Oleh:
Kelompok 1
Taksonomi
Klasifikasi dari tanaman Lidah Buaya :
Divisi : Spermatohyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliflorae
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Spesies : Aloe barbadensis Miller
Aloe vera L.
Deskripsi
Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang
bersifat sukulen, dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman pendek,
mempunyai daun yang bersap-sap melingkar (roset), panjang daun 40-90 cm,
lebar 6-13 cm, dengan ketebalan lebih kurang 2,5 cm di pangkal daun serta bunga
berbentuk lonceng (Furnawanthi, 2007).
Kandungan Kimia
Adapun kandungan kimia yang terdapat pada lidah buaya adalah: Lignin,
Saponin, Komplek Anthraquinone aloin, barbaloin, iso-barbaloin, anthranol, aloe
emodin, anthracene, aloetic acid, ester asam sinamat, asam krisophanat, eteral oil,
resistanol, Vitamin B1, B2, niacinamida, B6, cholin, asam folat, Enzim oksidase,
amilase, katalase, lifase, protease,Mono dan polisakarida, selulosa, glukosa,
mannose, aldopentosa, rhamnosa, kromium, inositol, vitamin A, dan getah kering
lidah buaya (Furwanti L, 2007).
Manfaat Tumbuhan
• Mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi, sehingga memudahkan
peresapan gel ke kulit, Mempunyai kemampuan membersihkan dan
bersifat antiseptik
• Bahan pencuci yang sangat baik Bahan laksatif
• Penghilang rasa sakit
• Mengurangi racun
• Senyawa antibakteri
• Mempunyai kandungan antibiotik
• Bahan penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara normal dan sehat.
• Mengatur proses-proses kimia dalam tubuh
• Menyembuhkan luka dalam dan luar.
• Memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
• Berfungsi untuk memproduksi mucopolisakarida
• Menurunkan kadar gula darah (Jatnika& Saptoningsih, 2009)
1. Sebagai Antiinflamasi
Lidah buaya (Aloe vera L.) tidak memiliki mekanisme tunggal. Lidah
buaya mengandung asam amino seperti phenylalanine dan trytophane
yang memiliki aktifitas anti-inflamasi. Asam salisilat dalam lidah buaya
mencegah biosintesis prostaglandin dari asam arakidonat, karena
penghambatan pelepasan mediator, seperti histamin dan serotonin, aloe
vera dapat menghambatan pembentukan siklooksigenase (Devaraj A,
2011).
2. Sebagai Laksatif
Lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki efek sebagai pencahar lebih kuat
dibanding Cascara sagrada, Cassia sena, Rheum officinale (akar
kelembak) dan Cassia alata (ketepeng kebo). Terjadinya efek laksan ini
diakibatkan oleh adanya pelepasan elektrolit dan air ke dalam lumen dari
usus yang menghambat terjadinya reabsorbsi dalam colon sehingga
adanya pertambahan volume dalam usus akan memacu terjadinya
peristaltik (Jatnika& Saptoningsih, 2009).
3. Sebagai antibakteri
Lidah buaya (Aloe vera L.) mengandung senyawa fenol memiliki aktivitas
antibakteri dengan berinteraksi dengan sel bakteri, melalui proses adsorpsi
yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada konsentrasi rendah, terbentuk
kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami
peruraian kemudian fenol bekerja dengan mencegah biosintesis
prostaglandin dari asam arakidonat (Arianti K, 2012).
Pada konsentrasi tinggi dia dapat berkoagulasi dengan protein
seluler dan membran sitoplasma melalui lisis, saat lapisan fosfolipid di
sekeliling dalam kondisi sangat tipis sehingga fenol dapat berpentrasi
dengan mudah dan merusak isi sel (Arianti K, 2012).
Taksonomi
Adapun Sistematika tumbuhan dari jeringau adalah:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocoiyledonae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Genus : Acorus
Spesies : Acorus calamus L.
Deskripsi
Jeringau merupakan herba menahun dengan tinggi sekitar 75 cm.
Tumbuhan ini biasa hidup di tempat yang lembab, seperti rawa dan air pada
semua ketinggian tempat. Batang basah, pendek, membentuk rimpang, dan
berwarna putih kotor. Daunnya tunggal, bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata,
panjang 60 cm, lebar sekitar 5 cm, dan warna hijau. Bunga majemuk bentuk
bonggol, ujung meruncing, panjang 20–25 cm terletak di ketiak daun dan
berwarna putih. Perbanyakan dengan setek batang, rimpang, atau dengan tunas-
tunas yang muncul dari buku–buku rimpang. Jeringau mempunyai akar berbentuk
serabut (Kardinan, 2004).
Kandungan kimia
Acorus calamus L. mengandung saponin dan flavonoid, dan juga mengandung
minyak atsiri antara lain mengandung eugenol, asaron (alfa dan beta asaron),
kalameon, kalamediol, isokalamediol, preisokalmendiol, akorenin, akonin,
akoragermarkon, akolamonin, isoakolamin, siobunin, isosiobunin, dan
episiobunin (Kardinan, 2004).
Manfaat Tanaman
Tanaman Acorus calamus L. banyak digunakan sebagai obat sakit perut dan
penyakit kulit. Rimpang jeringau berkhasiat sebagai karminatif, spasmolitik dan
diaforetik yang bermanfaat untuk obat penenang, radang lambung, pencernaan,
obat limpa, menghilangkan sakit, menambah nafsu makan, tonik, meredakan
radang, melegakan hidung tersumbat dan bahan antiseptik. Selain itu Jeringau
juga dapat memberikan efek relaksasi pada otot dan efek sedatif (penenang)
terhadap system saraf pusat (Kapadia GJ et al, 1978).
Arianti, K. (2012). Daya hambat ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis
Miller) Terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC
25923 DAN Escherichia coli ATCC 25922. Jurnal Biologi XVI (1) : 1 –
4
Aveonita, A. (2015). Effect Of Aloe Vera In Lowering Blood Glucose Levels On
Diabetes Melitus. J majority (4) : 2
Devaraj, A. (2011). Evaluation Of Anti-inflammatory Activity And Analgesic
Effect Of Aloe Vera Extract In Rats. Thirunethiran karpagan et al. IRJP
2 (3): 103-110
Furnawanti L., (2007). Khasiat dan manfaat lidah buaya si tanaman ajaib. Edisi
8. Jakarta selatan: PT. Agro Media Pustaka. Halaman. 1-11.
Jatnika, A & Saptoningsih. (2009). 1001 Obat Herbal, Cetakan. 1. Jakarta: Agro
Media Pustaka.
Kapadia GJ et al. Carcinogenicity Of Camellia Sinensis (tea) and some tannin -
containing folk medicinal herbs administered subcutaneously in rats.
JNat! Cancer Inst 1976; 57:207-209.
Kapadia GJ et al.Carcinogenicity of some folkmedicinal herbs in rats. JNatl
Cancer Inst1978;60: 683-686.
Kardinan, A. (2004). Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Paul BD et al. Isolation of myricadiol, myricitrin, taraxerol and taraxerone from
Myrica cerifera L.root bark. JPharm Sci1974; 63: 958-959.
Rismunandar. (1988). Rempah-Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru.