Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas
pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun
kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin
dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-
tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di
dalam perusahaan GMF AERO ASIA dilakukan secara serius oleh seluruh
komponen pelaku karyawan/i, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai
bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan
kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja,
mudah sakit, stres, sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya
produktif kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses

1
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang
mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri,
keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir
Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan
dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang yang mendasari K3 di PT. GMF Aero Asia.
Maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa tujuan dan manfaat K3?
2. Di unit apa yang dibahas dalam K3 ini?
3. APD apa saja yang digunakan ?

1.3 Manfaat dan Tujuan Makalah


Tujuan :
1. Untuk mengetahui pentingnya K3
2. Untuk mengetahui pentingnya menggunakan APD saat bekerja
3. Untuk mengetahui K3 di unit harness dan bearing PT GMF AA
Manfaat :
1. Mengetahui K3 di PT GMF AA untuk unit bearing dan harness

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Perkembanagan usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
Indonesia belum begitu banyak dikenal oleh masyarakat. Memang disadari
bahwa Indonesia sebagai salah satu negara yang baru berkembang belum
mempunyai kemampuan yang cukup untuk melakukan kegiatan secara luas
dibidang keselamatan dan kesehatan kerja seperti di beberapa negara telah
maju. Namun demikian kegiatan tersebut di Indonesia sebenarnya telah
dimulai dari sebelum perang dunia pertama pada saat itu Indonesia masih
dibawah jajahan Belanda, masalah keselamatan kerja telah dilaksanakan
oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Pemerintah Indonesia saat ini sedang
berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan program-program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Pada Tahun 1970 Peraturan Keselamatan Kerja yang lama yaitu
Veilegheids Reglement 1910 diganti dengan peraturan yang dikeluarkan
oleh Pemerintahan Republik Indonesia dengan Undang-Undang
Keselamatan Kerja Nomor 1 Tahun 1970. Didalam Undang-Undang Nomor
1 tahun 1970 telah mengamanatkan bahwa pengawasan terhadap
keselamatan kerja ini telah jelas diserahkan tanggung jawabnya kepada
pemerintah dan secara operasionalnya berada dibawah tanggung jawab
pegawai pengawas keselamatan kerja.

2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tingkat


perusahaan secara khusus ialah bahwa perusahaan harus menjujung
tinggi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan para pekerja, bekerja
dengan lebih diutamakan dari pada produksi. tujuan dari keselamatan
dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: (a.) Agar setiap pegawai

3
mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik,
sosial, dan psikologis. (b.) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja
digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin. (c.) Agar semua hasil
produksi dipelihara keamanannya. (d.) Agar adanya jaminan atas
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. (e.) Agar
meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. (f.)
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja. (g.) Agar setiap pegawai merasa aman
dan terlindungi dalam bekerja.

2.3 Macam-macam Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat
diramal, tidak dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan
interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya
kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak
langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor
lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan
faktor manusia (lebih dari 80%).
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman
ukuran organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan di
tempat kerja. Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang
disediakan untuk merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan
pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam
lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Terjadinya kecelakaan kerja di bengkel listrik yang diakibatkan oleh
faktor manusia, diakibatkan antara lain dari faktor heriditas (keturunan),
misalnya keras kepala, pengetahuan lingkungan jelek. Di samping itu,
kecelakaan dapat diakibatkan oleh kesalahan manusia itu sendiri. Misalnya
kurangnya pendidikan, angkuh, cacat fisik atau mental. Karena sifat di atas,

4
timbul kecendrungan kesalahan dalam kerja yang akhirnya mengakibatkan
kecelakaan. Perbuatan salah karena kondisi bahaya (tak aman), bisa
diakibatkan oleh beberapa hal, misalnya secara fisik mekanik
meninggalkan alat pengaman, pencahayaan tidak memadai, mesin sudah
tua, dan mesin tak ada pelindungnya. Ditinjau dari faktor fisik manusia,
misalnya dari ketidak seimbangan fisik /kemampuan fisik tenaga kerja,,
misalnya : tidak sesuai berat badan , kekuatan dan jangkauan, Posisi tubuh
yang menyebabkan lebih lemah, kepekaan tubuh, kepekaan panca indra
terhadap bunyi, cacat fisik, cacat sementara.

2.4 Undang-undang tentang K3


Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara
kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan
kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :

 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban


pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan
keselamatan kerja.

 Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus


perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan
dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan

5
kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga
berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan
benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992,
pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya
kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga
diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan
kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang


berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam
kerja, hak maternal, cuti sampi dengan keselamatan dan kesehatan
kerja.

Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut,


Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan
Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979


tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi

 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan


Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan
dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan

6
 Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja
 Pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut :

Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai


pengawas atau ahli keselamatan kerja

Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan


kesehatan yang diwajibkan

Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat


keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan

Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat


keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggung-jawabkan

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan

3.1.1 Sejarah PT. Garuda Maintenance Facility AeroAsia


PT. GMF AeroAsia merupakan anak perusahaan dari sebuah
perusahaan penerbangan nasional dan merupakan perusahaan bengkel
perawatan pesawat terbang terbesar yang terdapat di Indonesia saat ini.
PT. GMF AeroAsia juga merupakan bengkel perawatan pesawat yang
lengkap/ One Stop Service, karena disamping dapat
memperbaiki/merawat Airframe (Badan Pesawat) juga dapat merawat
komponen dan mesin pesawat.
PT. GMF AeroAsia sebagai hadan usaha yang mengelola bisnis
maintenance, repair, dan overhaul (MRO) telah memiliki berbagai
fasilitas perawatan pesawat dengan menempati areal tanah seluas
1.150.000 m2 (115 hektar) di area Bandara Soekarno-Hatta. Fasilitas
yang ada meliputi perkantoran, 4 (empat) buah hangar, gudang
penyimpanan suku-cadang, engine shop, structure and heet metal shop,
automatic test equipment, electric motor shop, dan lain-lain
PT. GMF AeroAsia awalnya merupakan Divisi Teknik perusahaan
penerbangan Garuda Indonesia yang secara khusus menangani perawatan
dan perbaikan pesawat milik Garuda Indonesia secara ekslusif. Dalam
perkembangannya sebagai upaya mengoptimalkan peran dan kontribusi
divisi ini, perusahaan sangat menyadari perlunya ketepatan waktu,
kepercayaan, dan kenyamanan dalam perawatan pesawat. Gagasan
pendirian sebuah Maintenance Facilities Support Center, yang mulai
diwujudkan tahun 1984 kemudian berkembang dengan pesat dengan
dukungan pembiayaan sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia melalui
pengembangan dan perluasan Maintenance Facility. total investasi
pemerintah tujuh tahun pertama telah mencapai US$200 juta, dimana

8
63% dari investasi tersebut dialokasikan atau dihabiskan untuk
mengimpor mesin dan peralatan teknologi tingkat tinggi clan canggih.
Investasi ini tidaklah sia-sia karena pada tahun 1996, Maintenance
Facility ini berhasil membuktikan kesuksesannya dengan menjadi unit
bisnis sangat strategis (Strategic Business Unit) dari perusahaan
penerbangan nasional yang mulai dan mampu melayani perawatan
pesawat kepada pihak ketiga. Dalam hal ini memberikan layanan
perawatan di luar pesawat-pesawat milik PT. Garuda Indonesia.
Barulah pada tanggal 19 Agustus 2012 Divisi Teknik
dikembangkan dan dilembagakan sebagai perusahaan yang mandiri
dengan ruang lingkup yang mengkhususkan pada jasa perawatan pesawat
terbang, perawatan komponen dan kalibrasi, perawatan engine, dan
perawatan sarana pendukung serta jasa enginer.
Kemampuan GMF AeroAsia semakin diakui dengan
keberhasilannya memperoleh sertifikat DKU-PPU (Direktorat Kelaikan
Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara), FAA (Federal Aviaton and
Administration), dan EASA (European Aviation Safety Agency). Sejak
tahun 1974, GMF AeroAsia telah mampu merawat pesawat F-28D dan
DC-9. Pada akhir tahun 1990, GMF AeroAsia telah mampu melaksanakan
overhaul pesawat A300, DC10, dan B747. Lalu pada akhir tahun 1993,
GMF AeroAsia telah mampu merawat D-Check untuk pesawat B737.
Selain itu GMF AeroAsia sudah memiliki approval atau pengakuan dari
berbagai negara dan lembaga-lembaga authority dunia dalam hal
perawatan pesawat terbang. Pengakuan tersebut terbukti dengan adanya
sertifikasi dari lembaga authority tersebut, bahkan dari pihak manufacturer
pun GMF mendapatkan sertifikasinya.

3.1.2 Visi
Visi dari PT GMF AeroAsia adalah perusahaan jasa perwatan
pesawat terbang yang memberikan integrasi dan kepercayaan

9
memecahkan masalah dalam MRO untuk penerbangan yang lebih aman
dan kualitas terjamin guna kehidupan umat manusia.

3.1.3 Misi
Misi dari PT. GMF AeroAsia adalah:
1. Pada tahun 2007 GMF AeroAsia membangun dasar sebagai perusahaan
dalam perawatan pesawat untuk lingkup regional.
2. Pada tahun 2012 GMF AeroAsia sebagai MRO berkelas dunia yang
dipilih oleh customer.
3. Pada tahun 2018 mengembangkan GMF AeroAsia agar dapat bersaing
di pasar dunia.

3.2 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur Organisasi pada PT. GMF AeroAsia di pimpin juga oleh
Chief Executive Officer (CEO) membawahi 2 function yaitu:
1. Service Function Organization
2. Business Function Organization
Dinas Base Maintenance di PT. GMF AeroAsia berada dibawah
EVP Base Operation. Direktorat ini juga membwahi Line Maintenance,
Engine Main tenace, dan Component Maintenance

3.2.1 Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan

BOARD OF MANAGEMENT

VP Corporate Secretary VP Quality Assurance &


President & CEO Safety

VP Sales & Marketing


VP Internal Audit &
VP Corporate Dev•ft &
Deputy President & Control
ICT COO

EVP Base EVP Line EVP HC & Corp


EVP Finance
Operation Operation Affair

VP Base VP Line VP Human Capital


VP Accounting
Maintenance Maintenance Management
VP Treasury VP Component VP Engineering
VP Learning Center &
Management Maintenance Service
Knowledge Management
VP Engine VP Trade & Asset
Maintenance Management

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi PT.GMF AeroAsia 10


Sedangkan PT GMF AeroAsia mempunyai 1 Chief Executif officer (CEO)
Direktur Utama dan 1 orang Chief Operation Officer (COO) yang membawahi 3
Executive Vice President (EVP) yaitu:
1. EVP Finance dan Human Resources Management.
2. EVP Base Operation.
3. EVP Line Operation.
Struktur Bussines Function terdiri dari enam dinas, yaitu :
1. Dinas Line Maintenance/TL.
2. Dinas Base Maintenace/TB.
3. Dinas Component Maintenace/TC.
4. Dinas Engine Maintenance/TR.
5. Dinas Engine Service/TE.
6. Dinas Trade and asset Management/TM.
7. Dinas Bussines Development/TD
Dinas yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan perawatan dan
perbaikan lesin pesawat di PT. GMP AeroAsia adalah Dinas Engine
Maintenance/TR. Dinas Engine Maintenance/TR terdiri dari 3 Divisi,
yaitu :
1. Engine Maintenance Support - TRS.
2. Turbine Component Service - TRP
3. Engine / Auxiliary Power Unit Service -TRJ
Dalam menjalankan tugasnya Dewan Direksi GMF dibantu oleh
Executive Commite yang terdiri dari sebelas orang Vice President. Dimana
masing-masing Vice President tersebut menangani masing-masing unit,
yaitu :
1. Engine Maintenance (TR), unit ini bertanggung jawab atas jasa
perawatan mesin.
2. Base Maintenance (TB), unit ini yang bertanggung jawab dalam
perawatan pesawat yang meliputi berbagai layanan, mulai dari
perawatan rutin menengah hingga overhaul, pelaksanaan perbaikan

11
struktur dan sistem pesawat yang ringan hingga perawatan besar,
termasuk modifikasinya.
3. Component Maintenance (TC), mempunyai tugas dan wewenang untuk
memperbaiki dan merawat komponen pesawat agar selalu layak pakai.
4. Line Maintenance (TL), unit yang mempunyai tugas dalam jasa
perawatan pesawat seperti perawatan sebelum terbang (PreFlight
Check), perawatan harian (Daily Check) dan Transit Check.
5. Engineering Service (TE), mempunyai tugas dalam rekayasa
perawatan pesawat terbang seperti standar perawatan modifikasi,
program pengendalian kehandalan, perpustakaan & distribusi
dokumentasi teknik clan pelayanan jasa tenaga ahli.
6. Trade & Asset Management (TM) unit ini bertugas dalam mengelola
asset, mengelola pergudangan (logistic), penjualan asset terutama yang
tidak terpakai dan mengenai ekspor maupun impor.
7. Internal Audit & Control .(TI), bertugas dalam pengendalian program
kerja, masalah anggaran dan internal audit.
8. Quality Assurance (TQ), bertanggung jawab atas standard dan kualitas
produk pekerjaan perawatan pesawat serta pengembangannya.
9. Corporate Strategic & Development (TS), bertugas untuk. Menangani
masalah fasilitas perusahaan, sumber daya manusia, mengembangkan
& memelihara sistem informasi manajemen, dan menjaga hubungan
komunikasi antar karyawan, manajemen dan pemegang saham di
perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan. Unit Corporate Strategic
& Development (TS) membawahi 4 pelaksana operasi, salah satunya
adalah Information Technology & Bussiness Process Engineering.
10. Corporate Finance (TA), meliputi tanggung jawab atas aktivitas
keuangan, administrasi dan control arus kas. Unit Corporate Finance
(TA) membawahi 3 bidang pelaksana operasi yaitu, Bidang Treasury,
Bidang Revenue & Risk Management dan Bidang Accounting &
Financial Report.

12
11. Business Coorporate & Development (TP), mempunyai tugas dan
wewenang mencari pelanggan dan juga memasarkan produk-produk
yang ditangani atau dihasilkan PT. GMF AeroAsia ke pasar domestic
maupun internasional dan termasuk juga menangani masalah
pengembangan bisnis
3.3 Kebijakan Perusahaan PT. GMF AeroAsia
Insan GMF berkomitmen untuk menerapkan dan menjaga perilaku yang
dapat mewujudkan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan dengan
cara :
1. Menaati setiap peraturan perundang - undangan dan/atau standar
yang terkait.
2. Mengutamakan tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan dan
pencemaran lingkungan.
3. Melakukan penanggulangan kecelakaan dan pencemaran lingkungan
yang terjadi, sesuai dengan prosedur yang berlaku
4. Melaporkan kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan yang
terjadi kepada Pimpinan Unit masing - masing dan unit K3 &
Lingkungan.
3.4 Unit Harness dan Bearing pada GMF Aeroasia

3.4.1 Pengertian Harness dan Bearing


Harness merupakan suatu media penghubung sebagai transfer
data yang dihubungkan atau diubah dalam bentuk sinyal analog ke
digital terhadap komponen-komponen yang berupa sinyal-sinyal data
pengkabelan yang bergantung pada suatu sistem APU.
Sedangkan Bearing dalam Bahasa Indonesia berarti bantalan.
Dalam ilmu mekanika bearing adalah sebuah elemen mesin yang
berfungsi untuk membatasi gerak relatif antara dua atau lebih komponen
mesin agar selalu bergerak pada arah yang diinginkan. Bearing menjaga
poros (shaft) agar selalu berputar terhadap sumbu porosnya, atau juga
menjaga suatu komponen yang bergerak linier agar selalu berada pada

13
jalurnya. Bearing dapat diklasifikasikan berdasarkan gerakan yang
diijinkan oleh desain bearing itu sendiri, berdasarkan prinsip kerjanya,
dan juga berdasarkan gaya atau jenis beban yang dapat ia tahan.
3.4.2 Fungsi Harness dan Bearing
Fungsi Harness yaitu Suatu alat atau komponen yang berfungsi
untuk memberikan sinyal data baik dari data ECU (Electronik Control
Unit). Wiring harness memberikan sambungan listrik untuk APU. wiring
harness menghubungkan komponen listrik (LRU'S), dari mesin ke
Pesawat utama konektor antarmuka/kabin pilot.
Fungsi Bearing yaitu mengurangi koefisien gesekan antara as
dengan rumahnya dan menjadikan as dan rumahnya tidak aus karena
tidak bergesekan langsung tapi melalui bearing.
3.4.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Unit Harness and Bearing
Inspection

Pada unit Harness and Bearing Inspection dibagi menjadi dua ruang
yang terpisah, ruang khusus harness dan ruang khusus untuk bearing.
Ruang pada harness biasanya digunakan untuk maintenance dan repair
harness dengan menggunakan cairan LPS atau isopropahol anhidrat
sedangkan ruang bearing yaitu untuk melakukan pemeliharaan bearing
dengan menggunakan bahan kimia yang kemungkinan dapat beresiko bagi
operator yang sedang melakukan pekerjaan tersebut.

APD (Alat Pelindung Diri) merupakan peralatan pelindung yang


digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi
lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal
Protective Equipment (PPE), APD pada ruang harness dan bearing berupa :

14
1. Jas labotarium pada GMF

Gambar 3.1 Jaslab pada Unit Harness dan Bearing

Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal


dengan sebutan jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang
wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas laboratorium yang
kerap sekali dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia ini terbuat dari
katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
Anda menggunakan jas laboratorium, kancing jas laboratorium tidak boleh
dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium
pas dengan ukuran badan pemakainya.

Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan


kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium
terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah jas tersebut
secepatnya.

2. Sarung Tangan

Gambar 3.2 Sarung Tangan

15
Sarung tangan ialah APD yang sangat sering fungsinya secara
langsung kita butuhkan. Tangan kita merupakan bagian tubuh yang kita
gunakan untuk melakukan pekerjaan di labotarium seperti. mengaduk,
mengambil, memindahkan, dan lain lain. Bahan berbahaya tidak boleh
terkena walau hanya setetes. Misalnya saja asam kuat, jika terkena maka
kulit akan melepuh dan terasa panas dan perih. Itulah efek korosif dari
asam kuat. Atau untuk mengangkat suatu yang panas juga di gunakan
sarung tangan. Sarung tangan juga berbeda beda tergantung dari bahan dan
ketebalannya

Sarung tangan yang digunakan untuk harness yaitu untuk


melindungi tangan dari cairan LPS atau isopropahol anhidrat ketika sedang
membersihkan karat atau korosi pada pin-pin harness. Dan digunakan di
bagian bearing untuk melindungi tangan saat mengaduk cairan kimia dan
saat pencelupan bearing ke bahan kimia. Jika terkena bahan kimia tersebut
akan menimbulkan gatal-gatal atau iritasi pada tangan, jadi sarung tangan
ini untuk menghindari kontak langsung antara tangan dan bahan kimia.

3. Safety shoes/safety boots

Gambar 3.3 Safety Boots

16
Sepatu Safety (Safety Shoes/Boots) merupakan salah satu Alat
Pelindung Diri (APD) yang wajib digunakan oleh seseorang ketika bekerja
guna menghindari risiko kecelakaan. Tidak hanya melindungi bagian tubuh
pekerja terhadap adanya risiko kecelakaan saja, namun dengan
menggunakan sepatu Safety pekerja akan lebih leluasa bergerak sehingga
bisa meningkatkan efektivitas dan hasil produksi yang diharapkan.

Safety Boots digunakan di bagian bearing saat melakukan


pengadukan dan pencelupan bearing agar bahan kimia tidak mengenai kaki.
Safety Shoes digunakan di bagian harness saat melakukan maintenance dan
repair harness agar kaki tidak kontak langsung dengan ground yang bisa
mengakibatkan electric shock (kesetrum) dan melindungi kaki dari benda-
benda tajam yang terjatuh atau menginjaknya.

4. Masker

Gambar 3.4 Masker

Masker adalah alat bantu yang biasa digunakan sebagai pelindung


diri yang biasanya untuk menutupi mulut hingga bagian hidung. Masker
sendiri biasa dipakai untuk membuat perlindungan atau menghindari dan
mengurangi kemungkinan dirinya akan tercemar debu yang
membahayakan pernafasan atau tercemar infeksi atau keracunan udara di
lingkungan areal tempatnya bekerja.

17
Masker digunakan diunit harness dan bearing saat maintenance dan
repair harness/bearing agar tidak membahayakan pernafasan dengan zat-
zat kimia yang dipergunakan.

5. Safety Glasses

Gambar 3.5 Safety Glasses

Safety glasses merupakan kacamata pelindung yang menutupi area


disekitar mata. Kacamata ini akan melindungi mata dari debu dan percikan
bahan kimia cair. Kacamata ini juga dapat dipakai bersamaan dengan
kacamata resep karena desainnya yang lebih besar. Bahan dari kacamata ini
mempunyai ketahanan yang tinggi guna melindungi mata dengan lensa
yang tahan oleh benturan dan frame dari palstik atau logam.

Safety glasses digunakan di bagian bearing agar bahan kimia atau zat-
zat yang berbahaya tidak mengenai mata saat melakukan proses
pengadukan dan pencelupan bearing ke dalam bahan kimia. Jika mata
terkena bahan kimia yang berbahaya maka bisa menimbulkan kebutaan
pada mata.

3.5 Standar Rambu – Rambu K3


Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan tanda –
tanda yang dipasang ditempat kerja/laboratorium, guna mengingatkan atau
mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan disekeliling tempat tersebut
terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja.

18
3.4.1 Landasan Hukum
1. Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b.
“Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja “
2. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Kriteria audit 6. 4. 4.
3.4.2 Manfaat Pemasangan Rambu
1. Menyediakan kejelasan informasi dan memberikan pengarahan. umum
2. Memberikan penjelasan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
3. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat
4. Mengigatkan para pelaksanan dimana harus menggunakan peralatan
perlindungan diri sebelum memulai aktifitas di tempat kerja.
5. Menunjukkan dimana peralatan darurat keselamatan berada.
6. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau
perilaku yang tidak diperbolehkan.
Tanda digunakan untuk memperingatkan karyawan dan anggota masyarakat
tentang zat-zat berbahaya seperti asam, atau untuk menunjukkan fitur-fitur
keselama tan seperti keluar api. Mereka juga dapat memberikan informasi
umum atau instruksi spesifik tentang peralatan yang harus dipakai di daerah
yang ditunjuk. Yang dimaksud kan dengan rambu-rambu dalam
laboratorium adalah semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk:
1. Gambar-gambar/poster
2. Tulisan/logo/semboyan/motto
3. Simbol-simbol
3.4.3 Rambu Larangan
Rambu ini adalah rambu yang meberikan larangan yang wajib ditaati kepada
siapa saja yang ada di lingkungan itu harus mematuhinya, tanpa ada
pengecualiain. Adapun larangan yang harus ditaati adalah sesuai dengan
rambu gambar atau informasi yang terpasang(Unfallverhutung –

19
sicherheitzeichen). Ciri-ciri rambu larangan yang sering ditemui yaitu
bentuk bulat, latar belakang berwarna putih, dan logo berwarna hitam,
dengan lingkaran terpotong berwarna merah sebagai berikut :
Gambar. Rambu larangan

3.4.4 Rambu Peringatan


Rambu ini adalah rambu yang meberikan peringatan yang perlu diperhatikan
kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena dapat mengakibatkan
kejadian yang tidak diinginkan. . Adapun Peringatan yang perlu diikuti
adalah sesuai dengan rambu gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri
rambu peringatan yang sering ditemui yaitu bentuk segitiga, latar belakang
berwarna kuning, dan logo/gambar berwarna hitam, dengan bingkai
berwarna hitam.

20
Gambar.Rambu Peringatan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat diperlukan karena


menyangkut perusahaan dan karyawannya. Penerapan K3 ini juga memiliki
prosedur yang benar yang harus diikut sesuai dengan aturan perundang-
undangannya. Karena apabila K3 tidak terlaksana, tentu akan memberikan
dampak buruk terhadap perusahaan dan karyawannya sendiri.

21
DAFTAR PUSTAKA

Marcel. 2015. Fungsi dan Kegunaan Kacamata Safety. www.leopardsafety.com/


diunggah pada tanggal 4 Mei 2016

Anonim. 2014. Pengertian K3. www.simpledanbo.co.id diunggah pada tanggal 4


Mei 2016
Anonim. 2016. Bearing. https://id.wikipedia.org diunggah pada tanggal 4 Mei
2016
Krisna Dwi. 2013. Pentingnya_Alat_Proteksi_diri_dalam_Labotarium.

22
https://bisakimia.com/2013/08/22/pentingnya-alat-proteksi-diri-dalam-
laboratorium/ diunggah pada tanggal 4 Mei 2016
Yulia Lia.2012.Alat_Pelindung_Diri_APD_di_Labotarium.
http://liayuliasitirohmah.blogspot.co.id/2012/12/alat-pelindung-diri-apd-di-
laboratorium.html diunggah pada tanggal 4 Mei 2016

23

Anda mungkin juga menyukai