Anda di halaman 1dari 22

1

Komposisi mineral batuan beku dapat dikelompokkan


menjadi dua berdasarkan indeks warna dan bentuk kristal atas dasar
warna mineral sebagai penyusun batuan beku adalah Mineral felsik
(mineral yang bewarna terang terutama kwarsa, feldspar, feldspatorid
dan muscovite) dan Mineral mafik (mineral yang berwarna gelap
terutama biotic, olivine, piroksin dan amphibol.
Batuan beku atau batuan iqneus adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan bumi maupun
diatas permukaan bumi dimana magma ini dapat berasal dari proses
konvergensi antar batuan sehingga batuan hasil tumbukan mencair
sehingga menjadi magma.
Klasifikasi dari batuan beku dapat kita bedakan dari tempat
proses pembetukannya dimana terbagi menjadi dua, yaitu: batuan
beku intrusif (batuan yang membeku dibawah permukaan bumi) dan
batuan beku ekstrusif (batuan yang membeku diatas permukaan
bumi).
Batuan beku sering kita jumpai di daerah lereng pegunungan.
Batuan Beku sendiri merupakan batuan yang berasal dari hasil
pembentukan magma yang mempunyai tekstur hablur (kristalin).
Pembentukan Batuan Beku berasal dari pembekuan magma yang ada
dibawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava dipermukaan
bumi. Magma merupakan cairan kental yang berasal dari larutan silika
dan terbentuk secara alamiah, yang memiliki temperatur tinggi antara
1.500°C sampai 2.500°C dan bersifat mudah bergerak serta terletak
pada kerak bumi bagian bawah. Pada saat magma mengalami
penurunan suhu akibat perjalanan menuju permukaan bumi, maka
mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan
penghabluran.
Batuan Beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang
membentuk mineral penyusun Batuan Beku. Salah satu klasifikasi

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


2

Batuan Beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, seperti Silikat
oksida (SiO2), Titanium oksida(TiO2), Aluminium oksida(AlO2), Besi
(II) oksida(Fe2O3), Besi oksida (FeO), Mangan oksida(MnO),
Magnesium oksida (MgO), Kalsium oksida(CaO),Sodium oksida
(Na2O), Potasium oksida(K2O), air (H2O+), Porporus penthoxide (P2O5),
dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa
lingkungan pembentukan mineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan
jenis magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma,
kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam
analisis kimia Batuan Beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai
pembentukannya. Batuan Beku yang telah mengalami ubahan atau
pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena
itu batuan yang akan dianalisa haruslah batuan yang sangat segar dan
belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai
catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia
batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya
lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi
Berdasarkan komposisi mineralnya Batuan Beku dibagi
menjadi tiga jenis batuan, yaitu:
 Batuan Beku asam
 Batuan Beku intermediet
 Batuan Beku asam
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi
batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga dapat diklasifikasikan lebih
mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi
kimiawi. Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase
kandungan SiO2, yaitu:

 Batuan Beku asam yaitu > 66% SiO2.


 Batuan Beku intermediet yaitu 52%-66% SiO2.
 Batuan Beku basa yaitu 45%- 52% SiO2.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


3

 Batuan Beku ultra basa yaitu <45% SiO2.


1. Struktur
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan
saja dan hanya beberapa saja yang dapat dilihat dalan hand
specimen sample:
 Masif yaitu Batuan Beku yang tidak menunjukan adanya
lubang-lubang atau struktur aliran.
 Vesikuler yaitu Batuan Beku yang berlubang-lubang yang
disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan
magma,arah lubang itu teratur.
 Scoria batuan yang berlubang-lubang besar namun arahnya
tidak teratur.
 Amigdaloidal yaitu Batuan Beku yang lubang-lubangnya
terisi oleh mineral sekunder.
2. Tekstur
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan
massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Untuk
Batuan Beku, pengamatan tekstur meliputi:
 Derajat Kristalisasi yang terbagi menjadi 3, yaitu:
 Holokristalin yaitu apabila batuan terdiri dari massa
kristal seluruhnya.
 Holohyalin yaitu apabila batuan terdiri dari
massa gelas seluruhnya.
 Hipokrislatin yaitu apabila sebagian terdiri dari
massa kristal dan massa gelas.
 Granularitas terbagi menjadi 2, yaitu:
 Fanerik yaitu apabila kristal-kristalnya jelas
sehingga dapat dibedakan dengan mata biasa, antara lain:
- Halus dengan diameter <1 mm.
- Sedang dengan diameter 1 sampai 5
mm.
- Kasar dengan diameter 5 sampai 30
mm.
- Sangat kasar dengan diameter >30
mm.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


4

 Afanitik yaitu apabila kristal-


kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan
dengan pandangan mata biasa.
 Bentuk Kristal, terbagi menjadi 3, yaitu:
 Euhedral yaitu apabila batas dari mineral adalah
bentuk asli dari bidang kristal.
 Subhedral yaitu apabila sebagian dari batas-
batas mineral sudah tidak tampak lagi.
 Anhedral yaitu apabila mineral sudah tidak
mempunyai bidang kristal asli.
 Relasi terbagi menjadi 2, yaitu:
 Equigranular yaitu bila secara relative ukuran
kristal pembentuk batuan berukuran sama besar.
 Inequigranular yaitu bila ukuran kristal
pembentuknya tidak sama.
3. Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral kita cukup
menggunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar
penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua:
 Mineral Felsik yaitu yang berwarna cerah terutama
kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muscovite.
 Mineral Mafik yaitu yang berwarna gelap terutama
biotic, piroksen, amphibol dan olivine.
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral
penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui
jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai
tekstur gelasan. Batuan Beku yang berwarna cerah umumnya adalah
batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik,
misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan Beku yang
berwarna gelap sampai hitam umumnya Batuan Beku intermediet
dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
Batuan Beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah Batuan

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


5

Beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral


mafik.
2.2 Batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses
pengendapan batuan, dengan proses dari pelapukan batuan oleh suhu
yang tinggi, pengikisan batuan oleh air dan angin, transportasi batuan
dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah, deposisi yaitu ketika
proses transportasi tidak bisa lagi membawa batuan dimana
ditransportasi oleh media air dan angin atau dipengaruhi oleh gaya
gravitasi, dan proses lithifikasi dimana dibagi menjadi yaitu kompaksi
(proses perubahan butiran yang lebih padat) dan sedimentary (proses
perekatan antar butir batuan).
Batuan Sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena
lithifikasi dari hancurnya batuan yang lain (detritus) atau lithifikasi
reaksi kimia tertentu yang berada di alam. Lithifikasi sendiri
merupakan proses-proses yang meliputi kompaksi, sementasi,
authogenic dan diagenesa, yaitu proses terubahnya material
pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan kompak.
Batuan ini dibentuk oleh proses yang ada di permukaan bumi.

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil


pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Menurut Pettijohn
(1975), Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi
material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau
hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi
lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa
Batuan Sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh
kerak bumi. Ini berarti Batuan Sedimen tersebar sangat luas di
permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


6

Volume Batuan Sedimen dan termasuk batuan metasedimen


hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfer dengan ketebalan 10
mil di luar tepian benua, dimana Batuan Beku metabeku mengandung
95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan
sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan
dari Batuan Beku sebesar 25% saja. Batuan Sedimen dimulai dari
lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan Batuan
Sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan
yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak
terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan
singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di
dasar lautan dipenuhi oleh Batuan Sedimen dari pantai ke pantai.
Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu
bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang
lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan
ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005).
Batuan Sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat
luas dengan ketebalan antara beberapa senti meter sampai beberapa
kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar
dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam Batuan
Sedimen. Dibanding dengan Batuan Beku, Batuan Sedimen hanya
merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan Sedimen hanya 5%
dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah
5% ini, batu lempung adalah 80%,batupasir 5% dan batu gamping
kira-kira 80% (Pettijohn,1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat
juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser
kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah
permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energi air,
gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


7

terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di


sekitarnya.
Oleh Koesoemadinata (1979) telah membedakan Batuan
Sedimen menjadi 5 golongan, yaitu:
 Golongan Detritus
Golongan ini berdasarkan besar butirannya, golongan ini dibedakan
menjadi dua, yaitu:
 Golongan detritus halus, bisa dikenali melalui butiran
penyusun batuannya yang relatif berukuran halus, 0 (diameter)

1
kurang dari mm sebagai hasil sedimentasi mekanis.
16
 Golongan detritus kasar, dapat dikenali melalui butiran
penyusun batuannya yang relatif berukuran kasar, 0 (diameter)

1
lebih besar dari mm dan pada umumnya dihasilkan oleh
16
sedimentasi mekanis.
 Golongan Karbonat
Golongan karbonat disusun oleh kelompok mineral
karbonat (kalsit, dolomit, aragonit) dan cangkang binatang
karang. Golongan ini terbentuk sebagai hasil sedimentasi mekanis
(batu gamping terumbu) dan sedimentasi kimia (batu gamping
kristalin, dolomit). Golongan ini dapat terbentuk sebagai hasil:

 Sedimentasi mekanis : Gamping Bioklastik


 Sedimentasi organis : Gamping
Terumbu
 Sedimentasi kimiawi : Gamping
Kristalin
 Golongan Evaporit
Golongan evaporit ini diberikan terhadap batuan garam,
karena asal sebab terjadinya disebabkan oleh proses evaporasi air
laut. Golongan ini umumnya terdiri dari batuan mono mineralik.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


8

Nama batuan sama dengan nama mineralnya. Sebagai contoh


adalah gipsum (Ca SO4 2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halite (NaCl).

 Golongan
Sedimen Silika
Golongan batuan ini termasuk juga batuan yang memiliki
sifat monomineralik, serta pada umumnya tersusun oleh mineral
silika. Dapat terbentuk secara sedimentasi kimiawi atau organik.
Contoh batuannya adalah rijang (chert), radiolarid dan diatomed.

 Golongan Batu Bara


Golongan ini terbentuk oleh adanya akumulasi zat-zat yang
kaya akan unsur karbon, yang pada umunya terdiri dari tumbuhan.
Termasuk jenis sedimentasi organis. Contohnya adalah gambut,
bituminous dan antrasit.
1. Sifat-sifat utama yang dimiliki Batuan Sedimen yaitu:
 Perlapisan (bedding, stratifikasi) yang menandakan
adanya proses sedimentasi. Hal ini berlaku untuk segala
macam batuan sedimen walaupun tidak selalu nyata dalam
contoh ”hand speciment”.
 Klastik atau fragmen yang menandakan butiran-
butirannya pernah lepas, terutama pada golongan
karbonat.
 Sifat jejak atau bekas zat hidup, seperti cangkang atau
rumah organisme (koral), terutama pada golongan
karbonat.
 Jika bersifat hablur maka akan bersifat monomineralitik.
Contohnya Gipsum, kalsit, dolomit, halit dan sebagainya.
Sifat-sifat tersebut dapat dipakai untuk mengenal Batuan
Sedimen. Didalam pemerian Batuan Sedimen secara
megaskopis faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara
lain adalah:
 Komposisi mineral

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


9

 Tekstur
 Struktur
2. Berdasarkan cara terjadinya Batuan Sedimen dibagi
atas:
A. Batuan Sedimen Klastik
Batuan Sedimen yang terbentuk dari pengendapan
kembali dari batuan detritus atau pecahan batuan asal.Batuan
asal bisa terdiri dari Batuan Beku, Batuan Sedimen atau
Batuan Metamorf. Didalam pemerian Batuan Sedimen klastik
yang bertekstur kasar komposisi dibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu:
 Komposisi
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada
Batuan Sedimen klastik bertekstur kasar pemerian
komposisi mineralnya dibedakan atas:
 Fragmen adalah butiran pembentuk batuan yang
berukuran paling besar. Fragmen dapat berupa butiran
mineral, batuan, dan fosil.
 Matrik adalah bagian dari butiran pembentuk
batuan yang berukuran lebih kecil dari fragmen.
Biasamya berkomposisi sama dengan fragmen.
 Semen adalah bahan pengikat antara matrik dan
fragmen. Dalam Batuan Sedimen klastik dikenal ada tiga
macam semen, yaitu karbonat (kalsit, dolomit), silikat
(kalsedon, kuarsa), dan oksida besi (hematit, limonit).
 Tekstur
 Ukuran Besar Butir (Grain Size)
Dalam pemerian ukuran butir digunakan
pedoman ukuran dari “SkalaWentworth ”.

 Derajat Pemilahan (Sortasi)

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


10

Merupakan gambaran tingkat keseragaman dari


butiran pembentuk Batuan Sedimen. Dapat dibagi
menjadi 3, yaitu:
- Pemilahan baik (well sorted)
- Pemilahan sedang (moderately sorted)
- Pemilahan buruk (poorly sorted)
 Derajat Pembundaran (Roundness)
Merupakan nilai membulat atau meruncingnya
fragmen pembentuk Batuan Sedimen. Dalam hal ini
diberikan 6 kategori, yaitu:
- Sangat Menyudut (Very angular)
- Menyudut (angular)
- Menyudut tanggung (sub-angular)
- Membulat tanggung (sub-rounded)
- Membulat (rounded)
- Membulat baik (well rounded)
 Struktur
 Struktur perlapisan dimana struktur ini
merupakan sifat utama dari Batuan Sedimen klastik yang
menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil dari
proses pengendapan
 Permeabilitas adalah kemampuan batuan
tersebut untuk melewatkan fluida dalam medium
berpori-pori yang saling berhubungan.
 Porositas adalah perbandingan antara volume
batuan yang tidak terisi oleh padatan terhadap volume
batuan secara keseluruhan.
B. Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan Sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi
kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme
(sedimentasi organis) misalnya reaksi yang dimaksud
adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik
(sedimentasi kimia). Contohnya gipsum, dolomit dan
sebagainya.
 Batuan Sedimen Organik

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


11

Batuan Sedimen yang dihasilkan oleh aktifitas


organisme, terdapat sisa organisme yang biasanya tetap
tinggal ditempatnya. Contoh dari Batuan Sedimen macam
ini adalahgamping koral, diaotema dan lain-lain. Pada
Batuan Sedimen organik selalu terlihat struktur-struktur
organismenya dengan jelas, walaupun sering kali juga
terdapat rekristalisasi.
 Batuan Sedimen Kimia
Sebagian dari sedimen macam ini dihasilkan oleh
proses penguapan, terutama didaerah aride, contohnya
adalah endapan gipsum, garam dan lain-lain. Batuan
Sedimen kimiawi biasanya hanya terdiri dari satu macam
susunan mineral saja, yang jelas walaupun bersifat hablur
tetapi kilapnya adalah non-metalik. Pemerian Batuan
Sedimen kimiawi meliputi warna, komposisi mineral, kilap,
ukuran butir dan mineral. Teksturnya kristalin, amorf,
gelas, fibrous dan sebagainya.
2.3 Batuan metamorf
Batuan Metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena
perubahan dari batuan induk oleh suatu proses metamorphose.
Batuan induk atau batuan asal tersebut berasal dari Batuan Sedimen,
Batuan Beku dan Batuan Metamorf itu sendiri. Proses metamorphose
adalah proses dimana batuan asal mengalami penambahan tekanan
atau temperatur, bisa juga oleh kenaikan dari suhu dan temperatur
secara bersamaan. Proses metamorphose ini berlangsung dari fase
padat ke fase padat tanpa melalui fase cair. Hal ini sering disebut
dengan proses isokimia, dimana komposisi kimia batuan tidak
berubah, yang berubah adalah susunan mineraloginya.
Batuan asal atau batuan induk baik berupa BatuanBeku,
Batuan Sedimen maupun Batuan Metamorf dan telah mengalami
perubahan mineralogi, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


12

perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik


lebur 200oC sampai 350oC kurang dari T kurang dari 650oC sampai
800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atmosfer kurang dari P kurang dari
10.000 atmosfer) disebut Batuan Metamorf. Proses metamorphose
tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km
sampai 20 km. Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-
proses metamorphose itu mengubah mineral-mineral suatu batuan
pada fase padat karena pengaruh atau respon terhadap kondisi fisika
dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi
sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesa.
Batuan Beku dan Batuan Sedimen dibentuk akibat interaksi
dari proses kimia, fisika, biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi
serta di permukaannya. Bumi merupakan sistem yang dinamis,
sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin
mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan
mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan
dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan
menunjukkan sebagai proses metamorphose.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan
lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan
polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik
adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi
padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada
tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari
distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-
mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum untuk
menggambarkan batas antara diagenesa dan metamorphose adalah
menentukan batas terbawah dari metamorphose sebagai kenampakan

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


13

pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam


sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun
hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh,
metamorphose shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan
konstituen lain untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga,
eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak
menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C
sampai 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari
material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang
dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorphose adalah
laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing
terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang
berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau
dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di
sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorphose diambil sebagai titik dimana
kelihatan terjadi pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu
variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe
batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C
sampai 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas
dari metamorphose dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang
disebut migmatit.

1. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya Batuan Metamorf


 dalam ke arah kerak bumi, pengaruh tekanan hidrostatis
akan semakin besar. Pada permukaan bumi didapatkan pada
daerah sesar atau patahan. Metamorphosethermal atau kontak,
yaitu metamorphose yang diakibatkan oleh kenaikan
temperatur. Jenis ini biasanya ditemukan pada kontak antara
tubuh intrusi magma atau ekstrusi magma dengan batuan
disekitarnya.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


14

 Metamorphose dinamo atau dislokasi (kataklastik), yaitu


salah satu jenis metamorphose yang diakibatkan oleh kenaikan
tekanan. Tekanan yang berpengaruh adalah hidrostatis
(mencakup ke segala arah) dan stress (tekanan secara searah).
Semakin
 Metamorphose regional, yang diakibatkan oleh kenaikan
tekanan dan temperatur secara bersama-sama. Biasanya
didapatkan pada geosinklin yang mengalami penurunan terus
menerus (daerah tumbukan atau subdunction zone).
2. Tekstur
 Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi saat tumbuhnya mineral dalam
suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak
lagi).Dalam pembentukkan Batuan Beku mineral tumbuh pada
suasana cair. Kristaloblastik terbagi menjadi:
 Lepidoblastik
Tekstur Batuan Metamorf yang didominasi oleh
mineral-mineral pipih yang memperlihatkan orientasi sejajar
seperti mineral-mineral biotit, muscovite dan sebagainya.
 Nematoblastik
Terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatic
menjarum (acicular, rod-like) yang memperlihatkan orientasi
sejajar, misalnya mineral amphibol, silimanit, piroksen dan lain-
lain.
 Granoblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf yang terdiri dari
mineral-mineral yang berbentuk butiran-butiran dengan sisi
kristal yang bergigi (sutered). Contohnya Kuarsa, Garnet dan
lain-lain.
 Porfiroblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana suatu kristal
besar (fenokris) tertanam pada masa dasar yang relative halus.
Identik dengan porfiritik pada Batuan Beku.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


15

 Idioblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana bentuk
mineral-mineral penyusunnya berbentuk euhedral.
 Xenoblastik
Sama dengan idioblastik tetapi bentuk mineral-
mineralnya adalah anhedral.
 Palimpsest (Tekstur Sisa)
 Blastoporfiritik yaitu suatu tekstur sisa dari
batuan asal yang bertekstur porforitik.
 Blasto-opitik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan
asal yang
opitik.
3. Struktur
Struktur pada Batuan Metamorf merupakan hubungan
antara butiran dengan butiran lainnya dalam Batuan Metamorf.
Kebanyakan Batuan Metamorf mempunyai struktur foliasi.
 Foliasi
Foliasi adalah sifat perlapisan (foliates=daun) atau
berdaun. Namun harus dibedakan dengan lapisan sedimen.
Disini terjadi penyusunan kristal-kristal daripada mineral
secara pertumbuhan dalam arah panjang dari mineral. Foliasi
ini dapat berjenis-jenis:
 Slatycleavage
Struktur yang khas pada batuan sabak (slate),
seperti schistocity, tanpa ada segregation bedding
(perlapisan akibat pemisahan macam-macam mineral).
Mineral-mineral sangat halus dan tidak dapat dilihat secara
megaskopis (belahan-belahan sangat kecil dengan mika-
mika mikroskopis). Contohnya Slate (batu sabak), batu
lempung yang mengalami metamorphose dengan fasies
rendah.
 Phyllitic
Struktur pada batuan filit, tingkatanya lebih tinggi
dari slate, sudah ada segregation bedding tetapi tidak sebaik

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


16

batuan yang bertekstur schistocity (foliasi diperlihatkan oleh


kepingan-kepingan halus mika).
 Schistose
Foliasi yang diperlihatkan secara jelas oleh
kepingan-kepingan mika, memberikan belahan yang rata
atau tidak putus-putus (closed schistochity). Sering juga
merupakan perulangan antara mineral-mineral pipih
(prismatic) dengan mineral-mineral berbutir.
 Gneissic
Foliasi diperlihatkan oleh penyusun mineral-mineral
yang granular dan memperlihatkan belahan-belahan yang
tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur yang
terputus-putus atau open schistocity).
 Non-foliasi
Struktur non-foliasi ini dalam Batuan Metamorf
dicirikan dengan tidak terdapatnya suatu penjajaran daripada
mineral-mineral yang ada dalam Batuan Metamorf, yaitu:
 Hornfelsik atau hornfels
Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf
thermal) dimana butir-butirnya equidemensional dan tidak
menunjukkan pengarahan atau orientasi.
 Kataklastik
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau
fragmen-fragmen batuan maupun mineral. Kelompok
mineral atau batuan tersebut tidak menunjukkan arah.
Contohnya Breksi patahan, biasanya dijumpai pada zona-
zona sesar atau patahan.
 Milonitik
Sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya
lebih halus, dan dapat dibelah-belah seperti schistose.
Struktur milonitik ini dapat dipakai untuk ciri adanya sesar
suatu daerah. Hubungannya dengan kataklastik, disini
pergerakan sesarnya lebih kuat, sehingga fragmennya akan

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


17

lebih halus karena adanya penggerusan oleh sesar dan


biasanya menunjukkan orientasi.
4. Komposisi
Pada hakekatnya komposisi mineral Batuan Metamorf
dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
 Mineral Stress
Suatu mineral yang berbentuk dan stabil dalam kondisi
tekanan dan suhu (T), dimana mineral ini dapat berbentuk pipih
atau tabular, prismatic. Contonya Mika, kyanit, klorit, staurolit,
serpentin, epidot.

 Mineral Anti Stress


Suatu mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi
tekanan dimana biasanya berbentuk equidimensional. Contohnya
kuarsa, kalsit, feldspar, kordierit dan granit.
2.4 Topografi
Kata topografi berasal dari kata Yunani yaitu topos yang
berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan. Topografi adalah
bentuk dari permukaan bumi. Dalam pengertian yang lebih luas,
topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga
vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan. Topografi
umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan
identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak
zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail
dari suatu tempat. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu
bagian dan secara umum menunjuk koordinat secara horizontal
seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu
ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari
objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai alasan,
diantaranya perencanaan militer dan eksplorasi geologi, untuk
kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum, dan proyek reklamasi.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


18

Ada 2 istilah yang sering ditemukan yang berkaitan dengan


topografi, yakni ukur topografi dan peta topografi.

1. Ukur topografi adalah pemungutan dan pengumpulan data


mengenai kedudukan dan bentuk permukaan bumi. Kaidah-
kaidah yang digunakan di dalam ukur topografi antara lain ukur
aras, tekimetri, meja datar, fotogrametri dan penginderaan jauh.
2. Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar
tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari
atas, diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta
topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebafian fisik
bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk
permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi
digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur. Peta topografi
menampilkan semua unsur yang berada di atas permukaan bumi,
baik unsur alam maupun buatan manusia. Peta jenis ini biasa
dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di alam bebas, termasuk
peta untuk kepentingan militer, teknik sipil, dan arkeologi.
Bentuk muka bumi di daratan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Gunung, merupakan bentuk permukaan bumi menjulang tinggi
yang berbentuk kerucut.
b. Pegunungan, terdiri dari rangkaian gunung-gunung.
c. Dataran tinggi atau plato merupakan bagian permukaan bumi
yang tingginya lebih dari 700 meter di atas permukaan air laut,
dan lapisan tanahnya relatif datar atau horizontal.
d. Bukit adalah dataran yang tinggi, lebih tinggi dari sekelilingnya
tetap lebih rendah dari gunung.
e. Dataran rendah adalah dataran yang tingginya hanya beberapa
meter di atas permukaan air laut.
f. Lembah adalah bagian permukaan bumi yang rendah yang
berada di kanan dan kiri kaki gunung.
g. Ngarai atau kanyon merupakan lembah yang curam dan dalam,
di dasar lembah tersebut terdapat sungai yang mengalir.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


19

h. Cekungan (basin) adalah bentuk muka bumi yang mencekung


seperti mangkok, umumnya dikelilingi oleh gunung atau
pegunungan.
i. Depresi kontinental adalah daratan yang lebih rendah daripaa
permukaan laut.
j. Pematang adalah suatu bukit atau pegunungan yang puncaknya
berderet-deret.
k. Lereng adalah suatu daerah permukaan tanah yang letaknya
miring.
l. Daerah lipatan adalah permukaan bumi yang bergelombang
dengan arah mendatar, terjadi karena tenaga endogen.
m. Sleng (graben) adalah jalur batuan yang terletak di antara dua
batuan yang tinggi dan masing-masing batuan dipisahkan oleh
bidang-bidang patahan.
n. Dome adalah daerah datar yang terangkat dan membentuk
cembung.
Topografi merupakan faktor pasif dalam pembentuk tanah.
Yang dimaksud dengan topografi adalah bentuk lahan suatu daerah
(morfologi regional). Topografi umumnya menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief
adalah bantuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau
ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari
permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan
(landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan
(landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas
lereng (% atau derajat), arah lereng, panjang lereng dan bentuk
lereng.
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat
kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil
daripada tanah yang berombak. Topografi miring mempercepat
berbagai proses erosi air, sehingga mempengaruhi kedalaman solum

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


20

tanah, pengaruh iklim nibsi tidak begitu nampak dalam


perkembangan tanah.
Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan
4 cara :
a. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa
tanah.
b. Kedalaman air tanah.
c. Besarnya erosi yang terjadi.
d. Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari
tempat yang tinggi ketempat yang rendah.
Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi
yang menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah adalah :
a. Beda tinggi permukaan lahan (amplitude).
b. Bentuk permukaan lahan.
c. Derajat kelerengan.
d. Panjang lereng.
e. Arah lereng.
f. Bentuk punggung lereng.
Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama
elemen iklim secara tak langsung berkolerasi terhadap :
a. Pelapukan fisik dan kimiawi batuan
b. Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
c. Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan
podsolisi
d. Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)
Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap
tanah adalah pada :
a. Tebal solum tanah
Solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan lebih
tebal dibandingkan solum tanah yang terdapat di puncak bukit
atau lereng terjal. Hal ini karena di dataran tinggi (puncak bukit
atau lereng terjal) intensitas erosi lebih tinggi, sedangkan daerah
yang datar (daerah lembah dan dataran) lapisan tanahnya tebal
karena mengalami sedimentasi dan minim tingkat erosi.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


21

b. Drainase tanah
Tanah di daerah lembah atau cekungan memiliki drainase
yang kurang baik dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng
lebih cepat atau baik. Daerah yang drainasenya kurang baik yang
dicirikan dengan sering terdapat genangan air menyebabkan
tanah menjadi asam.
c. Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim
kelembaban dan kelas drainase serta penciri oksida reduksi,
sangat dipengaruhi oleh relief atau topografi.
d. Tingkat erodibilitas tanah
Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan
panjang lereng maka semakin besar tingkat erodibilat tanah.
Secara keseluruhan bagian dari topografi yang
mempengaruhi pembentukan tanah adalah lereng, yang telah
diuraikan secara rinci di atas bagian dari lereng yang berpengaruh
terhadap pembentukan tanah. Lereng erat kaitannya dengan erosi
air. Erosi air menyebabkan pergerakan tanah ke lereng bagian
bawah. Penyingkiran tanah dari bagian atas lereng yang
berbentuk konvek menyebabkan terbentuknya tanah dangkal dan
berbatu. Bahan hasil erosi yang kemudian diendapkan di lereng
bagian bawah membentuk koluvium atau alluvium dan
menyebabkan meningkatnya kedalaman tanah di lereng bagian
bawah. Tanah yang terdapat di lereng bagian bawah memiliki
tekstur yang lebih halus karena air yang bergerak dari lereng atas
ke lereng bawah berupa limpasan permukaan dan aliran bawah
tanah.
Variasi jenis tanah di berbagai topografi diantaranya adalah:

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016


22

a. Di daerah beriklim humid tropika dengan bahan induk


tuff vulkanik, pada tanah yang datar membentuk tanah jenis
latosol berwarna coklat.
b. Di lereng pegunungan akan terbentuk latosol merah dan
grumusol bewarna kuning coklat.
c. Didaerah semi aris (agak kering) dengan bahan induk
naval pada topografi datar akan membentuk tanah jenis tanah
grumusol kelabu.
d. Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk tanah
dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunya
garam-garam dikaki lereng, sehingga di kaki gunung berapi
didaerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklat-
coklatan yang bersifat seperti grumusol, baik secara fisik
maupun kimianya.
e. Di lereng cekung seringkali membentuk cekungan
pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan
tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
f. Di dataran atau cekungan dimana air hujan tidak mudah
meresap ke dalam tanah atau mengalir ke luar, maka air akan
menggenang dan terbentuklah tanah yang berwarna kelabu
banyak mengandung karatan.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016

Anda mungkin juga menyukai