Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016
Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar 2016
Batuan Beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, seperti Silikat
oksida (SiO2), Titanium oksida(TiO2), Aluminium oksida(AlO2), Besi
(II) oksida(Fe2O3), Besi oksida (FeO), Mangan oksida(MnO),
Magnesium oksida (MgO), Kalsium oksida(CaO),Sodium oksida
(Na2O), Potasium oksida(K2O), air (H2O+), Porporus penthoxide (P2O5),
dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa
lingkungan pembentukan mineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan
jenis magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma,
kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam
analisis kimia Batuan Beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai
pembentukannya. Batuan Beku yang telah mengalami ubahan atau
pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena
itu batuan yang akan dianalisa haruslah batuan yang sangat segar dan
belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai
catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia
batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya
lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi
Berdasarkan komposisi mineralnya Batuan Beku dibagi
menjadi tiga jenis batuan, yaitu:
Batuan Beku asam
Batuan Beku intermediet
Batuan Beku asam
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi
batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga dapat diklasifikasikan lebih
mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi
kimiawi. Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase
kandungan SiO2, yaitu:
1
kurang dari mm sebagai hasil sedimentasi mekanis.
16
Golongan detritus kasar, dapat dikenali melalui butiran
penyusun batuannya yang relatif berukuran kasar, 0 (diameter)
1
lebih besar dari mm dan pada umumnya dihasilkan oleh
16
sedimentasi mekanis.
Golongan Karbonat
Golongan karbonat disusun oleh kelompok mineral
karbonat (kalsit, dolomit, aragonit) dan cangkang binatang
karang. Golongan ini terbentuk sebagai hasil sedimentasi mekanis
(batu gamping terumbu) dan sedimentasi kimia (batu gamping
kristalin, dolomit). Golongan ini dapat terbentuk sebagai hasil:
Golongan
Sedimen Silika
Golongan batuan ini termasuk juga batuan yang memiliki
sifat monomineralik, serta pada umumnya tersusun oleh mineral
silika. Dapat terbentuk secara sedimentasi kimiawi atau organik.
Contoh batuannya adalah rijang (chert), radiolarid dan diatomed.
Tekstur
Struktur
2. Berdasarkan cara terjadinya Batuan Sedimen dibagi
atas:
A. Batuan Sedimen Klastik
Batuan Sedimen yang terbentuk dari pengendapan
kembali dari batuan detritus atau pecahan batuan asal.Batuan
asal bisa terdiri dari Batuan Beku, Batuan Sedimen atau
Batuan Metamorf. Didalam pemerian Batuan Sedimen klastik
yang bertekstur kasar komposisi dibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu:
Komposisi
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada
Batuan Sedimen klastik bertekstur kasar pemerian
komposisi mineralnya dibedakan atas:
Fragmen adalah butiran pembentuk batuan yang
berukuran paling besar. Fragmen dapat berupa butiran
mineral, batuan, dan fosil.
Matrik adalah bagian dari butiran pembentuk
batuan yang berukuran lebih kecil dari fragmen.
Biasamya berkomposisi sama dengan fragmen.
Semen adalah bahan pengikat antara matrik dan
fragmen. Dalam Batuan Sedimen klastik dikenal ada tiga
macam semen, yaitu karbonat (kalsit, dolomit), silikat
(kalsedon, kuarsa), dan oksida besi (hematit, limonit).
Tekstur
Ukuran Besar Butir (Grain Size)
Dalam pemerian ukuran butir digunakan
pedoman ukuran dari “SkalaWentworth ”.
Idioblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana bentuk
mineral-mineral penyusunnya berbentuk euhedral.
Xenoblastik
Sama dengan idioblastik tetapi bentuk mineral-
mineralnya adalah anhedral.
Palimpsest (Tekstur Sisa)
Blastoporfiritik yaitu suatu tekstur sisa dari
batuan asal yang bertekstur porforitik.
Blasto-opitik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan
asal yang
opitik.
3. Struktur
Struktur pada Batuan Metamorf merupakan hubungan
antara butiran dengan butiran lainnya dalam Batuan Metamorf.
Kebanyakan Batuan Metamorf mempunyai struktur foliasi.
Foliasi
Foliasi adalah sifat perlapisan (foliates=daun) atau
berdaun. Namun harus dibedakan dengan lapisan sedimen.
Disini terjadi penyusunan kristal-kristal daripada mineral
secara pertumbuhan dalam arah panjang dari mineral. Foliasi
ini dapat berjenis-jenis:
Slatycleavage
Struktur yang khas pada batuan sabak (slate),
seperti schistocity, tanpa ada segregation bedding
(perlapisan akibat pemisahan macam-macam mineral).
Mineral-mineral sangat halus dan tidak dapat dilihat secara
megaskopis (belahan-belahan sangat kecil dengan mika-
mika mikroskopis). Contohnya Slate (batu sabak), batu
lempung yang mengalami metamorphose dengan fasies
rendah.
Phyllitic
Struktur pada batuan filit, tingkatanya lebih tinggi
dari slate, sudah ada segregation bedding tetapi tidak sebaik
b. Drainase tanah
Tanah di daerah lembah atau cekungan memiliki drainase
yang kurang baik dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng
lebih cepat atau baik. Daerah yang drainasenya kurang baik yang
dicirikan dengan sering terdapat genangan air menyebabkan
tanah menjadi asam.
c. Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim
kelembaban dan kelas drainase serta penciri oksida reduksi,
sangat dipengaruhi oleh relief atau topografi.
d. Tingkat erodibilitas tanah
Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan
panjang lereng maka semakin besar tingkat erodibilat tanah.
Secara keseluruhan bagian dari topografi yang
mempengaruhi pembentukan tanah adalah lereng, yang telah
diuraikan secara rinci di atas bagian dari lereng yang berpengaruh
terhadap pembentukan tanah. Lereng erat kaitannya dengan erosi
air. Erosi air menyebabkan pergerakan tanah ke lereng bagian
bawah. Penyingkiran tanah dari bagian atas lereng yang
berbentuk konvek menyebabkan terbentuknya tanah dangkal dan
berbatu. Bahan hasil erosi yang kemudian diendapkan di lereng
bagian bawah membentuk koluvium atau alluvium dan
menyebabkan meningkatnya kedalaman tanah di lereng bagian
bawah. Tanah yang terdapat di lereng bagian bawah memiliki
tekstur yang lebih halus karena air yang bergerak dari lereng atas
ke lereng bawah berupa limpasan permukaan dan aliran bawah
tanah.
Variasi jenis tanah di berbagai topografi diantaranya adalah: