ANTIOXIDANT AND ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF MELINJO EXTRACT (Gnetum
gnemon L.)
Chandra Dewi1), Rohula Utami2), Nur Her Riyadi P2)
1) Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret 2) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret ABSTRACT This research aimed to find out the influence of water solvent extraction temperature (30°C, 45°C, 60°C) on total phenol, antioxidant activity, and antimicrobial activity of parts of melinjo plant (leaf, seed, epicarp). The results showed that the total phenol, antioxidant activity, and antimicrobial activity in seed, leaf, pulp seed of melinjo plant increased along with increasing extraction temperature. Treatment of 60°C extraction temperature resulted the total phenols, antioxidant, and antimicrobial activity in seed, leaf, and epicarp were the highest. Based on the treatments, was known that at 30, 45, and 60°C, the highest on total phenols and antimicrobial activity contained in the seed of melinjo while the leaf of melinjo resulted the highest antioxidant activity. Keywords: Antimicrobial, Antioxidant activity, Extraction temperature, Melinjo, Total phenols ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi pelarut air (30°C, 45°C, 60°C) terhadap total fenol, aktivitas antioksidan, dan aktivitas antimikroba dari bagian tanaman melinjo (daun, biji, kulit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa total fenol, aktivitas antioksidan, dan antimikroba pada biji, daun, dan kulit biji tanaman melinjo semakin meningkat seiring dengan peningkatan suhu ekstraksi. Perlakuan suhu ekstraksi 60oC memberikan hasil total fenol, aktivitas antioksidan, dan antimikroba pada biji, daun, dan kulit biji tanaman melinjo paling tinggi. Dari semua perlakuan, diketahui bahwa pada suhu 30, 45, dan 60oC, total fenol dan aktivitas antimikroba tertinggi terdapat pada biji melinjo sedangkan daun menghasilkan aktivitas antioksidan yang paling tinggi. Kata kunci: Aktivitas antioksidan, Antimikroba, Melinjo, Pelarut air, Suhu ekstraksi, Total fenol
PENDAHULUAN Kandungan flavonoid ekstrak melinjo
berkisar antara 0,85 3,14 mg quercetin Melinjo (Gnetum gnemon L.) equivalent (QE) g-1 sampel. Aktivitas merupakan salah satu komoditas lokal yang penangkapan radikal bebas tertinggi terdapat mempunyai beberapa manfaat. Melinjo pada akar yaitu 37,27 mg vitamin C banyak dibudidayakan di Indonesia, tetapi equivalent antioxidant capacity (VCEAC) g 1 pemanfaatannya sangat kurang, hanya sampel sedangkan yang terendah yaitu pulp terbatas sebagai sayur dan bahan baku biji 32,48 mg VCEAC g 1 sampel. Begitu pembuatan emping. Menurut Pudjiatmoko pula Kato et al. (2009) membuktikan manfaat (2007), aktivitas antioksidan dari kandungan stilbenoid dari biji melinjo kering yang fenolik pada melinjo setara dengan diekstrak dengan pelarut etanol. Peneliti antioksidan sintetik Butylated Hydroxytolune tersebut telah mengisolasi senyawa stilbenoid (BHT). baru yaitu gnetin L yang menunjukkan Menurut Siswoyo (2004), biji melinjo adanya aktivitas antioksidan. Selain itu, mengandung 9 11% protein, 16,4% lemak, Siswoyo2 (2007) juga menemukan fungsi lain 58% pati, dan komponen minor seperti melinjo sebagai antimikroba alami. Oleh fenolik/flavonoid. Siswoyo1 (2007) juga telah karena itu, protein melinjo juga dapat mempelajari potensi aktivitas antioksidan digunakan sebagai pengawet alami makanan. dan total senyawa fenol dari beberapa Peptida Gg-AMP yang diisolasi dari biji jaringan berbeda seperti akar, batang, daun, melinjo mempunyai aktivitas antibakteri biji, dan pulp biji pada tanaman melinjo yang terhadap jenis bakteri Gram positif dan Gram diekstrak menggunakan etanol. Berdasarkan negatif. hasil penelitiannya, jumlah total fenol Komponen polifenol yang sekarang ini bervariasi dari 5,97 sampai 9,91 mg gallic sedang dikembangkan ialah kandungan acid equivalent (GAE) g-1 sampel.
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012 74
resveratrol dari melinjo. Berdasarkan Oleh karena itu dalam penelitian ini, penelitian Mori (2008), kandungan melinjo diekstrak menggunakan pelarut air resveratrol berupa bio-flavonoid yang dengan variasi suhu 30, 45, dan 60°C selama terkandung pada ginkgo biloba, juga terdapat 20 menit. Dalam penelitian ini akan di melinjo, karena melinjo termasuk dilakukan pengujian untuk mengetahui tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), pengaruh variasi suhu terhadap total senyawa begitu pula dengan tanaman ginkgo biloba fenol, aktivitas antioksidan ekstrak melinjo yang ada di Jepang. Bahkan hasil dari (Gnetum gnemon L.) serta aktivitas penelitian tersebut menyebutkan bahwa antimikroba terhadap bakteri pembusuk. kandungan resveratrol yang dikandung oleh Bagian melinjo yang akan diekstrak meliputi melinjo lebih tinggi dibandingkan dengan biji, daun, dan kulit biji. Pengujian aktivitas ginkgo biloba. Aktivitas antioksidan senyawa antioksidan menggunakan metode DPPH. flavonoid dalam melinjo setara dengan Selain itu, juga dilakukan pengukuran total aktivitas antioksidan vitamin C (Noegraha, senyawa fenol dengan metode Folin- 2010). Sedangkan Hisada et al. (2005) yang Ciocalteu. Sedangkan bakteri pembusuk yang meneliti tiga jenis stilbenoid yang diisolasi digunakan untuk pengujian aktivitas dari 50% ekstrak etanol dan metanol, antimikroba dalam penelitian ini yaitu menemukan bahwa melinjo kaya akan Pseudomonas fluorescens dan Pseudomonas komponen polifenol yang disebut resveratrol. putida. Bakteri tersebut merupakan bakteri Resveratrol melinjo memiliki aktivitas pembusuk yang dominan dalam komoditas antibakteri dan antioksidan, berperan baik ikan/daging. sebagai pengawet makanan, menghambat off flavor dan meningkatkan citarasa. METODE PENELITIAN Salah satu faktor yang mempengaruhi total senyawa fenol, aktivitas antioksidan, Bahan dan Alat dan antimikroba adalah proses ekstraksi. Bahan yang digunakan dalam Proses ekstraksi juga dipengaruhi oleh jenis penelitian ini adalah melinjo yang diperoleh pelarut, suhu ekstraksi, dan waktu ekstraksi. dari Ngasem, Colomadu. Bagian dari Berdasarkan penelitian Ballard et al. (2008), tanaman melinjo yang digunakan yaitu daun, ekstraksi dengan pelarut air menunjukkan biji, dan kulit biji. Sedangkan untuk proses bahwa total senyawa fenol meningkat dengan ekstraksi melinjo, pelarut yang digunakan adanya kenaikan suhu. Total senyawa fenol adalah aquades. Bahan-bahan yang dari ekstrak kulit kacang tanah meningkat digunakan untuk analisis antara lain folin sekitar 20,2%, mulai dari suhu 30°C (63,1 Ciocalteu (MERCK), Na2CO3 (MERCK), mg/g) sampai 60oC (79,1 mg/g) dengan fenol murni (MERCK), Diphenyl waktu ekstraksi 10 menit. Total senyawa picrylhydrazyl (DPPH) (SIGMA), metanol fenol tertinggi (81 mg/g) terjadi pada suhu p.a, Pseudomonas fluorescens FNCC 0071, 50,4 °C dan waktu ekstraksi 10,1 menit. Pseudomonas putida FNCC 0070, dan Sementara jika dilihat dari hasil oxygen Nutrient Agar (NA) (OXOID). Kedua jenis radical absorbance capacity (ORAC), bakteri pembusuk diperoleh dari koleksi kondisi ekstraksi yang optimal terjadi pada Food Nutrition and Culture Collection suhu 60°C selama 24,9 menit. Berdasarkan (FNCC) PSPG UGM, Yogyakarta. penelitian Chew et al. (2011), ekstraksi Alat yang digunakan dalam proses Centella asiatica dengan variasi suhu ekstraksi melinjo antara lain alat sentrifugasi ekstraksi, mulai dari 25 sampai 65°C (25, 35, (sentrifus), hotplate, termometer, stirer, dan 45, 55, dan 65°C) menunjukkan bahwa total blender. Sedangkan alat-alat yang digunakan fenolik meningkat secara linier seiring untuk analisis antara lain spektrofotometer dengan peningkatan suhu ekstraksi UV-Vis mini-1240 (Shimadzu), vortex, sedangkan kapasitas antioksidan ekstrak C. autoklaf, laminar, dan inkubator (WTC asiatica mulai menurun pada perlakuan suhu Binder). ekstraksi di atas 45°C.
75 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012
Ekstraksi Melinjo Pengujian aktivitas antimikroba Bagian dari tanaman melinjo yang Pengujian aktivitas antimikroba digunakan antara lain melinjo yang sudah tua dilakukan terhadap dua jenis bakteri (kulit berwarna merah) dan daun melinjo pembusuk yaitu Pseudomonas fluorescens yang masih muda. Setiap bagian melinjo FNCC 0071 dan Pseudomonas putida FNCC yang digunakan dicuci sampai bersih. Pada 0070 sebanyak 106 CFU. Metode yang sampel biji melinjo terlebih dahulu dikupas digunakan untuk pengujian aktivitas sebelum dihancurkan. Pengupasan tersebut antimikroba adalah metode well diffusion dimaksudkan untuk memisahkan bagian kulit dengan diameter sumur 5 mm.. Ekstrak dari dan biji melinjo. Pengecilan ukuran daun, biji, dan kulit melinjo dimasukkan ke dilakukan menggunakan blender dan mortar dalam masing-masing sumur tersebut dimaksudkan supaya partikel-partikel sampel sebanyak 50 µL. Setelah itu cawan petri lebih homogen. diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara Setelah masa inkubasi, akan muncul zona pemanasan yaitu merendam sampel disertai penghambatan. Kemudian dilakukan pengadukan menggunakan stirer dengan pengukuran diameter zona penghambatan kecepatan 150 rpm yang diletakkan di atas (Kim and Rajagopal, 2001; Allaf et al., hotplate. Proses ekstraksi dilakukan dengan 2009). Diameter zona penghambatan perbandingan bahan dan pelarut 1 : 20 (b/v) dihitung sebesar diameter zona bening yang dan 3 variasi suhu ekstraksi yaitu 30, 45, dan terbentuk (termasuk diameter sumuran). 600C. Setelah mencapai ketiga variasi suhu tersebut kemudian suhu dipertahankan HASIL DAN PEMBAHASAN selama 20 menit. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi melinjo ini adalah Total Fenol Ekstrak Melinjo aquades. Metode ekstraksi ini merupakan Tabel 1. Total Fenol Ekstrak Melinjo metode ekstraksi berdasarkan penelitian (mg/ml) Ballard et al. (2008). Setelah dilakukan pemanasan, Suhu Sampel campuran pelarut dan sampel didinginkan Ekstraksi Biji Daun Kulit terlebih dahulu sampai suhu ruang. Suhu 30o C 0,318aB 0,187aA 0,173aA Penyaringan digunakan untuk memisahkan Suhu 45o C 0,355bB 0,230bA 0,226bA antara ampas (endapan) dan filtrat. Proses Suhu 60o C 0,389cB 0,272cA 0,271cA penyaringan pada ekstrak melinjo dilakukan Keterangan : dengan menggunakan kain saring. Proses * Superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf penyaringan dilakukan sekali, hal ini 0,05 bertujuan supaya tidak terlalu banyak ampas *Subscript yang sama pada baris yang sama yang terikut saat dilakukan sentrifugasi. menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf Ekstrak melinjo yang diperoleh dari hasil 0,05 penyaringan, kemudian disentrifugasi pada Berdasarkan uji total fenol ekstrak 5000 rpm selama 30 menit. Tahap melinjo baik biji, daun, maupun kulit, dapat sentrifugasi ini menurut penelitian Ballard et diketahui bahwa total fenol terendah terdapat al. (2008). pada perlakuan suhu ekstraksi 30oC, diikuti Pengujian Total Fenol dan Aktivitas perlakuan suhu ekstraksi 45oC, dan total Antioksidan fenol tertinggi pada perlakuan suhu ekstraksi 60oC (Tabel 1). Jadi, semakin tinggi suhu Sampel ekstrak melinjo dilakukan ekstraksi maka kadar total fenol ekstrak pengujian total fenol meggunakan metode melinjo yang dihasilkan akan semakin tinggi. Folin-Ciocalteu (Senter et al., 1989) dan Hasil tersebut selaras dengan penelitian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH Ballard et al. (2008), ekstraksi kulit kacang (Subagio and Morita, 2001). tanah dengan pelarut air menunjukkan bahwa total senyawa fenol meningkat dengan
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012 76
adanya kenaikan suhu. Total senyawa fenol Aktivitas Antioksidan Ekstrak Melinjo dari ekstrak kulit kacang tanah meningkat Tabel 2. Aktivitas Antioksidan Ekstrak sekitar 20,2%, mulai dari suhu 30°C (63,1 Melinjo (% DPPH/10µL) mg/g) sampai 60oC (79,1 mg/g) dengan waktu ekstraksi 10 menit. Begitu pula pada Suhu Sampel penelitian Chew et al. (2011) menunjukkan Ekstraksi Biji Daun Kulit bahwa komponen fenolik ekstrak Centella Suhu 30o C 3,36aB 4,76aC 2,47aA asiatica mengalami peningkatan secara linier Suhu 45o C 3,77bB 5,50bC 3,06bA seiring dengan meningkatnya suhu ekstraksi, Suhu 60o C 4,26cB 5,97cC 3,51cA mencapai nilai maksimal pada suhu 65oC. Keterangan : Al-Farsi and Chang (2007) melaporkan * Superscript yang sama pada kolom yang sama bahwa peningkatan suhu dapat menaikkan menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf ekstraksi fenol dengan meningkatnya 0,05 *Subscript yang sama pada baris yang sama koefisien difusi dan kelarutan komponen menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf fenolik dalam pelarut ekstraksi. Menurut 0,05 Kato and Hosoda (2008), penggunaan suhu Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih tinggi dari 30 oC lebih sesuai, oleh karena itu suatu proses perendaman aktivitas antioksidan ekstrak melinjo baik biji, daun, maupun kulit terendah terdapat (pencelupan) bahan selama ekstraksi dalam suatu pelarut dapat menggunakan suhu antara pada perlakuan suhu ekstraksi 30oC, diikuti perlakuan suhu ekstraksi 45oC, dan aktivitas 30oC dan 60oC. Pada Tabel 1 dapat dilihat pula antioksidan tertinggi pada perlakuan suhu ekstraksi 60oC. Sedangkan jika dilihat dari kandungan total fenol tiap perlakuan suhu ekstraksi yang sama untuk mengetahui 0,05, aktivitas antioksidan antara perlakuan suhu bagian melinjo dengan total fenol tertinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ekstraksi satu dengan lainnya saling berbeda nyata. Begitu pula pada penelitian Ballard et perlakuan suhu ekstraksi 30oC, ekstrak biji mempunyai total fenol tertinggi sebesar al. (2008), hasil oxygen radical absorbance capacity (ORAC) meningkat dengan adanya 0,318 mg/ml, kemudian diikuti daun dengan total fenol sebesar 0,187 mg/ml, dan total kenaikan suhu ekstraksi dan kondisi ekstraksi yang optimal terjadi pada suhu 60°C selama fenol terendah terdapat pada kulit melinjo sebesar 0,173 mg/ml. Pada suhu 45oC, total 24,9 menit. Peningkatan suhu dapat meningkatkan kelarutan komponen fenolik fenol terendah terdapat pada kulit melinjo sebesar 0,226 mg/ml, kemudian diikuti daun dalam pelarut ekstraksi. Komponen fenolik tersebut berperan sebagai antioksidan melinjo dengan total fenol sebesar 0,230 mg/ml, dan biji melinjo memiliki kandungan sehingga saat terjadi peningkatan total fenol maka aktivitas antioksidan juga semakin total fenol tertinggi sebesar 0,355 mg/ml. Pada suhu 60oC total fenol terendah sampai tinggi. Dari data yang diperoleh tidak terjadi tertinggi ekstrak melinjo secara berturut-turut yaitu terdapat pada kulit sebesar 0,271 penurunan aktivitas antioksidan pada ekstrak melinjo meskipun antioksidan bersifat rentan mg/ml, daun sebesar 0,272 mg/ml, dan biji sebesar 0,389 mg/ml. Sedangkan jika dilihat terhadap panas. Hal tersebut dikarenakan kandungan flavonoid pada melinjo cukup dari hasil uji DMRT pada tingkat signifikansi 0,05, dapat diketahui bahwa total fenol stabil pada pemanasan sampai suhu 100 oC selama lebih dari 30 menit (Harborne, 1996). pada sampel biji menunjukkan beda nyata dengan total fenol daun maupun kulit melinjo Berdasarkan hasil analisis aktivitas antioksidan yang tercantum dalam Tabel 2 pada perlakuan suhu ekstraksi 30, 45 dan 60oC. Jadi, dari data tersebut dapat diketahui dapat diketahui pada perlakuan suhu ekstraksi 30oC, ekstrak daun mempunyai bahwa biji dengan perlakuan suhu ekstraksi 60oC mempunyai total fenol yang tertinggi aktivitas antioksidan tertinggi sebesar 4,76%, kemudian diikuti biji dengan aktivitas dibandingkan yang lain. antioksidan sebesar 3,36%, dan aktivitas
77 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012
antioksidan terendah terdapat pada kulit Aktivitas Antimikroba Ekstrak Melinjo melinjo sebesar 2,47%. Pada suhu 45oC, Tabel 3. Zona Penghambatan Aktivitas aktivitas antioksidan terendah terdapat pada Antimikroba Ekstrak Melinjo (mm) kulit melinjo sebesar 3,06%, kemudian diikuti biji melinjo dengan antioksidan Suhu Sampel tertinggi sebesar 3,77%, dan daun melinjo Ekstraksi Biji Daun Kulit memiliki aktivitas antioksidan tertinggi Suhu 30o C 7,23aC 5,87aB 5,45aA sebesar 5,50%. Pada suhu 60oC aktivitas Suhu 45o C 8,02bC 6,40bB 6,02bA antioksidan terendah sampai tertinggi ekstrak Suhu 60o C 8,80cB 6,75cA 6,35cA melinjo secara berturut-turut yaitu terdapat Keterangan : pada kulit sebesar 3,51%, biji sebesar 4,26%, * Superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf dan daun sebesar 5,97%. Sedangkan jika 0,05 dilihat dari hasil uji DMRT pada tingkat *Subscript yang sama pada baris yang sama 0,05, dapat diketahui bahwa menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf aktivitas antioksidan pada sampel biji 0,05 menunjukkan beda nyata dengan aktivitas Berdasarkan hasil analisis antimikroba antioksidan pada daun maupun kulit melinjo ekstrak melinjo baik biji, daun, maupun kulit, dengan perlakuan suhu ekstraksi 30, 45 dan dapat diketahui bahwa diameter hambat 60oC. Pada tingkat suhu yang sama, aktivitas terendah terdapat pada perlakuan suhu antioksidan tertinggi terdapat pada daun ekstraksi 30oC, diikuti perlakuan suhu melinjo. Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstraksi 45oC, dan diameter hambat tertinggi pada daun, diikuti biji, dan kulit tertinggi pada perlakuan suhu ekstraksi 60oC. melinjo pada penelitian ini selaras dengan Jadi, semakin tinggi suhu ekstraksi maka penelitian Siswoyo 1 (2007) mengenai potensi aktivitas antimikroba ekstrak melinjo yang aktivitas antioksidan dan total senyawa fenol dihasilkan akan semakin tinggi. Hasil dari beberapa jaringan berbeda seperti akar, tersebut selaras dengan penelitian Arora et al. batang, daun, biji, dan pulp biji pada tanaman (2007), mengenai pengujian aktivitas melinjo (Gnetum gnemon L.) yang diekstrak antibakteri dari berbagai tanaman obat asal menggunakan etanol. Dalam penelitian India. Dalam penelitiannya, metode ekstraksi tersebut, aktivitas penangkapan radikal pada dapat mempengaruhi aktivitas antibakteri daun sebesar 36,66 mg VCEAC/g lebih pada ekstrak tanaman; ekstrak dengan tinggi dibandingkan pada biji sebesar 34,08 perlakuan air panas (hot water) menghasilkan mg VCEAC/g dan pulp biji 32,48 mg zona penghambatan yang lebih maksimal VCEAC/g sampel. dibandingkan ekstraksi dengan perlakuan Pada tingkat suhu yang sama, aktivitas suhu ruang atau air mendidih. Berdasarkan antioksidan tertinggi terdapat pada daun penelitian tersebut, ekstrak biji melinjo melinjo. Hal ini dikarenakan selain mampu menghambat pertumbuhan bakteri flavonoid, daun juga mengandung senyawa Pseudomonas aeruginosa 2 MTCC 741 dan saponin yang merupakan senyawa Staphylococcus aureus MTCC 96 dengan nonfenolik. Menurut Hartono (2009), diameter hambat sebesar 10 mm. saponin merupakan golongan senyawa Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui glikosida, dapat berupa saponin steroid pada perlakuan suhu ekstraksi 30 oC, ekstrak maupun saponin triterpenoid. Selain itu, biji mempunyai zona penghambatan tertinggi menurut Haryoto (1998), kandungan vitamin sebesar 7,23 mm, kemudian diikuti daun C yang terdapat pada daun melinjo lebih dengan zona penghambatan sebesar 5,87 tinggi dibandingkan dengan vitamin C pada mm, dan zona penghambatan terendah biji melinjo. Vitamin C yang terdapat pada terdapat pada kulit melinjo sebesar 5,45 mm. melinjo dapat berperan sebagai antioksidan. Pada suhu 45oC, zona penghambatan Kandungan vitamin C pada daun melinjo terendah terdapat pada kulit melinjo sebesar sebesar 182 mg/100 g bahan, sedangkan biji 6,02 mm, kemudian diikuti daun melinjo melinjo mengandung vitamin C sebesar 100 dengan zona penghambatan sebesar 6,40 mg/100 g bahan. mm, biji melinjo memiliki zona
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012 78
penghambatan tertinggi sebesar 8,02 mm. dinding sel. Dinding sel bakteri Gram negatif Pada suhu 60oC zona penghambatan terendah mengandung fosfolipid, lipopolisakarida, dan sampai tertinggi ekstrak melinjo secara lipoprotein. Dalam upaya mencapai sasaran, berturut-turut yaitu terdapat pada kulit senyawa antimikroba dapat menembus sebesar 6,35 mm, daun sebesar 6,75 mm, dan lipopolisakarida dari dinding sel tersebut. biji sebesar 8,80 mm. Sedangkan jika dilihat Setelah menerobos dinding sel, senyawa dari hasil uji DMRT pada tingkat signifikansi fenol akan menyebabkan kebocoran isi sel 0,05, dapat diketahui bahwa diameter dengan cara merusak ikatan hidrofobik hambat pada sampel biji menunjukkan beda komponen membran sel (seperti protein dan nyata dengan diameter hambat sampel daun fosfolipida) serta larutnya komponen- maupun kulit melinjo pada perlakuan suhu komponen yang berikatan secara hidrofobik ekstraksi 30 dan 45oC. Pada perlakuan suhu yang berakibat meningkatnya permeabilitas 60oC, zona penghambatan pada kulit dan membran. Terjadinya kerusakan pada daun melinjo tidak beda nyata sedangkan membran sel mengakibatkan terhambatnya zona penghambatan biji melinjo berbeda aktivitas dan biosintesis enzim-enzim nyata dengan kulit maupun daun melinjo. spesifik yang diperlukan dalam reaksi Kandungan kimia yang terdapat pada metabolisme (Yulianti, 2009). biji dan daun melinjo yaitu saponin, Tanin yang terkandung dalam biji dan flavonoid, dan tanin sedangkan kulit melinjo daun melinjo dapat berfungsi sebagai mengandung saponin dan flavonoid. antibakteri. Menurut Cowan (1999), Flavonoid, saponin, dan tanin yang mekanisme tanin berperan sebagai terkandung pada melinjo tersebut dapat antibakteri adalah dengan cara merusak berfungsi sebagai antibakteri. Menurut dinding sel. Mekanisme kerusakan dinding Markham (1988) flavonoid merupakan salah sel dapat disebabkan oleh adanya akumulasi satu golongan fenol alam yang terbesar. komponen lipofilik yang terdapat pada Mekanisme senyawa fenol sebagai zat dinding sel atau membran sel, sehingga antibakteri adalah dengan cara merusak dan menyebabkan perubahan komposisi menembus dinding sel, serta mengendapkan penyusun dinding sel. protein sel mikroba. Komponen fenol juga Menurut Siswoyo2 (2007) peptida Gg- dapat mendenaturasi protein seperti enzim. AMP yang diisolasi dari biji melinjo Denaturasi protein merupakan suatu keadaan diindikasikan mempunyai potensi aktif dimana protein mengalami perubahan atau menghambat beberapa jenis bakteri gram perusakan struktur sekunder, tersier dan positif dan negatif. Begitu pula Kato et.al kuartenernya. Perusakan struktur karena (2009) membuktikan manfaat stilbenoid dari adanya pemutusan ikatan hidrogen yang biji melinjo kering yang diekstrak dengan menopang struktur sekunder dan tersier suatu pelarut etanol. Peneliti tersebut telah protein sehingga menyebabkan sisi mengisolasi stilbenoid baru yaitu gnetin L. hidrofobik dari gugus samping polipeptida dan lima stilbenoid yang telah diketahui, akan tebuka. Hal tersebut menyebabkan meliputi gnetin C, gnemonosides A, C, D, kelarutan protein semakin turun dan akhirnya dan resveratrol yang menunjukkan adanya mengendap. Senyawa fenolik bermolekul aktivitas antioksidan dan antibakteri. besar mampu menginaktifkan enzim esensial Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui di dalam sel mikroba meskipun pada bahwa pada tiap perlakuan suhu ekstraksi, konsentrasi yang sangat rendah. Senyawa biji memiliki zona penghambatan tertinggi fenol mampu memutuskan ikatan dibanding yang lain. peptidoglikan saat menerobos dinding sel. Ikatan peptidoglikan ini secara mekanis KESIMPULAN memberi kekuatan pada sel bakteri. Kedua jenis bakteri uji merupakan bakteri Gram 1. Pengaruh suhu ekstraksi pelarut air negatif dengan dinding sel terdapat terhadap total fenol, aktivitas antioksidan, peptidoglikan yang sedikit sekali dan berada dan antimikroba pada biji, daun, dan kulit diantara selaput luar dan selaput dalam biji tanaman melinjo yaitu semakin tinggi
79 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012
suhu ekstraksi ternyata semakin besar pula Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia kadar fenol, aktivitas antioksidan, dan Penuntun Cara Modern Menganalisa aktivitas antimikroba yang dihasilkan. Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung. 2. Total fenol, aktivitas antioksidan, dan Hartono, T. 2009. antimikroba pada biji, daun, dan kulit biji http://www.farmasi.asia/saponin/. tanaman melinjo paling tinggi terdapat Diakses pada Selasa tanggal 18 pada perlakuan suhu ekstraksi 60oC. Oktober 2011 pukul 11.30 WIB. 3. Pada suhu 30, 45, dan 60 oC, total fenol dan aktivitas antimikroba tertinggi Haryoto. 1998. Membuat Emping Melinjo. terdapat pada biji melinjo sedangkan daun Kanisius. Yogyakarta. menghasilkan aktivitas antioksidan yang Hisada, Hiromi, A. Masahiro, K. Eishin, and paling tinggi. S. Fujio. 2005. Antibacterial and Antioxidative Constituents of Melinjo DAFTAR PUSTAKA Seeds and Their Application to Foods. http://sciencelinks.jp/j- Allaf, M.A.H., Al-Rawi and A.T. Al-Mola, east/article/. Diakses pada Minggu 2009. Antimicrobial Activity of Lactic tanggal 20 Februari 2011 pukul 19.45 Acid Bacteria Isolated from Minced WIB. Beef Meat Against Some Pathogenic Bacteria. Iraqi Journal of Veterinary Kato, E. and S. Hosoda. 2008. Gnetum Sciences, Vol. 23: 115-117. Extract. www.freepatentsonline.com/search. Al-Farsi, M. A. and Y. L. Chang. 2007. html. United States Patent Optimization of Phenolics and Application 20080274218. Dietary Fibre Extraction from Date Seeds. Food Chemistry 108(3): 977- Kato, Eishin, Y. Tokunaga, and F. Sakan. 985. 2009. Stilbenoids Isolated from the Arora, D. S. and G. J., Kaur. 2007. Seeds of Melinjo (Gnetum gnemon L.) Antibacterial Activity of Some Indian and Their Biological Activity. Journal Medicinal Plants. Journal Nat Med of Agricultural and Food Chemistry 61:313 317. Vol. 57 No. 6: 2544 2549. Ballard, T. . Kim, Jin-Woo and S.N. Rajagopal, 2001. Mallikarjunan and C. Thatcher. 2008. Antibacterial Activities of Optimizing The Extraction Of Lactobacillus crispatus ATCC 33820 Phenolic Antioxidants From Peanut and Lactobacillus gasseri ATCC Skins Response Surface Methodology. 33323. The Journal of Microbiology, Vol.39 No.2:146-148. Chew, K. K., Ng, S. Y., Thoo, Y. Y., Khoo, M. Z., W. M., Wan Aida, and C. W. Markham. 1988. Cara Mengidentifikasi Ho. 2011. 2011. Effect of Ethanol Flavonoid. Penerbit ITB. Bandung. Concentration, Extraction Time and Mori, M. 2008. Relationship between Extraction Temperature on The Lifestyle-related Diseases with The Recovery of Phenolic Compounds and Intake of Indonesian Traditional Fruit Antioxidant Capacity of Centella Melinjo Rich in Phytoestrogens. Asiatica Extracts. International Food Niigata, Japan. The 4th International Research Journal 18: 571-578 Niigata Symposium on Diet and (2011). Health Integrative Function of Diet in Cowan, MM. 1999. Plant Products as Anti-aging and Cancer Prevention. Antimicrobial Agents. Clinical Noegraha, A. 2010. Teh Melinjo Sebagai Microbiology Reviews Vol. 12 No. Salah Satu Usaha Peningkatan Nilai 4:564-582. Tambah Sumberdaya Lokal Berbasis Agribisnis.
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012 80
http://web.ipb.ac.id/~agrohort/. Diakses pada Rabu tanggal 25 Agustus 2010 pukul 14.29 WIB. Pudjiatmoko. 2007. Potensi melinjo di Jepang. http://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada Rabu tanggal 26 Oktober 2011 pukul 07.50 WIB. Senter , S.D., J. A. Robertson, and F. I.Meredith. 1989. Phenolic Compound of The Mesocarp of Cresthaven Peaches During Storage and Ripening. Journal Food Science 54 : 1259-1268. Siswoyo, T. A. 2004. Physicochemical Characteristics of Melinjo (Gnetum gnemon) Starch-Lipid. http://triagus.blog.unej.ac.id/research- work/. Diakses pada tanggal 3 Januari 2011 pukul 22.00 WIB. Siswoyo1, T. A. 2007. Free Radical Scavenging Activity and Phenolic Content of Melinjo Tree (Gnetum gnemon L.). http://triagus.blog.unej.ac.id/research- work/. Diakses pada tanggal 3 Januari 2011 pukul 22.10 WIB. __________2, T.A. 2007. Potency and Development of Functional Components from Melinjo Seed (Gnetum gnemon) as Nutraceutical Food Supplement. http://triagus.blog.unej.ac.id/research- work/. Diakses pada tanggal 3 Januari 2011 pukul 22.00 WIB. Subagio, A and N. Morita. 2001. No Effect of Esterification with Fatty Acid on Antioxidant Activity of Lutein. Food Rest.Int. 34:315-320. Yulianti, O.N., 2009. Kajian Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba Ekstrak Biji, Kulit Buah, Batang, dan Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Skripsi S1 Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
81 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012