Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beton

Beton merupakan salah satu komponen struktur bangunan yang sering


digunakan dalam proyek bidang teknik sipil. Beton merupakan pencampuran
dari bahan-bahan seperti agregat kasar atau kerikil, agregat halus atau
pasir,bahan aditif (tambahan) dengan menambahkan bahan perekat semen dan
air sebagai bahan selama proses perawatan dan pengerasan beton berlangsung.

B. Bahan penyusun beton

1. Semen

Semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-
silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gipsum sebagai bahan
tambahan. Bahan baku pembuatan semen adalah bahan-bahan yang
mengandung kapur, silika, alumina, oksida besi, dan oksida-oksida lainnya.
Fungsi utama semen adalah sebagai perekat.

2. Agregat halus

Agregat halus atau pasir adalah material yang dapat lolos dari saringan
nomor 4, yaitu saringan yang setiap 1 inchi panjang mempunyai 4 lubang.
Material yang kasar dari ukuran ini digolongkan sebagai agregat yang kasar
atau koral. Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan
Standar Amerika.

3. Agregat kasar

Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirannya lebih besar dari 4.80
mm (4.75 mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 – 40 mm
disebut kerikil beton yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar. Agregat
yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari
40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipillainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul
penahan tanah, bronjong atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus
biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu
pecah, kricak dan lainnya.

4. Air

Air dalam membuat beton adalah untuk memicu proses kimiawi dari
semen, membasahi agregat dan memberikan pekerjaan yang mudah dalam
pekerjaan beton. Dalam hal pekerjaan beton senyawa yang terkandung dalam
air akan mempengaruhi kualitas beton untuk itu diperlukan standard yang
baik untuk kualitas air. Selain itu air dan semen akan terjadi reaksi kimia
maka diperlukan perbandingan/ faktor air semen yang baik yang akan
menghasilkan kualitas beton yang baik.

5. Bahan tambahan (aditif dan admixture)

Ada dua kategori bahan tambahan, yaitu admixture dan aditif. Admixture
merupakan bahan tambahan kimiawi yang dapat mengubah sifat beton
secara kimia sedangkan aditif merupakan bahan tambahan yang hanya
berfungsi sebagai filler dan tidak mengubah sifat secara kimiawi.

C. Persyaratan Bahan Campuran Beton

1. Semen

Berfungsi sebagai bahan pengikat HIDRAULIS dari berbagai macam


agregat

a. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:

1. SNI 15-2049-1994. Semen Portland.


2. ASTM C595. Spesifikasi semen blended hidrolis, kecuali tipe S dan
SA. yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur
beton.
ASTM C845. Spesifikasi semen hidrolis ekspansif.

b. Tipe Semen Portland sesuai jenis pekerjaannya adalah:


2. Agregat halus

Agregat halus yang baik harus bebas organik, lempung, partikel, yang lebih
kecil dari saringan No.100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai
gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan dari ASTM (
American Society of Testing and Materials ).

3. Agregat kasar

Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:

1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun


1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat,
bundel tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-
selongsong.

4. Air

Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,
atau bahan-bahanlainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di
dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat,tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.

Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuanberikut terpenuhi:

a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran


beton yang menggunakan air yang sama

b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar
yangdibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.

D. Alat – alat untuk mengujian campuran beton

1. Saringan tekan

Pada proses pembuatan beton dimensi agregat menjadi salah satu faktor
penentu keberhasilah kuat tekan yang di iginkan,dimana pada pemilihan
agregat ukuran – ukura yang di pilih haruslah memenuhi standar.oleh karena
itu untuk menjaga standar agregat di gunakan uji lolos saringan.

Gambar 1.saringan

Pada penggunaan alat saringan,saringan di susun dengan no saringan terkecil


sampai terbesar kemudian masukan agregat yang akan di saring.
2. Slump test

Pada campuran beton yang sudah jadi (beton segar) ,tingkat kekentalan pada
beton haruslah di uji ,tingkat keenceran beton sangatlah menentukan kuat
tekan yang akan di dapat dan proses kemudahan pengerjaan.maka dari itu uji
slump test di lakukan.

Gambar 2. alat uji slump test

Pengujian alat slump test dengan melihat penurunan beton segar ,pengujian alat
ini dengan memasukan beton segar sampai penuh kemudian di padatkan setelah
di padatkan maka angkat slump test lihat berapa penurunan adukan beton
tersebut.

3. Compresion (alat penguji kuat tekan)

Kuat tekan beton mengidentifikasi mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton
yang dihasilkan.untuk mengetahui besar kuat tekan beton tersebut maka
haruslah di gunakan alat uji tekan beton. Kuat tekan beton biasanya di
notasikan dengan (fc’=kuat tekan beton).
Gambar 3.alat uji tekan beton

Peda pemeriksaan kuat tekan beton,beton yang sudah jadi dengan umur
tertentu di periksa kuat tekan dengan memasukan beton kedalam alat,alat
akan menekan beton sampai hamcur kemudian lihat termometer yang ada
pada alat (biasanya satuan dal alat adalah Mpa = N/mm2)

E. Perhitungan kuat tekan rata – rata

a. Penentuan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu Yaitu
kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya
sebesar 5% saja.
b. Penetapan deviasi standar (Sd)
Ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran betonnya.

Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton


serupa pada masa yang lalu. Jumlah data hasil uji minimum 30 buah
(satu datahasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua
silinder yangdibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur
28 hari atauumur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data uji
kurang dari 30, maka dilakukan koreksi dengan suatu faktor pengali
nilai deviasi standar.

Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton


serupa pada masa yang lalu/bila data hasil uji kurang dari 15 buah,
maka nilai margin langsung diambil sebesar 12 Mpa.

c. Penghitungan nilai tambah (M)

Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung


ke Langkah d

Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar S maka


dilakukan dengan rumus berikut:

M=k*S

Dengan: M = Nilai tambah, Mpa


k = 1.64
Sd = deviasi standar, Mpa

d. Penentuan kuat tekan rata –rata yang di rencanakan

Fcr’ =fc’ + M

Dimana :
Fcr’ = kuat tekan rata –rata
Fc’ = kuat tekat yang di syaratkan
M = nilai tambah

Anda mungkin juga menyukai