Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anggi Riksi Zul Hadi

Notar : 14.01.005

Kelas / Jurusan : II A / DIV TRANSDAR

1. Proses penyusunan peraturan perundangan ada 5 tahap:

a.perencanaan

Perencanaan adalah tahap dimana DPR dan Presiden (serta DPD terkait RUU tertentu) menyusun daftar
RUU yang akan disusun ke depan. Proses ini umumnya kenal dengan istilah penyusunan Program
Legislasi Nasional (Prolegnas). Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan dalam Keputusan
DPR.

b.penyusunan

Tahap Penyusunan RUU merupakan tahap penyiapan sebelum sebuah RUU dibahas bersama antara
DPR dan Pemerintah. Tahap ini terdiri dari:pembuatan naskah akademik,penyusunan rancangan
undang-undang,dan pemantapan konsepsi.

c.pembahasan

Pembahasan materi RUU antara DPR dan Presiden juga dengan DPD,melalui pembahasan pertama
pembicaraan dalam rapat komisi dan melakukan rapat paripurna.

d.pengesahan

Setelah ada persetujuan bersama antara DPR dan Presiden terkait RUU yang dibahas bersama, Presiden
mengesahkan RUU tersebut dengan cara membubuhkan tanda tangan pada naskah RUU Jika presiden
tidak menandatangani RUU tersebut sesuai waktu yang ditetapkan, maka RUU tersebut otomatis
menjadi UU dan wajib untuk diundangkan.

e.pengundangan

Pengundangan adalah penempatan UU yang telah disahkan ke dalam Lembaran Negara (LN), yakni
untuk batang tubung UU, dan Tambahan Lembaran Negara (TLN)m yakni untuk penjelasan UU dan
lampirannya, jika ada. TLN.Sebelum sebuah UU ditempatkan dalam LN dan TLN, Menteri Hukum dan
HAM terlebih dahulu membubuhkan tanda tangan dan memberikan nomor LN dan TLN pada naskah
UU. Tujuan dari pengundangan ini adalah untuk memastikan setiap orang mengetahui UU yang akan
mengikat mereka.
Dalam kaitanya dengan wewenang pemerintah dan pemerintah daerah dalam hal penyusunan peraturan
perundang-undangan diatur dalam UU no 12 tahun 2011. Pemerintah dapat mengajukan RUU dalam
pembentukan Undang Undang, sedangkan pemerintah daerah, dapat mngajukan Raperda atau
rancangan peraturan daerah ditingkat II.

Di dalam UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintah daerah, disebutkan urusan pemerintah dan
pemerintah daerah. Urusan pemerintah terdiri atas urusan absolute dan konkruen. Dalam urusan
absolute, merupakan seluruh urusan yang menjadi wewenang pemerintah. Sedangkan konkruen
merupakan urusan yang dibagi antara pemerintah dan pemerintah daerah. Dalam hal konkruen,
pemerintah menetapkan Norma, standar, prosedur, dan kriteria berupa ketentuan peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai pedoman dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan yang menjadi kewenangan
Daerah dalam rangka penyelesaian urusan pemerintahan. Namun daerah juga berhak untuk menetapkan
kebijakan daerah provinsi atau kab/kota selama tidak bertentangan dengan norma, standar, prosedur
dan kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2. Kewenangan Pemerintah Daerah dikaitkan dengan UU no 22 tahun 2009 tentang LLAJ

Peraturan Daerah merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan
otonomi daerah, sehingga kapanpun dan apapun pemerintah daerah membuat aturan selamat tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan diatasnya dan memenuhi syarat-syarat suatu
peraturan perundang-undangan maka dianggap sah.

Berikut isi Perda 8/2007 khususnya Bab II tentang Tertib Jalan, Angkutan Jalan, dan Angkutan Sungai

:Tertib Jalan, Angkutan Jalan dan Angkutan Sungai

Mengatur mengenai bagaimana pejalan kaki seharusnya berjalan, menyeberang dan/atau menggunakan
transportasi publik dan bagaimana orang mengoperasikan transportasi publik dan bagaimana pengguna
kendaraan pribadi harus berperilaku agar tak mengganggu ketertiban umum. Transportasi publik secara
umum termasuk transportasi di tanah padat dan jalur air. Juga menjelaskan penggunaan ruang di bawah
jembatan dan jalan layang yang dilarang oleh Gubernur kecuali dengan izin.

Dalam Perda bagian BAB II mengenai TertibJalan, Angkutan Jalan dan Angkutan Sungai, tidak
dijelaskan mengenai tugas dan wewenang Penyidik PNS dalam hal ini pegawai Dinas Perhubungan
LLAJ. Pada bagian ini hanya dijelaskan aturan-aturan dan larangan-larangan yang buat perda dalam
BAB tersebut.
Hal mengenai Penyidik PNS terdapat pada bagian tersendiri dalam BAB XIII mengenai Penyidikan.
Namun, tidak terdapat kaitannya dengan tugas dan fungsi Penyidik PNS Dinas Perhubungan LLAJ di
lapangan. Penjabaran lebih mendetail mengenai tugas dan wewenang Penyidik PNS Dinas Perhubungan
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ.

Dalam pasal 1 nomor 35, penyidik adalah polisi dan PPNS dalam hal tertentu. Kewenangan PPNS
terbatas dalam hal Uji Kendaraan bermotor dan izin angkutan serta dinas di Jembatan timbang dan
terminal. Jika PPNS akan dinas ke jalanan, maka wajib berkoordinasi dengan kepolisian. Namun yang
terjadi sekarang ini adalah banyaknya petugas Dinas Perhubungan yang menertibkan lalu lintas yang
seharusnya tugas kepolisian. Seharusnya di dalam perda harus jelas tupoksi instansi, padahal di UU no
22 tahun 2009 sudah dibahas mengenai tupoksi masing-masing instansi. Jadi pemda DKI harus
mengganti perda nya dengan rujukan UU no 22 tahun 2009 dan tidak menyalahi norma, standar,
prosedur dan kritria yang telah ditentukan di undang-undang.

3. Yang boleh dilakukan oleh pemerintah pusat dan pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Urusan pemerintahan menurut undang-undang ini terbagi menjadi 3 bagian, pertama Urusan
pemerintahan absolut, kedua, urusan pemerintahan konkuren dan yang ketiga adalah urusan
pemerintahan umum.
Urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang menjadi sepenuhnya menjadi
kewenangan pusat. Definisi Pusat jika kita masuk bidang eksekutif adalah Pemerintah Pusat,
definisinya sendiri adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri. Cakupan urusan
pemerintahan absolut terdiri dari masalah bidang politik luar negeri, pertanahan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal serta agama.
Urusan pemerintahan kedua adalah urusan pemerintahan konkuren. Definisinya adalah Urusan
Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota,
urusan yang diserahkan kepada daerah menjadi dasar pelaksana otonomi daerah. Pembagian itu
mencangkup berbagai bidang, mulai dari pertanian, perdagangan, pertambangan, perikanan
dllPemerintahan pusat dalam urusan pemerintahan konkuren, menetapkan norma, standar, prosedur,
dan kriteria atau biasa disingkat NSPK, kewenangan diatas dalam rangka penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan. NSPK ini kemudian menjadi pedoman bagi bagi daerah dalam rangka
menyelenggarakan kebijakan daerah yang akan disusunnya.
. Kebijakan daerah sebagai bagian dari kewenangan daerah yang diserahkan oleh pusat, tetap harus
berpedoman pada NSPK yang dibuat oleh Pusat. Kebijakan daerah yang tidak berpedoman pada NSPK,
maka pemerintah pusat membatalkan kebijakan daerah itu. Tapi disini ada pengecualian, jika 2 tahun
NSPK belum dibuat berdasarkan peraturan pemerintah pelaksanaan konkuren, maka daerah bisa
mengelurkan kebijakan daerah tanpa harus ada NSPK.

Anda mungkin juga menyukai