Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha untuk meningkatkan kesehatan masyarakat memang tidak mudah,
penyakit/ patogen yang menular merupakan masalah yang terus berkembang
dan penularan patogen yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) tidak terkecuali. Hendaknya jangan mengabaikan pentingnya
pencegahan dan pengendalian infeksi pada masyarakat.

Pada orang dewasa diperkirakan lebih dari 20% terinfeksi ISPA, sedangkan
persentase yang tertinggi dialami balita dan anak-anak yaitu lebih dari 35%.
Setiap tahunnya 40%-60% dari kunjungan di puskemas. Seluruh kematian
balita, proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30%.
Kematian ISPA ini sebagian besar adalah oleh pneumonia (Riskesdas, 2007).
Di wilayah RW I Kelurahan Manyaran, Semarang Barat didapatkan data dari
17 sampel balita, 12 (70%) diantaranya menderita ISPA.
Cara penularan utama ISPA sebagian besar adalah melalui droplet. Namun
dilihat dari pencetusnya ISPA dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain: faktor lingkungan (pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah,
kepadatan hunian rumah), faktor individu (status gizi, status imunisasi), dan
faktor perilaku (Prabu, 2009).

Karena banyak gejala ISPA yang tidak spesifik dan tes diagnosis tidak selalu
tersedia, maka etiologi kadang sering tidak diketahui dengan segera. Dengan
demikian fasilitas kesehatan terutama Puskesmas sebagai lini pertama,
menghadapi tantangan untuk memberikan pelayanan kepada pasien ISPA
dengan etiologi dan pola penularan yang diketahui atau pun tidak diketahui.
Penting bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang tepat saat menangani pasien ISPA untuk
meminimalkan kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi kepada diri
sendiri, keluarga dan masyarakat. Salah satu intervensi keperawatan yang
dapat diberikan adalah pursed lips breathing.
Pursed Lips Breathing (PLB) dapat meningkatkan ekspansi alveolus pada
setiap lobus paru sehingga tekanan alveolus meningkat dan dapat mendorong
secret pada jalan nafas saat ekspirasi. PLB bisa digunakan pada anak yang
mau diajak bekerjasama. Namun sering kali anak sulit diajak bekerjasama
untuk melakukan tehnik tersebut. Untuk dapat menarik minat anak-anak,
dibutuhkan modifikasi intervensi yaitu dengan aktivitas bermain meniup
mainan tiupan yang mekanismenya mirip dengan PLB.

Dengan menyadari pentingnya penanggulangan ISPA di Indonesia, maka


penting bagi kita untuk menggalakkan program dalam menanggulangi
masalah kesehatan tersebut. Untuk sebab itu sebaiknya program pengendalian
kasus ISPA dimulai dari tingkat yang paling kecil yaitu keluarga salah
satunya dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang penanganan ISPA
menggunakan metode Pursed Lips Breathing.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh intervensi Pursed Lips Breathing terhadap
penurunan RR pada balita ISPA di RW 01 Kelurahan Manyaran,
Semarang Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran kejadian ISPA pasien sebelum diberikan
Pursed Lips Breathing.
b. Mengidentifikasi gambaran kejadian ISPA pasien setelah diberikan
Pursed Lips Breathing.
c. Menganalisis pengaruh pemberian Pursed Lips Breathing terhadap
kejadian ISPA

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Anak atau Balita
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perawat dan petugas
kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan untuk menurunkan
RR pada balita.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasi penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan gangguan jalan napas.
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah balita di RW 01 Kelurahan Manyaran,
Semarang Barat

B. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling balita dengan ISPA di
posyandu di PAUD RW 01 Kelurahan Manyaran, Semarang Barat dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi:
a. Anak usia 3-5 tahun dengan riwayat ISPA
b. Kooperatif
c. Mampu mengikuti perintah

2. Kriteria ekslusi:
a. Anak usia 3-5 tahun tanpa riwayat ISPA
b. Anak usia < 3 atau > 5 tahun
c. Tidak kooperatif
d. Belum bisa mengikuti perintah

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan aplikasi jurnal dilakukan pada hari Jumat, 13 April 2018, pukul
16.00 WIB.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian menggunakan peluit dan pengukuran RR.

E. Prosedur Penelitian
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada orang tua
3. Atur posisi yang nyaman posisi duduk
4. Anjurkan klien mulai latihan dengan cara menarik nafas melalui hidung
dan menghembuskannya lewat mulut.
5. Kemudian anjurkan pasien menahan nafas 1-2 detik kemudian
mengeluarkan nafas dengan cara meniup peluit.
6. Lakukan sebanyak 4-5 kali
7. Catat perubahan RR.
8. Cuci tangan
BAB III

HASIL, PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

A. Hasil dan Pembahasan Penelitian


Pengaruh pemberian teknik Pursed Lips Breathing terhadap penurunan RR
pada BALITA di PAUD RW 01 Kelurahan Manyaran, Semarang Barat.
Kejadian ISPA
No Nama
RR Sebelum tekhnik RR Setelah tekhnik relaksasi
Pursed Lips Breathing Pursed Lips Breathing
1 An. A 42 42
2 An. S 40 36
3 An. B 38 33
4 An. D 36 30
5 An. Y 40 32
6 An. F 40 36
7 An. G 44 38
8 An. M 46 39
9 An. O 38 30
10 An. P 37 32
11 An. C 40 36
12 An. J 36 38

Dari hasil aplikasi jurnal di atas didapatkan terdapat penurunan RR sebelum


dan setelah dilakukan pursed lips breathing.
Umur responden dalam penelitian ini sudah diupayakan dalam rentang usia
yang sama yaitu usia toddler sehingga diharapkan tidak akan berpengaruh
banyak pada hasil penelitian. Kegiatan bermain tiupan hanya dapat dilakukan
pada anak yang sudah bisa mengikuti perintah untuk menarik nafas dalam
kemudian menghembuskannya. Berdasarkan karakteristik perkembangannya,
anak usia todler sudah dapat mengikuti perintah dengan cukup baik. Selain itu
anak usia todler adalah golongan usia yang rentan terhadap infeksi saluran
pernafan. Wong (2009) menyatakan usia bayi dan todler sering mengalami
infeksi saluran pernafasan akibat terpapar dari anak lain yang juga mengalami
infeksi saluran pernafasan disamping juga terpapar oleh asap rokok.
Kecepatan infeksi meningkat dari usia 3 bulan sampai usia 6 bulan waktu
antara hilangnya antibody maternal dan munculnya antibody bayi itu sendiri.
Kecepatan infeksi virus terus meningkat selama toddler dan usia sekolah, dan
saat anak mencapai usia 5 tahun, infeksi pernafasan yang disebabkan oleh
virus cenderung jarang terjadi.

Kemampuan meniup pada seluruh responden yang kemungkinan akan


berpengaruh pada hasil penelitian juga sudah diupayakan sama. Hasil
penelitian menunjukkan 100% responden mampu meniup dengan baik.
Hampir semua anak mampu meniup mainan tiupan dengan mengembang
maksimal sampai ujung (panjang tiupan jika mengembang maksimal 18 cm),
sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 10 sampai dengan 15 menit. Dalam
penelitian ini, data dari variabel kekuatan meniup tidak bisa dianalisis karena
data yang diperoleh tidak cukup bervariasi.

Anak yang lebih kecil menghirup jumlah udara yang relatif kecil, dan
menghembuskan jumlah oksigen yang relatif besar. Anak kecil mempunyai
lebih sedikit alveoli, sehingga permukaan alveolus sebai tempat pertukaran
udara juga sedikit. Faktor-faktor ini bersama dengan tingkat metabolik yang
lebih tinggi bersifat mempengaruhi peningkatan frekwensi pernafasan pada
anak-anak (Angel, 2009). Berdasarkan buku pedoman Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) frekwensi pernafasan balita usia lebih dari 1 tahun
disebut cepat apabila 40 kali/menit atau lebih. Hasil penelitian menunjukkan
rata-rata frekwensi nafas balita dalam penelitian ini sebesar 40 kali/menit,
yang berarti bahwa frekwensi nafas anak termasuk dalam katagori cepat.
Salah satu indikator anak mengalami pneumonia adalah adanya nafas cepat
sesuai dengan rentang usia anak.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian serupa yang dilakukan oleh
Almeida (2005) tentang efektifitas EFIT terhadap fungsi paru yang dilakukan
pada anak yang mengalami gangguan pernafasan dengan ventilasi mekanik.
Tehnik ini digunakan untuk meningkatkan ekspirasi secara fisiologis yang
dilakukan oleh fisioterapi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan dalam Respirasi rate, saturasi oksigen dan tekanan O2 setelah
perlakuan. Terjadi peningkatan RR, SaO2, Pa O2 secara signifikan.

Penelitian tentang tehnik nafas dalam juga dilakukan oleh Almudatzir (2014),
meneliti tentang “ Efektifitas Pengeluaran Sekret Dengan Tehnik Napas
Dalam Dan Batuk Efektif Pada Pasien TB”. Hasil penelitian ini menemukan
ada pengaruh latihan batuk efektif dan napas dalam terhadap pengeluaran
sekret pada pasien TB dengan gangguan bersihan jalan napas. PLB sebagai
salah satu bagian dari tehnik nafas dalam merupakan salah satu upaya yang
diduga mampu meningkatkan status oksigenasi karena memberikan efek yang
baik terhadap system pernafasan, diantaranya meningkatkan ventilasi,
membebasakan udara yang terperangkap dalam paru-paru, menjaga jalan
nafas terbuka dan megurangi kerja nafas, memperpanjang waktu ekshalasi
yang kemudian memperlambat frekuensi nafas, menghilangkan sesak nafas
dan menigkatkan relaksasi.

Berdasarkan beberapa penelitian pendukung dan literature, serta dari hasil


peelitian ini menunjukkan PLB memberikan dampak positif terhadap
perubahan status oksigenasi balita yang mengalami gangguan pernafasan.
B. Implikasi Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian di atas perawat dapat melihat manfaat dari
pemberian pursed lips breathing pada pasien yang mengalami ISPA.
Pelaksanaan tekhnik pursed lips breathing bisa di lakukan secara rutin dan
berkesinambungan ketika pasien dilakukan perawatan di rumah untuk
mengurangi membersihkan jalan napas dari sekret.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar terdapat penurunan RR pada balita penderita ISPA di RW 1 Kelurahan
Manyaran Semarang Barat.

B. Saran
Adapun saran dari penelitian ini agar hasil penelitian dapat dijadikan
masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan ISPA khususnya pada kelompok usia balita.
Pursed lip breathing merupakan salah satu bentuk intervensi yang sudah teruji
melalui beberapa penelitian berpengaruh terhadap peningkatan status oksigen
balita dengan ISPA. Dengan modifikasi yang tepat (seperti tiup balon)
intervensi ini dapat dilakukan secara mandiri. Oleh karena itu pentingnya
dilakukan penyuluhan oleh petugas kesehatan kepada masyarakat untuk
mengedukasi masyarakat dalam menangani ISPA sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria. (2013). ISPA. Diunduh dari http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1


keperawatan /206312017/bab2.pdf. Diakses pada tanggal 07 Maret 2016.

Hockenbery, M.J., & Wilson, D. (2009). Wong’s Essentials of Pediatrics Nursing (8th
edition). St. Louis Missour: Elseiver Mosby.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: salemba medika

Rasmaliah. (2012). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dan


Penanggulangannya.
http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/3775/1/fkm-rasmaliah9.pdf.
Diakses pada tanggal 07 Maret 2016

Suhayandani, I. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa


Pada Balita Di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2007.
http://id.scribd.com/doc/91772093/ISPA-1. Diakses pada tanggal 06 Maret
2018
PRESENTASI JURNAL
PURSED LIPS BREATHING

Disusun Oleh :
1. Agatrisna Pratiwi
2. Ahmad Bahrudin
3. Ahmad Rif’an
4. Asih Pujiati
5. Sischa Widi Astuti

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2018

Anda mungkin juga menyukai