Anda di halaman 1dari 14

Gangguan Proses Berkemih Terkait

dengan Pembesaran Prostat

oleh :
kelompok E5
Ellen Eunike Selvana W/ 102011416
Martha Simona Putri L/102013096
Putu Prayoga Tantra/102013278
Devina Hendriyana G/102014039
Leonardo Paraso/102014110
Restika Sukur/102014127
Kurnia Datu Kanoena L/102014199
Suhaima Izzatiey Amirah Binti S/102014232

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)

Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11470

Pendahuluan
Hipertrofi prostat benigna merupakan penyakit laki-laki usia lanjut. Pada usia 30
tahun prostat memiliki ukuran sebesar buah kenari (20 cm3), ukurannya akan meningkat
secara gradual sesuai peningkatan umur, dan cenderung menjadi HPB setelah umur lebih dari
60 tahun. Istilah hyperplasia sebenarnya lebih tepat dari pada hipertropi karena pembesaran
prostat merupakan akibat pertumbuhan atau penambahan jumlah sel epitel dan sel stroma
prostat. Hyperplasia dimulai dari zona transisi kelenjar prostat, sehingga menyebabkan
terjadinya gangguan/hambatan keluarnya air kemih. Selain itu juga hipertrofi prostat
menyebabkan disfungsi otot detrussor, trabekula vesika urinaria, dan kegegalan hambatan
terhadap kontraksi vesika urinaria. Sehingga menyebabkan gangguan berkemih. Gangguan
keluarnya air kemih akan menyebabkan komplikasi antara lain infeksi saluran kemih, retensi
air kemih akut, dan nefropati obstruksi.

KASUS
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan sering BAK,
terutama pada malam hari. Setiap setelah selesai BAK, pasien selalu merasa tidak lampias
dan pancaran urinnya lemah. Keluhan ini sudah dirasakan selama 6 bulan terakhir dan dirasa
semakin memberat.

1
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis
penyakit tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan
sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan
fisik dan penunjang. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis)
atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak
memungkinkan untuk diwawancarai.
Anamnesis yang baik akan terdiri dari:
1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit dalam keluarga
6. Riwayat pribadi
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsam dan agama. Keluhan utama adalah keluhan
yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter. Riwayat penyakit sekarang
merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak
sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Riwayat penyakit dahulu bertujuan
untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah
diderita dengan penyakitnya sekarang. Riwayat penyakit keluarga penting untuk mencari
kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi. Riwayat pribadi meliputi
data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan.1

Pemeriksaaan

a. Fisik

Pemeriksaan colok dubur. Memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani,
reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di
dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan ;
konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal), asimetris atau
tidak, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat diraba, sulcus medianus
prostat, adakah krepitasi.

2
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar,
konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan
dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin
berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan
pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara
lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi.

Apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal
dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan
nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi
total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia.
Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab
yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis
atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus.

Pemeriksaan abdomen. Ditemukan vesica urinaria yang terisi penuh dan teraba masa
kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan
supra simfisis.2

b. Penunjang

Laboratorium. Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses


infeksi atau inflamasi pada saluran kamih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam
mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.

Faal ginjal. Diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai
saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan
persarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenik).

PSA (Prostat Spesific Antigen). Merupakan kadar penanda tumor jika dicurigai
adanya keganasan prostat.

Foto polos abdomen. Untuk mencari adanya batu opak disaluran kemih, adanya batu
atau kalikulosa prostat dan kadang kala dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang
penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.

3
Pemeriksaan USG. Dapat dilakukan melalui trans abdominal atau trans abdominal
ultrasonography (TAUS) dan transuretra atau trans uretral ultrasonography (TRUS).
Dari TAUS diharapkan mendapat informasi mengenai perkiraan volume (besar)
prostat, panjang protrusi prostat ke buli-buli atau intra prostatic protrusion (IPP)
mungkin didapatkan kelainan pada buli-buli (massa, batu, atau bekuan darah),
menghitung sisa (residu) urine pasca miksi atau hidronefrosis atau kerusakan ginjal
akibat obstruksi prostat. Pada pemeriksaan TRUS dicari kemungkinan adanya focus
keganasan prostat berupa area hipoekoik dan kemudian sebagai penunjuk (guidance)
dalam melakukan biopsi prostat.

Pancaran urin atau flow rate. Pemeriksaan sederhana untuk mencatat aliran urin,
menentukan kecepatan dan kesempurnaan kandung kemih dalam mengosongkan urin
dan untuk mengevaluasi obstruksi. Penurunan kecepatan aliran menunjukkan adanya
hyperplasia prostat. Dapat dihitung dengan cara sederhana yaitu dengan menghitung
jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik).2

Diagnosa

Gejala pasien BPH Ca Prostat ISK Striktur uretra


60 tahun   +/- +/-
Pria    
BAK tidak
  +/- 
lampias
Nocturia  - - -
Urin lemah   +/- 
Berat badan
-  +/- -
berkurang
Riwayat
- - +/- +
kateterisasi
Demam - - + -

Differential diagnosa
1. Ca Prostat

4
Kanker prostat adalah keganasan pada laki-laki yang paling sering kedua di Amerika
Serikat dan kanker penyebab kematian paling sering ketiga setelah kanker paru dan
kolorektal pada laki-laki yang berusia di atas 55 tahun. Jarang pada orang Asia, lebih
sering pada orang kulit hitam daripada orang kulit putih ( keturunan Afrika-Amerika).
Penyebab kanker prostat tidak diketahui.

Manifestasi klinik
Gejala awal tidak muncul atau tidak spesifik pada perjalanan penyakit, dan pria
dengan penyakit yang sudah lanjut dapat juga tanpa gejala. Gejala yang paling sering
adalah disuria, kesulitan dalam menahan kemih, sering berkemih, retensio urine, nyeri
pinggang, dan hematuria; dengan obstruksi yang meningkat, pada pasien dapat timbul
uremia.3

2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah


ISK adalah istilah umum yang menunjukan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam
urin. Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria) : bakteriuria bermakna menunjukkan
pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony forming unit (cfu/ml)
pada biakan urin.
Pada umumnya ISK disebabkan mkroorganisme (MO) tunggal :
 Escherichia coli merupakkan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan
infeksi simtomatis naupun asimtomatis.
 Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK anak
laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp, dan Stafilokokus dengan koagulase
negatif.
 Infeksi yang disebabkan Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus
jarang dijumpai, kecuali pasca kateterisasi.

Manifestasi klinik

ISK bawah (sistitis). Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria,
nokuria, disuria, dan stranguria.4
3. Striktur uretra
Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya
jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam
berkemih, mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat

5
mengalirkan urin keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat
menyebabkan banyak komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.

Manifestasi klinik
Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan
bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria,
inkontinensia, urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak,
infiltrat, abses dan fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urin.5

Working diagnosa
Hypertrophy Prostat Benigna (BPH) merupakan kelainan histologis yang khas
ditandai dengan proliferasi sel prostat. Akumulasi sel-sel dan pembesaran kelenjar
merupakan hasil dari proliferasi sel epitel dan stroma prostat. HPB adalah bagian dari proses
umur yang normal pada laki-laki dan secara hormonal tergantung dari produksi hormone
testosterone dan dehidrotestosteron (DHT). Diperkirakan 50% laki-laki menunjukkan
histopatologi BPH pada umur 60 tahun, dan jumlahnya meningkat menjadi 90% pada umur
80 tahun. Istilah lain dari HPB adalah pembesaran/partumbuhan kelenjar prostat yang
menyebabkan sumbatan pada auretra, dan menyebabkan terjadinya gejala pada traktus
urinarius bawah (lower urinary tract symptom –LUTS), infeksi saluran kemih (ISK),
hematuria, atau membahayakan fungsi traktus urinarius bagian atas. HPB juga didefinisikan
sebagai pertumbuhan histologik kelenjar prostat jinak (non malignan). Dengan demikian
secara umum istilah HPB digunakan apabila terdapat indikasi pembesaran prostat atau
seseorang yang mempunyai gejala gangguan berkemih yang diyakini karena adanya
sumbatan kelenjar prostat pada kandung kemih.

Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyabab terjadinya hiperplasia
prostat. Tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya
dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah teori
testosterone, adanya ketidakseimbangan antara esterogen dan testosteron, interaksi antara sel
stroma dan sel epitel prostat, berkurangnya kematian sel (apoptosis), dan teori stem sel.2

a. Teori dihidrotestosteron

6
DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel-sel
kelenjar prostat. Dibentuk dari testosterone di dalam sel prostat oleh enzim 5α-
reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah berikatan dengan
reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya
terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan prostat.
b. Ketidakseimbangan antara esterogen dan testosterone
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun sedangkan kadar
esterogen relatif tetap, sehingga perbandingan antara esterogen di dalam prostat
berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara
meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen,
meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel
prostat (apoptosis). Hal ini mengakibatkan bahwa walaupun rangsangan terbentuknya
sel-sel baru akibat rangsangan tetstosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah
ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.
c. Interaksi stroma epitel
Cuncha (1973) membuktikkan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel
prostat secara tidak langsung di control oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator
(growth factor) tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan
estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta
mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin. Stimulasi ini menyababkan terjadinya
proliferasi sel-sel epitel maupun sel stroma.
d. Berkurangnya kematian sel prostat
Program kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi
kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis
akan difagositosis oleh sel-sel di sekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim
lisosom. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis
menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga
menyebabkan pertambahan massa prostat.
e. Teori stem sel
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel
baru. Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada
7
keberadaan hormone androgen, sehingga jika hormone ini kadarnya menurun seperti
pada kastrasi (pengangkatan organ reproduksi pria atau wanita), menyebabkan
terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai
ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel
stroma maupun sel epitel.

Epidemiologi
BPH merupakan masalah umum yang mempengaruhi kualitas hidup di sekitar
sepertiga pria yang lebih tua dari 50 tahun. BPH sangat jelas terjadi secara histologi hingga
90% pria dengan usia 85 tahun. Sebanyak 14 juta pria di Amerika Serikat memiliki gejala
BPH. Seluruh dunia, sekitar 30 juta pria memiliki gejala yang berhubungan dengan BPH.
Prevalensi BPH pada orang kulit putih dan Afrika-Amerika mirip. Namun, BPH cenderung
lebih parah dan progresif di Afrika-Amerika. Mungkin karena tingkat testosteron tinggi,
aktivitas 5-alpha-reductase, ekspresi reseptor androgen dan aktivitas faktor pertumbuhan pada
populasi ini. Aktivitas meningkat menyebabkan tingkat peningkatan hiperplasia prostat dan
pembesaran prostat.6

Patofisiologi

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada traktus
urinarius juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran
prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta m. detrusor
hipertrofi dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan m.
detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah
dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala adalah:

 Penurunan kekuatan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal
dan menetap dari BPH.
 Hesitancy terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
melawan resistensi uretra.
 Intermittency terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai
akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena
jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.

8
 Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap
miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
 Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
 Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan detrusor
sehingga terjadi kontraksi involunter.

Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin
keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli
mencapai compliance maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan
sfingter.

Manifestasi klinis
Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritan. Gejala dan tanda obstruksi
saluran kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi (hesitancy), miksi
terputus (intermittency), menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah, dan rasa
belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan hipersensivitas otot detrusor berarti
bertambahnya frekuensi miksi, sering miksi waktu malam hari (nokturia), miksi sulit ditahan
(urgency), nyeri saat miksi (disuria).7

Penatalaksanaan

1. Observasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasihat yang
diberikan ialah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia,
menghindari obat-obat dekongestan (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan
tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap tiga bulan
lakukan kontrol keluhan (sistem skor), residu urin, dan pemeriksaan colok dubur.

2. Terapi medikamentosa
 Antagonis adrenergik α
Obat-obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin,
afluzosin atau yang lebih selektif yaitu tamsulosin. Dosis dimulai 1 mg/hari
sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2 – 0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis a-
1-adrenergik karena secara selektif mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa

9
merusak kontraktilitas detrusor. Obat ini menghambat reseptor-reseptor yang
banyak ditemukan pada otot polos di trigonum, leher vesika, prostat dan
kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah prostat. Hal ini akan
menurunkan tekanan pada urethra pars prostatika sehingga gangguan aliran air
seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan
berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah ia mulai memakai
obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing-pusing (dizzi-
ness), capek, sumbatan hidung, dan rasa lemah.

 Penghambat enzim 5- a –reduktase


Obat yang dipakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis 1 x 5
mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga
prostat yang membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat
dari pada golongan a-bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang
sangat besar. Efektivitasnya masih diperdebatkan karena baru menunjukkan
perbaikan sedikit dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan pengobatan bila
dimakan terus-menerus. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan
libido, ginekomastia, dan dapat menurunkan nilai PSA.

 Fitoterapi
Penggunaan fitofarmaka masih menjadi perdebatan. Komponen utama dari
obat ini adalah phytosterol, yang dari hasil study invitro diperkirakan memiliki
manfaat sbb: memiliki efek anti inflamasi , antiandrogenik ataupun efek
estrogenic. Memurunkan kadar sexual hormone binding globulin, menhambat
aromatase, lipooksigenase, faktor pertumbuhan yang merangsang proliferasi sel
prostat, alfa adrenoreseptor, 5-alfa reduktase,muscarinic cholinoceptor, reseptor
dihidropiridin atau reseptor viniloid, memperbaiki fungsi detrusor, menetralkan
radikal bebas. Namun study ini masih belum jelas.dari bermacam fitofarmaka,
yang paling banyak digunakan untuk terapi hyperplasia prostat adalah serenoa
repens.
 Terapi kombinasi
Obat yang digunakan adalah penghambat 5 alfa-reduktase. Loper,dkk
(1996) adalah peneliti pertama yang menggunakan terapi kombinasi terazosin

10
dan finasteride, sedangkan studi lain yang dilakukan Roehrbom dkk (2008)
menggunakan kombinasi tamsulosin dengan dutasteride. study membuktikan
bahwa terapi kombinasi lebih superior dibandingkan monoterapi dalam
mencegah progresivitas penyakit berdasarkan criteria IPSS. Terapi kombinasi
ini diindikasikan pada penderita dengan gejala sedang dan berat.
3. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan
komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu:
 Retensio urin berulang
 Hematuria
 Tanda penurunan fungsi ginjal
 Infeksi saluran kemih berulang
 Gagal ginjal
 Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel, hidroureter, dan hidronefrosis
 Urolitiasis.

Intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi Transurethral Resection of the


Prostate (TURP), Transurethral Insision of the Prostate (TUIP), prostatektomi
terbuka, dan prostatektomi dengan laser dengan Nd-YAG atau Ho-YAG. TURP
masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala sedang sampai
berat, volume prostat kurang dari 90 g dan pasien cukup sehat untuk menjalani
operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia
atau retensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang
ialah striktur uretra, ejakulasi retrograd (50-90%), atau impotensi (4-40%). Bila
volume prostat tidak terlalu besar atau ditemukan kontraktur leher vesika atau prostat
fibrotik dapat dilakukan Transurethral Incision of the Prostate (TUIP). Indikasi TUIP
ialah keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat normal/kecil. Karena
pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul
kembali 8-10 tahun kemudian.

Komplikasi

 Apabila vesika urinaria/buli-buli menjadi dekompensasi, akan menjadi retensi urin


sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan

11
timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat
akan terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi.
 Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat vesika/buli-buli tidak mampu lagi
menampung urin sehingga tekanan intra-vesika terus meningkat. Apabila tekanan
vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi
inkontinesia paradoks.
 Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, dan
gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi.
 Pada waktu miksi, penderita harus selalu mengedan sehingga lama-kelamaan
menyebabkan hernia atau hemoroid.
 Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung
kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria.
 Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis.
 Bila terjadi refluks, dapat terjadi pielonefritis.

Pencegahan

Kini telah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi hipertrofi
prostat. Salah satunya adalah suplemen makanan yang kandungan utamanya adalah saw
palmetto. Saw palmetto menghasilkan sejenis minyak yang bersama-sama dengan hormon
androgen dapat menghambat kerja enzim 5-a-reduktase, yang berperan dalam proses
pengubahan hormon testosterone menjadi dehidrotestosteron penyebab BPH. Ada beberapa
suplemen yang penting untuk menjaga prostat,yaitu :
1. Vitamin A, E, dan C merupakan antioksidan yang mencegah pertumbuhan kanker
karena menurut penelitian BPH dapat berkembang menjadi carcinoma prostat.
2. Glukonat dapat membantu melancarkan BAK dan mendukung fungsi ginjal.
3. L-glisin merupakan senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran
rangsangan ke SSP.
4. Zinc bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan produksi sperma.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko masalah prostat, antara lain:
1. Mengurangi makanan kaya lemak hewan.
2. Meningkatkan makanan yang mengandung likopen (tomat).
3. Perbanyak konsumsi serat.
4. Berolahraga secara teratur.

12
5. Pertahankan agar berat badan tubuh ideal.8

Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu
walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki
prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.9

Kesimpulan
Benign Prostatic Hyperplasia ( BPH ) merupakan pertumbuhan berlebihan dari sel-sel
prostat yang tidak ganas dan biasa menyerang pria diatas 50 tahun. Penyebab BPH tidak
diketahui, tetapi mungkin akibat adanya perubahan kadar hormon yang terjadi karena proses
penuaan. Gejala dan tanda obstruksi saluran kemih berarti penderita harus menunggu pada
permulaan miksi (hesitancy), miksi terputus (intermittency), menetes pada akhir miksi,
pancaran miksi menjadi lemah, dan rasa belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan
hipersensivitas otot detrusor berarti bertambahnya frekuensi miksi, sering miksi waktu malam
hari (nokturia), miksi sulit ditahan (urgency), nyeri saat miksi (disuria). Penatalaksanaan BPH
berupa watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah konvensional, terapi minimal invasif,
dan farmakoterapi. Prognosis BPH tidak dapat diprediksi, tetapi dapat dikatakan buruk jika
tidak segera ditangani karena dapat berkembang menjadi kanker prostat yang bersifat
mematikan. Upaya pencegahan BPH adalah dengan menjalankan pola hidup sehat.

Daftar pustaka
1. Aeronson PI, Ward JPT. At a glance system urogenitalis: Anamnesis dan pemeriksaan
fisik urogenitalis. Ed. 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010. hal.68.
2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Ed.
3, jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2000. hal. 332.
3. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi : konsep klinis dan proses-proses penyakit. Ed. 6,
Vol. 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. hal. 1323.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S, Setiati S. Ilmu penyakit dalam UI.
Ed. 5, jilid 2. Jakarta: Interna publishing, 2009. hal. 1008-09; 1012.
5. Gilbert, Scott M. Urethral Stricture. 2004. Diakses 22 Oktober 2012, di
http://www.medlineplus.com/medicalencyclopedia.html
6. Purnomo B. Urologi klinik. Ed. 2. Jakarta : CV Sagung seto. 2005. hal. 175.

13
7. Sjamsuhidajat R, Jong W D. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2005. hal. 783.
8. Martono H. BPH : Buku ajar geriatric. Ed. 3. Jakarta : FKUI. 2004. hal. 411.
9. Arasy. BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT (BPH). 2009. Diakses 22 Oktober 2012,
di http://arasykasumo.blogspot.com/2009/05/benigna-hipertropi-prostat-bph.html

14

Anda mungkin juga menyukai