Disusun Oleh :
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Makalah yang berjudul “Pembuatan Bioetanol Dari Jerami Padi” ini dibuat
sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Teknologi Bioproses.
Disusun Oleh:
Menyetujui,
Teknologi Bioproses
NIP : 19670081993031001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembuatan Bioetanol
Dari Jerami Padi” sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Teknologi
Bioproses.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak dan berbagai referensi jurnal, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, menjadi
inspirasi bagi pembaca dan dapat diterapkan di masyarakat.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Bioetanol
2.2 Bahan Baku Bioetanol
2.3 Mikroba Yang Digunakan Dalam Fermentasi Bioetanol
2.4 Manfaat Bioetanol Secara Umum
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ketersediaaan yang cukup melimpah, terutama sebagai limbah pertanian,
menjadikan bahan ini berpotensi sebagai salah satu alternatif baru bahan baku
pembuatan bioetanol. Alternatif tersebut adalah pemanfaatan bahan berselulosa.
Kandungan selulosa dalam jerami padi tinggi sehingga jerami padi sangat
potensial dikembangkan sebagai substrat dalam produksi bioetanol. Bahan
berselulosa dapat dimanfaatkan menjadi bioetanol karena bahan berselulosa ini
bila dihidrolisis akan menghasilkan gula dan dilanjutkan dengan fermentasi
akan menghasilkan bioetanol.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioetanol
Krisis energi dunia merupakan masalah yang sedang dihadapi banyak
negara di dunia termasuk Indonesia. Krisis ini terjadi akibat ketergantungan
pemenuhan energi bahan bakar dunia yang berasal dari bahan bakar fosil,
sedangkan bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan ketersediaannya di dunia sangat terbatas. Oleh karena itu
sangat diperlukan usaha-usaha pencarian sumber energi alternatif untuk
mengatasi masalah krisis energi. Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah
Republik Indonesia memprogramkan suatu rancangan yaitu menggunakan
limbah-limbah pertanian sebagai pengganti bahan bakar bioetanol.
Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol
adalah C2H5OH, sedang rumus empirisnya C2H6O atau rumus bangunnya CH3-
CH2-OH. Bioetanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang
terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok
hidroksil (-OH). Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai
bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya terbarukan.
Bioetanol adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme.
3
1) Ampas tebu
Bagasse atau ampas tebu merupakan limbah padat sisa penggilingan
batang tebu (Sacharum officinarum). Sebagian besar bagasse dimanfaatkan
sebagai bahan bakar boiler, namun selalu ada sisa bagasse yang tidak
termanfaatkan yang disebabkan oleh stok bagasse yang melebihi kebutuhan
pembakaran oleh boiler pabrik.. Bagasse tebu saat ini belum banyak
dimanfaatkan.
Material biomassa berupa lignoselulosa yang terdiri dari komponen-
komponen gula. Komponen gula ini berupa selulosa dan hemiselulosa yang
dengan perlakuan khusus dapat diubah menjadi gula fermentasi. Material
berbasis lignoselulosa (lignocellulosic material) memiliki substrat yang
cukup kompleks karena didalamnya terkandung lignin, polisakarida, zat
ekstraktif, dan senyawa organik lainnya.
Proses pembuatan bioetanol dari limbah ampas tebu (bagasse) dan
berapa kadar bioetanol yang dihasilkan dari limbah ampas tebu (bagasse)
melalui proses sakarifikasi dan fermentasi.
2) Bonggol pisang
Umbi batang (bonggol) pisang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bioethanol karena bonggol pisang memiliki komposisi 76% pati,
20% air. Bonggol pisang dapat dimanfaatkan dengan diambil patinya. Pada
pembuatan bioethanol menggunakan bonggol pisang dipilih meode
hidrolisis asam dipilih karena memiliki keuntungan antara lain tidak adanya
kebutuhan penggunaan enzim karena enzim memiliki harga yang relative
mahal, hasil etanol lebih tinggi, dan mengurangi resiko kontaminasi, gula
hasil hidrolisis tidak menghambat proses hidrolisis itu sendiri dan reaksi
jauh lebih cepat dibandingkan menggunakan enzim. Setelah melalui proses
hidrolisis maka selanjutnya dilakukan tahapan fermentasi.
3) Jerami padi
4
Jerami padi mengandung lignin dan hemiselulosa. Oleh karena itu,
selulosa dalam jerami padi diisolasi terlebih dahulu dengan cara
menghilangkan lignin (delignifikasi) dan dilanjutkan dengan hidrolisis. Dari
persiapan sampel serbuk jerami dihasilkan serbuk jerami berwarna cokelat
muda yang akan digunakan untuk proses delignifikasi. Delignfikasi adalah
suatu proses pembebasan lignin dari suatu senyawa kompleks. Substrat
jerami dari hasil delignifikasi kemudian dilakukan proses hidrolisis
tujuannya untuk mendapatkan glukosa. Lalu jerami padi dihidrolisis dengan
menggunakan asam klorida, lalu melalui tahap terakhir yaitu fermentasi.
5
Selain Clostridium thermocellum, bakteri termofilik anaerob lain, Clostridium
stercorarium, baru-baru ini diketahui mempunyai pula sifat selulolitik pula.
Menutut Viljoen, et al. bahwa Clostridium thermocellum didapat setelah
mengisolasi dari kotoran kuda. Bakteri Clostridium thermocellum tersebar
luas di alam, habitatnya adalah bahan organik yang di dekomposisi.
Clostridium thermocellum dapat pula ditemukan di pengolahan limbah
pertanian, saluran pencernaan, lumpur, tanah, dan mata air panas . Clostridium
thermocellum dapat tumbuh di lingkungan anaerobiosis dan temperatur
termofilik. Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 60-64 °C dan pH
optimum berkisar 6,1-7,5.
2. Zymomonas mobilis
Zymomonas mobilis dapat mengubah gula menjadi etanol melalui
fermentasi lebih cepat dari ragi dan tahan terhadap konsentrasi etanol yang
tinggi. Jadi, akan lebih menguntungkan jika enzim-enzim yang digunakan
untuk reaksi hidrolisis pati dan selulosa dapat dimasukkan ke dalam bakteri
Zymomonas mobilis, sehinggal gula yang dihasilkan dapat langsung
difermentasi menjadi etanol.
3. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan organism uniseluler yang
bersifat makhluk mikroskopis dan disebut sebagai jasad sakarolitik, yaitu
menggunakan gula sebagai sumber karbon untuk metabolisme.
Saccharomyces cerevisiae mampu menggunakan sejumlah gula diantaranya
sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, mannose, maltose dan maltotriosa.
Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroba yang paling banyak digunakan
pada fermentasi alcohol karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar
alcohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif
melakukan aktivitasnya pada suhu 4-320C.
6
Selain digunakan sebagai bahan bakar, berikut beberapa contoh
penggunaan etanol yang lain adalah :
1) Sebagai pelarut / solvent yang baik untuk zat organik maupun anorganik.
2) Sebagai bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid.
3) Untuk campuran minuman setelah diencerkan kadarnya dan ditambahkan
aroma dan assence sebagai desinfektan, dalam kadar yang kecil (rendah)
sebagai campuran industri farmasi, kosmetik dan preparat.
4) Sebagai antiseptik topical (permukaan) dan sebagai bahan baku pembuatan
eter dan etil ester.
5) Dapat digunakan sebagai bahan bakar (gasohol) dan sebagai sumber karbon
atau protein bersel tunggal.
7
BAB III
CARA PEMBUATAN BIOETANOL DARI JERAMI PADI
2) Proses Delignifikasi
Masukkan jerami padi ke dalam tangki yang dirangkai menggunakan
kompor, lalu tambahkan NaOH 15% sampai semua serbuk jerami padi
terendam, lalu panaskan selama 1 jam, selanjutnya saring menggunakan
saringan dan diambil residunya, kemudian residu dicuci menggunakan air
bersih dan keringkan residu di udara terbuka. Sehingga didapatkan jerami
yag bebas dari lignin.
3) Proses Hidrolisis
Semua hasil residu dimasukkan ke dalam tangki yang dirangkai
menggunakan kompor dan tambahkan HCl 0,1 N sebanyak 4500 L, lalu
dilakukan pemanasan selama 2 jam setelah itu dinginkan cairan pada udara
terbuka. Sehingga didapatkan cairan jerami yang mengandung glukosa.
8
ragi roti kemudian tutup jeregen plastik kemudian diamkan pada suhu
kamar selama 1x 24 jam. Sehingga didapatkan starter sacharomyces
cereviseae
5) Proses Fermentasi
Masukkan hasil hidrolisis kedalam drum plastic, lalu tambahkan
0,27 kg urea kemudian tambahkan starter kedalam drum plastik, tutup drum
plastic dan didiamkan selama 7 hari pada suhu ruang. Maka diperoleh
larutan hasil fermentasi yaitu bioetanol.
9
Hasil
Starter hidrolisis
Tutup Selama Sacharomyces kedalam drum
jeregen 1x24 jam Cereviseae v
plastik
Kompor Bioetanol
10
Gambar 1, Kompor Gastrik
Adapun cara penggunaan kompor gastrik yaitu mengisi botol plastik putih
dengan bioetanol, lalu taruh botol berisi bioetanol pada bagian atas kompor,
kemudian mengisi baterai 9 volt pada bagian samping kompor yang digunakan
sebagai kebutuhan listrik, lalu tekan saklar kearah depan, lalu putar knop kompor
dan pada saat lampu indikator menyala maka kompor siap untuk digunakan untuk
keperluan memasak.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
12