Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,

dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau

teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut

terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, atau

kelompok masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin, 2009, p.358).

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang

mampu:

1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah,

dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan

dukungan dari luar.

3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan

taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak dan

Chayatin, 2009, p.358).

Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang

Kesehatan No. 36 tahun 2009 maupun WHO adalah meningkatkan

7
8

kemampuan masyarakat; baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga

produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan

disemua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular,

sanitasi, lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun

program kesehatan lainnya.

c. Misi Pendidikan Kesehatan

Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi:

1) Advokat (Advocate)

Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau

penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa

program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui

kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

2) Menjembatani (Mediate)

Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang

terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan.

3) Memampukan (Enable)

Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat

agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003, p.21).

d. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai

dimensi, antara lain:


9

1) Dimensi Sasaran

a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.

b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

luas.

2) Dimensi Tempat Pelaksanaan

Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat,

dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya :

a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid.

b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan

kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.

c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh

atau karyawan.

3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat

pencegahan (five levels of prevention) menurut Leavel dan Clark,

yaitu sebagai berikut :

a) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)

Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan

melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health

education), penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit,

konsultasi perkawinan, pendidikan seks, pengendalian

lingkungan, dan lain-lain.


10

b) Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific

Protection)

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan

untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum

kepada seseorang atau masyarakat. Bentuk perlindungan

tersebut seperti imunisasi dan higiene perseorangan,

perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan kerja,

pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain.

c) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early

diagnosis and Prompt Treatment)

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap

kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan

untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk

memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobatai penyakitnya.

d) Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang

kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak

melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya

dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. Oleh

karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini

dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan,

pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan,

penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.


11

e) Rahabilitasi (Rehabilitation)

Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah

sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat. Karena

kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya

rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-

latihan tersebut (Mubarak dan Chayatin, 2009, p.358).

2. Pengetahuan (Knowledge)

a. Pengertian Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan melalui panca indera manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran yaitu mata

dan telinga (Notoatmodjo, 2003, p.121).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Suatu

perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan. Seseorang

akan mengalami proses yang berurutan sebelum mengadopsi suatu

perbuatan, yaitu:

1) Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek (stimulus).

2) Ketertarikan (Interest), orang mulai tertarik terhadap stimulus.


12

3) Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya

terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap

responden sudah tidak baik lagi.

4) Mencoba (Trial), dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adopsi (Adoption), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

(Notoatmodjo, 2003, p.121).

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.


13

3) Aplikasi (Apllication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003, p.122-

124).
14

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada

umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan

semakin mudah untuk mendapatkan informasi.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

c) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.


15

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan

dan Dewi, 2010, p.16-18).

d. Pentingnya Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng (long lasting) dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003, p.126).

e. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003, p.126).

Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian. Nilai 1 untuk

jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Kemudian

digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang.

Dikatakan baik (>75%), cukup (60-75%), dan kurang (<60%)

(Nursalam, 2008, p.120).


16

3. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Menurut Bimo (2001), Ensiklopedia Amerika mengartikan perilaku

sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal

ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang

diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan.

Dengan demikian, maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan

reaksi atau perilaku tertentu (Suryani dan Widyasih, 2008, p.24).

b. Jenis Perilaku

Menurut Skinner (1976), perilaku dibedakan menjadi:

1) Perilaku alami (innate behavior), yaitu perilaku yang dibawa sejak

organisme dilahirkan yang berupa reflek-reflek dan insting-insting.

2) Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang dibentuk

melalui proses belajar (Suryani dan Widyasih, 2008, p.25).

Berdasarkan Stimulus Organisme Respons (SOR), perilaku

dapat dibedakan menjadi:

1) Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi

pada orang yang menerima stimulus tersebut.


17

2) Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respons terhadap stimulus ini sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang

lain (Notoatmodjo, 2003, p.115).

c. Pembentukan Perilaku

Perilaku dapat dibentuk yaitu dengan cara:

1) Pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang

diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.

2) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Dalam eksperimen Thorndike, dalam belajar yang dipentingkan

adalah soal latihan. Maka dalam eksperimen Kohler, dalam belajar

yang terpenting adalah pengertian atau insight.

3) Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Seorang pemimpin dapat dijadikan model atau contoh oleh orang

lain. Sehingga akan terbentuk suatu perilaku (Suryani dan

Widyasih, 2008, p.27-28).

d. Determinan Teori Perilaku

Perilaku mempunyai 3 teori yang berhubungan dengan kesehatan,

yaitu:
18

1) Teori Lawrence Green

Green mengelompokkan factor yang mempengaruhi kesehatan

manusia menjadi 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor di luar perilaku (non-behavior causes).

a) Faktor Predisposisi (Predisposing Factor), seperti

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

b) Faktor Pendukung (Enabling Factor), seperti lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan.

c) Faktor Pendorong (Renforcing Factor), seperti sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain.

2) Teori Snehandu B. Kar

Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa

perilaku itu merupakan fungsi dari:

1) Adanya niat (behavior intention) seseorang untuk bertindak

sehubungan dengan objek atau stimulus dari luar dirinya.

2) Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support).

3) Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah

tersedianya informasi-informasi terkait dengan kesehatan atau

fasilitas kesehatan.

4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy)

untuk mengambil keputusan.


19

5) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action

situation).

3) Teori WHO

WHO berpendapat bahwa perilaku terjadi karena 4 alasan pokok,

yaitu:

a) Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau

pengalaman orang lain.

b) Kepercayaan

Seseorang meneriman kepercayaan berdasarkan keyakinan dan

tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

c) Sikap

Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang

lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu

terwujud dalam suatu tindakan nyata.

d) Orang penting sebagai referensi

Seseorang untuk berperilaku terkadang membutuhkan orang

lain yang dianggap penting sebagai contoh (Notoatmodjo

(2003, p.164).

4. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin

yaitu adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Remaja


20

merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang

ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis (Widyastuti,

Rahmawati dan Purnamaningrum, 2009, p.10-11).

Menurut Muangman (1980), WHO memberikan definisi

mengenai remaja yang lebih bersifat konseptual, yang didalamnya

terdapat tiga kriteria yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi

(Sarwono, 2011, p.11-12). Sehingga secara lengkap definisi remaja

adalah suatu masa dimana:

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.

2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

b. Batasan Usia Remaja

Menurut Sanderowitz dan Paxman (1985), World Health

Organization (WHO) membedakan remaja menjadi remaja awal (10-

14 tahun) dan remaja akhir (15-20 tahun). Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth)

dalam rangka untuk menetapkan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda

Internasional (Sarwono, 2011, p.12).


21

Departemen Kesehatan RI memberikan batasan usia remaja

antara 10-19 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut BKKBN

adalah 10-19 tahun (Widyastuti, Rahmawati dan Purnamaningrum,

2009, p.10-11).

c. Fase-fase Remaja

Menurut Widyastuti, Rahmawati dan Purnamaningrum (2009, p.11-

12), masa remaja terdapat tiga tahap atau fase, yaitu:

1) Masa Remaja Awal (± 10-12 tahun)

a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

b) Tampak dan merasa ingin bebas.

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berkhayal (abstrak).

2) Masa Remaja Tengah (± 13-15 tahun)

a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan

jenis.

c) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d) Kemampuan berkhayal (abstrak) makin berkembang.

e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

3) Masa Remaja Akhir (± 16-19 tahun)

a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.


22

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e) Memiliki kemampuan berpikir khayal (abstrak).

d. Ciri dan Perkembangan Remaja

1) Perkembangan Fisik

Pada masa remaja, seseorang mengalami pertumbuhan fisik yang

lebih cepat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal ini terlihat

pada organ seksualnya, dimana biologik sampai kesiapan untuk

melanjutkan keturunan. Ciri-ciri kematangan seksual pada masa ini

adalah sebagai berikut:

a) Ciri-ciri primer kematangan seksual

(1) Pada pria, sejak usia ini kelenjar prostat yang ada dalam

testis akan menghasilkan sperma dan tersimpan dalam

skrotum. Penis dapat digunakan untuk bersenggama dalam

perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan jutaan

sperma sekali ejakulasi, dan mengalami mimpi basah

dimana sperma keluar dengan sendirinya secara alamiah.

(2) Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) menghasilkan

sel telur (ovum). Hormon kelamin wanita mempersiapkan

rahim (uterus) untuk menerima hasil konsepsi bila ovum

dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan vagina sebagai

penerima penis saat senggama. Sejak saat ini wanita akan

mengalami ovulasi dan menstruasi. Ovulasi adalah proses

keluarnya ovum dari ovarium dan jika tidak dibuahi akan


23

terjadi menstruasi karena ovum mati. Menstruasi adalah

peristiwa alamiah keluarnya darah dari vagina yang

berasal dari uterus akibat lepasnya endometrium karena

ovum tidak dibuahi.

b) Ciri-ciri sekunder kematangan seksual

(1) Pada pria akan tumbuh kumis, jenggot dan rambut di

sekitar alat kelamin dan ketiak. Rambut yang tumbuh

relatif lebih kasar. Suara menjadi besar, dada melebar dan

berbentuk segitiga, serta kulit relatif lebih kasar.

(2) Pada wanita tumbuh rambut di ketiak dan di sekitar alat

kelamin, payudara dan panggul mulai membesar dan kulit

relatif lebih halus.

2) Perkembangan Intelektual

Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama

masa remaja. Kemampuan untuk mengerti masalah kompleks

berkembang secara bertahap. Psikolog Perancis, Jean Piaget,

menentukan bahwa masa remaja adalah awal tahap pikiran format

operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang

melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Hal ini membuktikan

bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah

kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang

terkumpul.
24

3) Perkembangan Seksual

Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung

jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks

masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga

kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun

sejak tahun 1960-an, aktifitas seksual telah meningkat di antara

remaja. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam aktifitas seksual,

beberapa remaja tidak tertarik pada atau tahu tentang metode

Keluarga Berencana (KB) atau gejala-gejala Penyakit Menular

Seksual (PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan

timbulnya penyakit kelamin semakin meningkat.

4) Perkembangan Emosional

Menurut G. Stanley Hall, seorang psikolog Amerika, mengatakan

bahwa masa remaja adalah masa stress emosional, yang timbul dari

perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.

Sedangkan menurut Erik Erikson, psikolog Amerika kelahiran

Jerman, memandang perkembangan sebagai proses psikososial

yang terjadi seumur hidup. Tugas psikososial remaja adalah untuk

tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang tidak

tergantung, yang identitasnya memungkinkan orang tersebut

berhubungan dengan lainnya dalam gaya dewasa (Maulana, 2008,

p.14).
25

5) Perkembangan Psikologis

Menurut G.W. Allport (1961), ciri-ciri psikologis tersebut antara

lain:

a) Pemekaran diri sendiri (extension of the self), yang ditandai

dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau

hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri.

b) Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self

objectivication) yang ditandai dengan kemampuan untuk

mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan

kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor)

termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.

c) Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life).

Hal ini dapat dilakukan tanpa perlu merumuskannya dan

mengucapkannya dalam kata-kata (Sarwono, 2011, p.81-82).

5. Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja

Menurut ICPD Kairo tahun 1994, kesehatan reproduksi

didefinisikan sebagai keadaan sehat yang menyeluruh meliputi aspek

fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau

gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,

fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri (Hidayana, 2004,

p.85).
26

Menurut Depkes (2001), kesehatan reproduksi adalah

keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak

semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal

yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya

(Widyastuti, Rahmawati dan Purnamaningsih, 2009, p.5).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam

pengertian kesehatan reproduksi, yaitu:

1) Pengertian sehat bukan semata-mata sebagai pengertian kedokteran

(klinis), tetapi juga sebagai pengertian sosial (masyarakat).

Pengertian sehat ini telah diakui oleh Undang-undang nomor 36

tahun 2009 tentang kesehatan.

2) Kesehatan reproduksi bukan menjadi masalah seseorang saja,

tetapi juga menjadi kepedulian keluarga dan masyarakat.

Dengan demikian kesimpulan dari pengertian kesehatan

reproduksi remaja adalah keadaan sehat secara menyeluruh jasmani

dan rohani, yang berkaitan dengan reproduksi, yang dimiliki oleh

remaja untuk melanjutkan keturunan.

b. Cakupan Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi antara lain:

1) Konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB).

2) Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi

yang aman, pelayanan bayi baru lahir/neonatal).


27

3) Pengobatan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Penyakit

Menular Seksual (PMS), termasuk pencegahan kemandulan.

4) Konseling dan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

5) Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai kesehatan

reproduksi (Maulana, 2008, p.15).

c. Anatomi Organ Reproduksi

1) Organ Reproduksi Perempuan

a) Ovarium (Indung Telur)

Terdapat pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbria/umbai-

umbai) dan terletak di rongga panggul, merupakan kelenjar

yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Tiap

ovarium mengandung 150.000-200.000 folikel primordial.

Sejak masa pubertas, tiap bulan secara bergantian ovarium

melepas satu ovum dari folikel degraaf (folikel yang matang).

Peristiwa ini disebut ovulasi.

b) Tuba Fallopii (Saluran Telur)

Merupakan dua saluran pada kanan dan kiri rahim sepanjang ±

10 cm yang menghubungkan uterus dengan ovarium melalui

fimbrae (umbai-umbai).

c) Fimbrae (Umbai-umbai)

Dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan. Umbai-umbai ini

berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung

telur.
28

d) Uterus (Rahim)

Bentuknya seperti buah Pear, berongga dan berotot. Sebelum

hamil, beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan

lebar 6 cm, kurang lebih sebesar telur ayam kampong. Tetapi

saat hamil mampu membesar dan beratnya mencapai 1000

gram. Uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu:

(1) Lapisan Parametrium merupakan lapisan paling luar dan

yang berhubungan dengan rongga perut.

(2) Lapisan Myometrium merupakan lapisan yang berfungsi

mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi).

(3) Lapisan Endometrium merupakan lapisan dalam rahim

tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi.

Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi

pembuluh darah.

e) Serviks (Leher Rahim)

Merupakan daerah bagian bawah rahim yang berhubungan

dengan bagian atas vagina. Serviks memproduksi cairan

berlendir (mucus). Pada waktu ovulasi, mucus ini menjadi

banyak, elastik dan licin. Hal ini membantu spermatozoa untuk

mencapai uterus.
29

f) Vagina (Liang Kemaluan)

Merupakan saluran yang elastik, panjangnya sekitar 8-10 cm,

dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada saat

menstruasi dan merupakan jalan lahir.

g) Klitoris (Kelentit)

Merupakan organ kecil yang berada di atas urethra dan

dilindungi oleh lipatan labium minora. Ukurannya sebesar

kacang polong, penuh dengan sel saraf sensorik dan pembuluh

darah.

h) Labia (Bibir Kemaluan)

Terdiri dari dua bibir, yaitu labium mayora (bibir luar)

merupakan bibir yang tebal dan besar dan labium minora (bibir

dalam) merupakan bibir yang tipis yang menjaga jalan masik

ke vagina.

2) Organ Reproduksi Laki-laki

a) Testis (buah pelir)

Merupakan organ (dua buah) penghasil hormon testosteron dan

spermatozoa. Cairan putih dan kental yang diproduksi oleh

vesikula seminalis dan kelenjar prostat bercampur dengan

spermatozoa membentuk campuran yang disebut semen.

Epididimis, vas deferens dan urethra merupakan saluran untuk

jalannya semen. Pada saat puncak rangsang seksual terjadi

orgasme atau ejakulasi, yaitu semen dipancarkan keluar dari


30

ujung penis yang ereksi. Ukuran dan posisi testis sedikit

berbeda antara kanan dan kiri. Hal ini masih normal.

b) Skrotum

Kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan

berlipat-lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis.

Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke

dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif

tetap.

c) Vas Deferens (Saluran Sperma)

Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis

menuju ke urethra atau saluran kencing pars prostatika. Vas

deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ± 2,5 mm.

Saluran ini muara dari epididimis yaitu saluran-saluran yang

lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berkelok-kelok dan

membentuk bangunan seperti topi.

d) Prostat, Vesikula Seminalis dan Beberapa Kelenjar Lainnya

Merupakan kelenjar yang menghasilkan cairan sperma

(ejakulasi atau semen) yang berguna untuk memberikan

makanan pada sperma.

e) Penis

Berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran untuk

pengeluaran sperma dan air seni. Banyak mengandung

pembuluh darah dan saraf. Dapat berubah dari yang semula


31

kecil dan lemas menjadi besar dan tegang saat ereksi. Hal ini

terjadi karena penis terisi darah saat terangsang. Penis tidak

mengandung tulang dan tidak terbentuk dari otot. Ukuran dan

bentuk penis bervariasi, namun umumnya bila penis ereksi

ukurannya hampir sama.

f) Preputium

Lekukan kulit yang melindungi glans penis (kepala penis) yang

penting adalah menjaga kebersihan daerah ini dan dianjurkan

preputium diambil secara operatif. Hal ini disebut sirkumsisi

atau sunat.

d. Hormon Organ Reproduksi

1) Hormon Pada Perempuan

a) Hormon Estrogen

Hormon estrogen membuat seorang anak perempuan memiliki

sifat kewanitaan setelah remaja. Perubahan yang disebabkan

oleh estrogen adalah sebagai berikut:

(1) Merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim dan

vagina.

(2) Membuat dinding rahim makin tebal dan produksi cairan

vagina bertambah banyak.

(3) Mengakibatkan tertimbunnya lemak di daerah panggul

wanita.
32

(4) Memperlambat pertumbuhan tubuh yang semula sudah

dirangsang oleh kelenjar bawah otak.

b) Hormon Progesteron

Hormon progesteron berefek untuk melemaskan otot-otot

halus, meningkatkan produksi lemak di kulit, dan

meningkatkan suhu badan. Pada rahim, progesteron

merangsang sekresi kelenjar-kelenjar.

2) Hormon Pada Laki-laki

Hormon testosteron dihasilkan oleh sel Leydig dalam testis dan

kelenjar anak ginjal (suprarenal). Hormon ini ada di dalam darah

dan mempengaruhi alat-alat dalam tubuh serta menyebabkan

terjadinya beberapa pertumbuhan seks sekunder dan seks primer.

e. Kehamilan Yang Tidak Diinginkan

Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) merupakan satu kondisi

dimana pasangan tidak menghendaki adanya kelahiran akibat dari

kehamilan yang diakibatkan dari suatu perilaku seksual atau hubungan

seksual baik sengaja maupun tidak sengaja.

Faktor atau alasan yang menyebabkan KTD, antara lain

penundaan usia kawin, ketidaktahuan tentang perilaku seksual yang

dapat mengakibatkan kehamilan, tidak menggunakan alat kontrasepsi,

kegagalan alat kontrasepsi, kehamilan yang diakibatkan oleh

pemerkosaan, kondisi kesehatan ibu yang tidak mengijinkan


33

kehamilan, persoalan ekonomi, alasan karir atau masih sekolah,

kehamilan karena incest atau kondisi janin yang dianggap cacat berat.

KTD dapat memicu terjadinya aborsi atau pengguguran

kandungan. Sebagian besar perempuan yang mengalami KTD

melakukan tindakan aborsi, dengan cara yang tidak aman. Aborsi yang

tidak aman mempunyai risiko yang sangat tinggi, antara lain kerusakan

rahim, infeksi rahim, infertilitas, perdarahan, komplikasi bahkan

kematian. Aborsi juga dilarang keras (illegal) dengan alasan apapun

kecuali untuk menyelamatkan jiwa ibu. Hal tersebut tercantum dalam

Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 (Depkes RI, 2007,

p.94).

Peraturan Perundang-undangan lain yang berhubungan

dengan larangan aborsi di Indonesia, antara lain:

1) Pasal 346 KUHP

Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur

atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,

dihukum penjara selama-lamanya 4 tahun.

2) Pasal 347 KUHP

Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau

mati kandungannya seorang perempuan tidak dengan ijin

perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun.


34

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Predisposing Factors

1. 1. Pengetahuan
Pengetahuan dasar
2. Kepercayaan pada
pengajar

Enabling Factors
Kersediaan sumber/fasilitas
Penyuluhan

Reinforcing Factors
Dukungan keluarga, sikap dari
keluarga , petugas kesehatan
dan tokoh masyarakat

Keterangan:

: variabel yang akan diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2003, p.15). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.


35

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep


Variabel Bebas Variabel Terikat

Sebelum Penyuluhan
tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja

Pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi
Remaja

Sesudah Penyuluhan
tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja

D. Hipotesa

Ha: Ada perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja

sebelum dan sesudah penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai