OPTIKA
GEOMETRI
mempelajari
Pemantulan Pembiasan
Cahaya Cahaya
Alat Optik
Contohnya
Optika. Optika dibagi menjadi dua yaitu optika geometris dan optika fisis. Optika
151).
Fisika SMA, optika geometris diajarkan untuk SMA kelas X semester 2. Pokok
bahasan ini dibagi ke dalam beberapa sub pokok bahasan yaitu pemantulan
Salah satu sifat cahaya adalah cahaya dapat dipantulkan. Cahaya akan
terkena cahaya. Pemantulan teratur terjadi saat cahaya mengenai permukaan yang
(a) (b)
Gambar 2.11. (a) pemantulan baur. (b) pemantulan teratur
b. Hukum Pemantulan
1) Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik
2) Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r) (Kanginan, 2007: 153)
i=r
Sudut Sudut
Datang Pantul
i r
1) Maya
benda.
datang yang mendatar seperti pada gambar 2.14 yaitu dari titik P menuju ke
putus untuk perpanjangan sinar pantul yang berada di cermin. Gambarkan lagi
sinar datang secara diagonal yaitu dari titik P menuju titik Q. Sinar ini
dipantulkan dengan sudut yang sama besar dengan sudut datang, lukiskan
sebagai pengumpul cahaya redup dari bintang-bintang. Ada dua jenis cermin
lengkung yaitu cermin silinder dan cermin bola. Cermin yang dipelajari adalah
mengenai cermin cekung di titik B, maka garis normalnya adalah MB dan sudut
yaitu, ∠MBC = α, dan sinar pantulnya adalah sinar BC. Sinar kedua mengenai
cembung seperti pada gambar. Sinar dari titik k mengenai titik B. Maka garis
Keterangan:
dan jarak FO adalah jarak fokus (diberi lambang f). Fokus pada cermin cembung
berada di depan cermin sehingga bernilai positif. Besarnya MO = 2FO atau bisa
berada di antara F dan M, ruang III berada di antara M dan tak terhingga dan
1) Sinar datang sejajar sumbu utama cermin dipantulkan melalui titik fokus F.
2) Sinar selalu datang dari bagian depan cermin dan dipantulkan kembali ke
garis putus-putus.
3) Perpotongan kedua buah sinar merupakan letak bayangan. Jika bayangan
adalah maya. Maya berarti bayangan terbentuk di belakang cermin dan tidak
1) Bila benda berada antara titik O dan F (ruang I), maka bayangan yang
terbentuk berada di belakang cermin (ruang IV) dan bersifat maya, tegak,
diperbesar.
3) Bila benda berada di antara titik F dan M (ruang II), maka bayangan yang
terbentuk bersifat nyata, terbalik dan diperbesar serta berada di depan cermin
4) Bila benda berada di titik M, maka bayangan yang terbentuk bersifat nyata,
5) Bila benda berada di titik M dan tak terhingga (ruang III), maka bayangan
yang dibentuk bersifat nyata, terbalik dan diperkecil serta berada di antara titik
pada cermin cembung, harus diketahui dulu bagian-bagian dari cermin cembung.
Keterangan:
berada di antara F dan M, ruang III berada di antara M dan tak terhingga dan
titik fokus.
Bayangan yang dihasilkan cermin cembung selalu bersifat maya, tegak dan
diperkecil.
1 1 1
+ =
𝑠 𝑠′ 𝑓
Dengan :
f = jarak fokus (m)
ℎ′ −𝑠′
𝑀= =
ℎ 𝑠
Dengan :
M = perbesaran
mengenai bidang batas antara dua medium. Salah satu contoh pembiasan adalah
1) Hukum I Snellius: sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu
bidang datar.
2) Hukum II Snellius: jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium
lebih rapat, maka sinar dibelokan mendekati garis normal. Jika sinar datang
dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka sinar dibelokan
Gambar 2.22. Pembiasan cahaya. (a) cahaya datang dari medium kurang rapat ke
medium lebih rapat. (b) cahaya datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang
kurang rapat.
b. Persamaan Snellius
sin 𝜃𝑖
𝑛=
sin 𝜃𝑟
𝜃𝑖 = sudut datang
𝜃𝑟 = sudut bias
Indeks bias relatif adalah indeks bias suatu medium relatif terhadap
medium lainnya. Secara umum untuk dua medium (medium 1 dan medium 2)
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
sin 𝜃1 𝑛2
= = 𝑛21
sin 𝜃2 𝑛1
Dengan :
Indeks Bias
kerapatan ini juga menyebabkan adanya perbedaan cepat rambat dan panjang
sin 𝑖 𝑣2 𝜆1 𝑛2
= = =
sin 𝑟 𝑣1 𝜆2 𝑛1
r = sudut bias
Cepat rambat cahaya dalam medium apapun selalu lebih kecil daripada
cepat rambat cahaya di udara/vakum. Dengan kata lain cahaya mencapai cepat
rambat maksimum dalam vakum. Indeks bias mutlak (sering disebut indeks bias
saja) sebagai indeks bias medium relatif terhadap udara (n), dituliskan dalam
𝑐
𝑛=
𝑣
e. Pemantulan Sempurna
Bila seberkas sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang
rapat dengan sudut datang lebih besar dari sudut kritisnya, maka sinar-sinar itu
pemantulan sempurna.
Aʹ Bʹ
Cʹ
Udara r
air i Bʹʹ Cʹʹ
A ik
C D i > ik Dʹ
cahaya melebihi dari sudut kritis, maka cahaya tidak lagi dibiaskan keluar
medium, tetapi dipentulkan kembali ke dalam medium. Sudut kritis adalah sudut
dimana sinar datang dari medium yang kurang rapat ke medium kurang rapat yang
menghasilkan sudut bias sebesar 90°. Persamaan sudut kritis adalah sebagai
dan pada prisma yang ada pada alat optik, misalnya periskop dan kamera.
Jika seberkas cahaya datang dari medium dengan indeks bias n1 ke suatu
kaca plan paralel dengan indeks bias n2 dimana n2 > n1, maka sinar yang keluar
akan sejajar dengan sinar yang masuk. Pergeseran sinar keluar terhadap sinar
“t” adalah pergeseran sinar dan “d” adalah tebal kaca plan paralel.
𝑑. sin(𝑖 − 𝑟)
𝑡=
cos 𝑟
yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu. Kedua
bidang tersebut dinamakan bidang pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua
permukaan dinamakan sudut pembias (β). Jalannya sinar yang masuk pada sebuah
δ
θ1 θ2 θ3 θ4
prisma, serta θ4 adalah sudut bias akhir. β adalah sudut pembias prisma. δ adalah
sudut deviasi.
Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan cahaya yang
θ1 + θ3 = β dan θ1 + θ4 = δ + β
θ1 = θ4 → 2θ1 = 2θ4 = δm + β
θ2 = θ3 → 2θ2 = 2θ3 = β
Jika indeks bias prisma np dan indeks bias medium nm, berlaku (Zaelani
1 𝑛𝑝 1
sin (𝛽 + 𝛿𝑚 ) = . sin 𝛽
2 𝑛𝑚 2
𝑛𝑝
𝛿𝑚𝑖𝑛 = [ − 1] . 𝛽
𝑛𝑚
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung atau
satu bidang lengkung dan satu bidang datar. Dua bidang lengkung tersebut dapat
berbentuk silindris maupun bola. Lensa silindris akan memusatkan cahaya dari
sumber cahaya menjadi suatu garis. Lensa bola akan memusatkan cahaya
membentuk suatu titik. Pada materi ini lensa yang dimaksut adalah lensa bola
Pada lensa, sinar dapat datang dari dua arah sehingga pada lensa terdapat
dua titik fokus (diberi lambang F1 dan F2). Titik fokus F1 dimana sinar datang
disebut fokus aktif, sedangkan titik fokus F2 disebut fokus pasif. Jarak dari titik
pusat optik O ke titik F1 sama dengan jarak titik pusat optik ke titik F2, dan
disebut sebagai jarak fokus (f). Jarak fokus pada lensa cembung bernilai positif
1) Sinar datang yang sejajar sumbu utama lensa dibelokan melalui titik fokus.
2) Sinar datang yang melalui titik fokus dibiaskan sejajar dengan sumbu
utama lensa.
3) Sinar datang yang melalui pusat optik tidak dibiaskan tetapi diteruskan.
1) Lukis dua buah sinar istimewa (umumnya sinar istimewa nomor 1 dan
bayangan.
2) Sinar selalu datang dari depan lensa dan dibiaskan ke belakang lensa.
di depan dan didapat dari perpanjangan sinar bias maka bayangan yang
1) Jika benda berada pada titik O dan F (ruang I), maka bayangan maya,
3) Bila benda berada antara titik F dan 2F (ruang II), maka bayangannya
5) Bila benda berada antara titik 2F dan tak hingga (ruang III) maka
Lensa cekung bersifat menyebarkan sinar. Pada lensa cekung fokus aktif
(F1) berada di depan lensa sehingga fokus aktif F1 adalah fokus maya. Oleh karena
itu, jarak fokus lensa cekung bertanda negatif dan lensa cekung juga disebut lensa
negatif.
1) Sinar datang yang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan seolah-olah berasal
2) Sinar datang yang seolah menuju titik fokus dibiaskan sejajar sumbu
utama lensa.
3) Sinar datang yang melalui pusat optik lensa tidak dibiaskan tetapi
diteruskan.
Gambar 2.29. Sinar istimewa pada lensa cekung
minimal dua sinar istimewa. Pada gambar digunakan sinar istimewa nomor 1 dan
3.
bayangan yang terbentuk selalu memiliki sifat maya, tegak dan diperkecil serta
terletak di antara O dan F1. Semakin dekat jarak benda dengan lensa maka makin
2007:180):
Rumus umum:
1 1 1
+ =
𝑠 𝑠′ 𝑓
Perbesaran linier:
ℎ′ −𝑠′
𝑀= =
ℎ 𝑠
M = perbesaran
diperhatikan, yaitu:
1
𝑃=
𝑓
Besaran penting dalam lensa adalah jarak fokus. Untuk membuat jarak
fokus sesuai keinginan maka kelengkungan bidang depan dan belakang lensa
1 𝑛2 1 1
= ( − 1) ( + )
𝑓 𝑛1 𝑅1 𝑅2
Perjanjian tanda:
2.6.3.1. Mata
Mata adalah salah satu organ penting pada tubuh manusia. Mata termasuk
sebagai alat optik. Mata termasuk alat optik karena memiliki komponen optik
yaitu lensa mata, dalam hal ini lensa mata adalah lensa cembung. Mata dapat
melihat suatu benda jika benda tersebut memantulkan atau memancarkan cahaya.
9) Bintik kuning, bagian dari retina yang paling peka terhadap rangasangan
dari luar.
10) Bintik buta, bagian dari retina yang tidak peka terhadap cahaya.
11) Skelera adalah bagian terluar bola mata yang berwarna putih buram yang
12) Koroid terdiri dari lapisan pembuluh darah yang memelihara bagian
belakang mata.
(dengan indeks bias berbeda) terlebih dahulu yaitu, udara (n = 1,00), kornea (n =
1,38), aqueous humor (n = 1,33), lensa (rata-rata n = 1,40), dan vitreous humor (n
= 1,34). Pembiasan terbesar terjadi di batas udara dan kornea (kira-kira 70%)
karena di bagian inilah perbedaan indeks bias paling besar. Sedangkan di bagian
lain indeks bias medium memiliki selisih yang kecil. Presentase pembiasan pada
b. Daya Akomodasi
memiliki fungsi yang utama pada mata. Mata memiliki jarak bayangan yang tetap,
karena jarak antara lensa dan retina sebagai layar adalah tetap, sedangkan jarak
maksimum saat melihat benda pada jarak terdekat 25 cm, dan berakomodasi
minimum saat melihat benda jauh di tak hingga. Jika benda yang dilihat terlalu
dekat (kurang dari 25 cm) maka bayangan yang terlihat akan kabur/buram. Jarak
terdekat yang mampu diakomodasi mata disebut dengan titik dekat (Punctum
Proximum = PP) dan jarak terjauh yang dapat dilihat disebut titik jauh (Punctum
Remotum = PR). Mata normal memiliki titik dekat (PP) sebesar 25 cm dan titik
d. Cacat Mata
Mata normal (emetropi) normal memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh
tak berhingga. Artinya mata dapat melihat dengan jelas benda paling dekat adalah
25 cm dan paling jauh tak hingga tanpa bantuan kacamata. Mata tidak selamanya
normal, ada mata yang memiliki kelainan. Kelainan ini dapat disebabkan karena
penyakit keturunan (dibawa sejak lahir), usia, dan kebiasaan buruk seperti
membaca atau melihat objek terlalu dekat dan terlalu lama menatap layar monitor.
Cacat mata ada beberapa jenis yaitu: rabun dekat (hipermetropi), rabun jauh
(miopi), mata tua (presbiopi), astigmatisma dan katarak. Keadaan mata yang
tidak normal dapat dibantu dengan kacamata yaitu untuk cacat mata hipermetropi,
100 100
𝑃= +
𝑆 𝑆ʹ
Sʹ = Jarak benda yang dapat dilihat dengan jelas (PP atau PR)
mata tidak bisa melihat benda-benda dekat dengan jelas, tetapi bisa melihat
benda-benda jauh dengan jelas. Titik dekat mata lebih besar dari 25 cm (PP > 25
cm) dan titik dekat pada jarak tak terhingga (PR = ~).
Gambar 2.33. Rabun dekat dibantu dengan lensa cembung agar melihat
lebih jelas.
Sehingga diperlukan bantuan kacamata agar bayangan jatuh tepat di retina. Cacat
mata ini dapat diatasi dengan menggunakan kacamata lensa positif atau lensa
100 100
𝑃= +
25 𝑃𝑃
100
𝑃 = 4−
𝑃𝑃
Miopi atau rabun jauh, adalah keadaan dimana mata dapat melihat benda-
benda yang dekat tapi tidak bisa melihat dengan jelas benda yang jauh. Titik dekat
mata sebesar 25 cm (PP = 25 cm) dan titik jauh kurang dari tak terhingga
(PR < ~). Cacat mata ini dapat diatasi dengan kacamata lensa negatif atau lensa
cekung.
Gambar 2.34. Mata rabun jauh dibantu dengan kacamata lensa cekung agar dapat
Jika titik jauh mata penderita rabun jauh adalah PR, maka kekuatan lensa
100 100
𝑃= −
~ 𝑃𝑅
100
𝑃=−
𝑃𝑅
secara benar, karena otot-otot mata sudah tidak mampu mencembungkan dan
memipihkan lensa mata. Mata tua tidak mampu melihat benda jauh dan dekat
4) Astigmatisma
Cacat mata astigmatisma disebabkan oleh kornea mata yang tidak
berbentuk sferik (bola) melainkan melengkung pada satu bidang daripada bidang
5) Katarak
Cacat mata juga dapat disebabkan oleh penyakit, salah satunya katarak.
Pada mata orang yang sudah tua suatu waktu akan mengalami pembentukan
katarak pada lensa mata yang akan membuat mata menjadi buram secara parsial
2.6.3.2. Kamera
Pola kerja kamera mirip dengan mata. Jika pada mata, jarak bayangan
adalah tetap (jarak lensa ke retina) dan pemfokusan dilakukan dengan mengubah-
ubah jarak fokus lensa mata sesuai dengan jarak benda yang diamati, maka pada
kamera, jarak fokus lensa tetap. Pemfokusan dilakukan dengan mengubah jarak
bayangan sesuai dengan jarak benda yang difoto. Jarak bayangan adalah jarak
antara film/sensor kamera dengan lensa, yang diatur dengan cara menggerakan
lensa kamera.
Gambar 2.32. Kamera dan bagian-bagiannya
Seperti halnya mata, bayangan yang dibentuk oleh kamera adalah nyata,
terbalik dan diperkecil. Jika pada mata retina berfungsi sebagai penangkap layar,
maka pada kamera digunakan film sebagai penangkap bayangan. Jika pada mata
intensitas cahaya diatur oleh iris, maka pada kamera cahaya yang masuk diatur
kecilnya aperture.
2.6.3.3. Lup
Lup atau yang sering disebut juga kaca pembesar merupakan alat optik
yang berupa lensa cembung dengan tangkai. Alat ini digunakan untuk melihat
komponen kecil. Untuk memanfaatkan lensa cembung sebagai lup, maka benda
diletakan di ruang I lensa (antara 0> s < f) sehingga bayangan yang dihasilkan
𝛽
𝑀=
𝛼
Berikut ini tiga kasus perbesaran lup, yaitu perbesaran angular lup ketika:
(Kanginan, 2007:197):
𝑠𝑛 𝑠𝑛
𝑀𝑎 = | + |
𝑓 𝑥
f = jarak fokus
x = jarak benda
dekat mata. Dengan demikian x = sn, dan dengan memasukan nilai ke persamaan
𝑠𝑛 𝑠𝑛
𝑀𝑎 = | + |
𝑓 𝑠𝑛
𝑠𝑛
𝑀𝑎 = | + 1|
𝑓
Agar mata tidak cepat lelah saat mengamati benda dengan menggunakan lup
maka lup digunakan dengan mata tidak berakomodasi. Caranya adalah dengan
menempatkan benda pada fokus lensa sehingga sinar-sinar yang mengenai mata adalah
(Kanginan, 2007:198):
𝑠𝑛
𝑀𝑎 = | |
𝑓
2.6.3.4. Mikroskop
benda yang sangat kecil, misalnya bakteri, sel-sel hewan atau tumbuhan dan
benda kecil lainnya. Mikroskop tersusun atas dua lensa positif. Lensa yang dekat
dengan mata dinamakan lensa okuler dan lensa yang berada di depan objek adalah
lensa objektif.
pada lensa okuler. Bayangan yang dihasilkan lensa okuler ini adalah maya, tegak
lensanya. Untuk perbesaran lensa objektif digunakan rumus berikut ini (Kanginan,
2007:199):
ℎ′𝑜𝑏 𝑠′𝑜𝑏
𝑀𝑜𝑏 = | |=| |
ℎ𝑜𝑏 𝑠𝑜𝑏
Dan untuk perbesaran lensa okulernya digunakan persamaan berikut untuk mata
𝑠𝑛
𝑀𝑜𝑘 = | + 1|
𝑓𝑜𝑘
𝑠𝑛
𝑀𝑜𝑘 = | |
𝑓𝑜𝑘
Perbesaran total mikroskop (M) adalah hasil kali antara perbesaran objektif dan
𝑀 = 𝑀𝑜𝑏 × 𝑀𝑜𝑘
Panjang mikroskop adalah jarak lensa objektif dengan lensa okuler, dapat dihitung
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘 ,
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
2.6.3.5. Teropong
Teropong adalah benda yang digunakan untuk melihat benda yang sangat
jauh agar tampak lebih dekat dan jelas. Ada dua jenis utama teropong yaitu
teropong bias dan teropong pantul. Teropong bias adalah teropong yang terdiri
atas beberapa lensa, sedangkan teropong pantul adalah teropong yang terdiri atas
cermin dan lensa. Teropong bias antara lain yaitu teropong bintang, teropong
bumi, teropong prisma atau binokuler, dan teropong panggung atau teropong
Galileo.
a. Teropong bintang
luar. Teropong bintang terdiri dari dua lensa cembung yang menjadi lensa objektif
dan lensa okulernya. Jarak fokus lensa objektif (fob) lebih panjang daripada jarak
fokus lensa okuler (fok). Lensa objektif akan membentuk bayangan dari cahaya
yang dipancarkan benda yang jauh, kemudian bayangan tersebut jatuh pada titik
fokus objektif dan menjadi bayangan bagi lensa okuler. Jika titik fokus objektif
dan okuler berimpitan maka bayangan yang terbentuk akan berada di tempat tak
biasanya diamati dengan mata tidak berakomodasi agar tidak lelah, karena
Jarak antara kedua lensa saat mata tak berakomodasi adalah (Zaelani dkk,
2008:301):
d = fob + fok
𝑠′𝑜𝑏
𝑀=| |
𝑠𝑜𝑘
Untuk mata tak berakomodasi, sʹob = fob dan sok = fok. Dengan demikian
ini:
𝑓𝑜𝑏
𝑀=| |
𝑓𝑜𝑘
Untuk mata yang berakomodasi maka bayangan yang dibentuk oleh lensa
objektif akan jatuh diantara titik fokus lensa okuler dan lensa okuler, sehingga
bintang menjadi jumlah jarak fokus lensa objektif ditambah jarak benda untuk
d = fob + sok
Karena sʹob = fob dan sʹok = sn maka untuk perbesarannya dihitung menggunakan
rumus :
𝑓𝑜𝑏
𝑀=| |
𝑠𝑜𝑘
atau
𝑓𝑜𝑏 𝑠𝑛 + 𝑓𝑜𝑘
𝑀 = | .( )|
𝑓𝑜𝑘 𝑠𝑛
b. Teropong bumi
diperbesar, ini tidak menjadi masalah karena yang diamati adalah benda langit
yang tidak menjadi masalah jika terbalik. Berbeda jika yang diamati adalah benda
di bumi, bayangan yang dihasilkan harus tegak, sehingga pada teropong bumi ada
satu lensa lagi yang berfungsi sebagai pembalik disebut sebagai lensa pembalik.
panjang. Pada gambar terlihat teropong bertambah sebanyak 4fp. Jadi panjang
Benda yang diamati teropong bumi dianggap cukup jauh sehingga sinar
yang datang kepada lensa objektif sejajar. Sinar ini membentuk bayangan terbalik
I1 tepat di titik fokus objektif fob. Bayangan terbalik I1 jatuh tepat di 2Fp lensa
dan terbalik terhadap I1. Untuk mata tidak berakomodasi I2 harus diletakan di titik
fokus lensa okuler Fok. Hasil akhir dari pembiasan pada lensa okuler adalah
Gambar 2.34. Pembentukan bayangan pada teropong bumi saat mata tak
berakomodasi
𝑓𝑜𝑏
𝑀=
𝑓𝑜𝑘
lensa pembalik berada di antara titik fokus (fok) dan titik pusat optik lensa okuler.
𝑑 = 𝑠 ′ 𝑜𝑏 + 4𝑓𝑝 + 𝑠𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑏 𝑠𝑛 + 𝑓𝑜𝑘
𝑀=| |=| |
𝑓𝑜𝑘 𝑠𝑛
Teropong prisma memiliki cara kerja yang hampir mirip dengan teropong
setengah teropong terdiri dari satu lensa objektif, satu lensa okuler dan 2 prisma
siku-siku sama kaki yang yang dilekatkan satu sama lain pada sudut siku-sikunya.
dihasilkan tegak, hal itu membuat ukuran teropong bumi menjadi panjang. Pada
teropong panggung digunakan lensa cembung sebagai objektif dan lensa cekung
sebagai lensa okuler, sehingga ukurannya lebih pendek jika dibandingkan dengan
objektif. Bayangan X merupakan benda maya bagi lensa okuler. Supaya mata
tidak berakomodasi maka benda maya harus berada tepat di titik fokus lensa
bayangan tegak di titik tak berhingga. Sehingga untuk mata tak berakomodasi
lensa objektif jarak benda di tak terhingga (sob = ~) dan bayangan hasil lensa
objektif terbentuk di titik fokus (sʹob = fob). Benda untuk lensa okuler berada di
titik fokus sehingga (sok = fok) dan lensa okuler menghasilkan bayangan di titik tak
𝑓𝑜𝑏
𝑀=
𝑓𝑜𝑘
Panjang teropong dihitung menggunakan persamaan berikut ini:
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
Untuk mata berakomodasi maksimum maka bayangan hasil lensa objektif
akan jatuh diantara fokus okuler dan 2 kali fokus okuler (fok < sok < 2fok) dan
besarnya jarak bayangan yang dihasilkan adalah sebesar negatif jarak dekat mata
(Widodo, 2009:86):
𝑓𝑜𝑏
𝑀=
𝑠𝑜𝑘
Panjang teropong dihitung menggunakan persamaan berikut ini:
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘