JETI PULU
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Jeti Pulu
NIM C561059094
ABSTRACT
Key words: Fisheries development, bordered area, economic loss, illegal fishing
RINGKASAN
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP
KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN KEPULAUAN
TALAUD
JETI PULU
Disertasi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Doktor
pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup: 1. Dr. Ir. MOHAMMAD IMRON, MSi
Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka: 1. Prof. Dr. Ir. CHARLES KEPEL, DEA
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Mulyono Sumitro Baskoro, MSc Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja
Ketua Anggota
Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, MSi Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc
Anggota Anggota
Diketahui
Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Agr
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah rahmat
serta perlindungan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan disertasi
dengan judul ”Kebijakan Pengembangan Perikanan di Kawasan Perbatasan
Kabupaten Kepulauan Talaud” disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian
Program Pendidikan Strata 3 di Sekolah Pascasarjana IPB. Disertasi ini
diharapkan dapat memberikan salah satu alternatif bagi kebijakan Pemerintah
Pusat dan Daerah dalam Pengembangan Perikanan Tangkap di daerah
Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada Prof. Dr. Ir. Mulyono Sumitro Baskoro, M.Sc
selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Daniel R. Monintja, Prof. Dr. Ir.
Akhmad Fauzi, M.Sc dan Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si selaku anggota
komisi pembimbing, yang telah berkenan memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih
kepada yang terhormat Gubernur Sulawesi Utara Bapak Drs. Sinyo Harry
Sarundajang dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara Drs. Djouhari Kansil M.Pd,
Ketua Fraksi Demokrat DPRD Sulawesi Utara Olha Sampel, SE, Bupati
Kabupaten Kepulauan Talaud Bapak dr. Elly Engelbert Lasut, ME, Wakil Bupati
Bapak Drs. Constantine Ganggali ME yang telah memberikan izin dan dorongan
untuk sekolah di IPB pada Program Studi Teknologi Kelautan.
Secara khusus penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
Ayahanda tercinta Ismael Aemba Poeloe (alm) dan Ibunda tercinta Maritje Woi
Sono yang selalu berdoa untuk penulis.
Terimakasih kepada suami tercinta Robby Agustinus Maxi Manoppo,
SH.,MH dan anak tunggal tersayang Bill Clinton Putra Manoppo yang selalu
memberikan doanya kepada penulis dan juga merelakan waktunya untuk Penulis
sekolah.
Terimakasih kepada yang terkasih saudara-saudara kandung penulis: 1.
Drs. Eddison Pulu, ME, 2. Lenny Sangiang Pulu, SIP., M.Si, 3. Robinson Pulu,
SE, 4. Dra. Nelmin Elvina Pulu, ME, 5. Jasmin Victoria Rumea Pulu, SE,
6)Japson Pulu, SPd, 7)Johnson Pulu, S.Sos.Terimakasih juga kepada pihak
yang berjasa kepada penulis di dalam penulisan disertasi ini diantaranya Shinta,
Julia serta semua pihak yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
Kami menyadari bahwa disertasi ini masih belum sempurna dan masih
harus ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian lanjutan. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat baik bagi insan akademis, para pengambil keputusan serta
yang membacanya. Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan karunia dan rahmatnya kepada kita sekalian.
Jeti Pulu
RIWAYAT HIDUP
Halaman
1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 6
1.6 Kerangka Pemikiran .................................................................... 6
Halaman
Halaman
tahun di perairan teritorial dan perairan Nusantara, serta 2,3 juta ton per tahun di
perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Namun demikian, posisi perairan
Indonesia yang berbatasan dengan berbagai negara seperti India, Thailand,
Malaysia, Singapura, Philipina, Papua New Guinea, Timor Leste, Australia dan
Vietnam menjadikan wilayah-wilayah perbatasan menjadi potensi kegiatan
pencurian ikan oleh negara lain. Sehingga, tingkat pemanfaatan ikan yang masih
rendah di dalam negeri belum menjamin kelestarian ikan jika tingkat pencurian
oleh nelayan asing tinggi. Kondisi ini tentunya perlu mendapatkan perhatian dari
kita semua. Pembangunan di wilayah perbatasan menjadi keharusan agar
potensi sumberdaya alam terjaga.
Salah satu kabupaten yang mempunyai wilayah perairan perbatasan
adalah Kabupaten Kepulauan Talaud. Wilayah perairan Kabupaten Kepulauan
Talaud berbatasan dengan wilayah perairan Philipina. Kabupaten Kepulauan
Talaud memiliki sumber daya alam yang potensial terutama sumber daya
perikanan karena hampir seluruh daerah Kabupaten Kepulauan Talaud
merupakan daerah laut. Potensi sumberdaya perikanan di Kabupaten Kepulauan
Talaud Sulawesi Utara mempunyai cadangan potensi yang masih dapat
dimanfaatkan sangat besar baik untuk ikan pelagis maupun ikan demersal
(Tabel 1).
Komponen
Komoditi SDI Jenis Teknologi IUU Fisheries Penggerak
Dominan Utama
Perikanan
Penyusunan Kebijakan
9
2 TINJAUAN PUSTAKA
Konsumen
Membangun EKSPOR
Membuat Modal
Membangun
Teknologi
Membuat
PEMBINAAN
Dijual
Kepada
Membayar
Membayar
SARANA PRODUKSI
Galangan Kapal
Pabrik Alat
Distribusi
Processing
Packaging
Nelayan
Tempat
Pelelangan Ikan
Grosir Pengelolaan
Pengecer
Konsumen
sekitarnya.
Telah tertihat pula bahwa praktek yang demikian itu mengakibatkan
rusaknya sumberdaya hayati laut, seperti gejala tangkap lebih (overfishing),
rusaknya terumbu karang akibat penangkapan ikan secara merusak
(pengeboman), rusaknya hutan mangrove, dsb. Melalui UU No.22/1999 tentang
otonomi daerah pemerintah daerah kini memiliki otoritas yang lebih besar dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung bersifat terbuka (open access).
Pembangunan usaha perikanan tangkap dapat diwujudkan melalui
kebijakan dan program yang berdasarkan pada pendekatan sistem usaha
perikanan tangkap. Pendekatan tersebut menerangkan bahwa ada lima
kebijakan yang dapat ditempuh untuk merealisasikan tujuan industri perikanan
tangkap (Dahuri 2002b): (1) Optimalisasi tingkat penangkapan ikan sesuai
potensi lestari pada setiap wilayah perikanan; (2) Penanganan dan pengolahan
hasil perikanan; (3) Transportasi dan pemasaran hasil perikanan; (4)
Pengembangan prasarana dan sarana; (5) Sistem usaha kemitraan usaha
perikanan secara terpadu dan saling menguntungkan.
Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan pada
dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat,
terutama di daerah pesisir. Oleh karena itu, kelestarian sumberdaya harus
dilestarikan sebagai landasan utama untuk mencapai kesejateraan tersebut.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan diharapakan tidak
menyebabkan rusaknya fishing ground, spawning ground, maupun nursery
ground ikan. Selain itu, tidak pula merusak hutan mangrove, terumbu karang,
dan padang lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan ikan. Aspek
kelestarian juga berkaitan dengan kegiatan monitoring, controlling dan
surveilance terhadap ketersediaan sumberdaya ikan termasuk kondisi lingkungan
perairan laut dari pencemaran.
Oleh karena itu, solusi jangka pendek yang diperlukan saat ini adalah
disusunnya suatu kerangka umum atau perencanaan yang dapat dijadikan
pegangan dan petunjuk bagi pemerintah provinsi maupun daerah dalam
meregulasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap.
Perencanaan perikanan yang harus diwujudkan adalah sebuah sistim agribisnis
perikanan yang tangguh. Yaitu dapat menghasilkan keuntungan (efisiensi)
secara langgeng sehingga dapat mensejahterakan para pelakunya (terutama
nelayan). Berkontribusi secara signifikan bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan
15
adalah sejauh sepertiga dari batas laut daerah provinsi. Usaha perikanan
menurut Syafrin (1993) adalah semua usaha perorangan atau badan hukum
untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan penyimpanan,
mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersil atau mendapatkan
laba dari kegiatan yang dilakukan. Usaha perikanan laut terbagi dua aspek, yaitu
penangkapan yang dilakukan dilaut, muara sungai, laguna dan sebagainya yang
dipengaruhi pasang surut. Aspek usaha perikanan yang lainnya adalah budidaya
di laut yaitu semua kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dilaut atau perairan
yang terletak dimuara sungai dan laguna.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1985,
penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan
diperairan yang didalam keadaan tidak dibudidayakan dengan alat tangkap atau
cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk menampung,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah dan mengawetkan.
Kegiatan penangkapan ikan ditargetkan pada satu atau lebih spesies
didalam suatu ekosistem. Akan tetapi kegiatan penangkapan ikan sering pula
mempengaruhi komponen lain dari ekosistem, misalnya hasil tangkapan
sampingan dari spesies lain, kerusakan fisik pada ekosistem atau melalui efek
rantai makanan. Pengelolaan perikanan tersebut terhadap ekosistem sebagai
suatu keseluruhan, termasuk keanekaragaman hayatinya dan harus berupaya
untuk penggunaan secara lestari seluruh ekosistem berikut komunitas biologi.
Jumlah total atau massa ikan yang ditangkap dalam suatu periode yang
ditetapkan akan tergantung pada konsentrasi ikan dikawasan penangkapan,
banyaknya usaha penangkapan yang digunakan. Hubungan ini menunjukkan
bahwa ada sejumlah pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatur
pangkapan total yang berarti dapat mengatur moralitas penangkapan.
Sebagian besar usaha penangkapan ikan dilakukan oleh nelayan yang
dalam memasarkan hasil tangkapan berada dalam posisi yang lemah sehingga
sering mendapatkan harga yang tidak wajar. Dilain pihak harga ikan ditingkat
konsumen relatif tinggi karena panjangnya mata rantai pemasaran. Oleh karena
itu, untuk mewujudkan harga yang wajar bagi konsumen dan menguntungkan
bagi nelayan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan usahanya sekaligus
memperpendek rantai pemasarannya dijual melalui pelelangan. Untuk
pemerintah menyediakan tempat pelelangan ikan.
19
4001’00” LU
KABUPATEN
KEPULAUAN TALAUD
MELONGUANE
TAHUNA
KABUPATEN SANGIHE
MALUKU UTARA
SULAWESI UTARA
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer yang diperlukan meliputi struktur biaya dari usaha
penangkapan ikan antar fleet serta pola usaha perikanan dan wilayah tangkapan
yang diperoleh dari dengan teknik wawancara kepada nelayan dan juragan
kapal. Data struktur biaya dibagi kedalam beberapa kelas fleet yang kemudian
28
SWOT
Kebijakan
AHP
Urutan Prioritas
Survei Lapangan
Analisis SWOT
Analisis AHP
dengan model regresi linier, sehingga diperoleh nilai konstanta regresi (b) dan
intersep (a). (Gordon, 1983).
Nilai intersep (a) dan konstanta regresi (b) kemudian digunakan untuk
menentukan beberapa persamaan yang diperlukan, yaitu:
(1) Hubungan antara HTSU dan upaya penangkapan standar (/): HTSU = a-bf
atau HTSU = c/f
(2) Hubungan antara hasil tangkapan (c) dan upaya penangkapan: c = af- bf
(3) Upaya penangkapan optimum (fopt) diperoleh dengan cara menyatakan
.turunan pertama hasil tangkapan upaya penangkapan sama dengan: c = af-
bf2, c' = a-2bf=0 fopt = a/2b
(4) Produksi maksimum lestari (MSY) diperoleh dengan mensubstitusi nilai
upaya penangkapan optimum ke dalam persamaan (2) di atas: cmax = a(a/2b)
- b(a2/4b2)
Untuk mendapatkan nilai produksi tuna, cakalang, tongkol yang
sebenarnya maka dilakukan standardisasi produksi, dimana produksi tuna,
cakalang, tongkol terhadap total tangkapan dari alat tangkap pancing tonda dan
pukat cincin, sebagai berikut :
Produksi(ikan j)= (tangkap ikan j/tangkap total)*produktifitas alat tangkap j …(3-1)
Setelah diketahui proporsi produksi ikan tuna, cakalang, tongkol , maka
akan diketahui data terhadap keempat spesies tersebut terhadap total alat
tangkap. Proses dekomposisi untuk menentukan produksi keempat jenis ikan
tersebut dilakukan dengan perhitungan persamaan di bawah ini :
h ijt ij h it …………...………………………………………………………(3-2a)
hi
ij ….……………………………………………………….(3-3)
hi h j
Total tangkapan ikan dapat dihitung berdasarkan dekompisisi di atas dengan
menjumlahkan tangkapan untuk setiap jenis ikan pada periode waktu yang
berbeda.
h total hi h j ..……………………………………………………………….(3-4)
i j
sebagai berikut :
E jt jt D jt ………………………………………………………………….(3-5a)
Dimana untuk:
U jt
jt ……………………………………………………………………..(3-5b)
U std
Keterangan:
E jt = Effort alat tangkap j pada waktu t yang distandarisasi
D jt = Jumlah hari laut (fishing days) dari alat tangkap j pada waktu t
U jt = Catch per unit effort (CPUE) dari alat tangkap j pada waktu t
U st = Catch per unit effort (CPUE) dari alat tangkap yang dijadikan basis
Standardisasi
sebagai berikut :
xt 1 xt F ( xt ) ...…………………………………………………………....(3-7)
x
qxE rx1 ...…………………………………………………………..(3-12)
K
Maka akan di dapatkan nilai stok (x) sebagai berikut :
qE
x K 1 ...…………………………………………………………….(3-13)
r
Maka dengan memasukkan x ke persamaan h qxE , maka akan di
dapatkan nilai produksi sebagai berikut :
qE
h qKE 1 ...………………………………………………………….(3-14)
r
33
K c
x MEY 1 ...………………………………………………….…..(3-30)
2 pqK
Dengan diketahuinya nilai optimal biomass dan dengan disubstitusikan
kembali ke fungsi produksi untuk memperoleh nilai tangkap optimal dan nilai
upaya optimal, maka akan didapatkan persamaan sebagai berikut :
rK c c
hMEY 1 1 .……………………………………….…(3-31a)
4 pqK pqK
r c
EMEY 1 ...……………………………………………....……(3-31b)
2q pqK
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sumber daya ikan
diperoleh dengan mempersenkan jumlah hasil tangkapan pada tahun tertentu
dengan nilai produksi maksimum lestari (MSY):
Ci
Tingkat pemanfaatan = x 100% ..………………………………...(3-32)
MSY
keterangan:
Ci = jumlah hasil tangkapan ikan pada tahun ke-1
MSY = maksimum sustainable yield
Dalam penggunaan metode ini, sebagaimana metode-metode yang lain
memiliki kelemahan, karena sangat dipengaruhi keberadaan dan keakuratan
data dan informasi stok biomasa. Oleh karena itu data yang dikumpulkan
36
berorientasi pada data dependen yang meliputi total tangkapan, jumlah upaya
tangkapan dan kombinasi keduanya berupa CPUE. Selanjutnya spesies yang
dideteksi adalah spesies unggulan yang secara tepat dapat dikenali. Oleh karena
itu didalam penggunaan metode ini, beberapa asumsi dasar yang harus
diperhatikan adalah :
(1) Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal dan sama sekali tidak berpedoman
pada struktur populasinya.
(2) Stok ikan selalu dalam keadaan yang cenderung menuju situasi steady state
sesuai model pertumbuhan biomas seperti kurva logistik.
(3) Hasil tangkapan dan upaya penangkapan merupakan data yang bersifat
random.
(4) Hasil tangkapan yang di daratkan berasal dari perairan di kawasan pantai
Kabupaten Kepulauan Talaud dan tidak ada hasil tangkapan yang di
daratkan di luar kawasan.
(5) Teknologi penangkapan tidak ada perubahan secara signifikan.
Keterangan:
i’ = tingkat diskonto yang menyebabkan NPV bernilai positif
i’’ = tingkat diskonto yang menyebabkan NPV bernilai negatif
NPV’ = NPV dengan tingkat bunga i’
NPV’’ = NPV dengan tingkat bunga i’’
Hasil dari analisis diperoleh nilai IRR > i maka proyek layak untuk dilaksanakan.
Bila nilai IRR < i maka proyek tidak layak dilaksanakan.
NetB / C
NPV ' ..………………………………………………………(3-35)
NPV ' '
Keterangan :
38
Surplus Surplus
Laju pertumbuhan tangkap Ekonomi
Ilegal fising Asing
Pertumbuhan
SDI Upaya
Talaud ilegal
Hasil
tangkap Harga
Rate perbatasan
Daya dukung Ilegal fising
Koefisien
Daya tangkap
Kerugian Surplus
keuntungan
ekonomi bersih
Laju upaya Upaya
Suku bunga
Kebocoran
Ekonomi Jangka
harga Surplus panjang
biaya Ekonomi
lokal
Laju Kebocoran
Ilegal Fishing Filipina
Perikanan Domestik ekonomi
Simulasi perikanan terdiri dari dua blok. Blok pertama adalah kotak yang
menggambarkan situasi perikanan domestik tanpa adanya illegal fishing,
40
Simulasi ini akan saya gambarkan dalam 4 sistem dinamik yang berinteraksi
secara dinamis.
(1) Ikan adalah sistem sumber daya alam
(2) Upaya adalah sistem sosial (nelayan – kapal)
(3) Tangkap adalah sistem ekonomi (Rp – Biaya)
(4) Keuntungan adalah sistem pasar domestik
(5) Illegal Fishing digambarkan dalam sistem dinamik ini, karena illegal fishing
mempengaruhi dinamika stock dan dinamika nelayan karena adanya
perbedaan harga.
Bentuk umum persamaan matematis dari model ini adalah sebagai berikut
(Lee et al. 1985 dan Muslich 1993):
(1) Fungsi tujuan,
Minimumkan Z= Wik Pk (d-i – d+i)
(2) Fungsi kendala,
aij Xj + d-i – d+i = bi (i=1,2,3,...,m)
Xj, d-i , d+i ≥ 0
Dimana,
Pk = urutan prioritas (Pk >>> Pk + 1)
Wik- dan Wik +
= bobot untuk variabel simpangan 1 di dalam suatu tingkat
prioritas k
d-i dan d+i = deviasi negatif dan positif
aij = koefisien teknologi
Xj = variabel keputusan
Setiap model linear goal programming paling sedikit terdiri atas tiga
bagian, yaitu sebuah fungsi tujuan, kendala-kendala tujuan dan kendala non
negatif. Selanjutnya, dalam model ini dikenal 3 macam fungsi tujuan, yaitu:
(1) Minimumkan Z= d-i – d+i
Fungsi tujuan ini digunakan jika variabel simpangan dalam suatu masalah
tidak dibedakan menurut prioritas bobot.
(2) Minimumkan Z= Pk (d-i – d+i) (k= 1,2,..., k)
Fungsi tujuan ini digunakan dalam suatu masalah di mana urutan tujuan
diperlukan tetapi variabel simpangan didalam setiap prioritas memiliki
kepentingan yang sama.
(3) Minimumkan Z= W ik Pk (d-i – d+i) (k= 1,2,..., k)
Dalam fungsi ini, tujuan-tujuan diurutkan dan variabel simpangan pada
setiap tingkat prioritas dibedakan dengan menggunakan bobot yang
berlainan W ik.
42
Keterangan :
PPa = Jumlah prasarana pelabuhan yang dibutuhkan untuk tipe pelabuhan
perikanan ke-a (unit)
Keterangan :
Pi = Jumlah produksi optimum untuk komoditas ikan unggulan ke-i
(ton/tahun)
aij = Nilai produktivitas dari jenis unit penangkapan ikan ke-j untuk komoditas
ikan unggulan ke-i
Keterangan :
LTPIa = Kebutuhan rata-rata luasan TPI di setiap tipe pelabuhan perikanan
ke-a (m2)
44
Keterangan :
Pi = Jumlah produksi optimum untuk komoditas ikan unggulan ke-i
(ton/tahun)
aij = Nilai produktivitas dari jenis unit penangkapan ikan ke-j untuk
komoditas ikan unggulan ke-i
PIi = Jumlah unit pengolahan ikan yang dibutuhkan untuk komoditas ikan
unggulan ke-i (unit)
Keterangan :
ABK = Jumlah nelayan yang optimum (orang)
Keterangan :
TKL = Jumlah tenaga kerja lain yang optimum (orang)
peluang
Intensitas
Definisi Penjelasan
kepentingan
C A1 A2 A3 A4 … An
Keterangan :
C : Kriteria atau sifat yang digunakan untuk pembandingan
A1, A2, ... Cn : Set elemen yang akan dibandingkan, satu tingkat dibawah C.
a12, a13 …1 : Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang mencerminkan
nilai kepentingan Ai terhadap Aj
Keterangan :
Nkj : Nilai kolom ke j
aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
n : jumlah elemen
• Membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom
untuk memperoleh matriks yang dinormalisasi (Ndij).
aij
Ndij
Nkj
Keterangan :
Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan
kolom j
Aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
Nkj : Nilai kolom ke j
51
Keterangan :
Vpi : Vektor prioritas dari elemen i
Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris
i dan kolom j
Zi n aij (k )
Keterangan :
Zi : Perkalian baris
n : Jumlah elemen
aij : Nilai entri setiap matriks pada baris i dan kolom j
k : Kolom pertama
• Perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri (eigen vector)
n
n a ij k
j 1 Zi
eVPi
n
Zi
n n
n a ij (k )
i 1 j 1 i 1
Keterangan :
Vpi : Vektor Prioritas elemen i
Zi : Perkalian baris I
3) Pendapat gabungan dengan menggunakan rumus:
m
gij m aij(k )
k 1
Keterangan :
M : Jumlah responden
aij : Pendapat individu
52
VB
max i 1
n
max
Perhitungan Indeks Konsistensi (CI), dengan rumus : CI
n 1
CI
Perhitungan Rasio Konsistensi (CR), dengan rumus : CR
RI
sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Filipina;
Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini
Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Gorontalo; dan
Sebelah timur berbatasan dengan Laut Maluku
Secara geografis Provinsi Sulawesi Utara berada di ujung utara
kepulauan nusantara sehingga berperan sebagai pembatas RI dengan negara
Filipina. Hal ini menjadikan Provinsi Sulawesi Utara memiliki nilai strategis antara
lain: (1) berada di bibir asia pasifik yang memungkinkan wilayah ini menjadi salah
satu pusat kegiatan ekonomi regional kawasan timur Indonesia; (2) berada pada
jalur lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia ALKI 2 dan ALKI 3; (3) didukung
oleh pelabuhan.
Dalam program pembangunan perekonomian Filipina Selatan, Filipina
telah mengembangkan program pembangunan Mindanau Selatan yang dikenal
dengan program “Mindanan 2000” atau Mindanau Economic Development
Council”, yaitu program pembangunan dan pengembangan wilayah Mindanau
Selatan sebagai pusat pengembangan agroindustri, pertanian, dan pariwisata.
54
Talaud. Begitupun pada catatan Huan (Salindeho 2008). Dulu nama lain Talaud
yang disebut-sebut adalah talloda atau, taroda, atau talauda. Kabupaten
kepulauan Talaud terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Talaud di Provinsi
Sulawesi Utara. Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki luas wilayah 27.061,16
km2 terdiri dari luas Perairan 25.772,22 km2 atau 95% dan Daratan 1.288,94 km2
atau 4,76% yang tersebar pada enam belas pulau.
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah kepulauan yang memiliki
16 pulau yang terdiri dari 9 pulau tidak berpenghuni dan 7 pulau berpenghuni.
Pulau-pulau tersebut adalah pulau Karakelang, pulau Salibabu, pulau Kabaruan
serta pulau Karatung dan pulau-pulau terluar yaitu (menurut Perpres No. 78
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil (PPK) yaitu: pulau Miangas,
pulau Marampit, pulau Intata dan pulau Kakorotan. Dari empat pulau tersebut
terdapat dua pulau paling rawan di Indonesia yaitu pulau Kakorotan dan pulau
Miangas (Perbatasan Indonesia-Filipina). Adapun nama-nama pulau dan luas
wilayah seperti tertera pada Tabel 4. Wilayah administratif Kabupaten
Kepulauan Talaud terletak antara 4001’Lintang Utara dan 1260 40’ Bujur Timur,
dan berbatasan dengan :
Sebelah utara berbatasan dengan Negara Filipina;
Sebelah timur berbatasan dengan Lautan Pasifik;
Sebelah selatan berbatasan dengan Kepulauan Sangihe; dan
Sebelah barat berbatasan dengan Laut Sulawesi.
Tabel 10 Pulau dan gugusan pulau yang terdapat di wilayah Kabupaten
Kepulauan Talaud
barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan musim
barat.
2. Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Kepulauan Talaud ada sebagian wilayah
yang datar dan berbukit. Topografi berbukit terdapat di tiga pulau utama yaitu
Pulau Karakelang, Pulau Salibabu dan Pulau Kabaruan. Pulau Karakelang
topografi berbukit terdapat dibagian Utara, yaitu tepatnya di wilayah Kecamatan
Tampanamma, Essang dan Gemeh serta di sebagian wilayah Kecamatan Rainis
dan Beo. Puncak tertinggi terletak di Gunung Piapi, Kecamatan Rainis yaitu
dengan tinggi sekitar 864 m. Kemudian topografi datar di Pulau Karakelang ada
di wilayah Kecamatan Melonguane dan sebagian wilayah Kecamatan Rainis dan
Beo. Di Pulau Salibabu sebagian besar wilayah memiliki topografi datar. Untuk
topografi berbukit terdapat di wilayah Kecamatan Salibabu tepatnya di bagian
selatan Pulau Salibabu yang sebarannya tidak terlalu luas dan topografi datar
tersebar di wilayah Kecamatan Lirung dan Kalongan. Selanjutnya topografi
berbukit di Pulau Kabaruan terdapat di tengah pulau dan topografi datar berada
di sekelilingnya hingga kawasan pesisir. Kerapatan penutupan vegetasi pada
wilayah berbukit cukup tinggi sehingga erosi relatif rendah. Wilayah berbukit di
Kabupaten
Kepulauan Talaud merupakan kawasan lindung yang masih alami yaitu
hutan lindung dan hutan suakamargasatwa. Wilayah yang datar penyebarannya
cukup luas yang sebagian besar merupakan dataran alluvial yang umumnya oleh
penduduk digunakan untuk kegiatan perkebunan kelapa, sedangkan kegiatan
pertanian tanaman pangan jarang diusahan oleh penduduk setempat. Untuk
kegiatan permukiman pada topografi datar tersebar di kawasan pesisir.
3. Hidrologi
Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki 13 aliran sungai yaitu sungai
Lobbo (16,80 km), sungai Kuma (8,65 kin), sungai Binalang (7,90 km), sungai
Essang (7,60 km), sungai Teling (6,95 kin), sungai Tatou (6,80 kin), sungai
Ammat (6,35 kin), sungai Buure (5,95 kin), sungai Awula (5,85 kin), sungai Tarun
(5,85 1cm), sungai Dapihe (5,80 km), sungai Rawirung (5,75 km) dan sungai
Lalue (5,55 km). Sebagian aliran sungai oleh penduduk digunakan sebagai
sumber kebutuhan air bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
61
Tabel 13: PDRB Kabupaten Talaud atas dasar harga berlaku menurut lapangan
usaha
1. PERTANIAN : 293.721.400
a. Tabama : 35.810.000
b. Perkebunan : 210.351.000
c. Peternakan : 8.283.000
d. Kehutanan : 1.156.000
e. Perikanan : 38.150.000
2. Pertambangan dan Penggalian : 13.693.000
3. Industri pengolahan : 13.158.000
4. Bangunan : 65.162.000
5. Listrik / Jasa : 1.835.000
6. Perdagangan hotel dan restoran : 63.054.000
7. Pengangkutan dan komunikasi : 33.288.000
8. Keuangan persewaan dan jasa perusahaan : 39.537.000
9. Jasa – jasa : 83.964.000
TOTAL : 607.438.000
Sumber : BPS Talaud Kabupaten Kepulauan Talaud (2008)
Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) pada tahun 2008 naik menjadi
5.887 RTP dibandingkan pada tahun 2007 yang berjumlah 5.588 RTP.
Perkembangan jumlah RTP di Kabupaten Talaud terus meningkat hal ini
dikarenakan potensi perikanan yang ada di kabupaten ini sangat besar. Adapun
perkembangan kemampuan kapal motor dari tahun 2003-2008 disajikan pada
Tabel 16. Perkembangan Kapal Motor (KM) dari Tahun 2003-2008
Tahun Kapal Motor (GT)
0-5 6-10 11-20 21-30 Total
2003 10 10 5 1 26
2004 10 12 0 0 22
2005 11 141 1 0 26
2006 12 14 2 0 28
2007 12 14 2 0 28
2008 9 10 1 0 20
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Talaud (2008)
Alat tangkap purse seine yang umum digunakan oleh nelayan Kabupaten
Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara mempunyai konstruksi sebagai
berikut:
Panjang pukat cincin : 382.5 m, lebar 99 m
Bahan jaring : Polyethylene dan Polyamida
Ukuran mata jaring : 1 inci dan 2 inci
Ukuran benan : PA D9, PE D9 danPE D12
Panjang tali ris atas : 422.5 m Ø 5 mm
Panjang tali ris bawah : 422.5 m Ø 5 mm
Panjang tali pelampung : 382.5 m Ø 5 mm
72
Pelampung:
- Tipe pelampung : pisang
- Bahan pelampung : plastik
- Ukuran pelampung : Ø 10 cm panjan 15 cm
Sinker/pemberat
- Ukuran pemberat : Ø 10 cm
- Bahan pemberat : timah hitam
- Berat : 333 gram/timah
- Ukuran cincin : Ø dalam 4 cm, Ø luar 8 cm
- Bahan cincin : kuningan
Panjang tali kerut (purse line) : 600 m Ø 30 mm
Bunt (kantong):
- Ukuran mata : 0.5 inci dan 1 inci
- Panjang kantong : 22.5 m
Banyak bentuk dan macam dari pancing tonda (troll line) mungkin terlalu banyak
untuk disebutkan satu per satu namun pada prinsipnya adalah sama. Yaitu
pancing tonda terdiri dari :
Tali utama, bahan umumnya dari benang plastik, panjang tali bervariasi
tergantung keadaan, umumnya antara 50-100 m
Kili-kili (swivel)
Tali kawat (stainless steel)
Mata pancing (hook) mata pancing ini bisa tunggal bias juga ganda.
Umpan tiruan.
tergantung dari jenis alat tangkap yang digunakan. Untuk ketiga jenis alat
tangkap tersebut berkisar anatar 6 sampai 10 orang. Ukuran armada kapal yang
digunakan antara 5-10 Gross Tonage (GT). Namun demikian, untuk
mendapatkan keseluruhan jumlah effort dari ketiga jenis unit penangkapan ikan
tersebut, perlu dilakukan standardisasi terlebih dahulu karena ketiga jenis unit
penangkapan ikan yang dianalisis ini mempunyai kemampuan tangkap yang
berbeda.
Tabel 24 Nilai parameter biologi dan ekonomi dari sumber daya ikan utama di
perairan Talaud
Tabel 27 Kondisi sumber daya ikan utama saat MSY, MEY dan OA.
Estimasi Nilai
Keterangan
MSY MEY Open Access
Effort 9.610 8.853 17.706
Produksi (Ton) 5.448,75 5.414,93 1.581,72
TR (Juta Rupiah) 40.865,63 40.611,98 11.862,90
TC (Juta Rupiah) 6.438,69 5.931,46 11.862,91
Rente (Juta Rupiah) 34.426,94 34.680,52 0
1. Keragaan Usaha
Pengembangan suatu usaha harus diketahui dana yang diperlukan. Pada
studi ini, modal investasi yang dibutuhkan untuk suatu usaha penangkapan
berbeda-beda tergantung dari jenis perahu dan alat tangkap yang akan
diusahakan. Modal investasi usaha penangkap terdiri atas pembelian kapal,
mesin, alat tangkap dan perlengkapan lainnya. Rincian besarnya modal investasi
usaha penangkapan di perairan perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud
disajikan pada Tabel 28.
81
Jenis Investasi
Jenis Alat
Tangkap Alat Total
Perahu Mesin
Tangkap Investasi
Pancing Tonda 9,000,000 12,000,000 2,000,000 23,000,000
Jaring Insang
9,000,000 12,000,000 5,000,000 26,000,000
Hanyut
Pukat Cincin 12,000,000 20,000,000 15,000,000 47,000,000
Sumber : Data primer (2008)
Surplus Surplus
Laju pertumbuhan tangkap Ekonomi
Ilegal fising Asing
Pertumbuhan
SDI Upaya
Talaud ilegal
Hasil
tangkap Harga
Rate perbatasan
Daya dukung Ilegal fising
Koefisien
Daya tangkap
Kerugian Surplus
keuntungan
ekonomi bersih
Laju upaya Upaya
Suku bunga
Kebocoran
Ekonomi Jangka
harga Surplus panjang
biaya Ekonomi
lokal
Laju Kebocoran
Ilegal Fishing Filipina
Perikanan Domestik ekonomi
fishing
Simulasi perikanan terdiri dari dua blok. Blok pertama adalah kotak yang
menggambarkan situasi perikanan domestik tanpa adanya illegal fishing,
sementara blok kedua adalah kotak yang menggambarkan terjadinya illegal
fishing. Keduanya kemudian dihubungkan dengan variabel ekonomi berupa
kebocoran ekonomi yang diderita oleh perikanan Talaud akibat adanya illegal
fishing oleh kapal asing khususnya dari Filipina.
Tahun
Tahun
Upaya
800
700
600
Kapal
Upaya (kapal)
500
400
Upaya
Upaya
300
200
100
0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Tahun
Pada model ini dapat pula diperoleh informasi mengenai surplus yang
seharusnya diperoleh jika sumber daya perikanan di Talaud dikelola dengan
baik. Surplus ini merupkan selisih anatara manfaat ekonomi yang diperoleh dari
87
Jumlah
No. Unit penangkapan ikan Ukuran
(unit)
1. Pukat cincin 15 GT 19
2. Jaring insang hanyut 4 GT 685
3. Pancing tonda 7 GT 832
Jumlah 1.536
Tabel 32 Perbandingan jumlah optimum dan eksisting pada tahun 2008 dari 3
jenis unit penangkapan ikan terpilih di perairan Kepulauan Talaud
Estimasi jumlah Jumlah yang ada
No. Unit penangkapan ikan yang optimum pada tahun 2008
(unit) (unit)
1. Pukat cincin 19 47
2. Jaring insang hanyut 685 718
3. Pancing tonda 832 208
Jumlah 1.536 973
93
Tabel 34 Nilai koefisien ruang daya tampung produksi (k) berdasarkan jenis
kelompok ukuran ikan
Luas
Produksi Produksi per Koefisien
Jenis Ikan optimum / hari tempat kebutuhan
Gedung TPI
MEY (ton/thn) (ton/hari) (m2/ton)) (m2)
Layang
Tongkol 5.145,21 20,58 15,00 441
Cakalang
Tuna
441
Layang
Tongkol 5.145,21 70% 3.601,65 1.250 3
Cakalang
Tuna
Keterangan:
Estimasi jumlah optimum unit pengolahan ikan =
[ (Jumlah produksi optimum x Koef. Pengolahan) / Kapasitas unit
pengolahan ]
Selain itu, kebutuhan tenaga kerja lain yang terkait dengan kegiatan
perikanan tangkap dalam upaya memenfaatakan sumberdaya ikan pelagis utama
di perairan Kepulauan Talaud dapat diestimasi dengan pendekatan yang
sederhanai, yaitu dengan cara mengalikan jumlah optimum dari setiap jenis
sarana/prasarana yang diperlukan dalam pengembangan perikanan tangkap di
perairan Kepulauan Talaud dengan jumlah kebutuhan tenaga kerja yang ideal
untuk setiap unitnya. Data kebutuhan jumlah tenaga kerja rata-rata atau yang
ideal per unit untuk setiap jenis sarana/prasarana dari komponen perikanan
tangkap diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pihak terkait. Hasil
estimasi menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja lain (diluar nelayan) yang
dapat terserap dengan pola pengembangan ini adalah 1.500 orang. Rincian
lengkap perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 39.
1. Alternatif strategi
Dari hasil analisis bioekonomi dan model simulasi dapat dilihat bahwa
meski Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki potensi sumber daya ikan yang
dapat dimanfaatkan serta memiliki potensi untuk meningkat penerimaan daerah,
kondisi wilayah perbatasan menyebabkan terjadinya kebocoran ekonomi dari
sektor perikanan ke wilayah atau negara lain seperti Philipina. Kebocoran
ekonomi merupakan potensi ekonomi yang hilang yang menjadi “korbanan” bagi
masyararakat nelayan di wilayah Talaud. Dengan demikian diperlukan beberapa
terobosan kebijakan untuk mengurangi dampak kebocoran tersebut. Untuk
mendapatkan strategi yang tepat maka perlu dikaji terlebih dahulu faktor-faktor
yang akan memberikan pengaruh terhadap pengambilan suatu kebijakan seperti
faktor kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang.
mengenai besarnya skor pada matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 40.
penduduk lokal dengan negara tetangga sangat signifikan. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai bobot sebesar 0,1235 dengan rating sebesar 2,381 dan skor 0,294.
Kondisi ini menunjukkan bahwa ancaman Tingkat kesenjangan kesejahteraan
penduduk lokal dengan negara tetangga akan memberikan dampak terhadap
pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. Selain itu faktor eksternal yang
memberikan ancaman kedua terbesar adalah terjadinya illegal fishing. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,1254 dengan rating sebesar 2,190 dan
skor 0,275. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya illegal fishing akan
memberikan dampak terhadap pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud.
Hasil matriks EFE pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud yang
meliputi faktor peluang dan ancaman memiliki skor sebesar 2,208. Total nilai
tersebut menunjukkan bahwa pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud
berada pada level rata-rata dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang
memanfaatkan peluang eksternal atau menghindari ancaman yang ada dalam
mencapai optimalisasi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud.
7
Peluang
6
5
Kelemahan
Kekuatan
0 1 2 33 4 5 6 7
Strategi
2
Defensif
1
0
Ancaman
Gambar 17 Posisi kondisi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud
Aktor
PSH = Pengusaha AKA = UNSRAT PBT = Kepala Perbatasan
PNH = PNHDA KET = KAPET BAP = BAPPEDA Provinsi
DPK = Dinas Perikanan dan
Kelautan
Alternatif Kebijakan
1 = Peningkatan Jml UPI 6 = Pembentukan pasar 11 = Peng Kapal BBM
2 = Peningkatan jumlah kapal 7 = pPemberdayaan Masyarakat 12 = Peng Kapal Pengangkut ikan
pengawas lokal 13 = menyusun rencana
3 = Diklat 8 = Menyusun blue print pengelolaan WPP717
4 = Pembangunan prasarana pembangunan perikanan 14 = Kerjasama di bidang bisnis
pelabuhan 9 = Sistem informasi perikanan perikanan dgn Filipina
5 = Pembangunan indAKAri dan cuaca
pengolahan 10 = prioritas APBD untuk K&P
Kebijakan Pembangunan Perikanan Tangkap Kawasan Perbatasan
Kabupaten Kepulauan Talaud
PSH PNH DPK AKA KET KPT BAP BPLH DKPT IZIN
0,118 0,036 0,211 0,016 0,022 0,036 0,211 0,022 0,211 0,118
Aktor
SDN SDM KLB PRU PHK ILF ILM KKS KPI BBM
0,143 0,158 0,139 0,095 0,074 0,071 0,072 0,092 0,098 0,058
Masalah
1 2 3 4 5 6 7 8
0,077 0,061 0,072 0,051 0,068 0,084 0,099 0,058
Alternatif
9 10 11 12 13 14
0,045 0,157 0,040 0,050 0,036 0,103
105
106
banyak, lebih baik. Diperkirakan bahwa alokasi antara 5% sampai 10% dari
APBD untuk pengembangan perikanan akan mampu memberikan dampak
pengganda yang cukup signifikan pada pembangunan perikanan di daerah
tertinggal seperti Talaud.
Prioritas berikutnya adalah kerjasama dengan Filipina. Sebagai daerah
perbatasan yang langsung berhubungan dengan Filipina, pasar terdekat bagi
produk-produk perikanan di daerah Talaud adalah melalui pasar terdekat yakni
Filipina. Jika tidak ada perjanjian kerja sama maka penjualan produk perikanan
ke Talaud dianggap illegal dan ini akan merupakan kebocoran ekonomi wilayah.
Namun jika dilakukan kerjasama maka kedua belah pihak akan diuntungkan
karena arus barang dan jasa yang mendukung sektor perikanan akan dengan
mudah diterima di daerah Talaud dan sebaliknya. Salah satu bentuk kerja sama
yang dapat dilakukan adalah melalui kerjasama pembebasan bea tariff masuk.
Dengan demikian harga barang-barang dari kedua belah tidak akan mengalami
perbedaan yang jauh. Perbedaan harga yang besar akan memicu aliran asset
dari satu daerah ke daerah yang lain. Bentuk kerja sama lainnya adalah melalui
kerja sama alih teknologi, dimana teknologi yang dikembangkan di daerah lain
khususnya Filipina dapat di transfer ke Talaud dengan biaya yang lebih murah.
Alih teknologi ini harus diimbangi pula dengan pengembangan sumber daya
manusia melalui pengiriman tenaga-tenaga trampil di kedua belah pihak. Bentuk
lain yang juga sangat relevan adalah menjadikan daerah perbatasan sebagai
daerah otorita, dengan demikian diperlukan kerja sama menyangkut aspek politik
seperti patroli bersama dalam mencegah terjadinya pencurian ikan dan
pembebanan bersama pembiayaan pengawasan illegal fishing dengan Filipina
melalui nota kesepahaman. Selanjutnya kesepakatan untuk melakukan relokasi
pabrik pengolahan/pengalengan ikan yang ada di General Santos dipindahkan
ke Talaud atau dengan membuka cabang pabrik pengolahan/pengalengan ikan
di Kabupaten Talaud. Kerjasama di bidang industri pengolahan/pengalengan
ikan ini akan mengungtukan kedua belah pihak karena selain bahan bakunya
dekat berada di sekitar Kabupaten Kepulauan Talaud juga jarak yang ditempuh
lebih dekat ke General Santos daripada ke Bitung. Pembagian hasil atau hal-hal
lain akan diatur tersendiri dalam nota kesepahaman.
Komponen berikutnya yang juga sangat penting yakni menjadi prioritas
ketiga adalah pemberdayaaan masyarakat. Komponen ini merupakan
pembangkitan ekonomi secara mandiri dari wilayah Talaud sendiri. Dengan
108
diberdayakanna masyarakat lokal maka mereka akan memiliki nilai tawar yang
lebih baik dan memiliki kemampuan daya beli yang lebih baik sehingga produk
perikanan juga diserap untuk konsumsi domestic. Selain itu pemberdayaan
masyarakat memiliki keuntungan untuk menangkal gangguan-ganggan dari
daerah perbatasan yang tidak menguntungkan Indonesia khususnya wilayah
Talaud sendiri. Pemberdayaan masyararakat akan memberikan efek ganda
berupa penciptaan kegiatan ekonomi lainnya dan membantu mengembangkan
pasar produk-produk perikanan.
Prioritas berikutnya yang penting dalam pembangunan sektor perikanan
dan kelautan di Talaud adalah pembentukan pasar khususnya pasar domestik.
Pembangkitan pasar ini selain akan menyerap produk perikanan secara
domestik, juga akan memperkuat ekonomi wilayah secara keseluruhan dan
meningkatkan permintaan akan produk-produk perikanan. Pasar yang kuat juga
akan menjadi faktor penarik bagi konsumen dari wilayah sekitar dan juga dari
wilayah perbatasan dengan Filipina.
Kompnen berikutnya yang menjadi pendukung dalam prioritas
pembangunan perikanan di Talaud adalah peningkatan jumlah unit penangkapan
ikan, Diklat dan pengolahan perikanan. Ketiganya akan membantu mendukung
sektor perikanan dari sisi industry hillir, sehingga selain penguatan pada industry
hulu, industry hilir juga perlu diperkuat sehingaa sistim usaha perikanan di Talaud
dapat terintgerasi dengan baik. Diklat akan sangat membantu memenuhi
kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga akan menunjang
kelancaran industri perikanan di daerah ini. Tanpa dukungan tenaga kerja yang
terampil, daya saing perikanan di Talaud akan kalah bersaing dengan wilayah
perbatasan (Filipina) dan tidak akan memberikan nilai tambah yang lebih baik
dari wilayah sekitarnya.
109
5.1 Kesimpulan
1 Jenis ikan unggulan yang dapat dikembangkan di kawasan perbatasan Kab.
Talaud adalah: cakalang, tuna (madidihang), tongkol, dan layang.
2 Jenis alat tangkap ikan yang layak dikembangkan di kawasan perbatasan
Kab. Talaud adalah: Pancing tonda, Jaring insang hanyut, dan Pukat cincin.
3 Pemanfaatan sumber daya ikan utama (cakalang, tuna, tongkol, dan layang)
di Kab. Kepulauan Talaud diduga sudah mulai berlebih (jenuh).
4 Hasil Simulasi menunjukan bahwa:
1) Masih ada peluang untuk mengoptimumkan nilai ekonomi yang diperoleh
dari perikanan tangkap di Kab. Kepulauan Talaud, bila masalah illegal
fishing dapat diatasi.
2) Pengelolaan perikanan di Talaud, baik melalui rezim MEY maupun MSY,
masih memungkinkan dihasilkannya manfaat ekonomi (rente) yang positif
5 Untuk mengembangkan Perikanan Tangkap yang optimum di Kab.
Kepulauan Talaud adalah sbb:
1) Jumlah ikan utama (cakalang, tuna, tongkol, dan layang) yang boleh
dimanfaatkan sebesar 5.145,21 ton/tahun (kondisi MEY)
2) Jumlah alokasi alat tangkap utama yang optimum adalah 832 pancing
tonda (8 GT), 685 jaring insang hanyut (4 GT), 19 unit (15 GT)
3) Jumlah Prasarana Pelabuhan Perikanan yng diperlukan 1 unit PPP dan 1
unit PPI
4) Jumlah Tenaga Kerja yang diperlukan sebanyak 4.985 orang nelayan dan
1.500 orang tenaga kerja penunjang
5) Unit pengolahan Ikan yang diperlukan sebanyak 3 unit (berkapasitas 5
ton/hari)
6) Luasan TPI yg dibutuhkan sebesar 352 m2 di PPP dan 89 m2 di PPI
114
5.2 Saran
1 Perlu pengembangan infrastuktur perikanan
2 Perlu perbaikan akses terhadap pasar (selisih harga domestik dan harga
perbatasan tidak terlalu tinggi)
3 Perlu penguatan program pemberdayaan masyarakat lokal untuk menekan
illegal fishing
4 Perlu Keberpihakan Kebijakan Politik terhadap pengembangan perikanan
tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja S.B dan Haluan J. 2003. Perubahan Hasil Tangkapan Lestari Ikan
Pelagis di Laut Jawa dan Sekitarnya. Bulletin PSP, Vol. XII No.2.
Departemen Pemanfaatan Sumber daya Perikanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. hal: 31-40.
Ayodhyoa AU. 1981. Metode penangkapan ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 97
hal.
Aziz KA. 1989. Pendugaan Stok Populasi Ikan Tropis. Pusat Antar Universitas
llmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 251 hal.
Bland SJR. 1986. The Use of Surplus Production Models In Assesing the State of
Indonesia Fish Stocks an Example of A Whole System Model Approach to
the Problems of Multi-Species, Multi-Gear Fisheries. Proceeding of
Seminar. Universitas Diponegoro. Semarang. p: 17-26
[BRKP] Badan Riset Kelautan dan Perikanan 2002. Pengkajian stok ikan di
perairan indonesia. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan. 78 hal.
Charles AT. 1992. Canadian Fisheries: Paradigms and Policy. Jurnal Canadian
Ocean Law and Policy. Part one: Living Resources Development and
Management.
Dahuri R, Rais J, Ginting SP, dan Sitepu MJ. 2001. Pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. PT. Pradnya Paramitha,
Jakarta, hal 101.
David FR. 1998. Manajemen strategis terjemahan. PT. Prenhallindo, Jakarta, hal
98
Fauzi A. 2001. Menimbang Untung Rugi Kapal Ikan Asing di ZEE. PILARS No.
16 Thn IV.
Fauzi A dan Simanjuntak S. 2001. Telaah Kritis Strategi Kebijakan Kapal Asing
di Perairan ZEE. Seminar Nasional Strategi Kebijakan Kapal Asing.
Hogwood and Gunn 1986. Policy Analysis for the Real World. Oxford University
Press. 289 p.
Iskandar BH. 2003. Peluang Terbaliknya Kapal Purse Seine Sibolga Akibat
Gelombang Laut Regular: Studi Pendahuluan Terhadap Keselamatan
Kapal Ikan Berukuran Kecil di Indonesia. Buletin PSP Volume XII. No 1.
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan
dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. hal 11.
Monintja DR. 2001. Pelatihan untuk pelatih pengelolaan wilayah pesisir terpadu.
presiding pusat kajian sumberdaya pesisir dan lautan, Bogor. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. 156 hal.
Onal H., Mc.Carl BA., Griffin WL, Matlock G and Clark J. 1991. A Bioeconomic
Analysis of the Texas Shrimp Fishery and Its Optimal Management.
Jurnal American Agricultural Economics Association.
Paul D. 1983. Some Simple Methods fos Assesment of Tropical Fish Stock. FAO
Fish. Tech. Pap. Rome. 134 p.
121
Siagian S. 1998. Manajemen Strategik, Sinar Grafik Offset. Jakarta, hal 143.
Sorensen JC, McCreary ST, Hersman MJ. 1984. Institutional Arrengement for
management of Coastal Resources Research Planning Institute. Inc
Colombia, South California, hal 9
Widodo J. 2003. Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut Indonesia tahun 2002.
In: Widodo J., Wiadnyana N.N. & Nugroho D. (Eds). Prosiding Forum
Pengkajian Stok Ikan Laut 2003. Jakarta, 23-24 Juli 2003. PUSRIPT-
BRKP, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta, pp: 1-12.
Zulkarnain dan Darmawan. 1997. Penggunaan Model Schaefer dan Model Fox
untuk Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Layang (Decapterus sp) di Perairan Eretan Wetan, Indramayu. Bulletin
PSP, Vol. VI No.3. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. hal: 31-40.
123
LAMPIRAN
123
126040’00 BT
KABUPATEN
KEPULAUAN TALAUD
4001’00” LU
MELONGUANE
TAHUNA
KABUPATEN SANGIHE
MALUKU UTARA
SULAWESI UTARA
124
Produksi (Ton)
Tahun PUKAT J. INSANG PANCING Jumlah
CINCIN HANYUT TONDA
2003 3367,0 130,7 862,4 4360,1
2004 3400,0 140,0 893,8 4433,8
2005 4402,6 152,5 957,4 5512,5
2006 4298,0 191,9 999,5 5489,4
2007 4412,5 186,7 836,6 5435,8
2008 4013,4 198,4 917,3 5129,1
Jumlah 23893,5 1000,2 5467,0 30360,7
Rata-rata 3982,3 166,7 911,2 5060,1
Persentase 78,7 3,3 18,0 100,0
125
Upaya (Trip)
Tahun PUKAT J. INSANG PANCING
CINCIN HANYUT TONDA
2003 4200 26800 118200
2004 4200 26800 118200
2005 7000 28000 92000
2006 7000 28000 92000
2007 7000 28000 92000
2008 7600 28000 92000
Jumlah 37000 165600 604400
Rata-rata 6167 27600 100733
126
128
Lampiran 6 Regresi untuk bioekonomik
Regression Statistics
Multiple R 0.989167
R Square 0.978451
Adjusted R
Square 0.973064
Standard Error 0.01847
Observations 6
ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 0.061958 0.061958 181.6275 0.000175393
Residual 4 0.001365 0.000341
Total 5 0.063323
Standard
Coefficients Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%
Intercept 1.133978 0.035333 32.09361 5.62E-06 1.035876592 1.232079379 1.035876592 1.232079379
-4.71975E- -7.16901E- -4.71975E-
X Variable 1 -5.9E-05 4.41E-06 -13.4769 0.000175 -7.16901E-05 05 05 05
129
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
130
>
>
>
>
>
>
>
>
131
Account / Periode 0 1 2 3 4 5
A. Penerimaan
HasilPenjualan - 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000
NilaiSisa -
Total Penerimaan - 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000
B. Biaya
1. BiayaInvestasi
Perahu 9,000
Mesin 12,000
AlatTangkap 2,000 2,000 2,000
Total BiayaInvestasi 23,000 - 2,000 - 2,000 -
2. BiayaVariabel
BahanBakar 14,200 14,200 14,200 14,200 14,200
Perbekalan 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600
Retribusi 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350
BagiHasil 4,600 4,600 4,600 4,600 4,600
Total BiayaVariabel 21,750 21,750 21,750 21,750 21,750
3. BiayaTetap
Pemeliharaan 2,300 2,300 2,300 2,300 2,300
Total Biaya 23,000 24,050 26,050 24,050 26,050 24,050
C. PendapatanSebelumPajak (23,000) 11,950 9,950 11,950 9,950 11,950
D. PPh (15%) - 1792.485 1492.485 1792.485 1492.485 1792.485
E. Net Benefit (23,000) 10,157 8,457 10,157 8,457 10,157
F. Discount Factor 18% 1 0.847458 0.718184 0.608631 0.515789 0.437109
18%
Present Value (23,000) 8,608 6,074 6,182 4,362 4,440
Net Present Value 6,666
G. Discount Factor 18% 1 0.763359 0.582717 0.444822 0.339559 0.259205
31%
Present Value (23,000) 7,754 4,928 4,518 2,872 2,633
Net Present Value (295)
H. Internal Rate of Return 30.45%
J. Net Benefit/Cost 1.3
132
Account / Periode 0 1 2 3 4 5
A. Penerimaan
NilaiSisa -
Perahu 12,000
Mesin 20,000
AlatTangkap 15,000
Account / Periode 0 1 2 3 4 5
A. Penerimaan
HasilPenjualan - 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000
NilaiSisa - 4,500
Perahu 9,000
Mesin 12,000
AlatTangkap 5,000
Total
BiayaInvestasi 26,000 - - - - -
2. BiayaVariabel
BahanBakar 11,500 11,500 11,500 11,500 11,500
Perbekalan 2,100 2,100 2,100 2,100 2,100
Retribusi 1,150 1,150 1,150 1,150 1,150
BagiHasil 4,201 4,201 4,201 4,201 4,201
Total
BiayaVariabel 18,951 18,951 18,951 18,951 18,951
3. BiayaTetap
Pemeliharaan 2,600 2,600 2,600 2,600 2,600
Total Biaya 26,000 21,551 21,551 21,551 21,551 21,551
C.
PendapatanSebelumP
ajak (26,000) 13,449 13,449 13,449 17,949 13,449