Anda di halaman 1dari 3

Islam dan Konflik Kemanusiaan1

Oleh: Asep Muhsin, M.Ud.

Akhir-akhir ini Myanmar kembali menjadi sorotan dunia karena konflik berkepanjangan
yang tidak ada ujungnya. Kebiadaban militer terhadap etnis Rohingya sudah dianggap melebihi
batas kemanusiaan. Ribuan orang dibakar berikut tempat tinggalnya dihanguskan tak tersisa,
ribuan orang dibiarkan kelaparan, dan kewargaan negaranya pun tidak diakui. Keadaan yang
memilukan ini menyebabkan ribuan daru etnis ini terpaksa mengusngi ke Bangladesh dan
Negara sekitarnya.
Konflik dan permasalahan kemanusiaan merupakan problematika regional, nasional bahkan
internasional. Di belahan dunia manapun sorotan kemanusiaan selalu menjadi materi diskursus
hangat di depan podium dan di meja-meja bundar dunia. Krisis dan konflik kemanusiaan yang
menimpa setiap negara umumnya terjadi karena dibuangnya agama/keyakinan dari
masyarakatnya dan manusia memiliki peranan penting sebagai sebab utama (Prima Causa) dari
berbagai konfilik yang terjadi di berbagai belahan dunia termasuk di Negara kita Indonesia.
Konflik antara ras, suku, budaya, politik, sampai kepada konflik Agama.
Dunia telah sepakat bahwa agama adalah tumpuan terakhir sebagai wadah perdamaian
dunia dan negara-negara dari konflik kemanuasiaan. Namun, sungguh disayangkan peran agama
sebagai wadah terdamaiaan manusia dan dunia saat ini dicoreng oleh beberapa oknum palsu
yang tidak menginginkan perdamaian itu tercapai.
Krisis dan konflik kemanusiaan yang melanda saudara-saudara kita di Rohingya telah
membungkam mulut, mata dan hati para pelaku pembunuhan yang keji terhadap penduduk
muslim disana. Apakah agama sudah tidak bisa menjadi wadah perdamaian lagi? Jika
jawabannya tidak bisa, maka wadah keyakinan mana yang dapat dipercaya lagi. Apakah para
pelaku pembantaian dan pembunuhan Muslim di Rohingya itu adalah manusia yang beragama?
Dimanakah hati dan otak mereka ketika membunuh habitat mereka sendiri? Bisakah diterima itu
sebagai bentuk dan tindakan manusia yang punya keyakinan?
Sebagai bagian dari penduduk Asia Tenggara, kita tidak usah jauh menoleh kepada konflik
kemanusiaan di Afrika Tengah, Ethiopia, Palestina, Somalia, Kasmir, Iraq, Suriah, Bosnia,
Slovakia dan negara-negara lain. Cukup hanya melihat realita di belahan Asia sendiri bahwa,

1
Disampaikan pada pengajian Nasyiatul Aisyiyah Ranting Pesantren Amanah Muhammadiyah
Tasikmalaya, Jum’at, 15 September 2017.

1
konflik kemanusiaan yang melanda penduduk Rohingya tidak mendapat solusi dan terlihat
dibiarkan terjadi, bahkan Hukum internasional yang disusun untuk kesepakatan Perdamaiana
Dunia tak ubahnya gajah tanpa tanpa belalai dan taring, tidak dapat meredam konflik
kemanusiaan yang sedang berkecamuk.
Konflik kemanusiaan yang terjadi saat ini diberbagai belahan dunia telah memaksa
manusia-manusia yang mempunyai hati nurani, bergerak dalam komunitas sosial dan solidaritas
kemanusiaan untuk membantu para korban di lokasi rawan konflik. Akan tetapi, konflik terhadap
bumi Burma dan Rohingya terkesan diacuhkan, dibiarkan berkepanjangan. Krisis dan konflik
kemanusiaan disana, seolah-olah dibiarkan untuk ditonton kekejiannya. Anak-anak kecil dan
manusia-manusia yang tidak bersalah dibunuh, di potong, di bantai dengan biadab. Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB)menutup mata dengan jari terbuka. Pasrah tanpa usaha.
Standar ganda perdamaian mulai terkuak. Isu terroris dan makar, menjadi lebih berbahaya
dari pembunuhan dan pembantaian. Konflik yang pecah dibelahan dunia tak dapat lagi
dihentikan. Peperangan dengan alasan (hujjah) agama semakin marak. Ribuan nyawa lenyap
dalam sekejap. Perdamaian yang di usung dewan Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tidak bisa
berbuat banyak.
Melihat kepada fakta yang melanda dunia saat ini, persis seperti yang ditulis Abul Hasan
Ali An-Nadwi dalam bukunya “Kerugian Dunia Karena Kemunduran Islam” pada abad ke-6 dan
ke-7 M, dikatakan sebagai abad yang sangat merosot dalam sejarah kehidupan manusia. Mereka
bersembunyi dalam rumah peribadatan mereka untuk menjauhkan iman dari gangguan konflik
dan penindasan. Akankah dunia ini kembali kepada abad kegelapan tersebut, dimana manusia
hidup dalam konflik kemanusiaan yang berkepanjangan. Hidup dalam tirani penindasan. Hidup
dalam kunkungan dan supremasi negara kuat yang tidak berprikemnusiaan. Lantas, apakah yang
menjadi solusi dari konflik kemanusiaan ini?
Solusi yang dapat menciptakan rasa nyaman, damai dan jauh dari belenggu konflik yang
terus berkepanjangan adalah ajaran Islam. Dengan solusi itu manusia dapat hidup berdampingan
dengan penuh toleransi dan kemajemukan. Tidak membedakan suku, ras, agama, ststus sosial,
jabatan, warna kulit dan sabagianya.
DR. Zakir Naik seorang ulama kontemporer, dalam dalam pidato yang disampaikan
beberapa bulan lalu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dia mengatakan bahwa “Islam
adalah solusi terhadap kemanusiaan, dalam Islam tidak ada satupun pengajaran yang

2
bertentangan dengan kemanusiaan, jika ada yang berfikir itu mustahil, maka itulah pekerjaan
madia” sanggahnya dalam lawatan public lecture ke Indonesia.
Islam adalah agama rahmatan lil ‘ālamin artinya Islam merupakan agama yang membawa
rahmat, perdamaian dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan,
tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Sesuai dengan firman-Nya:
   
 
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
(QS. Al-Anbiyā [21]: 107.
Islam melarang manusia berlaku semena-mena terhadap makhluk Allah, lihat saja sabda
Rasulullah sebagaimana yang terdapat dalam Hadis riwayat al-Imam al-Hakim, “Siapa yang
dengan sewenang-wenang membunuh burung, atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka
Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya”. Burung tersebut mempunyai hak untuk
disembelih dan dimakan, bukan dibunuh dan dilempar. Sungguh begitu indahnya Islam itu
bukan? Dengan hewan saja tidak boleh sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Bayangkan
jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam, maka akan sungguh indah dan
damainya dunia ini. Islam dengan dengan sifat rahmatan lil ’ālamin-nya telah memberikan
solusi untuk konflik kemanusiaan dan perdamaian yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Bahkan dalam Hukum Humaniter Internasional (HHI) Islam bertemu dalam spirit yang sama
yaitu: menjaga martabat manusia dan menghindari konflik atau kerusakan. Wallāhu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai