Anda di halaman 1dari 79

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan tujuan dengan titik berat

pada peranan perempuan yang akan dicapai pada 2015. MDGs tujuan ke 4 dan ke 5

nya adalah mengurangi angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan

ibu.Masalah-masalah yang terkait dengan hak kesehatan reproduksi harus ditangani

dengan menganut prinsip-prinsip keadilan gender.Indonesia ikut menyepakati

sasaran-sasaran Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Salah satu

sasaran MDGs adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan

mengamanatkan pelaksanaan Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Kerja. Pada Pasal

71 tentang Kesehatan Reproduksi dinyatakan, ruang lingkup kesehatan reproduksi

mencakup saat sebelum hamil, waktu melahirkan dan sesudah melahirkan, pengaturan

kehamilan, alat kontrasepsi, kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi

(Habibah, 2011).

Deskripsi kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konferensi

Internasional kependudukan dan pembangunan adalah keadaan kesejahteraan fisik,

mental dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,

tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta

proses-prosesnya. Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan, terjadi

pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari

fungsiorgan reproduksi.Seiring dengan pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami

perubahan jiwa.Remaja menjadi individu yang sensitif, mudah menangis, mudah

cemas, frustasi, tetapi juga mudah tertawa.Perubahan emosi menjadikan remaja


2

sebagai individu yang agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan.Remaja mulai

berpikir abstrak, senang mengkritik dan ingin mengetahui hal baru. Pertumbuhan dan

perkembangan tersebut harus didasari dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal

baru yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi bisa memberikan dampak yang

akan menghancurkan masa depan remaja dan keluarga. Promosi kesehatan reproduksi

pada remaja sering dikonotasikan sebagai pendidikan seks yang sebagian besar

masyarakat Indonesia masih menganggap tabu pendidikan tentang seks tersebut. Ada

lembaga pendidikan formal setingkat menengah yang masih ragu untuk melaksanakan

penyuluhan kesehatan reproduksi bagi siswanya (Depkes, 2010).

Masa remaja atau masa puber merupakan masa penghubung antara masa anak-

anak dengan dewasa. Wanita mengalami masa pubertas sekitar usia 12 tahun

(Proverawati dan Misaroh, 2009). Anak perempuan lebih cepat dewasa dibandingkan

anak laki-laki.Tanda-tanda awal pubertas pada seorang wanita adalah tumbuhnya

payudara dan rambut pubis (Myles, 2009). Memasuki usia remaja, beberapa jenis

hormon terutama hormon estrogen dan progesteron mulai berperan aktif. Hormon ini

mempengaruhi perkembangan organ reproduksi, serta mempengaruhi ovulasi, yaitu

pematangan dan pelepasan sel telur dari ovarium (Proverawati dan Misaroh,

2009).Tubuh tumbuh pesat dan memberi bentuk tubuh wanita.Pubertas mencapai

puncak pada awitan menstruasi, periode pertama menstruasi disebut menarche

(Myles, 2009). Menstruasi pertama ini biasanya terjadi dalam rentang usia 10 – 16

tahun (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Saat menstruasi pertama datang, perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman

selalu meliputi perasaan seorang wanita (Proverawati dan Misaroh, 2009).Pada

permulaan hanya hormon estrogen saja yang dominan, estrogen yang dominan ini

sangat penting pada permulaan menstruasi karena menyebabkan terjadinya


3

pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder.Pada permulaan perdarahan

sering tidak teratur karena bentuk menstruasinya anovulatoir (Manuaba, 2009).Pada

masa pubertas sesudah menarche biasanya perdarahan tidak normal (Prawirohardjo,

2007).Hipotalamus dapat mengontrol siklus menarche, tetapi dapat dipengaruhi oleh

senter yang lebih tinggi di otak, misalnya kecemasan dan stres dapat mempengaruhi

siklus (Prawirohardjo, 2008).Riset yang dilakukan oleh Ezra E.S pada tahun 2003

menunjukkan bahwa dari 23 orang subjek penelitian, 20 orang diantaranya merasa

takut, tidak siap, takut orang lain tahu, bingung bagaimana cara membersihkan, takut

melihat darah, takut kena marah, takut darah haid tersebut sebagai suatu penyakit,

bingung menjelaskan pada orang lain, takut kehabisan darah, dan belum mengetahui

tentang menarche.Permasalahan dan kekhawatiran yang biasa timbul pada anak

perempuan yang belum menarche tersebut adalah merasa cemas, gelisah, malu dan

takut saat nantinya akan menghadapi menarche.

Cara untuk menghilangkan permasalahan dan kekhawatiran tersebut salah

satunya adalah dengan peningkatan pengetahuan tentang menarche pada siswi

tersebut. Peningkatan pengetahuan tersebut dilakukan dengan cara pendidikan

kesehatan tentang menarche. Bentuk pendidikan kesehatan yang diberikan beragam,

misalnya dengan metode ceramah, wawancara, bimbingan dan penyuluhan, seminar

serta curah pendapat (Notoatmodjo, 2007).

Di Indonesia,terdapat sekitar 1.383.307 siswi Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri dengan kisaran umur 12-15 tahun dan sekitar 364.367 siswi Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Swasta dengan kisaran umur 12-15 tahun. Jumlah

keseluruhan siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berumur 12-15 tahun

adalah 1.547.127. Daerah Jawa Tengah, siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri yang berumur 12-15 tahun terdapat sekitar 208.597 siswi, dan untuk siswi
4

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta dengan kisaran umur 12-15 tahun adalah

sekitar 58.347 siswi. Di Kabupaten Banjarnegara sendiri, terdapat 15.562 siswi

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri yang berumur 12-15 tahun dan sekitar 299

siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta yang berumur 12-15 tahun.

SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara merupakan salah satu Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yang cukup diminati.Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah

siswa kelas VII adalah 264 dengan jumlah siswa laki-laki adalah 113 dan jumlah

siswi perempuan adalah 151, dari jumlah siswi perempuan tersebut terdapat 46 siswi

yang belum menarche atau sekitar 40% dari jumlah siswi keseluruhan. Studi

pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 10 siswi kelas VII yang belum menarche

menunjukkan bahwa dari 10 siswi tersebut, 8 siswi diantaranya masih belum siap,

malu, cemas, bingung, gelisah dan merasa takut kalau nantinya mendapatkan

menarche, 8 siswi tersebut juga belum mengetahui tentang menarcheserta belum

memahami secara mendalam yang dimaksud dengan menarche. Berdasarkan studi

pendahuluan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa permasalahan dan kekhawatiran

yang biasa timbul pada siswi yang belum menarche tersebut antara lain, merasa takut,

cemas, gelisah, malu dan belum siap saat nantinya mendapat menarchedan

pengetahuan tentang menarche masih sangat kurang. Permasalahan dan kekhawatiran

tersebut dikarenakan para siswi belum memiliki pengetahuan tentang

menarche.Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian tersebut agar dapat

meningkatkan pengetahuan para siswi tentang menarche dan dapat menghilangkan

permasalahan dan kekhawatiran yang timbul.


5

B. Rumusan Masalah

Di SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara pada tahun 2012 terdapat 46 remaja

putri yang belum mengetahui tentang menarche, siklus menstruasi menarche dan

gejala yang menyertainya. Sesuai dengan latar belakang di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP Negeri 1

Bawang Banjarnegara tahun 2012?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang

menarche pada siswi kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik siswi kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara

b. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP

Negeri 1 Bawang Banjarnegara tahun 2012 sebelum pendidikan kesehatan

c. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP

Negeri 1 Bawang Banjarnegara tahun 2012 setelah pendidikan kesehatan

d. Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi

kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara tahun 2012 sebelum dan

sesudah pendidikan kesehatan.


6

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Siswi SMP N 1 Bawang

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan para siswi tentang

menarche sehingga dapat mengatasi masalah yang timbul apabila nantinya

mendapatkan menarche.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penenlitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk peningkatan

ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan masalah pengetahuan tentang menarche

pada siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP)

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang

pengetahuan tentang menarche pada siswi SMP

4. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan masukan bagi tenaga

kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan pengetahuan tentang

menarche pada siswi SMP

5. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan penerapan teori-

teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dan sebagai bahan kajian bagi

penelitian-penelitian di masa yang akan datang.

E. Keaslian penelitian

Penelitian tentang menarche telah banyak dilakukan,sasaran penelitian

tidak hanya siswa SMP tetapi juga remaja putri di desa.

Penelitian yang pernah dilakukan antara lain adalah :


7

1. Nurkholifah (2010), ”Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang menstruasi

dengan Kesiapan Menghadapi Menarche di Desa Tidu Kecamatan Bukateja

Kabupaten Purbalingga tahun 2010”. Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan rancangan survei cross

sectional. Metode pengambilan sampel secara acak sistematis, jumlah sampel 79

remaja putri umur 10 – 12 tahun di desa Tidu kecamatan Bukateja kabupaten

Purbalingga. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan

remaja putri dengan kesiapan menghadapi menarche.

2. Tri Purwani (2011), ”Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche

pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara tahun

2011”. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian

survei analitik dengan rancangan survei cross sectional. Jumlah responden

sebanyak 99 responden yang merupakan siswi SMP Negeri 1 Purwonegoro

Banjarnegara. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan status gizi, aktifitas

fisik, sosial dan ekonomi dengan usiamenarche pada remaja putri di SMP Negeri

1 Purwonegoro Banjarnegara.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah

tempat penelitian yang berbeda, metode dan jenis penelitian yang dilakukan

berbeda serta variabel bebasnya sangat berbeda. Peneliti menggunakan SMP

Negeri 1 Bawang Banjarnegara sebagai tempat penelitian, metode dan jenis

penelitian yang peneliti gunakan adalah “One Group Pretest dan Postest”, dan

variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Menarche

a. Definisi

Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam

rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

sebelum memasuki masa reproduksi.Menarche merupakan pertanda adanya

suatu perubahan status sosial dari anak-anak ke dewasa, yang merupakan

suatu tanda awal adanya perubahan lain seperti pertumbuhan

payudara,pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila,serta distribusi lemak

pada daerah pinggul (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Alat kandungan pada saat lahir belum berkembang.Setelah pancaindra

menerima rangsangan yang diteruskan ke pusat dan diolah oleh

hypothalamus,mengeluarkan hormon gonadotropik perangsang folikel dan

luteinizing hormone yang merangsang indung telur.Hormon perangsang

folikel (FSH),merangsang folikel primordial yang dalam perjalanannya

mengeluarkan hormon estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder

(Manuaba,2009).Menarche merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang

wanitayang menunjukkan adanya produksi hormon yang normal yang dibuat

oleh hipothalamus dan kemudian diteruskan pada ovarium dan uterus.Selama

sekitar 2 tahun hormon-hormon ini akan merangsang pertumbuhan tanda-

tanda seks sekunder seperti pertumbuhan payudara, perubahan-perubahan

kulit, perubahan siklus, pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis serta
9

bentuk tubuh menjadi bentuk tubuh wanita ideal (Proverawati dan Misaroh,

2009).

Menstruasi pertama (menarche) biasanya terjadi pada usia 8 – 13

tahun. Interval antara periode menstruasi bervariasi sesuai usia, keadaan fisik,

emosi dan lingkungan. Siklus menstruasi normal umumnya tetap setiap 28

hari, tetapi interval 24 – 32 hari masih dianggap normal kecuali siklusnya

sangat tidak teratur.Pada awal dan akhir siklus menstruasi bisa tidak teratur

dan tidak dapat diperkirakan.Durasi perdarahan menstruasi adalah 3 – 7 hari

tetapi dapat pula bervariasi.Kehilangan darah rata-rata pada periode

menstruasi normal sekitar 35 – 90 ml. Kira-kira tiga per empat darah tersebut

hilang dalam 2 hari pertama (Benson dan Pernoll, 2008).

Cairan menstruasi mengandung darah, sel epitel vagina dan

endometrium yang terkelupas, lender serviks, dan bakteri.Prostaglandin dapat

ditemukan pada darah menstruasi, bersama dengan enzim dan fibrinolisin dari

endometrium.Fibrinolisin mencegah menggumpalnya darah menstruasi

kecuali terjadi perdarahan yang berlebihan.Dalam darah menstruasi dapat

terbentuk bekuan darah kecil yang rapuh dan kekurangan fibrin dalam vagina

karena adanya mukoprotein dan glukosa dalam keadaan basa (Benson dan

Pernoll, 2008).

b. Tanda dan gejala menarche

Gejala yang sering menyertai menarche adalah rasa tidak nyaman

disebabkan karena selama menarchevolume air di dalam tubuh

berkurang.Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala,pegal-pegal di kaki

dandipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut. Sebelum

periode ini terjadi biasanya ada beberapa perubahan emosional.Perasaan


10

suntuk, marah dan sedih yang disebabkan oleh adanya pelepasan beberapa

hormon.Tanda-tanda menjelang menstruasi terjadi hampir di seluruh bagian

tubuh dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh, antara lain adanya rasa nyeri

di payudara, sakit pinggang, pegal linu, perasaan seperti kembung, muncul

jerawat, lebih sensitif, mudah marah (emosional) dan kadang timbul perasaan

malas (Proverawati dan Misaroh, 2009).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Menarche

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi menarche,antara lain :

1) Usia

Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menarche sangat

bervariasi.Terdapat kecenderungan bahwa saat ini mendapat menarche

pada usiayang lebih muda.Ada yang berusia 12 tahun saat mendapat

menstruasi pertama kali,tapi ada juga yang 8 tahun sudah memulai

siklusnya.Bila usia 16 tahun baru mendapat menstruasipun dapat terjadi.

Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh

banyak faktor,antara lain faktor suku,genetik,gizi,sosial,ekonomi,dan lain-

lain.Anak perempuan yang menderita kelainan tertentu selama dalam

kandungan mendapatkan menarche pada usia lebih muda dari usia rata-

rata, sebaliknya anak perempuan yang menderita cacat mental dan

mongolisme akan mendapat menarche pada usia yang lebih lambat

(Proverawati dan Misaroh,2009).

2) Aspek Psikologi

Aspek psikologi yang menyatakan bahwa menarche merupakan bagian

dari masa pubertas.Menarche merupakan suatu proses yang melibatkan

sistem anatomi dan fisiologi dari proses pubertas yaitu sebagai berikut :
11

a) Disekresikanya estrogen oleh ovarium yang distimulasi oleh hormon

ptuitari.

b) Estrogen menstimulasi pertumbuhan uterus.

c) Fluktusi tingkat hormon yang dapat menghasilkan perubahan suplai

darah yang adekuat ke bagian endometrium.

d) Kematian beberapa jaringan endometrium dari hormon ini dan adanya

peningkatan fluktusi suplai darah ke desidua (Proverawati dan

Misaroh, 2009).

3) Kesuburan

Pada sebagian besar wanita,menarche bukanlah sebagai tanda

terjadinya ovulasi.Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa

interval rata-rata antara menarche dan ovulasi terjadi beberapa

bulan.Secara tidak teratur menstruasi terjadi selama 1-2 tahun sebelum

terjadi ovulasi yang teratur.Adanya ovulasi yang teratur menandakan

interval konsisten dari lamanya menstruasi dan perkiraan waktu datangnya

kembali untuk mengukur tingkat kesuburan seorang wanita (Proverawati

dan Misaroh, 2009).

4) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap waktu terjadinya

menarche.Salah satunya yaitu lingkungan keluarga.Lingkungan keluarga

yang harmonis dan adanya keluarga besar yang baik dapat memperlambat

terjadinya menarche dini sedangkan anak yang tinggal ditengah-tengah

keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan terjadinya menarche

dini.Adanya tindak kekerasan seksual pada anak dan adanya konflik dalam

keluarga merupakan faktor yang berperan penting pada terjadinya


12

menarche dini.Beberapa aspek struktur dan fungsi keluarga berpengaruh

terhadap kejadian menarche dini yaitu sebagai berikut :

a) Ketidakhadiran seorang ayah ketika masih kecil

b) Kekerasan seksual pada anak

c) Adanya konflik dalam keluarga

Struktur dan fungsi keluarga juga berpengaruh terhadap terjadinya

pubertas yang lambat yaitu adanya keluarga besar,hubungan yang

positif dalam keluarga serta adanya dukungan dan tingkat stress yang

rendah dalam lingkungan keluarga (Proverawati dan Misaroh,2009).

5) Status sosial ekonomi

Menarche terlambat terjadi pada kelompok sosial ekonomi sedang

sampai tinggi yang memiliki selisih sekitar 12 bulan.Berdasarkan

pendapatan perkapita,orang yang berasal dari kelompok keluarga yang

biasa mengalami menarche lebih dini (Proverawati dan Misaroh,2009).

6) Ras

Anak perempuan kulit hitam rata-rata mengalami menarche lebih cepat

3 bulan dari pada anak-anak kulit putih dan rata-rata usia saat menarche

lebih cepat 9 bulan pada perempuan kulit hitam serta 2 bulan pada

perempuan kulit putih. Hasil penelitian di Amerika, 40% anak perempuan

kulit hitam mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun

dibandingkan anak perempuan kulit putih.Sekitar 10 % anak perempuan

kulit putih dan 15 % anak perempuan kulit hitam mulai mengalami

menstruasi sebelum usia 11 tahun,keadaan ini disebut menarche dini.

Anak-anak perempuan yang mengalami menarchepertama sebelum

usia 11 tahun berat badannya lebih berat dan badannya lebih tinggi
13

daripada anak perempuan yang mengalami menarchesetelah usia 13 tahun.

Perbedaan dalam tinggi dan berat badan menunjukkan bahwa anak

perempuan kulit hitam lebih dahulu mencapai tahap lanjut perkembangan

rangka tubuh daripada anak perempuan kulit putih, tetapi saat

dibandingkan,anak perempuan kulit hitam dan kulit putihpada usia yang

sama,berat dan tinggi badan yang sama,didapatkan anak perempuan kulit

hitam masih lebih dini mengalami menarchedari pada anak perempuan

kulit putih (Proverawati dan Misaroh,2009).

7) Basal Metabolik Indek (BMI)

BMI merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

terjadinya menarche. Menarche merupakan tanda berfungsinya organ

reproduksi dan sistem endokrin yang akan bermanifestasi pada

polokistikovarium sindrom dan resiko kanker payudara. Berat badan

sewaktu lahir dan berat badan yang overweight dapat menentukan usia

terjadinya menarche. Seorang wanita yang mengalami menarche dini (9-

11 tahun) biasanya mempunyai berat badan maksimum 46 kg, sedangkan

kelompok yang memiliki berat badan 37 kg mengalami menarche yang

terlambat (Proverawati dan Misaroh, 2009).

8) Rangsangan audio visual

Faktor penyebab menarche dini juga dapat terjadi karena adanya

rangsangan audio visual, baik berasal dari percakapan maupun tontonan

dari film-film yang atau internet berlabel dewasa, vulgar, atau mengumbar

sensualitas.Rangsangan dari telinga dan mata tersebut kemudian

merangsang sistem reproduksi dan genital untuk lebih cepat matang.


14

Rangsangan audio visual merupakan faktor utama penyebab menarche dini

(Proverawati dan Misaroh, 2009).

d. Macam – macam gangguan dalam menarche

Beberapa gangguan dalam menarche antara lain :

1) Dismenorea

Dismenorea (nyeri menstruasi) adalah nyeri pada daerah panggul

akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin.Biasanya dimulai segera

setelah menarche.Nyeri berkurang setelah menstruasi, namun pada

beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode menstruasi. Untuk

mengantisipasi nyeri menstruasi ada beberapa terapi, antara lain terapi

bahan alami yaitu dengan menjalani pola hidup sehat. Beberapa hal yang

dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri menstruasi antara lain yaitu, mandi

air hangat (bisa juga mandi air hangat menggunakan aroma terapi), minum

minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi, menggosok-gosok

perut/pinggang yang terasa sakit serta dapat juga melakukan posisi

menungging (Proverawati dan Misaroh, 2009).

2) Hipermenorea atau menorhagia

Hipermenorea adalah perdarahan menstruasi yang banyak dan lebih

lama dari normal yaitu 6 – 7 hari dan ganti pembalut bias sampai 5 – 6 kali

perhari. Menstruasi normal (Eumenorea) biasanya 3 – 5 hari (2 – 7 hari

masih normal), jumlah darah rata-rata 35 cc (10 – 80 cc masih dianggap

normal), kira-kira 2 – 3 kali ganti pembalut perhari (Proverawati dan

misaroh, 2009).
15

3) Amenorea

Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3

bulan berturut-turut.Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan

penyebabnya, salah satunya jika mengalami amenorea karena obesitas

dapat melakukan diet dan olahraga. Terapi lain yang dapat dilakukan yaitu

dengan belajar mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang

berelebihan (Proverawati dan Misaroh, 2009).

4) Mastodinia atau mastalgia

Mastodinia adalah rasa tegang pada payudara menjelang menstruasi

(Proverawati dan Misaroh, 2009).

5) Premenstrual Sindrome (PMS)

PMS adalah berbagai gejala fisik, psikologis, dan emosional yang

terkait dengan perubahan hormonal siklus menstruasi. Gejala fisik yang

sering dirasakan antara lain kram, nyeri perut, nyeri pada payudara, perut

kembung, berat badan meningkat, kelelahan, pembengkakan pada tangan

dan kaki, nyeri sendi, sakit kepala, dan sulit tidur (insomnia). Gejala

emosionalnya antara lain mudah tersinggung, mudah marah, sedih dan

depresi, nafsu makan meningkat, mood tidak stabil, cemas, merasa

tertekan, merasa tidak berguna atau bersalah, sensitif, putus asa, merasa

memiliki konflik, keinginan untuk beraktivitas menurun, sulit

berkonsentrasi sampai muncul perasaan berlebihan atau lepas kendali.

Seseorang dikatakan mengalami PMS jika merasakan salah satu gejala

fisik dan gejala emosional selama 3 kali masa menstruasi berturut-turut.

Jenis perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi PMS antara lain

dengan melakukan diet seperti mengurangi kafein, garam termasuk


16

kandungan sodium pada makanan kemasan. Perbanyak konsumsi

karbohidrat kompleks dan serat seperti roti gandum, pasta, sereal, buah

dan sayuran serta mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan

mineral.Lakukan pola hidup sehat dengan makan teratur, tidur yang cukup

dan berolahraga (Proverawati dan Misaroh, 2009).

e. Kesiapan menghadapi menarche

1) Pengetahuan tentang menarche

Selama ini sebagian masyarakat merasa tabu untuk membicarakan

tentang masalah menstruasi dalam keluarga,sehingga remaja awal kurang

memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahan-

perubahan fisik dan psikologis terkait menarche. Anggapan tersebut akan

semakin parah apabila pengetahuan remaja mengenai menarche ini sangat

kurang dan pendidikan dari orang tua yang kurang.

Pengetahuan tentangmenarche sangat dibutuhkan oleh remaja

putri.Masalah fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan

remaja tentang menarche adalah kurangnya kebersihan diri (personal

hygiene) sehingga dapat beresiko untuk terjadinya infeksi pada saluran

kemih (ISK) (Proverawati dan Misaroh, 2009).

2) Kesiapan mental

Kesiapan mental sangat diperlukan sebelum menarche karena perasaan

cemas dan takut akan muncul.Perasaan bingung,gelisah,tidaknyaman dan

malu selalu menyelimuti seorang wanita yang mengalami menstruasi

untuk pertama kali (menarche).Menarche adalah hal yang wajar yang pasti

dialami oleh setiap wanita normal dan tidak perlu digelisahkan.


17

Pendidikan tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri merupakan

masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak

untuk menyiapkan mental remaja putri saat mengalami menarche.Saat

remaja putri tersebut mengalami menarche sudah siap dan tidak merasa

malu atau cemas dengan adanya menstruasi karena hal itu justru

menunjukkan bahwa tubuh sudah beranjak dewasa dan berbagai perubahan

itu sebagai indikator untuk mempersiapkan diri untuk hidup dalam

lingkungan dewasa (Proverawati dan Misaroh,2009).

2. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang

melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba.Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap

obyek.Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007).

Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari

suatu kenyataan yang sedang dipelajari melainkan sebagai konstruksi kognitif

seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.Pengetahuan

bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain

tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang

terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena

adanya pemahaman-pemahaman baru.


18

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai

6 tingkat,yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau dirangsang yang telah diterima.Tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

sesuatu objek ke dalam sesuatu komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
19

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis yang menunjukan kepada sesuatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi(Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

c. Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah,dapat dikelompokkan menjadi 2

(Notoatmodjo, 2010), yaitu :

1) Cara tradisional atau kuno atau cara non ilmiah

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan

dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan

masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, coba

kemungkinan yang lain. Kemungkinan kedua gagal, maka dicoba lagi

dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal


20

dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya sampai masalah tersebut

terpecahkan (Notoatmodjo, 2010).

b) Cara kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, pemuka

agama,pemegang pemerintahan dan sebagainya.Pengetahuan tersebut

diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang

yangmempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun para ahli ilmu

pengetahuan atau ilmuwan (Notoatmodjo, 2010).

Pemegang otoritas pada aspek tertentu sangat dominan untuk

mempengaruhi komunitas masyarakat tertentu, tanpa penalaran dan

bukti-bukti denagn fakta yang mendukung. Para pemegang otoritas

pada prinsipnya mempunyai suatu mekanisme yang hampir sama atau

bahkan sama dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan. Orang lain

menerima pendapat yang dikemukakan orang yang mempunyai

otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan

kebenarannya berdasarkan penalarannya sendiri berdasar logika. Orang

menganggap apa yang disampaikan adalah suatu kebenaran (Imron dan

Munif, 2010).

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali


21

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa yang lalu. Cara yang digunakan tersebut orang

dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan

masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan atau merujuk

cara tersebut, tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut, maka tidak

akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain

sehingga berhasil memecahkannya.

Semua pengalaman pribadi tersebut dapat merupakan sumber

kebenaran pengetahuan.Tidak semua pengalaman pribadi dapat

menuntun seseorang menarik kesimpulan dengan benar.Menarik

kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis

dan logis (Notoatmodjo, 2010).

d) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran

atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang

rasional dan yang sistematis.Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya

berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati (Notoatmodjo,

2010).

e) Melalui logika atau pikiran

Semakin maju dan berkembangnya peradaban dan kebudayaan

umat manusia, maka cara berpikirnyapun mulai sedikit demi sedikit

mengalami perubahan dan kemajuan. Umat manusia telah mampu

menggunakan akal pikiran dan penalarannya guna menganalisa suatu


22

kondisi disekitarnya, demikian pula dengan penemuan-penemuan yang

diyakini sebagai suatu ilmu pengetahuan telah melalui proses

pemikiran.

Cara berpikir yang dilakukan dengan melahirkan sebuah

pernyataan-pernyataan, untuk kemudian dicari hubungannya sehingga

dapat ditarik suatu kesimpulan.Suatu pernyataan yang bersifat khusus

untuk disimpulkan kedalam suatu generalisasi dinamakan induksi,

sebaliknya jika pernyataan-pernyataan umum untuk menuju suatu

kesimpulan yang bersifat khusus dinamakan deduksi (Imron dan

Munif, 2010).

2) Cara modern atau cara ilmiah

Cara ini disebut metode penelitian (research methodology).Cara ini

mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan

dan dikumpulkan serta diklasifikasikan yang kemudian diambil

kesimpulan umum.Metode berpikir induktif Bacon dikembangkan oleh

Deobold van Dallen yang mengatakan bahwa memperoleh kesimpulan

dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat

pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek

yang diamati. Akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian, yang

dewasa ini dikenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research

method) (Notoatmodjo, 2010; Imron dan Munif, 2010).


23

d. Kriteria tingkat pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif (Arikunto, 2006), yaitu :

1) Baik : Hasil persentase 76% - 100%

2) Cukup baik : Hasil persentase 56% - 75%

3) Kurang baik : Hasil persentase < 56%

3. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu

upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan

dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi,

memberikan kesadaran, dan sebagainya, untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya dan tidak

hanya mengkaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik

kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik

fisik maupun non fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Hasil atau perubahan perilaku dengan cara pendidikan kesehatan

memakan waktu lama,tetapi perubahan yang dicapai bersifat langgeng karena

didasari oleh kesadaran sendiri (bukan karena paksaan). Perubahan perilaku

dengan pendidikan akan menghasilkan perubahan yang efektif bila dilakukan

melalui metode “Diskusi Partisipasi”. Diskusi partisipasi adalah salah satu

carayang baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan

kesehatan (Notoatmodjo, 2010).


24

b. Peran Pendidikan kesehatan dalam kesehatan masyarakat

Kesehatan merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor, baik faktor

internal (dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal (diluar diri

manusia). Faktor internal terdiri dari faktor fisik dsn psikis. Faktor eksternal

terdiri dari faktor sosial, budaya masyarakat,l ingkungan fisik, politik, konomi,

pendidikan dan sebagainya. Menurut Blum (1974) yang dikutip dalam

Notoatmodjo (2007) faktor yang mempengaruhi kesehatan berdasarkan urutan

besarnya (pengaruh) terhadap kesehatan tersebut adalah :

1) Lingkungan,mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi

dan sebagainya.

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Hereditas (keturunan)

Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap

faktor perilaku.Faktor yang lain (lingkungan, pelayanan kesehatan dan

hereditas) juga memerlukan intervensi pendidikan kesehatan. Secara

terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Peran pendidikan kesehatan dalam faktor lingkungan

Fasilitas kesehatan lingkungan yang dibangun oleh

instansi,baik pemerintah, swasta maupun LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat). Sarana dan fasilitas kesehatan tersebut kurang atau tidak

dimanfaatkan dan dipelihara sebagaimana mestinya karena kurangnya

kesadaran masyarakat akan kesehatan. Pendidikan kesehatan perlu

dilakukan agar masyarakat dapat memanfaatkan dan memelihara

sarana dan fasilitas kesehatan secara optimal (Notoatmodjo, 2007).


25

b) Peran pendidikan kesehatan dalam perilaku

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.

Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau

mengetahui cara memelihara kesehatan, menghindari atau mencegah

hal-hal yang merugikan kesehatan dan mencari pengobatan jika sakit.

Pendidikan kesehatan bertujuan agar masyarakat dapat mempraktikkan

hidup sehat bagi diri sendiri dan bagi masyarakat, atau masyarakat

dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style) (Notoatmodjo, 2007).

c) Peran pendidikan kesehatan dalam pelayanan kesehatan

Pendidikan kesehatan dilakukan untuk meningkatkan

pemanfaatan puskesmas dan sarana kesehatan yang lain oleh

masyarakat secara optimal (Notoatmodjo, 2007).

d) Peran pendidikan kesehatan dalam faktor hereditas

Ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan

status kesehatan pada anak-anaknya. Orang tua yang sehat dan gizinya

baik akan mewariskan kesehatan yang baik pada anaknya, dan orang

tua yang kesehatanya rendah dan gizinya kurang akan mewariskan

kesehatan yang rendah pada anaknya. Rendahnya kesehatan orang tua

bukan hanya karena sosial ekonominya rendah tapi sering disebabkan

karena orang tua atau ibu tidak mengetahui cara memelihara kesehatan

dan tidak tahu makanan yang bergizi yang harus dimakan. Pendidikan

kesehatan diperlukan agar masyarakat dan orang tua menyadari dan

melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan yang baik pada

keturunan selanjutnya (Notoatmodjo, 2007).


26

c. Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga

nereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. Sesuai batasan

ini tersirat unsur pendidikan, yaitu :

1) Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan

pendidik (pelaku pendidikan),

2) Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain),

3) Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo,

2007)

Hasil (output) yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah

perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang kondusif. Perubahan perilaku yang belum atau tidak

kondusif ke perilaku yang kondusif ini mengandung berbagai dimensi

sebagai berikut :

a) Perubahan perilaku

Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-

nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

kesehatan, atau dari perilaku yang negatif ke perilaku yang positif.

b) Pembinaan perilaku

Pembinaan terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat

yang sudah sehat agar tetap dipertahankan kesehatannya, artinya

masyarakat yang sudah mempunyai perilaku hidup sehat (healthy life

style) tetap dilanjutkan atau dipertahankan.


27

c) Pengembangan perilaku

Pengembangan perilaku sehat ini terutama ditujukan untuk

membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Perilaku sehat bagi anak

seyogianya dimulai sedini mungkin, karena kebiasaan perawatan

terhadap anak, termasuk kesehatan yang diberikan oleh orang tua,akan

langsung berpengaruh kepada perilaku sehat anak selanjutnya

(Notoatmodjo, 2007).

d. Metode pendidikan kesehatan

Metode pendidikan kesehatan bermacam-macam, tergantung pada

sasaran dari pendidikan kesehatan tersebut, materi dan alat bantu yang

digunakan juga harus disesuaikan dengan sasaran. Macam – macam metode

pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007), antara lain :

1) Metode pendidikan individual (perorangan)

a) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)

b) Wawancara (Interview)

2) Metode pendidikan kelompok

a) Ceramah

b) Seminar

c) Diskusi kelompok

d) Curah pendapat (Brain stroming)

e) Permainan Simulasi (Simulation game)

3) Metode pendidikan massa

a) Ceramah umum (public speaking)

b) Pidato/diskusi

c) Billboard
28

e. Media pendidikan kesehatan

Yang disebut media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat

bantu pendidikan untuk menyampaikan informasi kesehatan dan

mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media ini

dibagi menjadi 3, yaitu :

1) Media cetak

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan

sangat bervariasi, antara lain sebagai berikut :

a) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentuk buku,baik berupa tulisan maupun gambar.

b) Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang diulipat. Isi informasi dapat dalam

bentuk kalimat, gambar, atau kombinasi.

c) Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet tapi tidak berlipat.

d) Flif chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik.

e) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

f) Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi

keshatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tmepat-tempat

umum, atau di kendaraan umum.

g) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.


29

2) Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan

atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya, antara lain :

a) Televisi

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi

dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya

jawab sekitar masalah keehatan, pidato (ceramah), TV spot, kuis atau

cerdas cermat, dan sebagainya.

b) Radio

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui obrolan

(tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya.

c) Video

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui video.

d) Slide

Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan atau

informasi kesehatan.

e) Film strip

Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau

pesan- pesan kesehatan.

f) Media papan (Billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat di isi

dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan.Mencakup pesan-pesan

yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan -

kendaraan umum (Notoatmodjo, 2007).


30

B. Kerangka teori

Pendidikan kesehatan
Pre test dan Post test

- Pengalaman Media informasi :


pribadi
Pengetahuan - Media cetak
- Kebenaran
- Media
- Logika
elektronik

- Sosial
- Ekonomi
- Budaya

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
- - - - - - - - - - - - : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka teori ; Proverawati dan Misaroh, 2009 ; Notoatmodjo,

2007; Notoatmodjo, 2010 ; Imron dan Munif, 2010.


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka konsep

Tingkat pengetahuan
Pendidikan tentang menarche pada
Kesehatan siswi SMP

Media informasi :

-Media cetak

-Mediaelektronik

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

- - - - - - - - - - : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konsep ; Notoatmodjo, 2007 ; Notoatmodjo, 2010.

B. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (independent) : Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pendidikan kesehatan tentang menarche.

2. Variabel terikat (dependen) : Variabel terikatnya adalah tingkat pengetahuan siswi

SMP tentang menarche.


32

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 definisi operasional


No Variabel Definisi Parameter dan Alat ukur Skala
Operasional kategori pengukuran
1 Pengetahuan Pemahaman Baik : Kuesioner Ordinal
tentang atau 76% - 100% dengan pre
menarche kemampuan Cukup baik : test dan pos
siswi SMP 56% - 75% test setelah
dalam Kurang baik : pendidikan
menjawab < 56% kesehatan
dengan benar
pertanyaan yang
diberikan
tentang
menarche
2 Pendidikan Pemberian Ordinal
kesehatan materi tentang
tentang manarche pada
menarche siswi SMP

D. Hipotesis

Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban sementara dari apa yang

menjadi permasalahan, kebenarannya akan dibuktikan dengan fakta empiris dari hasil

penelitian yang dilakukan. Hipotesis ini ditarik dari suatu rangkaian fakta yang

diperoleh, sehubungan dengan permasalahan yang dilakukan penelitian (Imron dan

Munif,2010).Sesuai kerangka konsep di atas dapat ditarik hipotesanya adalah ada

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang menarchepada

siswi kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara tahun 2012.

E. Ruang lingkup penenlitian

Tempat penelitian akan dilakukan di SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara

dan telah dilaksanakan pada bulan Juni 2012.


33

F. Rancangan penelitian

1. Jenis/desain penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian praeksperimen dengan

rancangan “One Group Pretest Postest” yaitu penelitian yang tidak ada kelompok

pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama

(pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah

adanya observasi kedua (posttest) ( Notoatmodjo, 2010).

Pretest Pendidikan kesehatan Postest

01 02

Gambar 3.2 Bagan Alur penelitian ; Imron dan Munif, 2010

Pre test Post test

Pengetahuan Pendidikan kesehatan Pengetahuan


tentang menarche tentang menarche tentang menarche

Gambar 3.3 Bagan Jenis penelitian ; Notoatmodjo, 2007 ; Imron dan Munif, 2010

2. Populasi,sampel dan teknik sampling

a. Populasi

Populasi adalah sekelompok individu atau obyek yang memiliki

karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki. Populasi terdiri dari 2 jenis,

yaitu populasi infinit (tidak terbatas) dan populasi finit (terbatas) (Imron dan

Munif, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII SMP Negeri 1

Bawang Banjarnegara yang berumur antara 12-15 tahun, yang belum


34

mendapatkan menarche, serta belum mengetahui tentang menarche. Jumlah

populasinya adalah 151 siswi, dari jumlah tersebut 46 siswi belum menarche.

b. Sampel

Sampel adalah objek yang akan diteliti yang mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini sampel total yang akan digunakan untuk

penelitian adalah 46 siswi kelas VII.

c. Teknik sampling

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan jumlah

siswi yang belum menarche dan sampel total dalam penelitian ini adalah 46

siswi kelas VII yang belum menarche.

3. Sumber data

Sumber data ada 2 macam,yaitu :

a. Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek penelitian

oleh peneliti perorangan atau organisasi.

Dalam penelitian ini, data primer berasal dari siswi kelas VII SMP Negeri 1

Bawang Banjarnegara yang belum menarche.

b. Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek

penelitian.

Dalam penelitian ini, data sekunder di dapat dari guru BK SMP Negeri 1

Bawang Banjarnegara yang bekerjasama dengan OSIS SMP Negeri 1 Bawang

serta data yang diambil dari profil SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara.

4. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

Angket,adalah mendapatkan data melalui penyebaran formulir yang berisi

pertanyaan dan diajukan secara tertulis pada sekumpulan orang.Alat bantunya


35

berupa formulir isian (Imron dan Munif,2010).Peneliti memberikan kuesioner

pada responden untuk di isi sebelum pendidikan kesehatan dan setelah pendidikan

kesehatan.

5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner

yang berisi 30 pertanyaan tentang menarche dan dibagikan pada responden untuk

mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang menarche.Kuesioner tersebut

berisi pertanyaan tentang pengertian menarche, tanda dan gejala menarche, faktor

– faktor yang mempengaruhi menarche, gangguan dalam menarche serta

pengatahuan dan kesiapan menghadapi menarche.

Tabel 3.2 Kisi – kisi Kuesioner


Soal No soal
Masa remaja 1, 2
Pubertas 3, 4, 5
Menarche 6, 7, 8
Gejala menarche 9, 10, 11
Faktor-faktor yang mempengaruhi 12, 13, 14, 15
menarche
Gangguan menarche 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
24, 25
Kesiapan menghadapi menarche 26, 27, 28, 29, 30

a. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Alat ukur yang digunakan

dapat berupa kuesioner, jika suatu kesioner untuk mengukur pengetahuan

responden mengenai “menarche”, maka akan menghasilkan sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki oleh responden yang diukur. Untuk mengetahui

apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur apa yang hendak

diukur, maka dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts).


36

Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan teori

tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli dan dimintai pendapatnya

tentang instrumen yang telah disusun. Instrumen dapat digunakan tanpa

perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total (Sugiyono, 2010).

6. Pengolahan data dan analisa data

a. Pengolahan data

Dalam penelitian ini untuk mengolah data menggunakan cara :

1) Editing

Editing adalah memeriksa hasil penumpulan data, yang berupa daftar

pertanyaan, kartu, buku register dan lain-lain (Imron dan Munif,2010).

Menurut Notoatmodjo (2010) kegiatan editing merupakan kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut :

a) Apakah lengkap

b) Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau

terbaca.

c) Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.

d) Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan

lainnya.

2) Coding

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan (Notoatmodjo,2010). Mempermudah dalam pengkodean

maka semua data hasil penelitian perlu untuk disederhanakan supaya pada

saat pengolahan dapat dilakukan dengan mudah. Salah satu cara

menyederhanakan data hasil penelitian tersebut adalah dengan memberikan


37

simbol-simbol tertentu untuk masing-masing data yang diklasifikasikan

(Imron dan Munif,2010).

Pengkodean dilakukan pada :

Tabel 3.2 Coding


Skala ukur Kode
Baik : 76% - 100% 0
Cukup baik : 56% - 75% 1
Kurang baik : < 56% 2

3) Tabulating

Tabulating adalah menyusun dan mengorganisir data sedemikian rupa,

sehingga akan dapat dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan

disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

b. Analisis data

Analisis data dapat dimulai dari yang sangat sederhana,kemudian melangkah

menuju suatu analisis yang lebih sulit dan rumit (Imron dan Munif, 2010).

Dalam melakukan kegiatan analisis data dapat dibedakan menjadi 2 (dua)

macam cara,yaitu :

1) Analisis Univariat

Teknik ini dilakukan terhadap setiap variabel hasil dari

penelitian.Hasil dari analisis ini berupa distribusi frekuensi, tendansi

sentral, ukuran penyabaran maupun presentase dari setiap variabel,

ataupun dengan melihat gambaran histogram dari variabel tersebut.

Menggunakan analisis univariat ini dapat mengetahui konsep yang akan

diukur tersebut sudah siap untuk dianalisis serta dapat dilihat gambaran
38

secara rinci. Kemudian disiapkan kembali ukuran dan bentuk konsep yang

akan digunakan dalam analisis berikutnya (Imron dan Munif,2010).

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk analisis univariat tergantung

jenis datanya (Notoatmodjo,2010).

2) Analisis Bivariat

Model analisis ini digunakan untuk melihat apakah ada hubungan

antar variabel (Imron dan Munif,2010).Analisis bivariat dilakukan

terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau berkorelasi

(Notoatmodjo,2010). Dalam analisis dapat dilaukan pengujian statistik

untuk penelitian eksperimen yang berjudul “Pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi SMP

Negeri 1 Bawang Banjarnegara” menggunakan uji Wilcoxon yaitu teknik

yang digunakan untuk menguji signifikan hipotesis komparatif dua sampel

yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal (berjenjang) (Sugiyono,

2010).

Rumus statistik :

N(N+1)
T - [ ]
4
Z =

N ( N + 1 ) ( 2N + 1)

24
39

Keterangan :

N = taraf kesalahan 5 % (uji 2 pihak)

T = jumlah jenjang/ rangking yang kecil

Z = jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila banyaknya selisih yang

negatif > banyaknya selisih yang positif )

Daerah kritis :

Ha diterima jika p ≤ 0,050, maka terdapat pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap tingkat pengetahuan siswi tentang menarche.

Ha ditolak jika p > 0,050, maka tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap tingkat pengetahuan siswi tentang menarche.

7. Etika Penelitian

Sesuai garis besar,dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat

prinsip yang harus dipegang teguh (Milton, 1999 dalam Bondan Palestin yang

dikutip Notoatmodjo,2010) :

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy

and confidentiality)

c. Keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms

and benefits).

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan surat persetujuan menjadi

responden pada siswi SMP. Peneliti juga menjelaskan secara langsung pada

para responden tentang manfaat penelitian, tujuan dari dilakukan penelitian

tersebut,serta menjelaskan secara singkat tentang tahapan penelitian yang akan

dilakukan. Peneliti benar-benar menjaga kerahasiaan identitas dan informasi


40

yang diberikan oleh responden. Identitas reponden akan diganti dengan

coding.

8. Jadwal Penelitian

Terlampir
41

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dengan judul “Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas VII Tentang

Menarche Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan Di SMP Negeri 2 Larangan

Brebes Tahun 2013”.

5.1 HASIL PENELITIAN

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Larangan

Brebes dilakukan pada bulan Juni Tahun 2013 dengan jumlah sampel yang

didapat sebanyak 46 responden siswi yang belum menarche. Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 2 Larangan Brebes didirikan pada tahun 1985. Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Larangan Brebes memiliki satu Kepala

Sekolah, 25 orang tenaga pengajar baik guru tetap maupun guru tidak tetap serta 6

orang tenaga tata usaha (TU).

Adapun siswa-siswi di SMP Negeri 2 Larangan berjumlah 371 anak yang

terdiri dari 3 kelas. Kelas VII (Tujuh) dari 5 kelas berjumlah 161 anak yang terdiri

dari 73 siswa dan 90 siswi, kelas (Delapan) dari 4 kelas berjumlah 116 anak yang

terdiri dari siswa dan siswi, sedangkan kelas (Sembilan) dari 3 kelas berjumlah 94

orang yang terdiri dari siswa dan siswi.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Larangan Brebes terletak di Desa

Pamulihan Kecamatan Larangan Brebes. Batas wilayah Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 2 Larangan Brebes adalah sebagai berikut :


42

a. Sebelah Utara : Persawahan dan perumahan

b. Sebelah Barat : Persawahan dan sungah

c. Sebelah Selatan : Perumahan

d. SebelahTimur : Persawahan

e. Keadaan Bangunan

1) Luas tanah : 20.000 m2

2) Luas bangunan : 2228 m2

5.2 Hasil Analisis

Analisis data yang dilakukan terhadap tiap variabel yaitu penyuluhan tentang

menarche sebagai variabel bebas dengan tingkat pengetahuan tentang menarche

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan sebagai variabel terikat.

a. Pengetahuan Tentang Menarche (Pre Test)

Tabel 5.1 Distribusi Statistik Pengetahuan Siswi Kelas VII Tentang Menarche

(Pre Test)

Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 3 6,5
Cukup 21 45,7
Kurang 22 47,8
Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui pengetahuan responden sebelum dilakukan

penyuluhan tentang menarche diketahui 22 responden (47,8%)

berpengetahuan kurang, 21 responden (45,6%) berpengetahuan cukup dan 3

responden (6,5%) berpengetahuan baik. Hal ini menggambarkan bahwa


43

pengetahuan responden tentang menarche sebelum dilakukan penyuluhan

sebagian besar kurang.

b. Pengetahuan Tentang Menarche (Post Test)

Tabel 5.2 Distribusi Statistik Pengetahuan Tentang Menarche (Post Test)

Pengetahuan Frekuensi (n) Peresentase (%)

Baik 37 80,4

Cukup 8 17,4

Kurang 1 2,2

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui pengetahuan responden sesudah dilakukan

penyuluhan tentang menarche diketahui 37 responden (80,4%)

berpengetahuan baik, 8 responden (17,4%) berpengetahuan cukup dan 1

responden (2,2%) berpengetahuan kurang. Hal ini menggambarkan bahwa

pengetahuan responden tentang menarche setelah dilakukan penyuluhan

sebagian besar baik.

c. Perbedaan Pengetahuan Siswi Kelas VII Tentang Menarche Sebelum dan

Sesudah Dilakukan Penyuluhan di SMP Negeri 2 Larangan Brebes Tahun

2013.

Tabel 5.3 Hasil Uji T Paried Pengetahuan Siswi Kelas VII Tentang Menarche

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan di SMP Negeri 2 Larangan

Brebes Tahun 2013.


44

Variabel Mean SD P N

Pengetahuan Sebelum 14,07 2,800 0,000 46

Pengetahuan Sesudah 19,20 2,655 0,000 46

Hasil uji T Paried diperoleh nilai p value sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho

ditolak, berarti ada Perbedaan Pengetahuan Siswi Kelas VII Tentang

Menarche Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan di SMP Negeri 2

Larangan Brebes Tahun 2013.

5.3 Pembahasan

a. Pengetahuan Siswi Kelas VII Tentang Menarche Pre Test

Pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan tentang menarche

diketahui 23 responden (47,8%) berpengetahuan kurang, 21 responden

(45,7%) berpengetahuan cukup dan 3 responden (6,5%) berpengetahuan baik.

Hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan responden tentang menarche

sebelum diberikan penyuluhan sebagian besar adalah kurang.

Sesuai dengan yang diungkapkan Notoatmodjo (2007:139), pengetahuan

adalah merupakan hasil tahu dan ini setelah orang melakukan pengindraan

terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusian,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai

pengetahuan yang luas, hal-hal yang pernah dialami akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal kepercayaan dan sikap

sangat mempengaruhi perilaku manusia. Sehingga jelas tingkat pengetahuan

seseorang banyak menentukan sikap dan keterampilan dalam mengambil


45

keputusan dan bertindak. Dari sini dapat dilihat juga bahwa sumber

pengetahuan juga bisa diketahui atau diperluas dengan menonton televisi,

mendengarkan radio, membaca koran, artikel dan lain sebagainya.

b. Proses Jalannya Penyuluhan

Penelian dapat dilakukan dengan baik sesuia dengan yang direncanakan dan

antusias responden sangat baik. Langkah pertama yang dilakukan peneliti

menjelaskan sedikit tentang urutan penelitian yang akan dilakukan, kemudian

peneliti membagikan kuesioner untuk diisi oleh responden sebagai bentuk pre

test. Setelah pre test dilaksanakan kemudian peneliti melanjutkan kegiatan

dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang menarche dengan metode

ceramah dengan menggunakan alat bantu laptop dan LCD. Antusias

responden sangat baik dilihat dari antusias responden dalam menerima dan

memperhatikan materi yang diberikan, keaktifan responden dalam bertanya

dan tidak malu mengajukan pertanyaan dari penjelasan yang masih kurang

dipahami dan berhubungan dengan kesiapan responden menghadapi

menarche nanti serta mencatat setiap penjelasan materi dan mencatat jawaban

dari pertanyaan yang responden ajukan pada peneliti.

Pertanyan-pertanyan yang diajukan responden pada saat ceramah antara lain :

1. Bagaimana jika saat umur 14 tahun atau lebih tetapi belum

mendapatkan menarche, apakah itu masih normal atau tidak,

pertanyaan tersebut tentang umur menarche. Jawaban dari peneliti

yaitu hal tersebut masih bisa dianggap normal, ada beberapa teori yang

menyatakan tentang usia menarche antara lain teori dari Proverawati

dan misaroh yang menyatakan bahwa menarche biasa terjadi dalam

rentang usia 10-16 tahun.


46

2. Bagaimana cara yang paling efektif untuk menjaga kebersihan diri saat

menarche?, pertanyaan kedua tentang kebersihan diri saat menarche.

Jawaban dari peneliti yaitu menjaga kebersihan diri saat menarche

salah satunya yaitu menggunakan celana dalam jangan yang kett,

terbuat dari bahan katun atau kaos. Menggunakan pembalut wanita

yang bersih. Setelah buang air kecil atau buang air besar bersihkan

daerah kemaluan dengan handuk atau kain yang bersih kemudian ganti

pembalut dengan yang bersih (baru).

3. Jika dirumah orang tua (ibu) tidak pernah memberikan pengetahuan

tentang menarche sejak dini, bagaimana caranya untuk mengetahui

tentang menarche agar dapat menyiapkan mental dengan baik saat

menarche nantinya, pertanyaan ketiga tentang pengetahuan menarche

dan kesiapan menghadapi menarche. Jawaban dari peneliti yaitu,

pengetahuan tentang menarche bisa didapat dari bermacam-macam

alat ataupun media, misalnya mencari tahu tentang menarche melalui

internet, buku yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi,

ataupun bertanya pada tenaga kesehatan yang lebih ahli supaya

nantinya dapat menyiapkan mental dengan baik untuk menghadapi

menarche.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh responden dilihat dari

keaktifan responden dalam bertanya, serta mencatat materi dan

mencatatat jawaban dari pertanyaan yang responden ajukan, peneliti

dapat menyimpulkan responden sudah mengetahui dan memahami

penjelasan yang peneliti berikan dan semoga penjelasan dan ilmu yang

peneliti dapat bermanfaat, bisa diterapkan dengan baik oleh responden


47

dalam kehidupan sehari-harinya dan dapat membantu responden untuk

lebih siap dalam menghadapi menarche nantinya.

Setelah proses penyuluhan kesehatan selesai, responden diistirahatkan

selama 10 menit, kemudian responden kembali keruangan untuk

mengerjakan soal post test.

c. Pengetahuan Tentang Menarche Sesudah Penyuluhan (post test)

Pengetahuan responden sesudah dilakukan penyuluhan tentang menarche

diketahui 37 responden (80,4%) berpengetahuan baik, 8 responden (17,4%)

berpengetahuan cukup dan 1 responden (2,2%) berpengetahuan kurang. Hal

ini menggambarkan bahwa pengetahuan responden tentang menarche setelah

dilakukan penyuluhan sebagian besar adalah baik.

Keadaan ini bisa dipahami karena pertanyaan tersebut sudah dibahas saat

penyuluhan, antusias responden juga sangat baik dan responden

mendengarkan serta responden mencatat setiap penjelasan yang peneliti

berikan. Dengan meningkatnya jumlah responden yang menjawab benar

diharapkan bahwa responden sudah bisa mengerti dan memahami tentang

menarche, sehingga penyuluhan yang dilakukan dapat merubah perilaku

responden menjadi lebih dan memperhatikan tentang tanda-tanda menarche

serta mengetahui ketidaknormalannya agar bisa terhindar dari penyakit yang

dapat disebabkan karena kurangnya kebersihan diri saat menarche.

Hal ini sama dengan tujuan penyuluhan yaitu agar masyarakat dapat

mempraktikkan hidup sehat bagi diri sendiri dan bagi masyarakat, atau

masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2007:23), sejalan

dengan hal tersebut, dalam penelitian ini dengan meningkatkan responden


48

dengan menjawab benar setalah penyuluhan berarti sesui dengan sasaran

penelitian ini yaitu meningkatnya pengetahuan responden.

Pengetahuan siswi yang cukup kemungkinan disebabkan siswi kurang

memperhatikan saat diberikan penyuluhan, sehingga siswi kurang memahami

tentang materi penyuluhan. Pengetahuan siswi yang kurang kemungkinan

disebabkan siswi tidak mendengarkan penyuluhan dan tidak memperhatikan

sehingga siswi tersebut tidak tahu tentang materi penyuluhan, dikarenakan

kemampuan siswi berbeda-beda dalam menerima dan mengolah informasi

tersebut menyebabkan pengetahuan siswi tentang menarche juga berbeda-

beda.

Untuk menambah pengetahuannya, responden bisa bertanya pada temen,

kakak, dan ibu yang memang sudah memiliki pengalaman tentang menarche

memiliki peran penting untuk mengajarkan pada anaknya tentang menarche

sehingga responden bisa lebih memahami menarche dan menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Ibu adalah faktor yang sangat penting dalam

mewariskan status kesehatan pada anaknya.

Dilihat dari skor yang didapat responden baik sebelum dan sesudah

penyuluhan secara umum skor responden mengalami peningkatan dan setelah

dilakukan penyuluhan pengetahuan responden menjadi baik. Pengetahuan

responden dikatakan baik jika hasil persentase nilainya mencapai 76%-100%

(Wawan dan Dewi, 2010:18).

Hal ini bisa terjadi karena saat penyuluhan responden benar-benar

memperhatikan penjelasan tentang menarche yang peneliti lakukan,

responden juga sangat antusias dalam mengikuti kegiatan penelitian ini baik

sebelum penyuluhan, saat penyuluhan ataupun setelah penyuluhan, hal ini


49

bisa dilihat saat responden mengerjakan pre test sudah ada beberapa

responden yang menanyakan tentang menarche.

Saat penyuluhan responden juga sangat antusias dalam bertanya serta

mencatat penjelasan yang mereka anggap penting dan nantinya dapat berguna

bagi kesehatan reproduksi mereka. Hal ini sejalan dengan tujuan dari

penelitian ini yaitu meningkatnya pengetahuan responden menjadi lebih baik

setelah penyuluhan.

3. Perbedaan Pengetahuan Tentang Menarche Sebelum dan Sesudah Dilakukan

Penyuluhan.

Hasil uji T paried test diperoleh p value sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak,

berarti ada perbedaan pengetahuan tentang menarche sebelum dan sesudah

dilakukan penyuluhan di SMP Negeri 2 Larangan Brebes Tahun 2013.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penyuluhan

kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan

cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan. Dengan demikian,

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat

melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Effendy, 2008).

Penyuluhan kesehatan adalah menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang dapat

digunakan sebagai media untuk meningkatkan pengetahuan siswi tentang

menarche sehingga perilaku siswi siap menghadapi menarche dengan mengetahui

tentang menarche itu sendiri, mengetahui bagaimana cara untuk menghadapinya,

mengetahui keadaan yang normal dan tidak normal, serta mampu mengurangi

resiko terjadinya gangguan saat menarche.

Penyuluhan yang dilakukan pada siswi tentang menarche memiliki tujuan untuk

menambah pengetahuan dan meningkatkan pengetahuan yang sebelumnya tentang


50

menarche, agar nantinya diharapkan siswi tersebut lebih siap dalam menghadapi

menarche nantinya.

Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri merupakan masalah

penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk menyiapkan

mental remaja putri saat mengalami menarche. Saat remaja putri tersebut

mengalami menarche sudah siap dan tidak merasa malu atau cemas dengan

adanya mentruasi karena hal itu justru menunjukkan bahwa tubuh sudah beranjak

dewasa dan berbagai perubahan itu sebagai indikator untuk mempersiapkan diri

untuk hidup dalam lingkungan dewasa (Proverawati dan Misaroh, 2010:107).

Sesui dengan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, melihat dari

peningkatan skor dari pre test dan post test yang artinya pengetahuan responden

menjadi bertambah setelah dilakukan penyuluhan, berarti penelitian yang peneliti

lakukan telah dilakukan dengan baik sesuia dengan tujuan awal dari penelitian.

Responden sudah bertambah pengetahuannya tentang menarche serta sudah siap

untuk menghadapi menarche, untuk lebih menambah pengetahuan responden

tentang menarche, siswi bisa memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah, misal

memanfaatkan buku-buku diperpustakaan yang berkaitan dengan kesehatan

reproduksi.

Kurikulum pembelajaran bagi siswa-siswi di SMP khususnya pelajaran Biologi

belum menjelaskan secara detail tentang kesehatan reproduksi remaja, sehingga

pembelajaran tentang kesehatan reproduksi bisa dilakukan saat pelajaran

bimbingan konseling.

Penelitian ini sangat erat kaitannya dengan peran bidan sebagai pendidik. Sasaran

bidan dikomunitas antara lain, remaja,wanita usia subur, ibu hamil, ibu

melahirkan, bayi, lansia dan lain-lain. Dalam penelitian ini, sama halnya dengan
51

sasaran bidan dikomunitas salah satunya yaitu remaja. Pada usia ini remaja perlu

diberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi agar lebih

memahami tentang kesehatan reproduksi.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 2 Larangan Brebes tahun 2013

terdapat keterbatasan antara lain :

1. Kuesioner yang digunakan bersifat tertutup sehingga membatasi variasi

jawaban dari responden.

2. Kuesioner tidak dilakukan uji validitas dan realibilitas karena keterbatasan

waktu, tenaga dan biaya sehingga kuesioner kemungkinan bias.

5.5 Etika Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti melakukan beberapa prosedur atau

tatacara penelitian, yaitu yang meliputi :

a. Terlebih dahulu peneliti meminta ijin kepada pihak SMP Negeri 2

Larangan Brebes dengan surat pengantar dari Akademik Kebidanan

YPBHK Brebes bahwasannya penelitian akan dilakukan di SMP

Negeri 2 Larangan Brebes pada waktu dan tempat yang sudah

disepakati bersama.

b. Setelah peneliti mendapat ijin dari pihak sekolah kemudian peneliti

mengumpulkan siswi kelas VII berjumlah 46 anak untuk diberi arahan

tentang :
52

1) Judul penelitian ini adalah “Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswi kelas

VII Tentang Menarche Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan di

SMP Negeri 2 Larangan Brebes tahun 2013”.

2) Peneliti akan mengajukan Kuesioner kepada masing-masing responden

yang berisi identitas responden, pengertian menarche, tanda dan gejala,

faktor-faktor yang mempengaruhi menarche, gangguan menarche, dan

kesiapan dalam menghadapi menarche.

3) Peneliti menggunakan nomor urut responden pada lembar kuesioner untuk

menjaga kerahasiaan masing-masing responden tentang hasil penelitian.

4) Setelah selesai penelitian peneliti kemudian diberi surat pernyataan dari

pihak sekolah yang menyatakan bahwa penelitian benar-benar telah

melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Larangan Brebes.


53

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswi kelas VII di SMP Negeri 2

Larangan Tahun 2013, maka diperoleh hasil uji statistik dan analisa data sebagai

berikut :

1) Pengetahuan responden sebelum dilakukan penyuluhan tentang menarche

diketahui 22 responden (47,8%) berpengetahuan kurang, 21 responden

(45,7%) berpengetahuan cukup dan 3 responden (6,5%) berpengetahuan

baik

2) Pengetahuan responden sesudah dilakukan penyuluhan tentang menarche

diketahui 37 responden (80,4%) berpengetahuan baik, 8 responden

(17,4%) berpengetahuan cukup dan 1 responden (2,2%) berpengetahuan

kurang.

3) Hasil uji T paried Test diperoleh p value sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho

ditolak, berarti ada Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas VII

Tentang Menarche Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan di SMP

Negeri 2 Larangan Brebes tahun 2013.


54

6.2 Saran

Melihat dari hasil penelitian Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswi

kelas VII Tentang Menarche Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan di SMP

Negeri 2 Larangan Brebes Tahun 2013, maka peneliti mempunyai saran sebagai

berikut :

1. Bagi Remaja

Bagi remaja khususnya remaja putri dengan penelitian ini diharapkan


dapat meningkatkan pengetahuan tentang menarche sehingga remaja tersebut
dapat lebih siap saat mendapat menarche.
2. Bagi Sekolah
Penelitian yang peneliti lakukan diharapkan dapat menjadi referensi
tambahan bagi staf pengajar SMP Negeri 2 Larangan untuk memberikan
materi pelajaran pada siswi dan agar guru bisa mencari referensi lain untuk
menambah pengetahuan para siswi tentang menarche yang nantinya dapat
membantu para siswi agar lebih siap dalam menghadapi menarche.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Peneliti mengharapkan agar bidan atau tenaga kesehatan lain bisa secara
rutin memberikan penyuluhan tentang menarche pada siswi agar siswi
lebih paham dan siswi dapat terhindar dari Infeksi Saluran Kemih pada
remaja putri.
4. Bagi AKBID YPBHK Brebes
Diharapkan dapat dijadikan referensi perpustakaan untuk mempermudah
peneliti dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah Selanjutnya.
55
56

1. Karakteristik Responden

Penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII SMP Negeri 1 Bawang tahun

2012, dilakukan pada tanggal 6 Juni 2012 di Ruang Aula SMP Negeri 1 Bawang,

dengan jumlah responden yaitu 46 siswi kelas VII yang belum mendapatkan

menarche. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner (pre test) yang

dibagikan pada responden untuk diisi dan dikembalikan lagi pada

peneliti.Responden memilih salah satu jawaban yang dianggap benar dari 30

pertanyaan multiple choice. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah :

a. Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur adalah sebagai berikut :


Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Umur Responden
No Umur (tahun) Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 12 26 orang 56,5
2 13 20 orang 43,5
Total 46 orang 100,0

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik responden

sebagian besar adalah responden dengan umur 12 tahun yaitu sebanyak 26

reponden atau 56,5%, dan responden dengan umur 13 tahun sebanyak 20

responden atau 43,5%. Rata – rata umur siswi di SMP Negeri 1 Bawang yang

belum mendapatkan menarche adalah umur 12 tahun. Sesuai teori yang


57

menyatakan bahwa karakteristik usia remaja mendapatkan menarche adalah 12

– 13 tahun (Manuaba, 2009).

b. Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan

Tingkat pengetahuan responden tentang menarche sebelum pendidikan

kesehatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Kuesioner yang Dijawab oleh Responden Sebelum


Pendidikan Kesehatan

No Item pertanyaan Benar Salah


n % n %
1 Pengertian remaja 34 73,9 12 26,1
2 Usia remaja 25 54,3 21 45,7
3 Masa remaja 33 71,7 13 28,3
4 Bukan tanda – tanda pubertas 31 67,4 15 32,6
5 Terjadinya menarche 34 73,9 12 26,1
6 Pengertian menarche 26 56,5 20 43,5
7 Usia menarche 18 39,1 28 60,9
8 Durasi perdarahan menarche 19 41,3 27 58,7
9 Gejala fisik menarche 34 73,9 12 26,1
10 Gejala psikologis menarche 22 47,8 24 52,2
11 Penyebab rasa tidak nyaman
saatmenarche 5 10,9 41 89,1
12 Faktor internal yang
mempengaruhi menarche 26 54,3 21 45,7
13 Faktor eksternal yang
mempengaruhimenarche 10 21,7 36 78,3
14 Faktor eksternal yang
mempengaruhimenarche dini 9 19,6 37 80,4
15 Faktor yang mempengaruhi usia
menarche 22 47,8 24 52,2
16 Bukan gangguan menarche 20 43,5 26 56,5
17 Rasa tegang payudara
(mastodinia) 14 30,4 32 69,6

No Item pertanyaan Benar Salah


n % n %
18 Pengertian dismenorea 21 45,7 25 54,3
19 Penanganan dismenorea
saatmenarche 9 19,6 37 80,4
20 Minuman yang mengatasi
dismenorea saat menarche 34 73,9 12 26,1
21 Pengertian amenorea 9 19,6 37 80,4
22 Bukan cara untuk mengobati
amenorea 23 50 23 50
58

23 Pengertian pre menstrual


sindrome (PMS) 14 30,4 32 69,6
24 Gejala fisik pre menstrual
sindrome 13 28,3 33 71,7
25 Makanan yang baik agar
terhindar dari pre menstrual
sindrome 14 30,4 32 69,6
26 Pengetahuan tentang menarche 23 50 23 50
27 Orang yang pertama
memberikan pengetahuan
tentang menarche 30 65,2 16 34,8
28 Pentingnya pengetahuan
menarche 35 76,1 11 23,9
29 Masalah fisik karena kurang
pengetahuan tentang menarche 6 13,0 40 87,0
30 Risiko kurangnya kebersihan
diri saat menarche 9 19,6 37 80,4

Hasil penelitian (pre test) didapatkan pertanyaan – pertanyaan yang

paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan no 28 yaitu sebanyak 35

responden atau 76,1%, pertanyaan no 1, 5, 9, dan no 20 yaitu sebanyak 34

responden atau 73,9%, pertanyaan no 3 yaitu sebanyak 33 responden atau

71,7% dan pertanyaan no 4 yaitu sebanyak 31 responden atau 67,4%. Hal ini

sangat maklum karena pertanyaan tersebut bisa dengan mudah untuk dipahami

dan merupakan pengalaman yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-

hari.Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoatmodjo,2010).

Pertanyaan – pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah

pertanyaan no 29 yaitu sebanyak 40 responden atau 87,0%, pertanyaan no 14,

19, dan 21 yaitu sebanyak 37 responden atau 80,4%, pertanyaan no 13 yaitu

sebanyak36 responden atau 78,3% dan pertanyaan no 24 yaitu sebanyak 33

responden atau 71,7%. Hal ini bisa dimaklumi karena pertanyaan – pertanyaan

tersebut merupakan hal yang masih baru bagi responden.


59

Tabel 4.8 Frekuensi Statistik Sebelum Pendidikan Kesehatan

Statistik Nilai
Mean 12,93
Standar Error mean 0,52
Median 12,00
Standar Deviation 4,06
Minimum 8,00
Maximum 26,00

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum Pendidikan


Kesehatan
No Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Rendah 34 orang 74,0
2 Cukup 10 orang 21,7
3 Baik 2 orang 4,3
Total 46 orang 100,0

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan

responden sebelum mendapat pendidikan kesehatan paling banyak memiliki

tingkat pengetahuan dalam kategori rendah yaitu sebanyak 34 responden atau

74,0 %, sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan dalam kategori

cukup sebanyak 10 responden atau 21,7 % dan responden dengan tingkat

pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 2 responden atau 4,3 %. Paling

banyak responden yang memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori rendah

yaitu sebanyak 34 responden atau 74,0 % sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan.

c. Proses Jalannya Pendidikan Kesehatan

Penelitian dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang

direncanakan dan antusias responden sangat baik. Langkah pertama yang

dilakukan peneliti menjelaskan sedikit tentang urutan penelitian yang akan

dilakukan, kemudian peneliti membagikan kuesioner untuk diisi oleh


60

responden sebagai bentuk pre test. Setelah pre test dilaksanakan kemudian

peneliti melanjutkan kegiatan dengan memberikan pendidikan kesehatan

tentang menarche dengan metode ceramah selama 40 menit dengan

menggunakan alat bantu laptop, LCD layar dan pengeras suara, dilanjutkan

dengan pemutaran video tentang organ reproduksi wanita dan menstruasi yang

dijelaskan dalam waktu 20 menit. Peneliti menjelaskan tentang gambar –

gambar yang ada di video yang berhubungan dengan organ reproduksi wanita

yang nantinya berfungsi untuk mendapatkan menarche dan peneliti

menjelaskan tentang siklus menstruasi dimana terjadi proses peluruhan darah

dari dinding endometrium yang dikarenakan tidak terjadi pembuahan sehingga

darah keluar menjadi darah menstruasi.

Antusias responden sangat baik dilihat dari antusias responden dalam

menerima dan memperhatikan materi yang diberikan, keaktifan responden

dalam bertanya dan tidak malu mengajukan pertanyaan dari penjelasan yang

masih kurang dipahami dan berhubungan dengan kesiapan responden

menghadapi menarche nanti serta responden sangat antusias untuk mencatat

setiap penjelasan materi dan mencatat jawaban dari pertanyaan yang

responden ajukan pada peneliti.

Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan responden pada saat ceramah

dan pemutaran video antara lain :

1. Bagaimana jika saat umur 14 tahun atau lebih tetapi belum mendapatkan

menarche, apakah itu masih normal atau tidak, pertanyaan tersebut tentang

umur menarche. Jawaban dari peneliti yaitu hal tersebut masih bisa dianggap

normal, ada beberapa teori yang menyatakan tentang usia menarche antara

lain teori dari Proverawati dan Misaroh yang menyatakan bahwa menarche
61

biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun,dan menurutteori dari Manuaba

menyatakan bahwa karakteristik usia remaja mendapatkan menarche yaitu

pada usia 12-13 tahun.

2. Bagaimana cara yang paling efektif untuk menjaga kebersihan diri saat

menarche?, pertanyaan kedua tentang kebersihan diri saat menarche.Jawaban

dari peneliti yaitu menjaga kebersihan diri saat menarche salah satunya yaitu

menggunakan celana dalam jangan yang ketat, terbuat dari bahan katun atau

kaus.Menggunakan pembalut wanita yang bersih, pilih pembalut yang tidak

berwarna dan tidak mengandung parfum (pewangi).Setelah buang air kecil

atau buang air besar bersihkan daerah kemaluan dengan handuk atau kain

yang bersih kemudian ganti pembalut dengan yang bersih (baru).

3. Jika dirumah orang tua (ibu) tidak pernah memberikan pengetahuan tentang

menarche sejak dini, bagaimana caranya untuk mengetahui tentang menarche

agar dapat menyiapkan mental dengan baik saat menarche nantinya,

pertanyaan ketiga tentang pengetahuan menarche dan kesiapan menghadapi

menarche.Jawaban dari peneliti yaitu, pengetahuan tentang menarche bisa

didapat dari bermacam-macam alat ataupun media, misalnya mencari tahu

tentang menarche melalui internet, buku yang berhubungan dengan kesehatan

reproduksi, ataupun bertanya pada tenaga kesehatan yang lebih ahli supaya

nantinya dapat menyiapkan mental dengan baik untuk menghadapi menarche.

Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh responden dan dilihat

dari keaktifan responden dalam bertanya, serta mencatat materi dan mencatat

jawaban dari pertanyaan yang responden ajukan, peneliti dapat menyimpulkan

responden sudah mengetahui dan memahami penjelasan yang peneliti berikan

dan semoga penjelasan dan ilmu yang peneliti berikan dapat bermanfaat, bisa
62

diterapkan dengan baik oleh responden dalam kehidupan sehari – harinya dan

dapat membantu responden untuk lebih siap dalam mengahadapi menarche

nantinya.

Setelah proses pendidikan kesehatan selsesai, responden

diistirahatkan selama 10 menit, kemudian responden kembali ke ruangan

untuk mengerjakan soal post test.

d. Pengetahuan Setelah Pendidikan Kesehatan

Tingkat pengetahuan responden tentang menarche setelah

mendapatkan pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Kuesioner yang Dijawab oleh Responden Setelah


Pendidikan Kesehatan

No Item pertanyaan Benar Salah


n % n %
1 Pengertian remaja 41 89,1 5 10,9
2 Usia remaja 40 87,0 6 13,0
3 Masa remaja 43 93,5 3 6,5
4 Bukan tanda – tanda pubertas 42 91,3 4 8,7
5 Terjadinya menarche 41 89,1 5 10,9
6 Pengertian menarche 43 93,5 3 6,5
7 Usia menarche 45 97,8 1 2,2
8 Durasi perdarahan menarche 42 91,3 4 8,7
9 Gejala fisik menarche 45 97,8 1 2,2
10 Gejala psikologis menarche 46 100,0 0 0
11 Penyebab rasa tidak nyaman saat 40 87,0 6 13,0
Menarche

No Item pertanyaan Benar Salah


n % n %
12 Faktor internal yang mempengaruhi
menarche 37 80,4 9 19,6
13 Faktor eksternal yang
mempengaruhi menarche 34 73,9 12 26,1
14 Faktor eksternal yang
mempengaruhi menarche dini 32 69,6 14 30,4
15 Faktor yang mempengaruhi usia
menarche 43 93,5 3 6,5
16 Bukan gangguan menarche 43 93,5 3 6,5
17 Rasa tegang payudara (mastodinia) 27 58,7 19 41,3
18 Pengertian dismenorea 41 89,1 5 10,9
63

19 Penanganan dismenorea
saatmenarche 44 95,7 2 4,3
20 Minuman yang mengatasi
dismenorea saat menarche 44 95,7 2 4,3
21 Pengertian amenorea 40 87,0 6 13,0
22 Bukan cara untuk mengobati
amenorea 44 95,7 2 4,3
23 Pengertian pre menstrual sindrome
(PMS) 46 100,0 0 0
24 Gejala fisik pre menstrual sindrome 43 93,5 3 6,5
25 Makanan yang baik agar terhindar
dari pre menstrual sindrome 45 97,8 1 2,2
26 Pengetahuan tentang menarche 45 97,8 1 2,2
27 Orang yang pertama memberikan
pengetahuan tentang menarche 46 100,0 0 0
28 Pentingnya pengetahuan menarche 44 95,7 2 2,2
29 Masalah fisik karena kurang
pengetahuantentang menarche 43 93,5 3 6,5
30 Risiko kurangnya kebersihan diri
saat menarche 46 100,0 0 0

Hasil penelitian dengan post tes didapat hasil pertanyaan – pertanyaan

yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan no 10, 23, 27, dan 30

yaitu sebanyak 46 responden atau 100,0%, pertanyaan no 7, 9, 25 dan 26 yaitu

sebanyak 45 responden atau 97,8%, pertanyaan no 19, 20, 22, dan 28 yaitu

sebanyak 44 responden atau 95,7% dan pertanyaan no 3, 6, 15, 16, 24 dan 29

yaitu sebanyak 43 responden atau 93,5%. Hal ini bisa dipahami karena

responden mendengarkan secara teliti saat pendidikan kesehatan sehingga

dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

Pertanyaan – pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah

pertanyaan no 17 yaitu sebanyak 19 responden atau 41,3%, pertanyaan no 14

yaitu sebanyak 14 responden atau 30,4%, pertanyaan no 13 yaitu sebanyak 12

responden atau 26,1% dan pertanyaan no 12 yaitu sebanyak 9 responden

atau19,6%. Hal ini bisa dimaklumi karena pertanyaan tersebut masih

merupakan hal baru bagi responden.


64

Tabel 4.11 Frekuensi Statistik Setelah Pendidikan Kesehatan


Statistik Nilai
Mean 27,30
Standar Error Mean 0,25
Median 27,00
Standar Deviation 1,68
Minimum 25,00
Maximum 30,00

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Setelah Pendidikan


Kesehatan

No Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)


1 Rendah 0 orang 0
2 Cukup 0 orang 0
3 Baik 46 orang 100,0
Total 46 orang 100,0

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan

responden setelah mendapat pendidikan kesehatan adalah dalam kategori baik

sebanyak 46 responden atau 100 %.

2. Analisis Bivariat

Pengetahuan sebelum dan setelah pendidikan kesehatan

Tingkat pengetahuan siswi kelas VII SMP Negeri 1 Bawang sebelum dan

setelah mendapat pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13 Distribusi Kuesioner yang dijawab Benar oleh Responden Sebelum
dan Setelah Pendidikan Kesehatan

No Item pertanyaan Benar Benar


n % n %
1 Pengertian remaja 34 73,9 41 89,1
65

2 Usia remaja 25 54,3 40 87,0


3 Masa remaja 33 71,7 43 93,5
4 Bukan tanda – tanda pubertas 31 67,4 42 91,3
5 Terjadinya menarche 34 73,9 41 89,1
6 Pengertian menarche 26 56,5 43 93,5
7 Usia menarche 18 39,1 45 97,8
8 Durasi perdarahan menarche 19 41,3 42 91,3
9 Gejala fisik menarche 34 73,9 45 97,8
10 Gejala psikologis menarche 22 47,8 46 100,0
11 Penyebab rasa tidak nyaman
saatmenarche 5 10,9 40 87,0
12 Faktor internal yang
mempengaruhi menarche 26 54,3 37 80,4
13 Faktor eksternal yang
mempengaruhimenarche 10 21,7 34 73,9
14 Faktor eksternal yang
mempengaruhimenarche dini 9 19,6 32 69,6
15 Faktor yang mempengaruhi usia
menarche 22 47,8 43 93,5
16 Bukan gangguan menarche 20 43,5 43 93,5
17 Rasa tegang payudara (mastodinia)
Pengertian dismenorea 14 30,4 27 58,7
18 Penanganan dismenorea 21 45,7 41 89,1
19 saatmenarche
Minuman yang mengatasi 9 19,6 44 95,7
20 dismenorea saat menarche
Pengertian amenorea 34 73,9 44 95,7
21 Bukan cara untuk mengobati 9 19,6 40 87,0
22 amenorea
Pengertian pre menstrual sindrome 23 50 44 95,7
23 (PMS)
14 30,4 46 100,0

No Item pertanyaan Benar Salah


n % n %
24 Gejala fisik pre menstrual
sindrome 13 28,3 43 93,5
25 Makanan yang baik agar terhindar
dari pre menstrual sindrome 14 30,4 45 97,8
26 Pengetahuan tentang menarche 23 50 45 97,8
27 Orang yang pertama memberikan
pengetahuan tentang menarche 30 65,2 46 100,0
28 Pentingnya pengetahuan menarche 35 76,1 44 95,7
29 Masalah fisik karena kurang
pengetahuan tentang menarche 6 13,0 43 93,5
30 Risiko kurangnya kebersihan diri
saat menarche 9 19,6 46 100,0
66

Tabel 4.14 Frekuensi Statistik Sebelum dan Setelah Pendidikan Kesehatan


Statistik Sebelum Pendidikan Setelah Pendidikan Keterangan
Kesehatan Kesehatan
Mean 12,93 27,30 + 14,37
Standar Error mean 0,52 0,25 - 0,27
Median 12,00 27,00 + 15,00
Standar Deviation 4,06 1,68 - 2,38
Minimum 8,00 25,00 + 17,00
Maximum 26,00 30,00 +4,00

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah


Pendidikan Kesehatan

Pengetahuan Sebelum Pendidikan Setelah Pendidikan


Kesehatan Kesehatan
N % n %
Rendah 34 orang 74,0 0 orang 0
Cukup 10 orang 21,7 0 orang 0
Baik 2 orang 4,3 46 orang 100,0
Total 46 orang 100,0 46 orang 100,0
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan

responden sebelum pendidikan kesehatan dalam kategori rendah sebanyak 34

responden atau 74,0%, meningkat setelah diberi pendidikan kesehatan menjadi

kategori baik. Pengetahuan responden dalam kategori cukup sebelum pendidikan

kesehatan sebanyak 10 responden atau 21,7% dan meningkat menjadi kategori

baik setelah diberi pendidikan kesehatan, sedangkan pengetahuan responden

dalam kategori baik sebelum pendidikan kesehatan sebanyak 2 responden atau

4,3% dan meningkat menjadi kategori baik setelah diberikan pendidikan

kesehatan. Jadi pengetahuan responden sebelum pendidikan kesehatan seluruhnya

mengalami peningkatan menjadi kategori baik atau 100,0%.

Hasil perhitungan statistik menggunakan rumus Wilcoxon diperoleh hasil

nilai z hitungnya sebesar – 5,911dan Asymp.Signya sebesar 0,000 (nilai p).Hal ini

menunjukkan bahwa nilai p< 0,050 yang berartiadapengaruh pendidikan


67

kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas VII

SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara tahun 2012.

A. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Umur

Dilihat dari data yang dikumpulkan, usia dari 46 responden tersebut

adalah umur 12 tahun sebanyak 26 responden atau56,5%, umur 13 tahun

sebanyak 20 responden atau 43,5%. Rata – rata siswi kelas VII SMP Negeri 1

Bawang yang belum mendapatkan menarche adalah pada usia 12 tahun.

Menurutteori karakteristik usia remaja mendapatkan menarche yaitu pada usia

12-13 tahun (Manuaba, 2009), sedangkan menurut Pearce yang dikutip oleh

Proverawati dan Misaroh (2009), menarche biasanya muncul pada usia 11-14

tahun. Sehubungan dengan hal tersebut, remaja putri dengan rata-rata usia 11-

14 tahun perlu diberi materi atau pemahaman tentang menarche sehingga pada

usia tersebut remaja putri tidak mengalami kekhawatiran dan kegelisahan saat

mendapatkan menarche. Metode pemberian materi yang dapat digunakan bisa

dengan penyuluhan, pendidikan kesehatan, demonstrasi, dalam kegiatan

pramuka, dilakukan diskusi saat pelajaran biologi atau secara khusus

mendatangkan tenaga kesehatan untuk memberikan materi tentang menarche

agar siswi dapat lebih mengetahui dan memahami tentang menarche

(Notoatmodjo, 2007).

b. Pengetahuan sebelum pendidikan kesehatan

Tiga puluh pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini, berikut

pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh responden yaitu


68

pertanyaan no 28 yaitu sebanyak 35 responden atau 76,1%, pertanyaan no 1, 5,

9, dan no 20 yaitu sebanyak 34 responden atau 73,9%, pertanyaan no 3 yaitu

sebanyak 33 responden atau 71,7% dan pertanyaan no 4 yaitu sebanyak 31

responden atau 67,4%. Keadaan tersebut bisa dipahami karena pertanyaan

tersebut merupakan kebiasaan yang sering terjadi pada remaja putri saat

memasuki masa remaja ataupun pubertas.Siswi yang sudah mendapatkan

menarche ataupun belum mendapatkan menarche bisa sama-sama mengerti

dan memahami pertanyaan tersebut karena pada usia mereka sekarang ini

adalah usia remaja atau pubertas, sehingga bisa dengan baik menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan.

Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan no

29 yaitu sebanyak 40 responden atau 87,0%, pertanyaan no 14, 19, dan 21

yaitu sebanyak 37 responden atau 80,4%, pertanyaan no 13 yaitu sebanyak 36

responden atau 78,3% dan pertanyaan no 24 yaitu sebanyak 33 responden atau

71,7%. Keadaan tersebut bisa dianggap wajar karena pertanyaan-pertanyaan

tersebut menggunakan istilah asing yang mungkin baru pertama kali

responden mendengarnya seperti dismenorea, amenorea, dan pre menstrual

sindrome dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam untuk

menjawabnya serta pertanyaaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

menarche, gangguan menarche dan pengetahuan tentang menarche tersebut

merupakan hal yang masih baru bagi responden. Dalam kurikulum

pembelajaran juga belum begitu banyak yang membahas tentang menarche

dan hal-hal yang berkaitan dengan menarche sehingga responden masih

merasa sulit menjawab pertanyaan tersebut. Diharapkan guru BK (Bimbingan

Konseling) atau wali kelas bisa ikut bertanggungjawab untuk memberi materi
69

tentang kesehatan reproduksi terutama tentang menarche pada kelas VII

dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.

Kegiatan tersebut bisa dilakukan di semua program kesehatan, baik kesehatan

individu, kelompok maupun masyarakat (Syafrudin, 2009). Salah satu

kegiatannya yaitu sepertibimbingan, penyuluhan, diskusi kelompok ataupun

curah pendapat (Notoatmodjo, 2007) ataupun dengan melibatkan bidan atau

tenaga kesehatan lain untuk memberikan materi tentang menarche yang sangat

erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi remaja yang nantinya akan sangat

membantu remaja dalam menghadapi menarche .

c. Pengetahuan setelah pendidikan kesehatan

Tiga puluh pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini, berikut

pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh responden adalah

pertanyaan no 10, 23, 27, dan 30 yaitu sebanyak 46 responden atau 100,0%,

pertanyaan no 7, 9, 25 dan 26 yaitu sebanyak 45 responden atau 97,8%,

pertanyaan no 19, 20, 22, dan 28 yaitu sebanyak 44 responden atau 95,7% dan

pertanyaan no 3, 6, 15, 16, 24 dan 29 yaitu sebanyak 43 responden atau

93,5%.Keadaan ini bisa dipahami karena pertanyaan tersebut sudah dibahas

saat pendidikan kesehatan, antusias responden juga sangat baik dan responden

mendengarkan serta responden mencatat setiap penjelasan yang peneliti

berikan. Dengan meningkatnya jumlah responden yang menjawab benar,

diharapkan bahwa responden sudah bisa mengerti dan memahami tentang

menarche, sehingga pendidikan kesehatan yang dilakukan dapat merubah

perilaku responden menjadi lebih dan memperhatikan tentang tanda-tanda

menarche serta mengetahui ketidaknormalanya agar bisa terhindar dari

penyakit yang dapat disebabkan karena kurangnya kebersihan diri saat


70

menarche. Hal ini sama dengantujuan pendidikan kesehatan yaitu agar

masyarakat dapat mempraktikkan hidup sehat bagi diri sendiri dan bagi

mayarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style)

(Notoatmodjo, 2007). Sejalan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini dengan

meningkatnya responden yang menjawab benar setelah pendidikan kesehatan

berarti sesuai dengan sasaran penelitian ini yaitu meningkatnya pengetahuan

responden. Menurut Syafrudin (2009) yang menyatakan bahwa sasaran primer

(Primary target) dalam pendidikan kesehatan adalah masyarakat pada

umumnya yang menjadi sasaran langsung segala upaya sasaran pendidikan

kesehatan. Dalam penelitian ini sasaran primernya adalah siswi Kelas VII

SMP Negeri 1 Bawang.

Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah

pertanyaan no 17 yaitu sebanyak 19 responden atau 41,3%, pertanyaan no 14

yaitu sebanyak 14 responden atau 30,4%, pertanyaan no 13 yaitu sebanyak 12

responden atau 26,1% dan pertanyaan no 12 yaitu sebanyak 9 respondenatau

19,6%. Hal tersebut bisa dimaklumi karena menggunakan istilah asing dan

peneliti kurang jelas dalam memberikan penjelasan saat pendidikan kesehatan

sehingga responden kurang paham dalam menjawab pertanyaan tersebut.

Untuk menambah pengetahuanya, responden bisa bertanya pada teman, kakak,

dan ibu yang memang sudah memiliki pengalaman tentang menarche memiliki

peran penting untuk mengajarkan pada anaknya tentang menarche sehingga

responden bisa lebih memahami menarche dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Ibu adalah faktor yang sangat penting dalam

mewariskan status kesehatan pada anak-anaknya. Pendidikan kesehatan

diperlukan agar masyarakat dan orang tua menyadari dan melakukan hal-hal
71

yang dapat mewariskan kesehatan yang baik pada keturunan selanjutnya

(Notoatmodjo, 2007).

Dilihat dari skor yang didapat responden baik sebelum dan setelah

pendidikan kesehatan, secara umum skor responden mengalami peningkatan

dan setelah diberikan pendidikan kesehatan pengetahuan responden menjadi

baik semuanya.Pengetahuan responden dikatakan baik jika hasil persentase

nilainya mencapai 76%-100% (Arikunto, 2006). Hal ini bisa terjadi karena

saat pendidikan kesehatan responden benar-benar memperhatikan secara

seksama penjelasan tentang menarche yang peneliti berikan. Responden juga

sangat antusias dalam mengikuti kegiatan penelitian ini baik sebelum

pendidikan kesehatan, saat pendidikan kesehatan atupun setelah pendidikan

kesehatan. Hal itu bisa terlihat saat responden mengerjakan pre test sudah ada

beberapa responden yang menanyakan tentang pengertian menarche. Saat

pendidikan kesehatan, responden juga sangat antusias dalam bertanya serta

mencatat penjelasan yang mereka anggap penting dan nantinya dapat berguan

bagi kesehatn reproduksi mereka. Hal ini sejalan dengan tujuan dari penelitian

ini yaitu mempengaruhi pengetahuan responden menjadi lebih baik setelah

pendidikan kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua

kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap dan

atau praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan

mereka sendiri (Syafrudin, 2009).

2. Analisis Bivariat

Hasil penelitian menggunakan kuesioner terhadap pengetahuan

responden tentang menarche, pertanyaan yang dijawab benar oleh responden

mengalami peningkatan semua dari 30 pertanyaan. Diantara pertanyaan yang


72

mengalami peningkatan tersebut, pertanyaan yang mengalami peningkatan

skor terbanyak yaitu pertanyaan no 29 mengalami peningkatan sebesar 82,7%

(dari 13,0% menjadi 95,7%), pertanyaan no 30 mengalami peningkatan

sebesar 80,4% (dari 819,6% menjadi 100,0%) dan no 11 mengalami

peningkatan skor sebesar76,1% (dari 10,9% menjadi 87,0%). Hal ini bisa

terjadi karena responden mendengarkan dengan baik saat peneliti memberikan

pendidikan kesehatan sehingga responden bisa memahami pertanyaan yang

peneliti ajukan meskipun pertanyaan tersebut merupakan hal yang baru bagi

responden.Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang

kesehatan reproduksi khususnya tentang menarche sudah bertambah sesuai

dengan yang diharapkan dalam penelitian ini.Sesuai dengan teori Notoatmodjo

(2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah sebagai suatu

pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami

reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

Pertanyaan yang mengalami peningkatan skor terkecil adalah

pertanyaan no 1dan 5 yang sama – samamengalami peningkatan sebesar

15,2% (dari 73,9% menjadi 89,1%), pertanyaan no 28mengalami peningkatan

sebesar 19,6% (dari 76,1% menjadi 95,7%) dan pertanyaan no 3 mengalami

peningkatan sebesar 21,8% (dari 71,7% menjadi 93,5%). Pertanyaan yang

mengalami peningkatan terkecil tersebut terjadi mungkin karena peneliti

masih kurang dalam memberikan materi saat pendidikan kesehatan sehingga

responden masih kurang dalam memahami materi yang diberikan.

Dilihat dari jumlah skor responden pada saat pre test dan post test,

didapatkan hasil bahwa semua responden megalami peningkatan skor.

Responden yang mengalami peningkatan skor paling tinggi adalah responden


73

no 34 (dari 9 atau 30% menjadi 30 atau 100%) mengalami peningkatan

sebesar 70%, responden no 16 (dari 10 atau 33% menjadi 30 atau 100%) dan

responden no 45 (dari 10 atau 33% menjadi 30 atau 100%) mengalami

peningkatan yang sama yaitu sebesar 67%, dan responden no 13 (dari 10 atau

33% menjadi 29 atau 96%), responden no 18 (dari 11 atau 37% menjadi 30

atau 100%), responden no 24 (dari 11 atau 37% menjadi 30 atau 100%),

responden no 25 (dari 11 atau 37% menjadi 30 atau 100%), responden no 32

(dari 11 atau 37% menjadi 30 atau 100%), responden no 36 (dari 8 atau 27%

menjadi 27 atau 90%) danresponden no 40 (dari 9 atau 30% menjadi 28 atau

93%) mengalami peningkatan yang sama pula yaitu sebesar 63%.

Hasil penelitian yang dilakukan, responden yang mengalami

peningkatan pengetahuan dari kategori rendah menjadi kategori baik sebanyak

34 responden, responden yang mengalami peningkatan pengetahuan dari

kategori cukup menjadi kategori baik sebanyak 10 responden, responden yang

tidak mengalami peningkatan atau pun penurunan tingkat pengetahuan adalah

sebanyak 2 respondendengan kategori pengetahuan baik dan tidak ada

responden yang mengalami penurunan tingkat pengetahuan.

Soal yang mengalami peningkatan responden yang menjawab benar

sebanyak 30 soal antara pre test dan post test. Dari 30 soal pre - post yang

diajukan, soal yang paling banyak responden tidak bisa menjawab sesuai

dengan urutan adalah soal no 17, 14, 13, 12,2, 11dan 21. Faktor penyebab

responden tidak bisa menjawab soal tersebut dengan baik dikarenakan soal

tersebut merupakan hal yang masih baru bagi responden dan kurangnya

tingkat pemahaman terhadap soal. Melihat dari hasil penelitian ini diharapkan

guru BP, wali kelas ataupun guru pembina dibidang kesehatan seperti guru
74

UKS/PMR misalnya dapat memberikan pembinaan lebih lanjut untuk

menjelaskan lebih banyak lagi tentang menarche baik didalam mata pelajaran

ataupun dalam ekstrakulikuler atau bisa juga melakukan kegiatan dibidang

kesehatan terutama tentang kesehatan reproduksi remaja dengan melakukan

diskusi kelompok, curah pendapat, seminar, ceramah ataupun mengundang

tenaga kesehatan terlatih untuk membimbing dan memberikan penyuluhan

tentang materi yang dibutuhkan para siswi guna menambah pengetahuan

tentang menarche agar nantinya para siswi dapat lebih siap untuk menghadapi

menarche nantinya. Pembinaan yang dilakukan guru terutama ditujukan

kepada perilaku siswiyang sudah sehat agar tetap dipertahankan kesehatannya,

artinya siswiyang sudah mempunyai perilaku hidup sehat (healthy life style)

tetap dilanjutkan atau dipertahankan(Notoatmodjo, 2007).

Soal yang paling banyak dijawab benar oleh responden sesuai urutan

adalah soal no 10, 23, 27 dan 30. Hal ini disebabkan karena soal tersebut

berkaitan denganpengalaman kebiasaan sehari-hari sehingga responden dapat

menjawabnya dengan baik. Dengan pemahaman siswi terhadap soal-soal

diharapkan para siswi dapat mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari agar

menjadi lebih peduli dengan kesehatan diri dan kesehatan reproduksinya.

Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah perilaku

kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang

kondusif(Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil perhitungan statistik menggunakan rumus Wilcoxon

diperoleh hasil nilai z hitungnya sebesar – 5,911dan Asymp.Signya sebesar

0,000 (nilai p).Hal ini menunjukkan bahwa nilai p< 0,050 yang

berartiadapengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan


75

tentang menarche pada siswi kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara

tahun 2012.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang

melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba.Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap

obyek.Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007). Cara memperoleh pengetahuan menurut

Notoatmodjo, 2010 yaitu : cara tradisional atau kuno atau cara non ilmiah

(cara coba salah,cara kekuasaan atau Otoritas, berdasarkan pengalaman

pribadi, kebenaran secara intuitif, melalui logika atau pikiran), dan cara

modern atau cara ilmiah (research methodology) (Notoatmodjo, 2010; Imron

dan Munif, 2010).

Pendidikan kesehatanadalah upaya agar masyarakat berperilaku atau

mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan,

ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya dan tidak hanya mengkaitkan diri pada peningkatan

pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau

memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun non fisik) dalam rangka

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan (Notoatmodjo, 2007).Hasil

atau perubahan perilaku dengan cara pendidikan kesehatan memakan waktu

lama, tetapi perubahan yang dicapai bersifat langgeng karena didasari oleh

kesadaran sendiri (bukan karena paksaan) (Notoatmodjo, 2010).


76

Perilaku remaja putri dalam hal ini adalah siswi, siap menghadapi

menarche adalah dengan mengetahui tentang menarche itu sendiri, mengetahui

bagaimana cara untuk menghadapinya, mengetahui keadaan yang normal dan

tidak normal, serta mampu mengurangi resiko terjadinya gangguan saat

menarche. Pendidikan kesehatan yang dilakukan pada siswi tentang menarche

memiliki tujuan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan

pengetahuan yang sebelumnya tentang menarche, agar nantinya diharapkan

siswi tersebut lebih siap dalam menghadapi menarche nantinya.Pendidikan

tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri merupakan masalah penting

yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk menyiapkan mental

remaja putri saat mengalami menarche.Saat remaja putri tersebut mengalami

menarche sudah siap dan tidak merasa malu atau cemas dengan adanya

menstruasi karena hal itu justru menunjukkan bahwa tubuh sudah beranjak

dewasa dan berbagai perubahan itu sebagai indikator untuk mempersiapkan

diri untuk hidup dalam lingkungan dewasa (Proverawati dan Misaroh,2009).

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, melihat dari

peningkatan skor dari pre test dan post test yang artinya pengetahuan

responden menjadi bertambah setelah dilakukan pendidikan kesehatan, berarti

penelitian yang penenliti lakukan telah dilakukan dengan baik sesuai dengan

tujuan awal dari penelitian. Responden sudah bertambah pengetahuannya

tentang menarche serta sudah siap untuk menghadapi menarche. Untuk lebih

menambah pengetahuan responden tentang menarche, siswi bisa

memanfaatkan fasilitas yang ada disekolah, misal dengan menggunakan

internet sekolah ataupun dengan memanfaatkan buku-buku di perpustakaan

yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. SMP Negeri 1 Bawang berada


77

tepat di depan jalan raya, sehingga akses ke berbagai tempat lebih mudah,

responden juga bisa ke perpustakaan daerah yang buku-bukunya lebih banyak,

terutama bisa mencari referensi tambahan buku tentang menarche atau

kesehatan reproduksi. Kurikulum pembelajaran bagi siswa-siswi SMP

khususnya pelajaran Biologi belum menjelaskan secara detail tentang

kesehatan reproduksi remaja, sehingga pembelajaran tentang kesehatan

reproduksi bisa dilakukan saat pelajaran BK (Bimbingan Konseling). Untuk

pelaksanaannya di SMP Negeri 1 Bawang sendiri memang belum begitu rutin,

karena baik guru mata pelajaran Biologi ataupun guru BK (Bimbingan

Konseling) belum mempunyai cukup banyak referensi tambahan tentang

kesehatan reproduksi.

Penelitian ini sangat erat kaitannya dengan peran bidan sebagai

pendidik. Sasaran bidan dikomunitas antara lain, remaja, WUS (Wanita Usia

Subur), ibu hamil, ibu melahirkan, bayi, lansia, dan lain-lain. Dalam penelitian

ini, sama halnya dengan sasaran bidan dikomunitas salah satunya yaitu remaja.

Pada usia ini remaja perlu diberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan

reproduksi agar lebih memahami tentang kesehatan reproduksi.

Sejalan dengan hasil penenlitian tersebut adalah ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang menarche pada

siswi kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara tahun 20

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN


78

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 2 Larangan

Brebes tentang “Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas VII Tentang Menarche

Sebelum dan Sesudah Dilakukuan Penyuluhan Di SMP Negeri 2 Larangan Brebes

Tahun 2013” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan responden sebelum dilakukan penyuluhan tentang menarche

pendidikan kesehatan paling banyak memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori

rendah yaitu sebanyak 48 responden atau 80 %, sedangkan responden dengan

tingkat pengetahuan dalam kategori cukup sebanyak 10 responden atau 16,7 %

dan responden dengan tingkat pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 2

responden atau 3,3 %. Dengan hasil statistik mean 12,93, standar error mean 0,52,

median 12,00, standar deviation 4,06 minimum 8,00, maximum 26,00

2. Pengetahuan responden sesudah dilakukan penyuluhan tentang menarche adalah

dalam kategori baik sebanyak 46 responden atau 100 %. Dengan hasil statistik

mean 27,30, standar error mean 0,25, median 27,00, standar deviation

1,68, minimum 25,00, maximum 30,00.

3. Hasil uji T paried Test diperoleh p value sebesar , maka Ho ditolak, berarti ada

perbedaan pengetahuan tentang menarche sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan di SMP Negeri 2 Larangan Brebes tahun 2013.

A. Saran

1. Bagi Siswi kelas VII SMP Negeri 2 Larangan

Peneliti mengharapkan agar para siswi lebih aktif lagi dalam bertanya atau
mencari referensi untuk menambah pengetahuan tentang menarche agar saat
mendapat menarche bisa lebih siap.
79

2. Bagi tenaga pengajar SMP Negeri 2 Larangan

Penelitian yang peneliti lakukan diharapkan dapat menjadi referensi


tambahan bagi staf pengajar SMP Negeri 2 Larangan untuk memberikan materi
pelajaran pada siswi dan agar guru bisa mencari referensi lain untuk menambah
pengetahuan para siswi tentang menarche yang nantinya dapat membantu para
siswi agar lebih siap dalam menghadapi menarche.
3. Bagi bidan atau tenaga kesehatan lain

Peneliti mengharapkan agar bidan atau tenaga kesehatan lain bisa secara
rutin memberikan penyuluhan tentang menarche pada siswi, khususnya siswi SMP
kelas VII agar siswi mendapat pengetahuan yang lebih banyak tentang menarche
terutama yang berhubungan dengan istilah – istilah asing tentang menarche agar
siswi lebih paham dan siswi dapat terhindar dari Infeksi Saluran Kemih pada
remaja putri.
4. Bagi peneliti lain

Peneliti mengharapkan agar lebih banyak lagi peneliti yang melakukan


penelitian tentang menarche agar pengetahuan tentang menarche padasiswi SMP
atau remaja putri yang lain bisa bertambah.

Anda mungkin juga menyukai