BAB II Jadi
BAB II Jadi
LANDASAN TEORI
1. Otak
Otak adalah suatu alat tubuh bagian yang sangat penting bagian dari
saraf pusat karena merupakan pusat pengaturan dari semua alat
tubuh/bagian. Otak terletak didalam rongga tengkorak dan dibungkus oleh
selaput otak yang kuat. Perkembangan otak dimulai dari sebuah tabung
yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal yaitu
otak depan (menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, talamus dan
hipotalamus), otak tengah (tegmentum, krus serebrium, korpus
kuadrigeminus) dan otak belakang (menjadi pons varoli, medula oblongata
dan serebellum). Secara garis besar otak dibagi menjadi bagian tiga bagian
yaitu serebrum (otak besar), batang otak dan serebelum (otak kecil).
Keterangan
1. Lobus frontalis
2. Lobus parietalis
3. Lobus temporalis
4. Lobus temporalis
5. Cerebelum
2
1
3 4
1
2
B. Patologi Stroke.
Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung risiko
stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil) mungkin
merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan
faktor risiko stroke yang lain.
b. Faktor Risiko Terkendali
1) Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko
utama yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri.
Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat hingga
enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan
sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita
hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah di
atas 140—90 tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh karena
dampak hipertensi pada keseluruhan risiko stroke menurun seiring
dengan pertambahan umur, pada orang lanjut usia, faktor-faktor lain
di luar hipertensi berperan lebih besar terhadap risiko stroke. Pada
orang yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke meningkat terus
hingga usia 90, menyamai risiko stroke pada orang yang menderita
hipertensi. Sejumlah penelitian menunjukkan obat-obatan anti
hipertensi dapat mengurangi risiko stroke sebesar 38 persen dan
pengurangan angka kematian karena stroke sebesar 40 persen.
2) Penyakit Jantung
Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit
jantung, terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni
penyakit jantung dengan denyut jantung yang tidak teratur di bilik
kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat kali
lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini
menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara
insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah.
Gumpalangumpalan inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan
menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas 80 tahun,
atrial fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu di
antara empat kasus stroke. Faktor lain dapat terjadi pada
8
a. Stroke Iskemik
Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya dengan
aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis.
Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinik dengan cara:
1) Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan
insufisiensi aliran darah
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya
thrombus atau perdarahan aterom
3) Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas
sebagai emboli
4) Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi
5) Aneurisma yang kemudian dapat robek.
Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia
jaringan otak di bagian distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga
bertindak sebagai iritan yang menyebabkan terjadinya vasospasme
lokal di segmen di mana embolus berada. Gejala kliniknya
bergantung pada pembuluh darah yang tersumbat. Ketika arteri
tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area sistem
saraf pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak
ada perdarahan kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik
sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’ yang tetap viabel untuk suatu
waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik kembali.
Iskemia SSP dapat disertai oleh pembengkakan karena dua
alasan: Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel glia dan
neuron yang rusak; Edema vasogenik yaitu akumulasi cairan
ektraselular akibat perombakan sawar darah-otak.
Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat
beberapa hari setelah stroke mayor, akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan kompresi struktur-struktur di sekitarnya (Smith et al,
2001).
b. Stroke Hemoragic
13
C. Dasar CT Scan
2. Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur
membatasi jumlah sinar X yang sampai ke tubuh pasien serta untuk
meningkatkan kualitas gambaran. Tidak seperti pada pesawat
radiografi konvensional, CT Scan menggunakan dua buah
kolimator. Kolimator pertama diletakkan pada rumah tabung sinar
X yang disebut pre-pasien kolimator. Dan kolimator kedua
diletakkan diantara pasien dan detector yang disebut pre-detektor
kolimator ataupost pasien kolimator.
3. Detektor
Selama eksposi berkas sinar X (foton) menembus pasien
dan mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah
ter-atenuasi kemudian ditangkap oleh detector. Detector memiliki
dua tipe, yaitu detektor solide state dan detektor isian gas.
b. Couch (Meja Pemeriksaan)
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien.
Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini
maka sinar X yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk
menuju ke detector. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat
fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama meja bergerak
kedalam gentry.
4. Komponen Lainnya
a. Display monitor
Agar gambar CT ditampilkan pada monitor CRT dalam bentuk
yang dapat dikenali, data CT digital harus disesuaikan dengan gambar
skala abu-abu. Proses ini dicapai dengan mengubah masing-masing
nomor CT digital dalam matriks menjadi voltase analog. Nilai
18
kecerahan dari gambar skala abu-abu sesuai dengan piksel dan nomor
CT dari data digital yang mereka wakili.
b. Multiplanar reconstruction
Keuntungan lain dari sifat digital citra CT kemampuan untuk
merekonstruksi gambar aksial menjadi bidang bodi koronal, sagital,
atau oblique tanpa radiasi tambahan pada pasien. Rekonstruksi gambar
di berbagai bidang dilakukan dengan memetakan beberapa citra aksial
kontinu, menciptakan volume data. Karena nomor CT dari data gambar
di dalam volume sudah diketahui, gambar penampang dapat dihasilkan
dalam bidang yang diinginkan dengan memilih bidang data tertentu.
teknik postprocessing ini disebut rekonstruksi multiplanar (MPR).
(Ballinger, 2003)
yang diambil dari nama penemu CT Scan kepala pertama kali yaitu
Godfrey Hounsfield (Bontrager, 2010).
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU. Untuk
tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU.
Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU.
Diantara rentang tersebut merupakan jaringan atau substansi lain
dengan nilai berbeda – beda pula tergantung pada tingkat
perlemahannya. Dengan demikian penampakan tulang dalam
monitor menjadi putih dan penampakan udara hitam. Jaringan dan
substansi lain akan dikonversi menjadi warna abu-abu yang
bertingkat yang disebut gray scale. Khusus untuk darah yang
semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi
putih jika diberi media kontras iodine. (Bontrager, 2010)
c. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi pada pemeriksaan CT Scan kepaal adalah sebagai
berikut (Bushong, 2001)
1) Konsultasi radiasi pada pemeriksaan CT Scan benar-benar
tepat dilakukan.
2) Bagian tubuh yang tidak diperiksa dilindungi dengan apron
3) Menggunakan teknis dosis rendah
4) Potongan axial dibuat dengan gantry menyudut 20 derajat
terhadap canthomatal line untuk menghindari penyinaran pada
mata.
25