Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama ini banyak sekali berbagai macam penyimpangan atau pelanggaran yang
dilakukan oleh profesional konstruksi sehingga banyak merugikan konsumen. Mulai
dari kolusi, penipuan serta mutu produk konstruksi yang tidak memenuhi standar.
Sebagian besar konsumen merasa tidak puas dengan hasil kinerja para profesional
konstruksi.

Hal ini mendorong beberapa peneliti dan organisasi konstruksi di dunia untuk
melakukan survey. Sehingga dari hasil survey tersebut dibuat beberapa peraturan/ kode
etik untuk mengurangi keluhan ketidak puasan konsumen terhadap hasil produk
konstruksi.

Konstruksi merupakan industri yang hasil produksinya digunakan oleh banyak


orang. Dimana industri konstruksi sangat berhubungan dengan kepuasan dan
keselamatan banyak orang.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai berbagai macam pelanggaran etika
profesi berdasarkan hasil survey yang dilakukan beberapa organ yang dilakukan.

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain :

- Menjelaskan pengertian kode etik dalam bekerja.

- Menjelaskan alasan dibuatnya kode etik profesi dalam industri konstruksi.

1
BAB II

ISI

2.1.Pengertian Konstruksi

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun saranamaupun prasarana.


Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai
bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Walaupun
kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya
konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang
berbeda. Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur
disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang
mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk
menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Dalam melakukan suatu konstruksi biasanya
dilakukan sebuah perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan metode penentuan
besarnya biayayang diperlukan, rancang-bangun, dan efek lain yang akan terjadi saat
pekerjaan konstruksi dilakukan. Sebuah jadwal perencanaan yang baik akan
menentukan suksesnya sebuah pembangunan terkait dengan pendanaan, dampak
lingkungan, keamanan lingkungan konstruksi, ketersediaan material bangunan, logistik,
ketidak-nyamanan publik terkait dengan adanya penundaan pekerjaan konstruksi,
persiapan dokumen dan tender, dan lain sebagainya.

2.2. Etika

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani
ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi
tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:

1. Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.

3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

2
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
member manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita
pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi
kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapatdibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik
dan buruknya prilaku manusia :

1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.

2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai
dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

Etika secara umum dapat dibagi menjadi :

1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia


bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika
dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak
serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di
analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan
teori-teori.

2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang


kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil
keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya
lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun,
penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang
lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi
yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.

3
Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian :

1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.

2. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai anggota umat manusia.

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri
dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.

Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung
maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa
pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap
lingkungan hidup.

Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi
atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling
aktual saat ini adalah sebagai berikut :

1. Sikap terhadap sesama

2. Etika keluarga

3. Etika profesi

4. Etika politik

5. Etika lingkungan

6. Etika idiologi

Sistem Penilaian Etika :

1. Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau
jahat, susila atau tidak susila.

2. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah
mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam
jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi
pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan,
cita-cita,niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.

3. Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3


(tiga) tingkat :

4
a. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa
rencana dalam hati, niat.

b. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.

c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.

Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa Etika Profesi merupakan bidang
etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata hati atau niat
biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari karsa inilah yang
akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4 empat) variabel
yang terjadi :

1. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.

2. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.

3. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.

4. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.

2.3. Profesi

Harus kita ingat dan fahami betul bahwa “Pekerjaan / Profesi” dan “Profesional”
terdapat beberapa perbedaan :

1. Profesi :

a. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.

b. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).

c. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.

d. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.

2. Profesional :

a. Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.

b. Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.

c. Hidup dari situ.

d. Bangga akan pekerjaannya.

5
Ciri- Ciri Profesi

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus


meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan
suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di
atas ratarata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain
pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan
masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan
suatu standar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas
masyarakat yang semakin baik.

Profesi selalu dikaitkan dengan gagasan 'layanan'. Dengan demikian, profesi


telah digambarkan sebagai sekelompok orang terorganisir untuk melayani tubuh khusus
pengetahuan dalam kepentingan masyarakat (Appelbaum & Lawton, 1990: p4).
Demikian pula, Whitbeck (1998: p74) menegaskan bahwa profesi adalah "pekerjaan
yang baik memerlukan studi lanjutan dan penguasaan tubuh khusus pengetahuan dan
melakukan untuk mempromosikan, menjamin atau menjaga beberapa hal yang secara
signifikan mempengaruhi 'kesejahteraan orang lain ". Tanggung jawabnya telah banyak
digambarkan sebagai termasuk kepuasan "kebutuhan sosial sangat diperlukan dan
bermanfaat" (Johnson, 1991: p63- 64); dan tujuan pelayanan kepada publik (Murdock
dan Hughes, 1996, dikutip dalam Fryer, 1997:p31). Seorang profesional beroperasi di
dunia orang-orang dengan siapa mereka bekerja, rekan dan spesialis lain, dan orang-
orang yang mereka layani, seperti klien mereka dan publik (Pressman, 1997: p10) -
hubungan yang telah disebut sebagai "konsensus dan fidusia "(Pressman, (1997).

Profesional tidak dibebaskan dari perilaku etis yang umum - seperti, kewajiban,
tugas dan tanggung jawab - yang mengikat orang-orang biasa (Johnson, 1991:p131) dan
biasanya terikat oleh seperangkat prinsip, sikap atau jenis karakter disposisi yang

6
mengontrol cara profesi dipraktekkan Hal ini telah disebut dan kekhawatiran potensi
masalah menghadapi anggota profesi atau kelompok dan dampaknya terhadap
masyarakat (Johnson, 1991:p132) dengan implikasi bahwa keadilan harus dikaitkan
tidak hanya untuk klien tapi juga rekan-rekan dan publik (Johnson, 1991: p117). Salah
satu aspek penting adalah bahwa konflik kepentingan, didefinisikan sebagai bunga
yang, jika diikuti, bisa tetap profesional dari pertemuan salah satu kewajiban mereka
(Coleman, 1998: P34). Lain adalah profesional yang tepat yang relevan disebut sebagai
"Hak Penolakan nurani" yang merupakan hak karyawan untuk menolak untuk
mengambil bagian dalam tidak etis melakukan ketika dipaksa untuk melakukannya oleh
majikan. Hal ini dapat terjadi dalam pekerjaan atau non-kerja situasi dan mungkin tidak
perlu melibatkan melanggar hukum (Whitbeck (1998: P51).

Penolakan nurani dapat dilakukan dengan baik hanya tidak berpartisipasi dalam
kegiatan yang satu melihat sebagai tidak bermoral, atau mungkin dilakukan dengan
harapan membuat protes publik yang akan menarik perhatian pada situasi yang orang
percaya yang salah (Whitbeck, 1998). Profesi yang berbeda, bagaimanapun, memiliki
reputasi yang berbeda sepanjang etika perilaku yang bersangkutan. Dalam sebuah survei
pendapat terbaru umum, misalnya, arsitek dinilai unggul dalam perilaku etis untuk
pengacara, beberapa dokter dan hampir semua pengusaha, dengan para ulama berada di
peringkat tertinggi Pengacara, tampaknya, diharapkan untuk memprioritaskan
kewajiban mereka untuk klien atas kewajiban mereka kepada publik bahkan jika klien
mereka bersalah melakukan kejahatan, terlepas dari bagaimana keji kejahatan (Johnson,
1991).

2.4. Kode Etik Profesi

Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial,
namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam
kategori norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara,
tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik
agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.
Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

Prinsip- Prinsip Etika Profesi :

1. Tanggung jawab

a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.

b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.

7
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.

3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.

Tujuan Kode Etik Profesi :

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

8. Menentukan baku standarnya sendiri.

Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas


yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan Profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam
berbagai bidang.

Proyek konstruksi telah dikritik karena kurang mencapai dalam hal kepuasan
klien mengenai layanan yang diberikan oleh anggota tim konstruksi.Proyek kurang
menghormati hal ini yang kemungkinan akan menghasilkan kinerja buruk profesional
konstruksi. Federasi survei pada tahun 1997, misalnya, telah menunjukkan bahwa lebih
dari sepertiga klien tidak puas dengan kinerja kontraktor dan konsultan. Selanjutnya,
klien juga tidak puas dengan kinerja arsitek. Oleh karena itu, evaluasi kinerja
pembangunanpada proyek-proyek penting. Ada banyak penelitian tentang konstruksi,
dengan fokus pada aspek yang berbeda dari pengaruh mereka terhadap kinerja proyek.
Ini mencakup evaluasi kinerja kontraktor, menyelidiki kebutuhan klien selama proses
pembangunan, membahas peran arsitek dan mengidentifikasi keterampilan inti untuk
surveyor. Namun, ada kurangnya penelitian membahas isu-isu etika profesi konstruksi.

Etika merupakan masalah penting bagi para profesional Sebuah profesi sebagian besar
melayani kebutuhan publik. Profesi hanya bisa bertahan jika publik masih memiliki

8
keyakinan padanya. Bagi sebuah profesi untuk mendapatkan kepercayaan publik
tergantung pada dua elemen penting, yaitu pengetahuan profesional dan perilaku etis.
Oleh karena itu, biaya ketidaktahuan tentang etika berpotensi sangat tinggi. Selain dari
mempengaruhi pada profesional sendiri, juga dapat memberi dampak yang signifikan
pada kualitas layanan yang disediakan dan juga pada persepsi publik dan citra profesi.
Menurut penelitian yang dilakukan di Hong Kong, kesalahan antara praktisi konstruksi
telah menyebabkan citra industri memberikan standar pekerjaan yang buruk dan
banyaknya malpraktek. Para pelanggar etika konstruksi seperti praktisi dan profesional
telah menyebabkan perhatian pemerintah dan kepedulian. Sebuah tingkat kinerja serta
etika yang tinggi menunjukkan tingkat kinerja yang profesional dan karenanya, tingkat
ketidakpuasan dari klien rendah. Meskipun ada literatur pada kinerja konstruksi dan
ketidakpuasan klien, etika profesional hampir pada tingkat yang rendah.

Partisipasi surveyor di industri konstruksi meliputi keseluruhan proyek siklus sebagai


surveyor kuantitas, surveyor praktek umum dan surveyor bangunan telah spesialisasi
yang berbeda. Meskipun Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) memiliki
Kerajaan Charter status, persepsi masyarakat umum survei profesional yang rendah.
Mereka berpikir surveyor yang menawarkan jenis pelayanan yang sama seperti agen
perumahan dan juga memiliki tingkat yang sama kepercayaan dan profesionalisme
Peraturan RICS Profesional dan Departemen Perlindungan Konsumen telah melaporkan
mereka ditangani dengan sekitar 2.700 kasus kesalahan profesional yang melibatkan
surveyor di Inggris yang tidak pernah mencapai Profesional Melakukan Panel.Namun,
Panel masih harus menyeberang melalui sejumlah besar pelanggaran peraturan,
rekening pelanggaran, keluhan tentang penanganan masalah prosedur dan konflik.

Kurang dari 10% kasus mencapai Disiplin Panel, dan nama-nama yang dilaporkan
dalam Bisnis RICS hanya ujung dari peraturan gunung Steven Gould, Direktur Peraturan
RICS telah menyuarakan keprihatinannya, "RICS harus sangat khawatir bahwa masih
ada beberapa perusahaan survei yang tampaknya tidak memahami dasar-dasar tentang
cara menangani uang klien. Tidak ada niat untuk melakukan hal yang salah tapi pada
saat yang sama, tidak ada pemahaman tentang bagaimana melakukan mereka benar dan
tidak nyata pengakuan bahwa dalam skenario terburuk; tindakan-tindakan tertentu bisa
sangat merusak 'kepentingan' klien. Hal ini semakin menegaskan perlunya penelitian
pada etika profesional surveyor.

Sebagian besar (90%) berlangganan Kode Etik profesional dan banyak (45%) memiliki
Kode Etik Perilaku dalam organisasi yang mempekerjakan mereka, dengan mayoritas
(84%) mempertimbangkan praktik etika yang baik menjadi tujuan organisasi penting.
93% dari responden setuju bahwa "Etika Bisnis" harus didorong atau diatur oleh
"Pribadi Etika", dengan 84% responden menyatakan bahwa keseimbangan dari
keduabpersyaratan klien dan dampak pada masyarakat harus dipertahankan. Tidak ada
responden mengetahui adanya kasus majikan berusaha untuk memaksa mereka
karyawan untuk memulai, atau berpartisipasi dalam, perilaku yang tidak etis. Meskipun

9
demikian, semua responden telah menyaksikan atau mengalami beberapa derajat
perilaku tidak etis, dalam bentuk perilaku tidak adil (81%), kelalaian (67%), konflik
kepentingan (48%), kolusi (44%), penipuan (35%), kerahasiaan dan kepatutan
melanggar (32%), penyuapan (26%) dan pelanggaran etika lingkungan (20%).

Untuk profesi membangun dan merancang, nilai tak terhitung kehidupan manusia
tuntutan tidak kurang dari pertimbangan moral tertinggi dari mereka yang mungkin
resiko sebaliknya (Mason, 1998: p2 Insinyur, arsitek, manajer proyek dan kontraktor,
oleh karena itu, memiliki hak dasar nurani profesional (Martin dan Schinzinger, 1996).
Sebuah aspek penting dari etika dalam industri konstruksi "Etika pribadi" - sering
ditafsirkan oleh para profesional konstruksi sebagai hanya mengobati lain dengan
tingkat yang sama kejujuran bahwa mereka ingin diperlakukan (Badger dan Gay, 1996).
Telah menyarankan, bagaimanapun, bahwa profesional pada umumnya cenderung
percaya bahwa kewajiban mereka untuk klien mereka jauh lebih besar daripada
tanggung jawab mereka kepada orang lain, seperti publik (Johnson, 1991: p28 Ada juga
beberapa kasus di mana kritik telah dibuat mengenai kepatuhan terhadap standar etika,
tidak ada yang lebih dari keracunan asbes skandal yang mempengaruhi banyak pekerja
pada 1960-an (Coleman, 1998:p70)

Hari ini, profesional bangunan mendapatkan integritas dan kehormatan sampai batas
tertentu melalui profesional badan-badan seperti Australian Institute of Building (2001)
yang misinya termasuk yang dari mencerminkan anggotanya '"... cita-cita untuk
pendidikan, standar dan etika...". Ini diwujudkan dalam kode praktek yang
mendefinisikan peran dan tanggung jawab profesional (Harris et al, 1995) dan
merupakan landasan apapun. Meskipun banyak laporan independen dan investigasi
dilakukan dan menegaskan bahwa asbes itu berakibat fatal, penggunaan dalam industri
bangunan tetap sangat tinggi sampai penggunaan itu benar-benar dilarang (Coleman,
1998). Program etika (Calhoun dan Wolitzer, 2001). Tentu saja, kode saja cukup untuk
memastikan perilaku etis dan mereka perlu dilengkapi dengan penugasan tanggung
jawab fungsional (misalnya, etika perwira) dan majikan pelatihan.

Efektivitas ini telah menjadi obyek paling penelitian empiris sampai saat ini, dengan
penekanan khusus pada tender kolusif, yang didefinisikan sebagai "perjanjian ilegal
antara peserta tender yang menghasilkan tawaran yang tampaknya kompetitif,
penetapan harga, distribusi atau pasar skema yang menghindari semangat bebas
kompetisi dan menipu klien "(Zarkada-Fraser, 2000) dan termasuk tawaran-potong
tawaran-belanja, harga tutup, biaya tersembunyi dan komisi dan kompensasi untuk
peserta tender yang gagal (Ray et al, 1999; Zarkada-Fraser dan Skitmore, 2000)
bersama-sama dengan "penarikan" (Zarkada, 1998: p36) di mana sebuah tenderer
menarik tawaran mereka setelah berkonsultasi dengan peserta tender lainnya.

10
2.5.Etika Industri Konstruksi

Dalam hal profesi individu, seringkali diasumsikan bahwa arsitek tidak hanya berbakat
dalam desain dan konstruksi bangunan, tetapi juga etika tertinggi kaliber untuk contoh,
telah ditelusuri kembali ini untuk American Institute of Architects Kode Etik ditetapkan
pada tahun 1947. Kode etik saat ini berkisar pada konsep "umum yang baik adalah
benar "untuk hal-hal tidak didasarkan pada hukum (Pressman, 1997: p52). Demikian
pula, KodePerilaku Profesional, terdiri dari Prinsip, Aturan dan Catatan. Arsitek telah
ditemukan ingin di kali, bagaimanapun, sebuah jajak pendapat baru-baru ini tentang
etika dalam arsitektur dilakukan oleh majalah Arsitektur Progresif, 1987 mengutip jenis
utama dari perilaku yang tidak etis dalam arsitektur menjadi:

· Menyembunyikan kesalahan konstruksi dan mencuri orang lain menggambar


· Melebih-lebihkan pengalaman dan prestasi akademik di resume dan aplikasi
untuk komisi
· Pengisian klien untuk bekerja tidak dilakukan, biaya tidak dikeluarkan atau
berlebihan
· janji-janji palsu kemajuan seperti yang dilakukan oleh beberapa arsitek
· menyesatkan klien dalam manajemen proyek
· Keterlibatan dalam konflik kepentingan

Untuk manajer proyek, salah satu elemen penting dari profesi mereka adalah
pertimbangan etika dan tanggung jawab sosial (Fryer, 1997: p13). Harus ada ada konflik
antara moralitas dan manajemen yang baik "... Itupenting bahwa manajer proyek
melakukan pekerjaan mereka secara etis ...". Ini dari Pembukaan Kode Etik bagi
Manajer Proyek (Walker, 1989), menegaskan lingkup kode etik yang tepat diperlukan
oleh manajer proyek. Kontraktor konstruksi juga diharapkan untuk berperilaku secara
etis. Sebuah terakhir wawancara survei profesional konstruksi menunjukkan peran
penting etika melakukan bermain di kontraktor konstruksi (Badger dan Gay, 1996),
suatu mengejutkan Bahkan mengingat bahwa orang yang bekerja di industri konstruksi
dua kali lebih mungkin mempertahankan cedera utama dan lima kali lebih mungkin
untuk dibunuh, daripada rata-rata untuk semua industri (Davis, 2001). Menjadi jujur dan
realistis juga dikatakan sebagai dasar aspek integritas profesional, terutama ketika
membuat klaim dan estimasi (Johnson, 1991: p114).

Berbeda dengan arsitek, bagaimanapun, kontraktor konstruksi memiliki reputasi


perilaku tidak etis, masalah utama yang, menurut sebuah jajak pendapat yang dilakukan
oleh jurnal Penelitian Bangunan dan Informasi(Pilvang dan Sutherland, 1998), tinggi
tingkat perselisihan antara pemilik dan pembangun. Mereka umumnya miskin perilaku
telah dikatakan berasal dari masuknya perusahaan konstruksi baru dengan baru orang
yang tidak memiliki etika bangunan konstruksi, dengan keserakahan menjadi salah satu
utama faktor yang menyebabkan perilaku yang tidak etis (Ritchey, 1990 Sebagai
tanggapan, telah ada panggilan dari masyarakat kontraktor sendiri

11
untuk"menyingkirkanorang-orang dalam tengah-tengah kitayang tidak melakukan hal
yang benar "(Master Builder, 1997: P25). Ada juga pindah ke yang lebih besar swa-
regulasi. Queensland Pembangun Guru, misalnya, dimulai drive untuk lisensi semua
pembangun untuk memberikan beberapa jaminan integritas mereka. Demikian pula
Inggris kontraktor telah memperkenalkan konsumen didorong inisiatif yang disebut
"Mark Kualitas 'dengan tujuan membedakan antara 'Nakal' pembangun dan organisasi
terkemuka, seperti ditunjukkan dalam The Majalah dariFederation of Master
BuildersBiro Bisnis dan EkonomiPenelitian telah menggambarkan sebuah inisiatif
serupa di Amerika Serikat, untuk mengekang perilaku tidak etis oleh kontraktor, yang
disebut JenderalAsosiasi Kontraktor / AmerikaAsosiasi subkontraktor (AGC /
ASA) yang bertujuan untuk alamat yang berbeda masalah dalam industri konstruksi.

2.6.Kinerja proyek konstruksi

2.5.1. Pengukuran kinerja konstruksi

Indikator kinerja tradisional untuk proyek konstruksi telah waktu, biaya.


Sebuah pengukuran yang lebih baru diperkenalkan keberhasilan proyek adalah tingkat
pencapaian tentang tujuan proyek yang ditetapkan oleh berbagai pihak untuk itu De Wit
(1988) menyatakan, proyek ini dianggap sebagai keberhasilan keseluruhan jika proyek
tersebut memenuhi spesifikasi kinerja teknis dan / atau untuk dilakukan, dan jika ada
tingkat kepuasan yang tinggi tentang hasil antara orang-orang kunci dalam organisasi
induk, kunci orang di tim proyek dan pengguna kunci atau klien dari usaha pembuat
keputusan pada apakah proyek ini sukses adalah klien. Pentingnya klien telah
diidentifikasi dalam beberapa ulasan dan laporan Pada tahun 1981, Roger Flanagon
menyatakan 'partai penting dalam konstruksi industri klien Bangunan adalah tentang
mendapatkan itu tepat bagi klien karena dia adalah hanya orang yang penting di akhir
hari 'Latham (1994) telah menempatkan klien pada 'inti dari proses dan kebutuhan
mereka harus dipenuhi oleh industri Baru-baru ini, Boyd dan Kerr (1998) menyatakan
bahwa 'baru-baru ini doktrin yang 'berfokus pada klien' telah mengangkat peran klien
dalam properti dan konstruksi industri untuk posisi seperti Tuhan. Hal ini dapat, oleh
karena itu, dikatakan bahwa kepuasan klien adalah kriteria yang paling penting bagi
keberhasilan proyek.

2.5.2. Tingkat kinerja konstruksi

Meskipun penting, kinerja industri konstruksi rendah, diukur dalam hal baik tradisional
atau indikator kepuasan klien. Misalnya, survei dilakukan oleh Forum Klien Konstruksi
menemukan bahwa lima puluh delapan persen dari responden mengalami overruns
program pada proyek- proyek mereka dengan panjang keterlambatan rata-rata empat
puluh delapan hari dari titik penyelesaian diantisipasi untuk aktual tanggal

12
menyelesaikan Di depan anggaran, klien secara kritis ketidakmampuan industri untuk
menjaga anggaran kontrak yang disepakati; tiga puluh dua persen dari proyek melebihi
setuju jumlah Akhirnya, lima puluh tujuh persen dari klien mengalami cacat pada
proyek mereka cukup untuk menyebabkan penundaan proyek penyerahan Klien sering
tidak puas dengan pengiriman proyek dan situasi ini telah ada selama bertahun-tahun.
Sebagai contoh, lebih dari 20 tahun yang lalu, direktur managing Slough Perkebunan
menyatakan pandangannya 'bahwa tujuan industri adalah untuk memuaskan kebutuhan
saya tetapi gagal untuk melakukannya. Kritiknya difokuskan pada industri bangunan
kegagalan untuk mengantarkan barang tepat waktu, dan pada harga yang wajar. Sir
Michael Latham (1994) melaporkan menyatakan bahwa "klien tidak selalu
mendapatkan apa yang mereka minta dan tingkat kepuasan klien dalam industri
konstruksi lebih rendah dari industri. Meningkatkan kinerja untuk memuaskan klien
masih fokus dari sejumlah pasca-laporan Latham (misalnya CCF, 1998; CIB, 1996,
1997; Egan, 1998) dan di terakhir Sir John Egan mengungkapkan "keprihatinan yang
mendalam bahwa industri secara keseluruhan bawah mencapai dan mengatakan bahwa'
kebutuhan untuk meningkatkan dalam konstruksi jelas.

2.7. Literatur review atas surveyor

Pengetahuan profesional dan standar etika keduanya karakteristik penting dari


kompeten surveyor Namun, literatur sebelumnya konsentrat pada pembahasan
pengetahuan khusus surveyor. Hal ini juga berbeda dari penelitian pada peserta
konstruksi lainnya, tetapi berfokus lebih pada hubungan antara surveyor dan kinerja
proyek konstruksi. Sebaliknya, berfokus pada 'surveyor' sendiri.

Wilayah utama pertama dari penelitian tentang surveyor membahas peran


surveyor. Dalam 1983, RICS (1983) menerbitkan panduan resmi pertama pada peran
kuantitas surveyor di Inggris. Dokumen ini berisi daftar peran dan tanggung jawab
kuantitas surveyor (QS). Hodgetts (1989) juga telah membahas peran QS Australia.

Sejak itu, RICS telah menerbitkan lebih lanjut tentang peran perubahan surveyor
dalam dua dekade terakhir Mereka telah membahas tantangan perubahan untuk survei
profesional dan mendiskusikan apa yang adalah peran baru dikembangkan untuk
surveyor. Daerah penelitian kedua utama lainnya menyelidiki keterampilan inti dan
kompetensi surveyor. RICS (1985) telah menghasilkan daftar layanan yang tersedia dari
Chartered Surveyor Kuantitas Pada 1990-an, RICS diterbitkan beberapa laporan yang
ditujukan untuk membicarakan persyaratan pasar untuk survei profesi dan juga
menangani keterampilan inti dan pengetahuan yang seharusnya surveyor kuantitas

Keterampilan dan pengetahuan adalah 'praktis' keterampilan, seperti komputasi,


pengukuran dan lain-lain kontrak, yang penting bagi mereka untuk dapat melakukan

13
'tangan-' tugas. Jenis penelitian ini tidak terbatas ke Inggris Nkado dan Kotze (2000)
telah melakukan penelitian serupa di Afrika Selatan.

Ada juga ada kekurangan metode penelitian yang menyelidiki untuk


meningkatkan surveyor ' kualitas dan mempromosikan layanan mereka Ashworth
(1994) telah membahas apa jenis program pendidikan dan pelatihan surveyor kuantitas
mungkin bisa membantu dan meningkatkan kualitas layanan mereka McNamar (1999)
telah membahas bagaimana penelitian dapat menjadi strategi pemasaran untuk layanan
kuantitas survei. Procter dan Rwelamila (1999) telah mempelajari bagaimana untuk
memberikan kualitas layanan untuk surveyor kuantitas di Afrika Selatan.

dan keterampilan teknis surveyor Namun, elemen kunci kedua profesi, yaitu
kode etik, telah diabaikan.

Ada pekerjaan akademis terbatas pada etika untuk memiliki penelitian dilakukan
di daerah ini. Yang pertama mempelajari persepsi standar etika surveyor kuantitas
profesional dan konstituen penting mempengaruhi pembuatan keputusan etis. Namun,
penelitian ini tidak mencerminkan seluruh gambar untuk profesi seperti survei
difokuskan pada mempelajari survei tertentu divisi. Juga, kedua makalah mempelajari
etika profesional sebagai subjek 'berdiri sendiri' dan mengabaikan hubungannya dengan
masalah lain, seperti kinerja proyek konstruksi.

2.8.Etika profesional dan surveyor

Profesional adalah kelompok terorganisir orang yang telah sistematis dan umum
pengetahuan yang dapat diterapkan untuk berbagai masalah. their Selain itu, mereka
perilaku secara ketat dikontrol oleh kode etik yang didirikan dan dipelihara oleh asosiasi
profesional dan belajar sebagai bagian dari pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi
syarat sebagai seorang profesional. Akhirnya, mereka harus memiliki kepedulian untuk
kepentingan mereka klien dan masyarakat daripada kepentingan pribadi ketika mereka
menawarkan layanan mereka. Etika dalam penggunaan umum berarti filosofi perilaku
manusia dengan penekanan pada pertanyaan moral yang benar dan Etika profesional.
Namun, selalu terikat dengan konsep yang lebih praktis dan harapan dari masyarakat,
kompetensi tanggung jawab, suka dan kesediaan untuk melayani publik RICS juga telah
mendirikan persyaratan yang sama untuk surveyor.

Selain mencapai standar yang diperlukan pelayanan di bidang spesialis mereka,


itu adalah diharapkan anggota akan memahami pentingnya RICS profesional etika dan
bersedia untuk memenuhi standar yang dibutuhkan dari mereka (Salah satu isu-isu inti
untuk RICS etika profesional adalah bahwa 'mengamankan klien' kepentingan '. The
Para Etika Profesional Partai Kerja juga telah menekankan pandangan ini: ia
mengatakan bahwa 'Etika profesional adalah memberikan seseorang terbaik untuk
memastikan bahwa klien kepentingan benar dirawat, tetapi dengan begitu kepentingan

14
umum yang lebih luas juga diakui dan dihormati. RICS mendefinisikan etika sebagai
seperangkat prinsip moral meluas melampaui kode resmi perilaku Ia juga mengatakan
bahwa kesediaan anggota untuk mengikuti prinsip-prinsip ini adalah salah satu kunci
untuk ekspansi profesi Berlatih dan memberikan saran kepada klien secara etis
profesional adalah salah satu alasan utama orang memilih untuk jawaban pada anggota
mengakui badan profesional. Dengan mengikuti kode etika profesional, anggota
menyelesaikan konflik yang tak terelakkan antara kepentingan dari profesional, klien
dan masyarakat pada umumnya Namun, etika bukan teks tetap yang bisa dipelajari
sekali. 'Etis standar' adalah dinamis masalah Tindakan tertentu dapat etis saat ini atau
dalam masyarakat khususnya dan dalam tertentu situasi, tapi mungkin bisa dipandang
secara berbeda oleh orang lain atau di lain waktu. Oleh karena itu, diperlukan untuk
terus meninjau perilaku dalam rangka untuk mengikuti dengan terus-menerus mengubah
standar Selain itu, penilaian pribadi juga diperlukan bila etika dilema menghadapi

Dengan cara yang sama seperti yang dilakukan lembaga-lembaga profesional


lainnya; RICS menyediakan satu set Aturan Perilaku mana semua anggota harus
mengikuti secara ketat. Lembaga ini telah diperbarui Aturan Perilaku secara teratur
untuk tetap sejalan dengan sosial yang berubah lingkungan Dokumen-dokumen
menutupi area standar pribadi dan profesional, melakukan kegiatan profesional dan
professional bisnis rincian praktek, dan kerjasama, konflik kepentingan, profesional
ganti rugi asuransi, aturan account anggota ', belajar seumur hidup dan disiplin
prosedur. Selain itu, pedoman etika lainnya-isu terkait disediakan. masalah meliputi
prosedur penanganan keluhan, mendirikan sebuah perusahaan survei, perlindungan
terhadap pencucian uang, kepemilikan file bisnis, dan pengangkatan sebuah locum
untuk menutupi pekerjaan jika surveyor sedang pergi. Sebagai bagian dari ini, RICS
telah merancang prinsip-prinsip inti sembilan etika, yang merupakan 'Alasan' untuk
Aturan Perilaku. Tujuan dari prinsip-prinsip adalah untuk membantu surveyor di
keraguan tentang bagaimana menangani keadaan yang sulit, atau dalam situasi di mana
ada bahaya bahwa profesionalisme anggota dapat dikompromikan. Ini sembilan prinsip
adalah: bertindak dengan integritas, selalu jujur, terbuka dan transparan dalam urusan
Anda, bertanggung jawab untuk semua tindakan Anda, tahu dan bertindak dalam
keterbatasan Anda, obyektif sepanjang waktu, tidak pernah mendiskriminasikan orang
lain, menetapkan contoh yang baik dan memiliki keberanian untuk membuat berdiri.
Surveyor diharapkan tidak hanya untuk menunjukkan pengetahuan dan pemahaman
tentang prinsip-prinsip ini, tetapi juga memiliki komitmen untuk memenuhi etika
standar dan mempertahankan integritas profesi.

Sembilan prinsip dan kode etik melayani tujuan yang sama yaitu untuk
memberikan layanan profesional untuk memastikan bahwa kepentingan klien terjaga
dan kepentingan umum dianggap.

15
BAB III

PENUTUP

Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku.
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial,
namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam
kategori norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara,
tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ashworth, A. (1994) Education and training of quantity surveyors. Construction


Ashworth, A. (1994) Pendidikan dan pelatihan surveyor kuantitas. Konstruksi

Papers , 37. Papers, 37.

Belassi, W. and Tukel, OI (1996) A new framework for determining critical Belassi, W.
dan Tukel, OI (1996) Sebuah kerangka kerja baru untuk menentukan penting

success/failure factors in projects. International Journal of Project Management ,


keberhasilan / kegagalan faktor dalam proyek. Jurnal Manajemen Proyek,

14(3), 141-151. 14 (3), 141-151.

17

Anda mungkin juga menyukai