Anda di halaman 1dari 8

Medication Errors pada Tahap Prescribing

Priest Daniel Limahelu


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
JL. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061
daniellimahelu27@gmail.com

Abstrak
Medication error (ME) adalah suatu kejadian yang sangat merugikan pasien dan dapat
membahayakan keselamatan pasien. ME dapat terjadi pada setiap fase, salah satunya fase
prescribing. Berbagai kesalahan ditemukan seperti tidak dapat terbaca, nama obat yang
disingkat, tidak ada dosis pemberian, tidak ada jumlah pemberian, tidak menuliskan
satuan dosis, tidak ada aturan pakai, tidak ada rute pemberian, tidak ada bentuk sediaan,
tidak ada tanggal permintaan resep, tidak lengkapnya identitas pasien ( tidak ada nomor
rekam medik yang tertulis, tinggi badan, jenis kelamin pasien, usia dan berat badan). Hal
– hal tersebut dapat merugikan pasien sehingga bukan meringankan penyakit yang ada
tetapi memperburuk keadaan pasien itu sendiri. Maka dari itu, pentingnya dilakukan
inisiasi pencegahan baik itu kepada dokter, suster, apoteker, juga pasien guna mengurangi
angka kejadian medication error.

Kata kunci: medication error, fase prescribing

Abstract
Medication error (ME) is an event that is very detrimental to the patient and may
endanger the patient's safety. ME can occur in every phase, one of which is prescribing
phase. Various errors are found unreadable, abbreviated drug names, no dosage of
administration, no amount of administration, no dose set, no rules of use, no delivery
routes, no dosage forms, no prescription request date, no complete patient identity (no
written medical record number, height, gender of patient, age and weight). These things
can harm the patient so as not to alleviate the existing illness but worsen the patient's

1
own condition. Therefore, the importance of good preventive initiation to doctors, nurses,
pharmacists, and patients to reduce the incidence of medication error.

Keywords: medication error, prescribing phase

Pendahuluan

Keselamatan pasien merupakan suatu disiplin baru dalam pelayanan kesehatan yang
mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan terhadap kesalahan pengobatan yang
sering menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan. Aspek
utama dari pelayanan kesehatan yaitu penggunaan obat yang merupakan komponen
penting, karena kira-kira 80% dari kunjungan penderita ke dokter akan mendapatkan
resep dan pada penderita yang dirawat akan menerima kurang lebih 6 sampai 8 jenis obat
yang berbeda selama masa perawatan. Diharapkan, pelaporan & analisis insiden akan
meningkatkan kemampuan menganalisa insiden yang terjadi untuk mencegah
terulangnya kejadian yang sama di kemudian hari.1
Medication Error (ME) adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat
selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Namun,
dengan penggunaan obat yang substansial dapat meningkatkan risiko yang cukup
berbahaya. Kejadian ini terjadi disebabkan pemakaian obat, tindakan, dan perawatan
yang tidak sesuai dengan aturan atau pedoman yang sudah ditentukan. Medication error
terdiri dari prescribing error (kesalahan peresepan), dispensing error (kesalahan
penyiapan obat), dan administration error (kesalahan administrasi).Perlu diketahui juga
bahwa terdapat beberapa perbedaan dalam jenis masalah klinis yang dihadapi, obat yang
digunakan, dan organisasi layanan dalam perawatan primer.2
Penyebab terjadinya prescribing error yang sering ditemukan adalah penulisan resep
yang tidak jelas dan tidak lengkap (mis: dosis, jumlah, nama pasien). Hal ini disebabkan
karena pengetahuan dokter tentang ketersediaan obat–obatan tidak terinformasi dengan
baik, tulisan yang buruk dan interupsi dari keluarga pasien. Angka kejadian prescribing
error ditemukan cukup tinggi pada resep pasien, khususnya pasien anak. Kesalahan
pengobatan pada anak-anak dapat memperparah penyakitnya dan merusak organ tubuh
anak-anak, mengingat sistem metabolismenya belum optimal. Tingginya permasalahan
tersebut menunjukkan perlunya tindakan nyata untuk mengurangi kejadian yang tentunya

2
dapat merugikan bagi pasien.3 Penulisan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
tentang cara-cara untuk mengurangi kesalahan pengobatan, khususnya pada fase
prescribing. Selain itu, menjelaskan pentingnya menyelidiki kesalahan pengobatan dan
potensi-potensi yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi, termasuk strategi untuk
menguranginya.

Pembahasan

Definisi Medication Error

Medication Error (ME) atau kesalahan pengobatan merupakan kejadian yang


seharusnya dapat dicegah yang dapat mengakibatkan atau mengarah pada penggunaan
obat yang tidak tepat untuk pasien sementara obat berada dalam kendali profesional
perawatan kesehatan, pasien, atau konsumen. Kejadian seperti itu terkait dengan praktik
profesional, produk perawatan kesehatan, prosedur, dan sistem, termasuk peresepan,
komunikasi pemesanan, pelabelan produk, pengemasan, dan tata nama, peracikan,
pengeluaran, distribusi, administrasi, pendidikan, pemantauan, dan penggunaan.4
Klasifikasi ME telah dikembangkan dalam upaya untuk membantu dalam komunikasi
dan pelaporan. Klasifikasi ini menggunakan pendekatan yang berbeda untuk menentukan
hubungan antara jenis kesalahan dan jenis yang membahayakan. American Society of
Health-System Pharmacists (ASHP) mengembangkan sistem untuk pengklasifikasian
ME berdasarkan resep, kelalaian (obat yang diresepkan tidak diberikan), waktu,
penggunaan obat yang tidak sah (tidak resmi oleh prespriber yang sah), dosis yang tidak
tepat, bentuk sediaan yang salah, persiapan obat yang salah, teknik administrasi yang
salah, kualitas obat (obat kedaluwarsa), pemantauan (kegagalan untuk menggunakan data
laboratorium untuk memantau toksisitas atau efek), kepatuhan, dan kesalahan lainnya.5
Secara umum, faktor yang paling sering mempengaruhi ME adalah faktor individu,
berupa persoalan pribadi, pengetahuan tentang obat yang kurang memadai, dan kesalahan
perhitungan dosis obat.6 Oleh karena itu, diperlukannya sistem yang komprehensif untuk
mengevaluasi bahaya, akar penyebab dan aspek permasalahan, salah satunya aspek
psikologis, bermanfaat untuk mengoptimalkan komunikasi dan membantu mencegah
kesalahan.5

3
Prescribing Error
Prescribing error merupakan kesalahan peresepan yang sering ditemukan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmi dan Zahra tahun 2017 di RSD
Mayjend HM Ryacudu Kotabumi didapatkan kesalahan yang termasuk dalam fase
prescribing. Pada fase ini potensi kesalahan meliputi tulisan resep yang tidak dapat
terbaca 0,3%, nama obat yang disingkat 12%, tidak ada dosis pemberian 39%, tidak ada
jumlah pemberian 18%, tidak menuliskan satuan dosis 59%, tidak ada aturan pakai 34%,
tidak ada rute pemberian 49%, tidak ada bentuk sediaan 84%, tidak ada tanggal
permintaan resep 16%, tidak lengkapnya identitas pasien ( tidak ada nomor rekam medik
yang tertulis 62%, tinggi badan 88%, jenis kelamin pasien 76%, usia 87%, dan berat
badan 88%).7
Faktor umum lain penyebab ME tahap prescribing meliputi penulisan resep yang
tidak memenuhi syarat kelengkapan resep, gangguan bekerja yaitu terganggu dengan
dering telepon, kondisi lingkungan yaitu pencahayaan yang kurang mendukung saat
bekerja, dan komunikasi yaitu permintaan obat secara lisan.8 Walaupun demikian,
prescribing error dapat pula terjadi pada aspek farmasetik berupa bentuk sediaan,
stabilitas dan aspek klinis berupa polifarmasi, dan interaksi obat.9
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari poli Interna RSUD Bitung pada
tahun 2016 mencatat persentase ME yang terjadi pada tahap prescribing yaitu tidak ada
bentuk sediaan 74,53%, tidak ada dosis sediaan 20,87%, tidak ada umur pasien 62,87%,
tulisan resep tidak terbaca atau tidak jelas 6,50%. Data tersebut menunjukkan bahwa
tingginya angka kejadian tahap prescribing dapat berpotensi terjadinya ME. Tidak
adanya bentuk sediaan ini yang sangat merugikan pasien. Pemilihan bentuk sediaan
disesuaikan dengan kondisi pasien dan penelitian tersebut dilakukan pada beberapa
pasien yang menerima resep, yaitu pasien lanjut usia. Hal yang perlu diperhatikan adalah
sediaan yang akan digunakan dan efek samping yang mungkin terjadi.9
Dosis atau takaran suatu obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan
atau diberikan kepada seseorang penderita untuk obat dalam maupun obat luar (Syamsuni,
2006). Oleh karena itu, dosis merupakan bagian yang sangat penting dalam peresepan.
Hasil penelitian pada tahap prescribing, menunjukkan bahwa tidak adanya dosis sediaan
(20,87%) berpotensi terjadinya ME yang tinggi. Tidak ada dosis sediaan berpeluang

4
menimbulkan kesalahan oleh transcriber, hal ini karena beberapa obat memiliki dosis
sediaan yang beragam.9
Usia juga merupakan predisposisi terjadinya efek samping obat, di mana efek samping
obat banyak terjadi pada pasien dewasa dan lanjut usia dibandingkan dengan pasien anak.
Pada pasien lanjut usia, fungsi fisiologis dan kognotif cenderung berubah akibat proses
penuaan dan dapat mempengaruhi kepatuhan, keamanan dan terapi obat yang diresepkan.
Alhasil, pasien tidak mendapat pengobatan secara optimal.5 Hal ini berhubungan dengan
jumlah obat yang di konsumsi serta lamanya menggunakan obat (terapi jangka panjang).
Pasien usia lanjut cenderung menerima beberapa obat sekaligus dalam proses terapinya
sehubungan dengan sakit yang timbul secara bersamaan. Terjadi peningkatan efek
samping hingga 7 kali, yaitu 3% dan 21% pada pasien berusia 20-30 tahun dan 60-70
tahun. Oleh karena itu, polifarmasi dan usia merupakan kombinasi yang menimbulkan
Drug Related Problem (DRP).9

Pencegahan10
Kasus ME merupakan kasus yang dapat merugikan terutama dari pihak pasien. Oleh
karena itu, pentingnya pencegahan agar kasus ME tidak terulang terus-menerus. Salah
satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya ME pada tahap
prescribing yaitu dengan cara skrining resep.

Edukasi Pasien

Dengan memberikan edukasi tentang obat-obatan, pasien dapat bertindak sebagai


pemeriksaan terakhir dalam sistem. Contoh dari edukasi kepada pasien yang dapat
membantu mencegah kesalahan pengobatan adalah mengetahui nama dan indikasi obat
anda, baca lembar informasi obat yang disediakan oleh apoteker anda, jangan bagikan
obat anda ke orang lain, periksa tanggal kadaluwarsa obat anda dan buang obat
kadaluwarsa, pelajari tentang penyimpanan obat yang tepat, jauhkan obat dari jangkauan
anak-anak dan pelajari tentang potensi interaksi dan peringatan obat.

Mengutamakan Autoritas Pasien

Program mengutamakan autoritas pasien digunakan untuk melindungi terhadap efek


samping dalam populasi kontraindikasi yang sangat tinggi. Contoh: Program ini dapat
digunakan untuk memastikan bahwa pasien tidak menerima obat-obatan tertentu, seperti

5
antibiotik, untuk jangka waktu yang sangat lama yang bisa menempatkan pasien pada
peningkatan risiko untuk terjadinya efek samping.

Bar code, sistem perawatan di samping tempat tidur:

Teknologi ini adalah salah satu cara meningkatkan keselamatan pasien dan
mengurangi pengobatan. Bar code untuk obat-obatan adalah alat yang dapat membantu
memastikan bahwa obat yang tepat dan dosis yang tepat diberikan kepada pasien yang
tepat. Aplikasi ini termasuk memiliki bar code pada paket setiap obat yang dibagikan dan
diberikan, identifikasi pasien dan pada orang yang memberikan dan mengelola dosis.

Pencatatan Resep Elektronik:

Pencatatan resep elektronik (EPR) berisi semua data yang secara hukum diperlukan
untuk mengisi, memberi label, mengeluarkan dan / atau mengajukan permintaan
pembayaran untuk resep.

Peresepan Elektrik

Adalah aplikasi komputer untuk memasukkan permintaan resep pada komputer,


dikenal sebagai Computerized Physician Order Entry (CPOE). Sistem CPOE
memungkinkan dokter untuk masuk daftar pemintaan resep di komputer atau perangkat
lain secara langsung, sehingga menghilangkan atau secara signifikan mengurangi
kebutuhan untuk menulis resep secara manual sehingga dapat membantu mencegah
banyak kesalahan pengobatan.

DUR (Drug Utilization Reviews) Online

Proses DUR online memungkinkan apoteker untuk melakukan peninjauan ulang atas
urutan resep pada saat pengisian. Teknologi ini memungkinkan apoteker untuk menilai
pesanan resep pada saat mengeluarkan dan, menggunakan informasi dari catatan medis
dan / atau farmasi pasien, menentukan ketepatan dari terapi obat yang diresepkan.

Kesimpulan

Kesalahan pengobatan atau medication errors yang tercatat masih banyak terjadi,
disebabkan oleh banyak faktor yang seharusnya dapat dicegah. Definisi umum dari
kesalahan peresepan (prescribing error) telah dikembangkan sehingga memungkinkan

6
pengelola atau pihak terkait menganalisa dengan baik perbandingan tingkat kesalahan
peresepan di antara sistem peresepan yang berbeda dan rumah sakit yang berbeda.
Diperlukan juga kesadaran yang cukup agar pencegahan yang ada dapat dilakukan secara
simultan dan perlahan dapat mengurangi angka kejadian kesalahan pengobatan. Baik
dokter, suster, apoteker maupun pasien, harus dapat bekerja sama dengan baik.

Daftar Pustaka

1. Handayani TW. Faktor penyebab medication error di rsu anutapura kota palu.
Jurnal Pengembangan Sumber Daya Insani. 2017; 2(2): h. 224-9
2. World Health Organization. Medication errors : technical series on safer primary
care. Geneva : Departement of Service Delivery and Safety World Health
Organization; 2016. h.1-28
3. Nilasari P, Hasan D, Uun W. Faktor-faktor yang berkaitan/berhubungan dengan
medication error dan pengaruhnya terhadap patient safety yang rawat inap di rs
pondok indah jakarta tahun 2012. Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal.
2017; 2(1) : h.1-9
4. Anonim. Medication errors related to drugs. 2017. Diakses dari :
https://www.fda.gov/Drugs/DrugSafety/MedicationErrors/default.htm. Diakses
tanggal : 19 April 2018.
5. Christopher M et al. Medication errors : an overview for clinicians. Mayo Clin
Proc. 2014; 8(8): p.1116-25
6. Mansouri A, Ahmadvand A et al. A Review of Medication Errors in Iran: Sources,
Underreporting Reasons and Preventive Measures. Iranian Journal of
Pharmaceutical Research. 2014; 13(1) : p.6
7. Oktarlina RZ, Wafiyatuniza Z. Kejadian medication error pada fase prescribing
dipoliklinik pasien rawat jalan rsd mayjend hm ryacudu kotabumi. JK Unila.
2017; 1(3) : h.540-5
8. Donsu YC, Tjitrosantoso H, Bodhi W. Faktor penyebab medication error pada
pelayanan kefarmasian rawat inap bangsal anak rsup prof. dr. r.d. kandou manado.
Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT. 2016; 5(3): h.66-74

7
9. Timbongol C, Lolo WA, Sudewi S. Identifikasi kesalahan pengobatan
(medication error) pada tahap peresepan (prescribing) di poli interna rsud bitung.
Pharmacon : 2016; 5(3) : h.1-6
10. Ratan P. Medication errors. India : Shri Guru Ram rai Institude od Technology
and Science; 2016. p.1-8

Anda mungkin juga menyukai