Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang analisa antara masalah

keperawatan pada Ny. NL dengan Trauma Capitis berdasarkan teori dan

kesenjangan. Trauma Capitis merupakan gangguan traumatik yang menyebabkan

gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan dan tidak

mengganggu jaringan otak. Trauma capitis atau cedera kepala merupakan salah

satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan

serangan besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Masjoer,2011).

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari suatu proses keperawatan,

kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengumpulan data, seperti

riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder

lainnya meliputi, catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur

(Deswani, 2009). Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan

landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan

ketelitian dalam menangani masalah-masalah klien sehingga dapat

menentukan tindakan keperawatan yang tepat. Keberhasilan proses

keperawaan sangat tergantung pada tahap ini (Muttaqin, 2008).

Pengkajian asuhan keperawatan pada Ny. NL dilakukan pada tanggal

27 Maret 2018 pukul 08.00 WITA dengan keluhan utama pasien masuk

rumah sakit dengan keadaan tidak sadar ditandai dengan tingkat kesadaran

somnolen dan GCS E2M4V3. Dalam teori disebutkan bahwa pada kasus

Trauma Capitis akan menimbulkan gejala salah satunya adalah penurunan

84
kesadaran yang mengakibatkan terjadi gangguan suplai darah ke otak. Otak

kita sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai darah.

Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti jaringan

pada bagian tubuh lain, misalnya otak, otak tidak bisa menggunakan

metabolisme anaerobik jika terjadi kekurangan oksigen atau glukosa. Jika

aliaran darah tidak diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki

pada jaringan otak atau infrak dalam hitungan menit. Luasnya infrak

bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan

sirkulasi kolateral ke arah yang disuplai (Joyce and Jane 2014).

Hasil pengkajian pada Ny. NL didapatkan data subjektif : Keluarga

pasien mengatakan bahwa pasien masuk rumah sakit dalam keadaan tidak

sadar. Keluarga pasien mengatakan pasien muntah darah pada saat perjalanan

menuju rumah sakit, darah yang keluar berwarna hitam dan kental, Keluarga

pasien mengatakan ada darah keluar dari telinga dan hidung, Keluarga klien

mengatakan klien tidak bisa diajak berkomunikasi. Data objektifnya : TD :

130/90 mmHg, N : 84x/m, P :14x/m, S : 36.50C dan tingkat kesadaran

somnolen dengan GCS E2M4V3. Tampak memar di daerah pipi kiri,

hematoma pada kedua kelopak mata. Tampak luka lecet pada daerah wajah ,

bahu, jari tangan, kedua lutut dan tumit sebelah kiri. Pemeriksaan penunjang

didapatkan hasil hemoragic intracerebral (basis cranii), hemoragic sinus

maxilaris/spenoidalis kiri , fraktur maxilaris kiri.

85
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia

terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respon dari

seseorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Diagnosis

keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu deskripton atau pengubah dan

fokus diagnosis atau konsep kunci dari diagnosis dengan menggunkan

terminologi NANDA 2015-2017 Edisi ke 10 (Webster, 2009).

Dalam kasus ini diagnosa utama yang diangkat oleh penulis yaitu

Resiko perfusi serebral tidak efektif. Dengan batasan karakteristik terjadi

penurunan kesadaran. Etiologi yang diangkat oleh penulis adalah karena

terjadi cedera kepala diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas.

Diagnosa kedua yang diangkat oleh penulis adalah penurunan kapasitas

adaptif intrakranial. Dengan batasan karakteristik penurunan kesadaran dan

peningkatan tekanan darah. Etiologi karena keluarga pasien mengatakan

bahwa pasien masuk rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Data objektifnya

: TD : 130/90 mmHg, N : 84x/m, P :14x/m, S : 36,50C dan tingkat kesadaran

somnolen dengan GCS E2M4V3. Pemeriksaan penunjang didapatkan hasil

hemoragic intracerebral (Basis cranii), hemoragic sinus maxilaris/spenoidalis

kiri, fraktur maxilaris kiri.

Diagnosa ketiga yang diangkat oleh penulis adalah hipovolemia.

Dengan batasan karakteristik mukosa bibir kering serta ketidakseimbangan

intake dan output. Etiologi karena keluarga pasien mengatakan bahwa pasien

masuk rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Data objektifnya : TD : 130/90

mmHg, N : 84x/m, P :14x/m, S : 36,50C dan tingkat kesadaran somnolen

86
dengan GCS E2M4V3. Pemeriksaan penunjang didapatkan hasil hemoragic

intracerebral (Basis cranii), hemoragic sinus maxilaris/spenoidalis kiri, fraktur

maxilaris kiri.

Diagnosa keempat yang diangkat oleh penulis adalah resiko kerusakan

integritas kulit. Dengan batasan karakteristik tirah baring karena pasien

mengalami penurunan kesadaran. Faktor resiko pasien mengalami penurunan

kesadaran dengan GCS 9 (E2M4V3).

C. Intervensi

Intervensi keperawatan didefinisikan sebagai, berbagai perawatan

berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang dilakukan oleh seorang

perawat untuk meningkatkan hasil klien. Intervensi adalah rencana

keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan

diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi,

NANDA 2015-2017 Edisi ke 10 (Webster, 2009).

Dari sekian banyak rencana tindakan keperawatan dari resiko perfusi

serebral tidak efektif yang mengacu pada Nursing Intervention Classification

dan disesuaikan dengan kondisi pasien, penulis melakukan yaitu, monitor

tanda-tanda vital dengan rasional peningkatan tekanan darah sistemik yang

diikuti dengan penurunan tekanan dara diastolik serta nafas yang tidak teratur

merupakan tanda peningkatan TIK. Monitor tingkat kesadaran pasien dengan

rasional mengetahui perubahan status neurologis pasien. Berikan oksigen

sesuai instruksi dengan rasional untuk mengurangi keadaan hipoksia.

Tinggikan posisi kepala 15-300 dengan rasional mengurangi tekanan arteri

dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral.

87
Dan pastikan klien tetap memakai oksigen selama aktivitas dan tidur dengan

rasional untuk mengurangi keadaan hipoksi.

Dari sekian banyak rencana tindakan keperawatan dari penurunan

kapasitas adaptif intrakranial yang mengacu pada Nursing Intervention

Classification dan disesuaikan dengan kondisi pasien, penulis melakukan

yaitu, monitor tanda-tanda vital dengan rasional peningkatan tekanan darah

sistemik yang diikuti dengan penurunan tekanan dara diastolik serta nafas

yang tidak teratur merupakan tanda peningkatan TIK. Monitor tingkat

kesadaran pasien dengan rasional mengetahui perubahan status neurologis

pasien. Monitor input output cairan dengan rasional untuk mengatur

keseimbangan cairan pasien. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

dengan rasional untuk mengurangi cedera tambahan. Kolaborasi pemberian

diuretic dengan rasional untuk meningkatkan keseimbangan cairan dan

pencegahan komplikasi sebagai hasil dari level cairan yang abnormal atau

tidak diinginkan.

Dari sekian banyak rencana tindakan keperawatan dari hipovolemia

yang mengacu pada Nursing Intervention Classification dan disesuaikan

dengan kondisi pasien, penulis melakukan yaitu, monitor vital sign dengan

rasional untuk mengetahui keadaan secara umum klien, monitor status

dehidrasi dengan rasional untuk menentukan tindakan selanjutnya yang akan

diberikan, monitor status cairan termasuk intake dan output cairan dengan

rasional dapat mengetahui balance cairan klien, dorong pasien untuk

menambah intake oral dengan rasional membantu memperbaiki metabolisme

88
dalam tubuh, dan kolaborasi pemberian cairan IV dengan rasional membantu

memperbaiki metabolisme dalam tubuh.

Dari sekian banyak rencana tindakan keperawatan dari resiko kerusakan

integritas kulit yang mengacu pada Nursing Intervention Classification dan

disesuaikan dengan kondisi pasien, penulis melakukan yaitu, ciptakan

lingkungan yang nyaman dengan rasional dapat meminimalkan resiko infeksi

dengan lingkungan yang bersih dan nyaman, gunakan minyak untuk pelicin

dengan rasional mempermudah dalam melakukan proses massase dan

memperlancar aliran darah, observasi area yang tertekan dengan rasional

untuk menghindari terjadinya iskemia pada jaringan, dan jaga seprei dalam

keadaan bersih dan kering dengan rasional untuk tetap mempertahankan klien

dalam keadaan yang bersih.

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh penulis untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Dermawan, 2012).

Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, adapun implementasi

yang telah dilakukan pada tanggal 28 – 30 Maret 2018 untuk gangguan

perfusi serebral tidak efektif adalah memonitor tanda-tanda vital dengan hasil

TD : 130/90 mmHg, N : 84x/m, P :14x/m, S : 36.50C. Adanya perubahan

tanda vital, misalnya tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem

kardiovaskuler. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada

klien, akan tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau

89
gangguan sistem tubuh terutama pada pasien yang mengalami penurunan

kesadaran akan membutuhkan pengawasan terhadap tanda vital yang lebih

ketat (Miftah, 2014)

Memonitor tingkat kesadaran pasien dengan hasil tingkat kesadaran

somnolen dengan GCS (E2M4V3). Kualitas kesadaran klien merupakan

parameter yang paling mendasar dan penting yang membutuhkan pengkajian.

Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak seperti

halnya pada pasien trauma capitis. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika

otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia), kekurangan aliran darah ke

otak, dan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial karena perdarahan (Eva

Maria, 2013).

Memberikan oksigen sesuai instruksi dengan hasil terpasang nasal

kanul 3 L permenit. Pemberian oksigen (O2) akan meningkatkan kadar

tekanan parsial oksigen dalam saturasi oksigen dalam darah. Pemberian

oksigen (O2) ini salah satu tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya

hipoksia pada pasien (Somantri, 2008).

Tinggikan posisi kepala 15-300 dengan hasil pasien berada dalam posisi

kepala 150. Pemberian posisi head up 15-300 mempunyai manfaat yang besar

yaitu dapat memperbaiki kondisi hemodinamik dengan memfasilitasi

peningkatan aliran darah ke serebral dan memaksimalkan oksigenasi jaringan

serebral (Sunarto, 2015). Menurut Baharuddin (2008) posisi 15-300

mempunyai manfaat yaitu menurunkan TIK memberikan kenyamanan pada

pasien dan memfasilitasi venous drainage dari kepala.

90
Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, adapun implementasi

yang telah dilakukan pada tanggal 28 – 30 Maret 2018 untuk penurunan

adaptif intracranial adalah memonitor input dan output cairan. Memonitor

input dan output cairan merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan

yang masuk kedalam tubuh (Intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar

dari tubuh (output). Tujuan dilakukannya pengukuran intake dan output

cairan adalah untuk menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien.

Kolaborasi pemberian diuretic yaitu manitol 150cc/6jam/drips.

Penurunan tekanan intracranial yang cepat dapat dicapai dengan pemberian

diuretik. Dua macam diuretic yang umum digunakan yaitu osmotic diuretic

manitol dengan Loop diretik furosemide. Terapi hiperosmoler digunakan

untuk terapi pasien dengan edema cerebral dan hipertensi intrakranial.

Larutan ini digunakan untuk terapi hipertensi intrakranial melalui

penambahan volume plasma dengan optimalisasi hematokrit, viskositas

darah, volume darah serebral, dan adanya perbedaan osmolaritas dapat

menarik air dari jaringan otak kedalam pembuluh darah otak sehingga akan

mengurangi volume total otak (Dewi, 2013).

Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, adapun implementasi

yang telah dilakukan pada tanggal 28 – 30 Maret 2018 untuk hipovolemia

adalah memonitor input dan output cairan. Defisit volume cairan terjadi

ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstrasel dalam jumlah yang

proporsional (isotonik) kondisi seperti ini disebut juga hipovolemi. Umumnya

gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler lalu diikuti

dengan perpindahan cairan intrasel menuju intravaskuler sehingga

91
menyebabkan penurunan jumlah cairan ekstrasel. Untuk mengkompensasi

kondisi ini tubuh melakukan pemindahan cairan intrasel. Secara umum defisit

volume cairan disebabkan oleh beberapa hal yaitu kehilangan cairan

abnormal melalui kulit, dan penurunan asupan cairan (Tamsuri, 2012).

Keseimbangan cairan didalam tubuh merupakan salah satu bagian dari

fisiologis homeostatis. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui

makanan, minuman dan cairan IV dan distribusi ke seluruh tubuh.

Keseimbangan cairan berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh

total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan

saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka

akan berpengaruh dengan yang lainnya. (Faqih, 2011)

Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, adapun implementasi

yang telah dilakukan pada tanggal 28 – 30 Maret 2018 untuk resiko

kerusakan integritas kulit adalah menciptakan lingkungan yang nyaman,

melakukan personal hygiene dan mengobservasi area yang tertekan.

Menggunakan lotion, minyak atau bedak dengan hasil setelah diberikan

lotion/minyak ke tubuh pasien, kulit pasien tampak lembab. Penggunaan

minyak/lotion untuk membantu pencegahan dekubitus pada pasien dengan

tirah baring. Minyak/oil tersebut mempunyai fungsi untuk meningkatkan

hidrasi dan elastisitas kulit, juga melindungi kulit terhadap penekanan dan

gesekan sehingga mencegah terjadinya luka (Maria, dkk, 2015).

Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, adapun implementasi

yang telah dilakukan pada tanggal 28 – 30 Maret 2018 untuk resiko jatuh

adalah menyediakan lingkungan yang aman untuk pasien dengan hasil

92
lingkungan sekitar pasien nyaman dan aman. Memasang side rail tempat tidur

dengan hasil setelah dipasang side rail tempat tidur pasien aman dari cedera.

Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih dengan hasil lingkungan

sekitar pasien bersih, aman dan nyaman. Menganjurkan keluarga untuk selalu

menemani pasien dengan hasil keluarga selalu menemani pasien.

Pasien cedera kepala mengalami penurunan kesadaran akan tetapi

pasien masih mampu untuk mendengarkan suara disekitarnya sehingga

penulis berinisiatif untuk mengingatkan pasien ketika shalat 5 waktu telah

tiba dan membisikkan dzikir. Dzikir adalah sebuah aktifitas ibadah dalam

umat Muslim untuk mengingat Allah. Di antaranya dengan menyebut dan

memuji nama Allah, dan zikir adalah satu kewajiban yang tercantum dalam

al-Qur’an. Bacaan zikir yang paling utama adalah kalimat “Laa Ilaaha

Illallaah”, sedangkan doa yang paling utama adalah “Alhamdulillah”.

Bacaan dzikir lainnya “subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah

wallahu akbar”, “subhanallah wa bihamdih”, “laa ilaha illallah wahdahu laa

syarika lah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir”.

Dzikir dapat menenangkan dan menentramkan hati seseorang karena dengan

dzikir seseorang lebih dekat dengan Allah. Terdapat satu ayat dalam Al

Qur’an yang menegaskan, dzikrullah (berdzikir kepada Allah, mengingat

Allah) dapat menentramkan hati. Allah Azza wa Jalla berfirman dalah surat

Ar-Rad ayat 28

َُ ُ‫ٱللَِت ۡطمئِ ُّنَ ۡٱلقُل‬


َ٢٨َ‫وب‬ َ‫ٱلَّذِينََءامنُواَْوت ۡطمئِ ُّنَقُلُوبُ ُهمَ ِبذ ِۡك ِرَ َّه‬
ََّ َ‫ٱللَِأَلَ ِبذ ِۡك ِر‬
Terjemahan:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati-hati mereka menjadi tenteram
dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan
berdzikir (mengingat) kepada Allah-lah hati akan menjadi tenteram.

93
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “maksudnya,

hati akan menjadi baik dan menjadi tenang ketika menuju ke sisi Allah. Hati

menjadi tenang ketika mengingat Allah, dan hati merasa puas ketika merasa

bahwa Allah adalah Pelindung dan Penolongnya”. Nyatalah, hanya dengan

berdzikir mengingat Allah (hati menjadi tenteram), dan sewajarnyalah hati

tidak akan tenteram terhadap sesuatupun kecuali dengan mengingat Allah.

Sebab, sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang lebih lezat dan lebih manis

bagi hati dibandingkan rasa cinta, kedekatan serta pengetahuan yang benar

kepada Penciptanya. Sesuai dengan kadar pengetahuan serta kecintaan

seseorang pada Penciptanya, maka sebesar itu pula kadar dzikir yang akan

dilakukannya. Ini berdasarkan pendapat yang mengatakan, bahwa dzikir

kepada Allah ialah dzikirnya seorang hamba ketika menyebut-nyebut Rabb-

nya dengan bertasbih, bertahlil (membaca Laa ilaaha illallaah), bertakbir dan

dzikir-dzikir lainnya.

Asuhan keperawatan islami adalah Integrasi nilai-nilai Islam yang

bersumber pada Alqur’an dan Hadits, merupakan suatu sistem sehingga

banyak faktor-faktor yang berpengaruh untuk keberhasilan asuhan sehingga

mempengaruhi tujuan akhir dari pemberian asuhan keperawatan Islam. Dalam

pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islam selain perawat melaksanakan profesi

keperawatan yang merupakan manifestasi dari ibadahnya maka asuhan

perawatan islam mempunyai nilai spiritual yang sangat tinggi karena

merupakan sarana da’wah amar ma’ruf nahi munkar (Sigit, 2010).

Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai

dengan fitrah manusia, maka islam menegaskan perlunya istiqomah

94
memantapkan dirinya dengan menegakkan agama islam. Allah SWT

berfirman:

َ‫ُور َوهُدٗ ى‬ ُّ ‫ء َِلما َفِي َٱل‬ٞ َٰٓ ‫َر ِب ُك ۡم َو ِشفا‬


َِ ‫صد‬ َّ ‫َمن‬ َُ َّ‫يَٰٓأيُّها َٱلن‬
ِ ‫ة‬ٞ ‫اس َق ۡد َجآَٰء ۡت ُكم َ ََّم ۡو ِعظ‬
ََََ٥٧َ‫ة َِل ۡل ُم ۡؤ ِمنِين‬ٞ ‫ور ۡحم‬
Terjemahan:
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman.”
(QS:Yunus 57).

Salah satu kelebihan keperawatan islam adalah perihal perspektif islam

dalam mendoakan pasien sebagai kliennya. Dengan mendo’akan pasien,

perawat dapat menjalin hubungan yang baik dengan pasienya. Selain itu,

pasien juga akan merasa dihargai dan diterima keadaannya di mata perawat

serta pasien akan merasa sedikit terhibur hatinya (Amiruddin, 2008). Allah

SWT berfirman:
َٰٓ
ََ‫شهۡ رَ َٱ ۡلحرامَ َوَل َٱ ۡله ۡديَ َوَل َٱ ۡلقلئِد‬ ََّ ‫يَٰٓأيُّها َٱلَّذِينَ َءامنُواْ ََل َت ُ ِحلُّواْ َش َٰٓعئِرَ َٱ‬
َّ ‫للِ َوَل َٱل‬
َ‫ضو ٗن ۚا َوإِذا َحل ۡلت ُ ۡم‬ ۡ ‫َربِ ِه ۡم َو ِر‬ َّ ‫َمن‬ ِ ‫ض ٗٗل‬ۡ ‫َل َءآَٰ ِمين َٱ ۡلب ۡيتَ َٱ ۡلحرامَ َي ۡبتغُون َف‬ َٰٓ ‫و‬
َْْۘ‫ام َأنَتعۡ تد ُوا‬ َِ ‫ان َق ۡو ٍم َأنَصدُّو ُك ۡم َع ِن َٱ ۡلم ۡس ِج َِد َٱ ۡلحر‬ ۚ
ُ َ‫فَٱصۡ طاد ُوَاْ َوََلَ َي ۡج ِرمنَّ ُك ۡم َشن‬
ََّ ‫لل َإِ َّن َٱ‬
َ‫لل‬ َِ ۚ ‫وتعاونُواْ َعلىَٱ ۡلبِ َِر َوَٱلت َّ ۡقوىَ َوَل َتعاونُواْ َعلىَٱ ۡ ِۡل ۡث َِم َوَٱ ۡلعُ ۡدو‬
ََّ ‫ن َوَٱتَّقُوَاْ َٱ‬
َ٢َ‫ب‬ َِ ‫شدِيد َُٱ ۡل ِعقا‬
Terjemahan:
“…Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa,
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan
bertawalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah maha berat siksa-
Nya.” (Q.S. Al-Maa-idah : 2)

Selain mendoakan pasien, seorang perawat muslim juga dianjurkan

memberikan kata-kata semangat kepada pasien seimannya dan tak lupa

keluarganya, supaya tidak berputus asa dengan keadaannya serta selalu

percaya bahwa Allah satu-satunya yang dapat menyembuhkan keadaan

pasien. Apalagi biasanya pasien yang menghadapai penyakit berat dan kronis

95
seringkali pasien diliputi oleh rasa putus asa padahal sudah berobat

sebagaimana mestinya, namun belum juga memperoleh kesembuhan. Sebagai

seorang yang beragama dan beriman,rasa putus asa hendaknya dihindari.

Hal lain yang sepatutnya diketahui oleh seorang muslim adalah tidaklah

Allah menciptakan dan menurunkan suatu penyakit kecuali Allah juga yang

menciptakan penawarnya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah

dalam hadist (HR Bukhari) yaitu:

َ‫ماَأ ْنزلَهللاَُدا ًءَإِ ََّلَأ ْنزلَلهَُ ِشفا ًء‬


Artinya:
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan
penawarnya.” (HR Bukhari)

Imam Muslim ‘merekam’ sebuah hadits dari Jabir bin

‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah ‫ﷺ‬, bahwasannya beliau

bersabda:

ِ ُ ‫َفإِذاَأ‬،‫ِل ُك ِلَداءٍ َدَوا ُء‬


َ‫صيْبَدوا ُءَالد َِّاءَبرأَبِإ ِ ْذ ِنَهللاَِع َّزَوَج َّل‬
Artinya:
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit,
penyakit itu akan sembuh dengan seizin Allah ‘Azza wa Jalla.”

Sungguh besar kekuasaan ALLAH, maha tahu dan maha pemilik bagi

sisi rahasia yang ada di dunia maupun diakhirat, maka hadist diatas telah

menunjukkan bahwa Allah menciptakan malam yang disertai siang dan

begitulah penyakit Allah yang menurunkan penyakit dan Allah pulalah yang

maha menyembuhkan penyakit, namun seiring perkembangan zaman dan

semakin majunya ilmu di bidang kesehatan telah banyak mengubah

perspektif pemikiran masyarakat dan orang-orang bahwa yang dapat

96
menyembuhkan penyakit adalah dokter maupun tenaga kesehatan lain,

sehingga tak sedikit orang-orang sekarang telah banyak menggantungkan

keselamatan dirinya pada tindakan medis dan obat-obatan dan cenderung tak

lagi percaya bahwa Allah la yang maha besar dan maha menyembuhkan kita

dari segala macam penyakit.

E. Evaluasi

Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Namun, evaluasi

dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu

pada proses penilaian, tahapan, dan perbaikan (Deswani, 2009).

Evaluasi untuk diagnosa utama adalah resiko perfusi serebral tidak

efektif pada hari Rabu 28 Maret 2018 pada akhir pengelolaan kasus, dengan

metode SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan keperawatan

yang telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria yang telah

dibuat berdasarkan Nursing Outcomes Classification hasil subjektif keluarga

pasien mengatakan bahwa pasien belum sadar . Objektif pasien tampak tidak

sadar, dan GCS (E2M4V3). Assesment perfusi serebral tidak efektif belum

teratasi karena masih ditemukan indikator ketidakefektifan perfusi serebral.

Planning dilanjutkan monitor tanda-tanda vital, monitor tingkat kesadaran

pasien, berikan oksigen sesuai instruksi, tinggikan posisi kepala 15-300 dan

pastikan klien tetap memakai oksigen. Evaluasi pada hari kedua yaitu Kamis

29 Maret 2018 didapatkan hasil subjektif keluarga pasien mengatakan bahwa

pasien sudah mulai ada respon . Objektif pasien tampak mulai sadar, dan GCS

(E3M5V3). Assesment perfusi serebral tidak efektif tidak terjadi karena masih

ditemukan indikator ketidakefektifan perfusi serebral. Planning dilanjutkan

97
monitor tanda-tanda vital, monitor tingkat kesadaran pasien, berikan oksigen

sesuai instruksi, tinggikan posisi kepala 15-300 dan pastikan klien tetap

memakai oksigen. Evaluasi pada hari ketiga yaitu Jumat 30 Maret 2018

didapatkan hasil subjektif pasien mengeluh berat pada kepala bagian kiri .

Objektif pasien tampak sadar, dan GCS (E3M6V5). Assesment perfusi serebral

tidak efektif tidak terjadi. Planning dipertahankan monitor tanda-tanda vital,

monitor tingkat kesadaran pasien, berikan oksigen sesuai instruksi, tinggikan

posisi kepala 15-300 dan pastikan klien tetap memakai oksigen.

Evaluasi untuk diagnosa kedua adalah penurunan kapasitas adaptif

intrakranial pada hari Rabu 28 Maret 2018 pada akhir pengelolaan kasus,

dengan metode SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan,

kriteria yang telah dibuat berdasarkan Nursing Outcomes Classification hasil

subjektif keluarga pasien mengatakan bahwa pasien belum sadar . Objektif

tingkat kesadaran somnolen dengan GCS 9 (E2M4V3), tekanan darah 120/90

Assesment penurunan kapasitas adaptif intrakranial belum teratasi karena

masih ditemukan indikator penurunan kapasitas adaptif intrakranial. Planning

dilanjutkan monitor vital sign, monitor tingkat kesadaran, monitor input dan

output cairan, batasi gerakan pada kepala leher dan punggung dan kolaborasi

pemberian diuretic. Evaluasi pada hari kedua yaitu Kamis 29 Maret 2018

didapatkan hasil subjektif keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah

mulai sadar . Objektif tingkat kesadaran delirium dengan GCS 11 (E3M5V3)

dan tekanan darah 120/80 mmHg. Assesment penurunan kapasitas adaptif

intrakranial belum teratasi karena masih ditemukan indikator penurunan

98
kapasitas adaptif intrakranial. Planning dilanjutkan monitor vital sign,

monitor tingkat kesadaran, monitor input dan output cairan, batasi gerakan

pada kepala leher dan punggung dan kolaborasi pemberian diuretic. Evaluasi

pada hari ketiga yaitu Jumat 30 Maret 2018 didapatkan hasil subjektif pasien

mengeluh berat kepala bagian kiri . Objektif pasien tampak sadar, tingkat

kesadaran composmentis dengan GCS 14 (E3M6V5) dan tekanan darah

100/70 mmHg. Assesment penurunan kapasitas adaptif intrakranial teratasi.

Planning dipertahankan monitor vital sign, monitor tingkat kesadaran,

monitor input dan output cairan, batasi gerakan pada kepala leher dan

punggung dan kolaborasi pemberian diuretic.

Evaluasi untuk diagnosa ketiga adalah pola nafas tidak efektif pada hari

Rabu 28 Maret 2018 pada akhir pengelolaan kasus, dengan metode SOAP

untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan keperawatan yang telah

dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria yang telah dibuat

berdasarkan Nursing Outcomes Classification hasil subjektif keluarga pasien

mengatakan bahwa pasien belum sadar . Objektif pernafasan 14x/m dan

saturasi oksigen 98%. Assesment pola nafas tidak efektif belum teratasi

karena masih ditemukan indikator pola nafas tidak efektif. Planning

dilanjutkan monitor tanda-tanda vital, monitor respirasi dan status O2,

auskultasi suara napas dan catat adanya suara tambahan, berikan oksigen

sesuai instruksi dan posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

Evaluasi pada hari kedua yaitu Kamis 29 Maret 2018 didapatkan hasil

subjektif keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah mulai ada respon .

Objektif pernafasan 16 x/m dan saturasi oksigen 100%. Assesment pola nafas

99
tidak efektif belum teratasi karena masih ditemukan indikator pola nafas tidak

efektif. Planning dilanjutkan monitor tanda-tanda vital, monitor respirasi dan

status O2, auskultasi suara napas dan catat adanya suara tambahan, berikan

oksigen sesuai instruksi dan posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

Evaluasi pada hari ketiga yaitu Jumat 30 Maret 2018 didapatkan hasil

subjektif pasien mengatakan tidak sesak . Objektif pernafasan 18x/m dan

saturasi oksigen 100%. Assesment pola nafas tidak efektif teratasi. Planning

dipertahankan monitor tanda-tanda vital, monitor respirasi dan status O2,

auskultasi suara napas dan catat adanya suara tambahan, berikan oksigen

sesuai instruksi dan posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

Evaluasi untuk diagnosa keempat adalah resiko infeksi pada hari Rabu

28 Maret 2018 pada akhir pengelolaan kasus, dengan metode SOAP untuk

mengetahui dari ketidakefektifan tindakan keperawatan yang telah dilakukan,

dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria yang telah dibuat berdasarkan

Nursing Outcomes Classification hasil objektif pasien tampak tidak sadar.

Assesment infeksi tidak terjadi karena tidak ditemukan indikator infeksi.

Planning dilanjutkan monitor tanda dan gejala infeksi, bersihkan lingkungan

setelah dipakai, pertahankan tekhnik aseptik, batasi pengunjung bila perlu dan

berika terapi antibiotik bila perlu. Evaluasi pada hari kedua yaitu Kamis 29

Maret 2018 didapatkan hasil objektif tidak ada tanda-tanda infeksi seperti

kemerahan dan pus. Assesment infeksi tidak terjadi karena tidak ditemukan

indikator infeksi. Planning dilanjutkan monitor tanda dan gejala infeksi,

bersihkan lingkungan setelah dipakai, pertahankan tekhnik aseptik, batasi

pengunjung bila perlu dan berika terapi antibiotik bila perlu. Evaluasi pada

100
hari ketiga yaitu Jumat 30 Maret 2018 didapatkan hasil objektif tidak ada

tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan pus. Assesment infeksi tidak terjadi

karena tidak ditemukan indikator infeksi. Planning dipertahankan monitor

tanda dan gejala infeksi, bersihkan lingkungan setelah dipakai, pertahankan

tekhnik aseptik, batasi pengunjung bila perlu dan berika terapi antibiotik bila

perlu.

101

Anda mungkin juga menyukai