HASIL PEMBAHASAN
5.1.1 Susu
1. Pengamatan Karakteristik Susu Segar dan Berbagai Olahan Susu
Pada pengamatan karakteristik susu segar dan berbagai olahan susu ini, disiapkan
berbagai jenis susu yaitu susu segar, susu sterilisasi (UHT), susu kental manis, susu bubuk
full cream, susu bubuk skim,susu bubuk skim, yoghurt dan susu rebus yg direbus pada suhu
100ºC hingga mendidih. Langkah pertama yaitu Susu kental manis, susu bubuk full cream,
dan susu bubuk skim dilarutkan dengan air terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk yang ada
pada kemasan susu. Kemudian menyiapkan beaker glass ukuran 250 ml dan menuangkan 250
ml susu sapi segar, hal ini untuk mempermudah proses pengamatan pada susu sapi segar.
Selanjutnya sampel diamati dalam hal warna, kekentalan, aroma, dan cita rasa. Kemudian
mencatat pengamatan dan membandingkan data dari pengamatan susu sapi segar dan
berbagai olahan susu dan mencatat hasil pengamatannya.
2. Pengamatan pH
Pada pengamatan ini disiapkan berbagai jenis susu yaitu susu segar, susu sterilisasi
(UHT), susu kental manis, susu bubuk full cream, susu bubuk skim, susu rebus yg direbus
pada suhu 100ºC hingga mendidih, dan yoghurt. Susu kental manis, susu bubuk full cream,
dan susu bubuk skim dilarutkan dengan air terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk yang ada
pada kemasan susu. Langkah pertama yaitu semua sampel susu yang telah disiapkan
dimasukkan ke dalam beaker glass untuk mempermudah proses pengamatan pH. Pengamatan
pH ini dilakukan dengan dua metode yaitu menggunakan pH meter dan kertas pH. Pada
pengukuran pH dengan kertas pH dilakukan dengan cara mencelupkan kertas pH pada sampel
susu satu persatu kemudian ditunggu hingga kering. Perubahan warna pada kertas pH
dicocokan dengan warna yang ada pada kemasan kertas pH untuk mengetahui berapa pH
susu tersebut. Pada pengukuran pH dengan pH meter dilakukan dengan cara mencelupkan pH
meter yang telah dicelupkan ke dalam larutan buffer agar terkalibrasi ke dalam sampel susu.
pH susu tersebut akan muncul pada layar yang ada apada pH meter tersebut.
5.1.2 Telur
1. Pengamatan Karakteristik Telur Beberapa Jenis Ternak
Pada pengamatan karakteristik telur ini disiapkan beberapa telur dari spesies ternak yaitu
telur ayam potong, telur ayam kampung, telur bebek, dan telur puyuh. Setiap sampel telur
diamati dan dibandingkan kualitas eksternalnya. Kualitas eksternal tersebut terdiri dari berat,
warna cangkang, keutuhan cangkang, kebersihan cangkang, ketebalan cangkang, dan ukuran
rongga udara pada telur tersebut. Berat telur diukur menggunakan neraca analitik. Setiap
sampel telur juga diamati dan dibandingkan kualitas internalnya. Kualitas internal tersebut
meliputi warna kuning telur, diameter kuning telur, tinggi kuning telur, lebar putih telur.
Pengamatan kualitas internal telur ini dilakukan dengan memecahkan telur di atas keramik
atau bidang datar, hal ini dilakukan agar mudah saat melakukan pengamatan. Kemudian ukur
diameter rata-rata putih telur dengan jangka sorong dan tinggi putih telur menggunakan
penggaris. Selanjutnya pisahkan putih telur dengan kuning telur dengan cara memutus
chalaza, untuk menghitung diameter dan tinggi kuning telur. Kemudian ukur indeks kuning
telur dan putih telur, pH putih telur, berat jenis putih telur, haugh unit dan lainnya yang
meliputi internal dari telur.
Dari grafik tersebut menunjukkan rata-rata pH produk olahan susu dari tiap sampel
berada dititik 6 dengan pengujian kertas pH, kecuali produk yogurt yang memiliki pH 4,5.
Menurut Fitriyono (2010) pH dari produk susu adalah antara 6.5 – 6.7. Bila nilai pH air susu
lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5
menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri, dari data tersebut bisa
disebabkan adanyanya kesalahan pada pengujian pH yang tidak sesuai dengan prosedur,
sedangkan menurut Fetty (2001) yogurt merupakan produk olahan susu yang melibatkan
kerja mikroorganisme, hal ini menunjukkan rasa asam dihasilkan oleh mikroorganisme,
sehingga pH susu akan turun sedangkan untuk susu segar dengan pH 5,8 kemungkinan sudah
terkontaminasi dikarenakan penyimpanan yang kurang baik. Untuk pengujian dengan pH
meter sebagai berikut.
Grafik pH Meter
8 6.9 6.8
7 5.8 6.2 6 6.2
5.7
6
5 4.1
4
3
2
1
0
Dari grafik tersebut menunjukkan rata-rata pH produk olahan susu dari tiap sampel
berada dititik 6 dengan pH meter, kecuali produk yogurt yang memiliki pH 4,1, susu bubuk
instan 6,8 dan susu kental manis 6,9 Menurut Fitriyono (2010) pH dari produk susu adalah
antara 6.5 – 6.7. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis
dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri, dari
data tersebut bisa disebabkan adanyanya kesalahan pada pengujian pH yang tidak sesuai
dengan prosedur, sedangkan menurut Fetty (2001) yogurt merupakan produk olahan susu
yang melibatkan kerja mikroorganisme, hal ini menunjukkan rasa asam dihasilkan oleh
mikroorganisme, sehingga pH susu akan turun sedangkan untuk susu segar dengan pH 5,8
kemungkinan sudah terkontaminasi dikarenakan penyimpanan yang kurang baik. Untuk
pengujian dengan pH meter sebagai berikut.
1.6 1.4
1.4
1.2 1.028 1.027 1.03 1 1.029 1.035 1.028
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Dari grafik diatas menunjukkan ada beberapa dari setiap sampel memperoleh hasil sesuai
SNI 01-3141-1998 seperti susu segar 1,0828, susu UHT 1,027, susu pasteurisasi 1.03, susu
kental manis 1, susu full cream 1,029, susu bubuk instan 1,035 yoghurt 1,4 dan susu rebus
1,08 Susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu = 1.027-1.035
dengan rata-rata 1.031, dimana berat jenis susu adalah minimal 1,028, menurut Abdullah
(1988) dalam bukunya, berat jenis susu yang kecil disebabkan oleh beberapa faktor seperti
perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang timbul dari susu, selain itu juga disebabkan
oleh daya simpan yang lama dan pengaruh suhu dari alat pendingin.
0.25 0.222
0.05
0
Telur Telur Telur Telur Telur Telur Telur Telur
puyuh A puyuh B ayam ayam bebek A bebek B ayam ayam
kampong kampong petelur A petelur B
A B
Dari grafik diatas menunjukkan indeks kuning telur terbesar adalah telur bebek B sebesar
0,3 sedangkan indeks kuning telur terkecil adalah telur puyuh A sebesar 0,1, menurut Resi,
(2009). Telur bebek umumnya lebih besar dari telur ayam dan memilki warana kerabang
putih sampai hijau kebiruan, dengan rata-rata bobot telur itik sebesar 60-75 g dari pernyataan
tersebut diameter telur bebek lebih besar dari pada sampel telur lainnya yang berpengaruh
pada isi atau indeks dalam telur, sedangkan telur puyuh merupakan telur dari unggas yang
bertubuh kecil dengan telur yang kecil pula.
b. Indeks Putih Telur
Telur tersusun dari kulit atau cangkang, kantung udara, putih telur dan kuning telur. Putih
telur pada tiap-tiap telur berwarna bening dan kental, berdasarkan kuning telur, kuning telur
pada telur ayam boiler dan telur ayam kampung berwarna kuning, sedangkan kuning telur
pada telur bebek berwarna oranye, dan kuning telur pada telur puyuh berwarna kuning terang.
Pengujian karakteristik telur pada praktikum kali ini didapatkan hasil sebagai berikut.
0.025
0.021 0.02
0.02 0.017
0.015
0.01
0.01
0.005
0
Telur Telur Telur Telur Telur Telur Telur Telur
puyuh A puyuh B ayam ayam bebek A bebek B ayam ayam
kampong kampong petelur A petelur B
A B
Dari grafik diatas menunjukkan indeks kputih telur terbesar adalah telur bebek B sebesar
0,3041 sedangkan indeks kuning telur terkecil adalah telur puyuh B sebesar 0,01, menurut
Resi, (2009). Telur bebek umumnya lebih besar dari telur ayam dan memilki warana
kerabang putih sampai hijau kebiruan, dengan rata-rata bobot telur itik sebesar 60-75 g
sehingga diameter isi dari telur bebek lebih besar dari pada telur puyuh, telur atyam kampung
dan telur ayam petelur, sedangkan telur puyuh merupakan telur dari unggas yang bertubuh
kecil dengan telur yang kecil pula.
c. Pengukuran pH Telur
telur merupakan salah satu produk hewani yang berasal dari ternak ungggas dan
dikenal sebagai bahan pangan sumber protein. Telur mudah mengalami kualitas yang
disebabkan beberapa faktor, yang diantaranya disebabkan kerysakan fisik maupun kimiawi.
Lama penyimpanan telur juga berpengaruh terhadap sifat fisik maupun kimiawi, salah satu
pengukuran kesegaran telur menggunakan pengukuran pH telur. Dari hasil praktikum
pengukuran pH telur didapatkan data sebagai berikut.
8.6
8.4 8.3
8.2
7.8
Telur Telur Telur Telur Telur Telur Telur Telur
puyuh A puyuh B ayam ayam bebek A bebek B ayam ayam
kampong kampong petelur A petelur B
A B
Dari gambar grafik diatas menunjukan ada beberapa hasil yang didapatkan dari
pengukuran pH, sebagai berikut puyuh telur A 9,2, telur puyuh B 8,3, telur ayam kampung A
9,1, telur ayam kampung B 9,2, telur bebek A 9, telur bebek B 9, telur ayam petelur A 9 dan
telur ayam petelur B 8,8. Menurut Jazil (2003), pH normal telur berkisar 7, apabila ada
peningkatan pada pH telur disebabkan penyimpanan yang telalu lama dan Peningkatan pH
telur disebabkan pula oleh penguapan CO2 yang mengakibatkan berubahnya konsentrasi
hydrogen, dalam penelitaannya penyimpanan telur dalam waktu dua minggu mencapai pH 9.
80
70
60
50
40
30
20
10
0 0 0 0 0
0
Telur Telur Telur Telur Telur Telur Telur Telur
puyuh A puyuh B ayam ayam bebek A bebek B ayam ayam
kampong kampong petelur A petelur B
A B
Grafik diatas menunjukkan perbedaan dari berat jenis putih telur dengan hasil telur bebek
A 90, telur ayam petelur A 89 dan telur ayam petelur B 86. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi berat jenis telur, seperti. Telur mentah yang didiamkan pada udara terbuka
dengan waktu yang cukup lama hal ini dikarenakan terjadi penguapan air dan gas CO2 dari
telur ( Sudaryani, 2006)
2 Volume Akhir
1
0
telur puyuh telur puyuh ayam ayam ayam ayam
kel 1 kel 2 kampung kampong kampong petelur kel
kel 3 kel 4 kel 5 6
Dari grafik datas menunjukkan hasil buih yang diperoleh tiap sampel dangan hasil telur
puyuh kel. 1, 5,2, telur puyuh kel 2. 3,7, ayam kampung kel 3. 5, ayam kampung kel 4. 5, 2,
ayam kampung kel 5. 7 dan ayam petelur kel 6. 5. Data tersebut mennjukkan hasil
pembentukan busa terbanyak adalah ayamkampung kel 5, dengan volume awal 5 menjadi
busa dengan volume 7. Menurut Stadelman (1995) busa yang baik memiliki daya buih
sebesar 6-8 kali volume putih telur, semakin banyak volume putih telur ,maka akan banyak
pula busa yang dihasilkan, karena tirisan busa yang dihasilkan terjadi karena ikatan anatara
udara dengan protein susu tidak kokoh, sehingga apabila didiamkan akan membentuk buih.
Volume busa yang tinggi diperoleh dari putih telur dengan elasitas yang rendah sedangkan
struktur buih yang stabil didapat dari elasitas putih telur yang tinggi.
Dalam perlakuan in menggunakan sampel putih telur campuran yang bertujuan untuk
membndingkan busa yang dihasilkan dengan sampel putih telur tanpa campuran. Data yang
didapat sebagai berikut.
Grafik Pembentukan Busa Campuran
Telur
10 8.6 8.7
8
5.8 6
6 5 5 5 5 4.6
4.4
4 3.1 3.5 Volume Awal
2 Volume Akhir
0
Telur Telur Ayam Ayam Ayam Ayam
puyuh kel 1 puyuh kel 2 kampung kampong kampong petelur
kel 3 kel 4 kel 6 telur
Dari grafik datas menunjukkan hasil buih yang diperoleh tiap sampel dangan hasil telur
puyuh kel. 1, 5,8, telur puyuh kel 2. 8,7, ayam kampung kel 3. 4,4 ayam kampung kel 4. 3,5,
ayam kampung kel 5. 6 dan ayam petelur kel 6. 4,6. Data tersebut mennjukkan hasil
pembentukan busa terbanyak adalah ayamkampung kel 5, dengan volume awal 5 menjadi
busa dengan volume 6. Hal ini sama dengan perlakuan sebelumnya bah volume busa yang
dihasilkan lebih banyak dengan sampel ayam kampung kelompok 5. Menurut Stadelman
(1995) busa yang baik memiliki daya buih sebesar 6-8 kali volume putih telur, semakin
banyak volume putih telur ,maka akan banyak pula busa yang dihasilkan, karena tirisan busa
yang dihasilkan terjadi karena ikatan anatara udara dengan protein susu tidak kokoh,
sehingga apabila didiamkan akan membentuk buih. Volume busa yang tinggi diperoleh dari
putih telur dengan elasitas yang rendah sedangkan struktur buih yang stabil didapat dari
elasitas putih telur yang tinggi.