BATUAN KARBONAT
METODE PENAMBANGAN QUARRY MINE
OLEH :
HASRIA SULAIMAN
R1D1 15 037
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat limpahan Rahmat dan karunianya sehingga buku ini terselesaikan tepat
pada waktunya.Dikalangan mahasiswa kebumian khususnya teknik pertambangan
yang sedang memperdalam ilmu pengetahuannya dalam bebagai bidang ilmu masi
merasakan kesulitan karena kurangnya bahan acuan atau referensi untuk
mengembangkan pola pikir masing masing.
Buku ini membahas tentang batubara yang ada di Indonesia, serta genesa
dan pembentukan batubara, manfaat dan kegunaan batubara yang ada di Sulawesi
Tenggara . Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak banyak terima
kasi kepada semua pihak yang telah berpatisipasi untuk membantu menyelesaikan
penulisan buku ini .
Saya menyadari bahwa buku ini masi banyak ter dapat kekurangan dan
kekeliruan maka oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat sangat
saya harapkan .
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Batubara di Indonesia
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar
khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa di antaranya tegolong
kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah
sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi di
mana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem
dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan
menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen.
Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan
sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan
lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut
yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan .
B. Produksi & Ekspor Batubara Indonesia
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia.
Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia menjadi
eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang
diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan
jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar
permintaannya berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang
disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia,
cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun
mendatang apabila tingkat produksi saat ini diteruskan.
Ekspor batubara Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari total produksi
batubara, sisanya dijual di pasar domestic .
Ekspor
163 191 198 210 287 345 402
(dalam juta ton)
Domestik
61 49 56 65 66 67 72
(dalam juta ton)
Harga (HBA)
n.a n.a 70.7 91.7 118.4 95.5 82.9
(USD/ton)
C. Potensi Batu Bara di Indonesia Menjanjikan
Bila berbicara tentang keamaan energy nasional dari batubara ada beberapa
pokok pikiran. Diantaranya kecukupan sumber daya yang ada untuk
pembangunan, harga batubara , persedian yang terjamin, dan tranportasi serta
kecukupan infrastruktur . Kita bisa berhitung beberapa tahun lagi sumber batubara
kita akan habis. Cdangan batubara Indonesia 28 milliar ton dengan sumber daya
batubara Indonesia161 milliar ton . Saat ini produksi batubara Indonesia
pertahunsekitar 400 juta ton. Berarti cadangan batubara kita habis dalam waktu 70
tahun , dengan asumsi tidak ada peningkatan produksi dan tidak ada kegiatan
eksplorasi yang signifikan . Namun, yang terjadi sekarang adalah peningkatan
produksi yang besar tanpa diiringi kegitan eksplorasi.
Pemerintah sudah menyadari hal ini sebagai sumber masalah. Oleh karenannya,
pemerintah mulai mengatur regulasi agar kita siap bila hal itu terjadi . Lewat
program energy mix , pemerintah mencoba menaikan pemakaian batubara dalam
negeri dengan membatasi eskpor serta meningktkan energi- energi baru seperti
geothermal . Selain itu, pemerintah membuat program coal upgrading . Batubara
yang semula tidak bisa dipakai karena kalorinya terlalu rendah sekarang bisa
dimanfaatkan dan dijual .
Kita mestinya belajar mengelola batubara dari negara lain. Sebagai contoh
India dan Chinaperusaan Negara menguasai industry pertambangan batubara . Hal
ini akan berefek pada jaminan pasokan dalam negeridan jumlah devisa yang
didapatkan negara tersebut. India juga menerapkan kebijakan tidak mengekspor
batubara . Artinya , India memakai hampir 100% batubara di negra untuk
kemajuan bangsanya . Berbeda dengan Kanada , negara ini mengatur sumber
energi negra dengan membuat roadmap energi . Kanada menjamin 100 tahun lagi
batubara masih menjadi sumber energi primer di Negara itu .
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk dialam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
2. Mineral Logam adalah Mineral yang unsur utamanya mengandung logam,
memiliki kilap logam, dan umumnya bersifat sebagai penghantar panas dan
listrik yang baik.
3. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara
alamiah dari sisa tumbuhtumbuhan.
4. Steam (Thermal) Coal adalah batubara yang digunakan sebagai bahan bakar
pada pembangkit listrik dan mesin
uap pada industri.
5. Coking (Metallurgical) Coal adalah batubara yang digunakan pada industri
peleburan logam atau
metalurgi.
6. Harga Patokan Mineral Logam yang selanjutnya disebut HPM Logam adalah
harga mineral logam yang ditentukan pada suatu titik serah penjualan (at sale
point) secara Free on Board untuk masing-masing komoditas tambang
Mineral Logam.
7. Harga Mineral Logam Acuan yang selanjutnya disingkat HMA adalah harga
yang diperoleh dari rata-rata publikasi harga Mineral Logam pada bulan
sebelumnya atau harga pada tanggal yang sama dengan transaksi
sesuai dengan kutipan harga dari publikasi harga Mineral Logam.
8. Harga Patokan Batubara yang selanjutnya disingkat HPB adalah harga
Batubara yang ditentukan pada suatu titik serah penjualan (at sale point) secara
Free on Board.
9. Harga Batubara Acuan yang selanjutnya disingkat HBA
adalah harga yang diperoleh dari rata-rata indeks harga Batubara pada bulan
sebelumnya.
Pasal 8
(2) Formula HPB Steam (Thermal) Coal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan variabel:
a. nilai kalor Batubara (calorific value);
b. HBA Steam (Thermal) Coal;
c. kandungan air (moisture content);
d. kandungan belerang (sulphur content); dan
e. kandungan abu (ash content).
(3) Formula HPB Coking (Metallurgical) Coal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditentukan berdasarkan variabel:
a. HBA Coking (Metallurgical) Coal;
b. Coke Strength after Reaction;
c. kadar zat terbang (volatile matter);
d. kandungan air (moisture content);
e. kandungan belerang (sulphur content); dan
f. kandungan abu (ash content).
(4) Nilai kalor Batubara (calorific value), kadar zat terbang (volatile matter),
kandungan air (moisture content), kandungan belerang (sulphur content), dan
kandungan abu (ash content) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf
c, huruf d, dan huruf e serta ayat (3) huruf c sampai dengan huruf f ditentukan
sesuai dengan certificate of analysis.
(5) Besaran HBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan ayat (3) huruf
a ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri setiap bulan.
(6) Besaran HBA sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan mengacu pada
indeks harga Batubara yang
dikeluarkan, antara lain oleh:
a. Indonesian Coal Index/Argus Coalindo;
b. New Castle Export Index;
c. Globalcoal New Castle Index;
d. Platts Index;
e. Energy Publishing Coking Coal Index; dan/atau
f. IHS Markit Index.
(7) Formula HPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dapat ditinjau kembali secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu
apabila diperlukan.
BAB 11
4. Sejak 1991
Kualitas batubara yang rendah dan tersedianya batubara dari Eropa yang
lebih murah, terutama dari Inggris, akhirnya menyebabkan kemunduran pada
pertambangan besar Belanda di Kalimantan. Namun penemuan ladang-ladang
batubara baru akhirnya menyebabkan timbulnya perhatian baru terhadap batubara
Kalimantan.
2. Pengertian Batubara
Batubara adalah termasuk salah bahan bakar fosil . Pengertian umumnya adalah
batuan batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon , hidrogen , dan oksigen . Pembentukan
batubara memiliki kondisi- kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu
sepanjang sejarah geologi Zaman karbon , kira-kira340 juta tahun yang lalu
adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif dimana hampir seluruh
deposit batubara yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentu .
3. Genesa Batubara
Batubara adalah sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan yang terhumifikasi, berwarna coklat sampai hitam yang selanjutnya
terkena proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun hingga
mengakibatkan pengkayaan kandungan C (Wolf, 1984 dalam Anggayana 2002).
Batubara yang mempunyai rumus kimia C, adalah bahan tambang yang tid
ak termasuk dalam kelompok mineral. Batubara (coal) adalah : bahan bakar hidro
karbon padat yang terbentuk dari tetumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen d
an terkena pengaruh P & T yang berlangsung lama sekali (hingga puluhan-
ratusan juta tahun).
Batubara dapat dikategorikan sebagai salah satu batuan sedimen yang kaya
akan material organik. Cook & Sherwood (1991) mengemukakan bahwa suatu de
posit bisa disebut sebagai batubara jika kandungan material organiknya lebih dari
80%. Deposit batubara merupakan hasil akhir dari suatu efek kumulatif proses
pembusukan dan penguraian tumbuhan, deposisi dan pembebanan sedimen, prose
s endogenik seperti pergerakan kerak bumi dan proses eksogenik contohnya erosi.
1. Penggambutan (Peatification)
1. Evolusi tumbuhan
2. Iklim
3. Geografi dan
4. Tektonik daerah
2. Pembatubaraan (Coalification)
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk
batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari gambut sampai menjadi
antrasit – disebut sebagai pengarangan – memiliki hubungan yang penting dan
hubungan tersebut disebut sebagai ‘tingkat mutu’ batu bara. Berdasarkan tingkat
proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara
umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan
gambut. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar
air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 – 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.
Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.
4. Proses Terbentunya
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar , terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses
fisika dan kimia yang berlansung selama jutaan tannun , Oleh karena , batubara
termasuk dalam kategori bahan bakar fosil . Adapun proses mengubah tumbuhan
menjadi batubara disebut dengan pembatubaraan . Faktor tumbuhan purba yang
jenisnya berbeda- beda sesuai dengan zamaan geologi dan lokasi gtempat tumbuh
dan berkembnagnya , ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi)
tumbuhan , pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi
yang berlansung kemudian , akan menyebabkan terbentunya batuan yang jenisnya
bermacam – macam . Oleh karena itu , karakteristik batubaraberbeda- beda sesuai
dengan lapangan batubara (coal fiel) dan lapisan batubara (coal sean
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih
keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau
antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit .
Cellulosa (zat organik) yang merupakan zat pembentuk batubara. Unsur C dalam
lignit sedikit dibanding bitumine. Semakin banyak unsur C lignit maka semakin baik
mutunya. Unsur H dalam lignit lebih banyak dibandingkan pada bitumine. Semakin
banyak unsur H lignit makin kurang baik mutunya. Senyawa CH4 (gas metan) dalam
lignit lebih sedikit dibandingkan dalam bitumine. Semakin banyak CH4 lignit semakin
baik kualitasnya .
PENDAHULUAN
A. Penjabaran Batubara
Secara umum, setelah sisa tanaman tersebut terkumpul dalam suatu kondisi
tertentu yang mendukung (banyak air), pembentukan dari peat (gambut) umumnya
terjadi. Dalam hal ini peat tidak dimasukkan sebagai golongan batubara, namun
terbentuknya peat merupakan tahap awal dari terbentuknya batubara. Proses
umunya tipis-tipis, tidak menerus secara lateral, mengandung kadar
sulfur, abu dar. nitrogen yang tinggi.
Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di :jerah
pantai yang tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan liaaik
sangat kecil. Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh
:umbuhan air tawar dan air payau. Batubara ini pada umumnya tipis-tipis
dan secara lateral tidak lebih dari 1 km . Batubara lingkungan ini kaya
akan abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung fosil laut. Di daerah tropis
biasanya terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur tinggi
akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh salinitas bakteri
anaerobis
Pada saat ini, industri serat sintetis yang menggunakan energi dari PLN
(40%) dan dari pembangkit listrik sendiri (60%) namun sebagian besar dari
pembangkit listrik tersebut masih menggunakan BBM. Untuk memenuhi
kebutuhan 15 perusahaan serat sintetis anggota APSyFI (Asosiasi Produsen Serat
Sintetis Indonesia) diperlukan 225.000 kilo liter solar dan 800.000 kilo liter
minyak diesel per tahun.
Total nilai investasi yang telah ditanamkan di sektor industri TPT ini
sampai tahun 2004 mencapai Rp 132,36 triliun atau sedikit mengalami kenaikan
dibandingkan tahun 2003 yang mencapai Rp 132,35 triliun. Sementara itu, jumlah
tenaga kerja yang terserap industri TPT (skala menengah dan besar) sampai tahun
2004 mencapai 1.184.079 orang, naik dari tahun 2003 yang mencapai 1.182.871
orang.