleransi tolterodine
immidiate-release tidak ada hubungannya dengan mulut kering dibandingkan dengan
oxybutynin immidiate-release. Formulasi obat extended-release ini harus digunakan sebagai
pilihan untuk obat-obatan immidiate-release yang meminimalkan terjadinya mulut kering;
solifenacinmay memiliki keefektifan yang lebih baik dibanding tolterodin immidiate-release;
dan fesoterodinelebih efektif dibanding tolterodine extended-release, dengan efek samping
yang lebih. Belum adanya cukup data untuk menilai antikolinergik lainnya atau untuk
membandingkan kualitas hidup, biaya, atau keberhasilan perawatan jangka panjang.74 Satu-
satunya penelitian yang memnadingkan mirabegron terhadap obat-obatan lain telah
dibiyayi industri dalam tatacara membandingkan terapi kombinasi (yaitu mirabegron plus
solifenacin dosis rendah) dibandingkan dengan monoterapi. Sebuah studi baru-baru ini
menunjukkan penurunan kejadian inkontinensia urgensi yang signifikan dengan 50 mg
mirabegron plus 5 mg solifenacin dibandingkan dengan solifenacin 5 mg saja (71% vs 54%;
mean adjusted difference, -0,2; P = .03), namun tidak diperoleh perbedaan yang signifikan
dengan mirabegron 50 mg saja (pengurangan 61%). Penelitian tidak dirancang untuk
membandingkan mirabegron 50 mg dengan solifenacin 5 mg saja. Kelompok plasebo
mengalami penurunan kejadian inkontinensia sebasar 42%, dan dosis 10 mg yang biasanya
diresepkan untuk solifenacin tidak dipelajari.73
Estrogen vaginal dosis rendah lokal (krim, tablet, atau cincin) disetujui oleh FDA
untuk pengobatan atrofi vagina. Meskipun multicenter comparative trials yang didukung
oleh industri kurang, ulasan sistematis menunjukkan perbaikan ringan pada inkontinensia
urin pada wanita pascamenopause dibandingkan dengan plasebo .75-77 Tidak ada bukti
efektivitas estrogen sistemik untuk pengobatan bentuk inkontinensia urin apapun; estrogen
sistemik bahkan dapat memburuk inkontinensia.75

Prosedur
Pembedahan Inkontinensia Stres
Wanita yang sebagian besar mengalami gejala inkontinensia stres yang terus
berlanjut meskipun tindakan konservatif dapat dilakukan untuk operasi. Tabel 2
menunjukkan uji coba pengobatan inkontinensia stres yang efektif. Pembedahan sangat
efektif dengan tingkat kesembuhan rata-rata 84,4% (interkuartil kisaran, 74% -90,1%) pada
12 bulan. Secara historis, pembedahan standar untuk inkontinensia stres termasuk
urethropexy retropubik atau pubovaginal sling. Multicenter randomized contolled trials
terhadap 2 prosedur pada 655 wanita enunjukkan peningkatan tingkat keberhasilan stres
inkontinensia yang lebih tinggi (66% vs 49%; P <.001) namun memiliki morbiditas yang lebih
tinggi (6,1% vs 0% voiding disfungsi yang membutuhkan reoperasi) untuk pubovaginal sling
dibandingkan dengan urethropexy.56,57 Percobaan acak warga Eropa tentang retropubic
Burch colpususpension dibandingkan retropubic midutheral pada 344 wanita
mengungkapkan tidak ada perbedaan dalam tingkat keberhasilan pada 6 bulan dan 5
tahun.54,55 Saat ini, pembedahan yang paling umum dilakukan adalah selaput midurethral
yaitu 30 menit prosedur rawat jalan dimana mesh sling sintetis ditempatkan baik melalui
pendekatan retropubik atau transobturator.78,79 Miduretral sling adalah operasi anti-
inkontinensia yang paling banyak dipelajari dengan efketivitas jangka pendek yang
terdokumentasi (62% sampai 98%) dan efketivitas jangka panjang (> 5 tahun: 43% sampai
92%).79,80 Tingkat komplikasi rendah dan erosi sintetis terjadi pada kurang dari 5% pasien. 79
Mesh erosion mungkin memerlukan eksisi karena pelepasan, perdarahan, dan nyeri pada
pasien dan / atau pasangan seksual laki-lakinya. Percobaan of midurethral slings
mengungkapkan tingkat keberhasilan obyektif yang serupa (77,7% - 80,8%) dan kepuasan
pasien (85,9% -90%) pada 1 tahun, dengan perbedaan yang kecil pada perbedaan
keberhasilan subyektif pada 2 tahun (55,7% vs 48,3% untuk retropubik vs obturator, masing-
masing) .58,59
Wanita dengan inkontinensia stres dapat menjalani injeksi urethral bulking yang
biasanya di lakukan di klinik menggunakan anestesi lokal dengan cystoscope. Bahan bulking
disuntikkan di bawah lapisan mukosa uretra untuk meningkatkan daya alir. Multicenter
randomized trial berkualitas tinggi cukup kurang, namun tinjauan sistematis menunjukkan
tingkat keberhasilan yang lebih rendah dibandingkan dengan prosedur sling.81,82 Tingkat
perawatan bahan bulking injeksi telah dilaporkan yaitu 24,8% sampai 36,9% pada wanita
dengan follow up 12 bulan.51

Prosedur Inkontinensia Urgensi


Terdapat 3 prosedur perawatan yang disetujui oleh FDA untuk wanita dengan gejala
inkontinensia urgensi yang peristen atau intoleransi terhadap obat-obatan. Semua
perawatan ini didasarkan pada perubahan regulasi saraf.
Rangsangan saraf percutaneous tibial merupakan prosedur klinik dimana terdapat
stimulasi listrik melalui jarum akupunktur yang dibawa dua belas sesi mingguan selama 30
menit diikuti dengan perawatan bulanan. Studi stimulasi nervus percutaneous tibial yang
didukung industri? melaporkan perbaikan subyektif 60% (95% CI, 49% -75%) dengan tingkat
efek samping lokal sementara yang rendah (8,5%) dan efektifitas yang serupa dengan obat-
obatan antikolinergik.83-85
OnabotulinumtoxinA (100 U) disuntikkan ke dalam kandung kemih melalui sistoskopi
dengan anestesi lokal di klinik. Obat tersebut dapat menghambat pelepasan toasilkolin
presinaptik untuk menurunkan aktivasi reseptor muscarinic yang terlibat dalam kontraksi
detrusor. Pengobatan efektif pada sekitar 65% peserta selama sekitar 6 sampai 12 bulan.42
Risiko pengobatan mencakup retensi urin (8% -10%) dan infeksi saluran kemih (35%).
Sebuah uji klinis multisenter yang besar terkait obat antikolinergik oral menunjukkan
pengurangan kejadian inkontinensia yang serupa dengan onabotulinumtoxinA (100 U)
(masing-masing 68% dan 66%) (Tabel 2).86 Peserta lainnya dilaporkan adanya gejala
inkontinensia urin setelah pengobatan dengan onabotulinumtoxinA (13% vs 27%; P = .003)
Sacral neuromodulationmerupakan adalah prosedur bedah rawat jalan dimana
elektroda implan ditempatkan di sepanjang akar ketiga nervus sakral untuk memberikan
stimulasi saraf. Bila tes jangka pendek berhasil, sebuah stimulator eksternal permanen yang
berlangsung sekitar 5 tahun bisa ditanamkan. Setelah implantasi, sekitar 60% sampai 90%
wanita dilaporkan mengalami perbaikan dan 30% sampai 50% dilaporkan mengalami
penyembuhan.87 Sebuah multicenter randomized trials baru-baru ini yang membandingkan
onabotulinumtoxinA 200 U dengan sacral neuromodulation menunjukkan keunggulan kecil
namun signifikan secara statistik untuk onabotulinumtoxinA dalam pengurangan kejadian
inkontinensia urgensi pada 6 bulan (-3,9 [72%] vs -3,3 [63%], P = .01)] (Tabel 1).43 Infeksi
saluran kemih (35% vs 11%) dan kebutuhan kateterisasi (8% vs 0%) lebih sering terjadi
dengan onabotulinumtoxinA, sedangkan perbaikan dan pelepasan terjadi pada 3% pasien.

Kesimpulan
Inkontinensia urin sering terjadi pada wanita walaupun hanya sedikit diantara
mereka yang mencari perawatan meskipun terdapat banyak pilihan pengobatan yang
efektif. Dokter perlu memprioritaskan deteksi inkontinensia urin, mengidentifikasi dan
mengobati faktor yang dapat dimodifikasi, memasukkan preferensi pasien ke dalam evaluasi
dan pengobatan, memulai terapi konservatif dan medis, dan melakukan rujukan ke spesialis
bila patologi yang mendasarinya diidentifikasi atau jika tindakan konservatif tidak efektif.

Anda mungkin juga menyukai