Askep Imun
Askep Imun
PEMBAHASAN
A. Pengertian Limfoma Hodgkin
Penyakit Hodgkin adalah kanker dari sistem limfatik yang ditandai oleh
proliferasi keabnormalan histiosit yang disebut Reed-Stenberg sel (Blood
Disorders).
Limfoma Hodgkin yang sebelumnya disebut penyakit Hodgkin adalah kanker
jaringan limfoid, biasanya terjadi di kelenjar limfe dan limpa. penyakit ini
adalah salah satu jenis kanker yang paling sering dijumpai pada dewasa muda,
terutama pria muda.insiden mencapai puncaknya yang kedua dalam dekade
keenam kehidupan. Penyakit Hodgkin merupakan gangguan klonal, yang
berasal dari satu sel abnormal. Populasi sel abnormal tampak diturunkan dari
sel B atau yang lebih jarang, dari sel T atau monosit. Sel-sel neoplastik pada
penyakit Hodgkin disebut sel Red Stenberg. Sel-sel ini terselip di antara
jaringan limfoid normal yang terdapat di organ limfoid.
B. Etiologi
Penyebab dari penyakit limfoma masih belum diketahui dengan pasti. Empat
kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem
kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human B-cell
leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan
toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia). Namun
diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu mempunyai peran dalam
timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma.
C. Patofisiologi
Sel Reed-Stenberg, yang muncul dalam penyakit Hodgkin dan limfoma
lainnya tidak, dipercaya berasal dari garis sel monosit-makrofag. Limfoma
Hodgkin adalah gangguan sel-B ganas yang mempengaruhi sistem
retikuloendotelial dan limfatik. Invasi dapat mempengaruhi organ-organ lain
dan sistem, terutama paru-paru, tulang, sumsum tulang, parenkim hati.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa, genetik, lingkungan, dan faktor
imunologi terlibat dalam pengembangan limfoma Hodgkin. Clustering kasus
dalam keluarga atau kelompok ras mendukung ide predisposisi genetik atau
faktor lingkungan yang umum. Pada kembar identik pasien dengan limfoma
Hodgkin, risiko pengembangan limfoma Hodgkin lebih tinggi dari yang lain.
Subyek dengan gangguan imunodefisiensi yang diperoleh atau bawaan juga
memiliki peningkatan risiko pengembangan limfoma Hodgkin. Temuan dari
beberapa penelitian epidemiologi telah menunjukkan hubungan antara
limfoma Hodgkin dan penyakit virus tertentu. Kasus terkuat sampai saat ini
adalah hubungan untuk virus Epstein-Barr (EBV), di bahwa DNA EBV virus
dapat ditemukan dalam sel HRS. Bayi dan anak usia 0-14 tahun dengan
penyakit Hodgkin memiliki DNA EBV dalam sel HRS mereka lebih sering
daripada orang dewasa muda berusia 15-39 tahun dengan limfoma Hodgkin.
Proliferasi abnormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah
bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi
dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam.
Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan
yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan
tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin
tuberkulosis limfa. Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein,
dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu
normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu.
Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.
MANAJEMEN MEDIS
Operasi
Reseksi keterlibatan splenektomi GI ekstranodal,.
Terapi radiasi
Pengobatan penyinaran Eksternal
Kemoterapi
COP (cyclophoshamide, vinkristin, prednison).
CHOP (cyclophoshamide, doxorubicin, vincristine, prednisone).
BACOP (bleomycin, doxorubicin, cyclophoshamide, vinkristin, prednison).
MACOP-B (metotreksat dengan pertolongan leucovorin, doxorubicin,
cyclophoshamide, vincristine, prednisone, bleomycin).
m-BACOD (bleomycin, doxorubicin, cyclophoshamide, vincristine, bleomycin,
deksametason, metotreksat dengan pertolongan leucovorin).
ProMACE-CytaBOM (cyclophoshamide, doxorubicin, otoposide, prednison, sitarabin,
bleomycin, vincristine, methotrexate dengan pertolongan leucovorin).
Terapi Radiasi
Tujuan dari RT di NHL untuk mengendalikan penyakit dalam batas-batas penyakit
klinis yang jelas dan tidak untuk menyinari daerah sekitarnya. Limfoma tingkat
rendah umumnya sangat responsif terhadap irradiatin, dengan tingkat kontrol lokal
melebihi 90%. Tindak lanjut jangka panjang dari pasien yang dirawat untuk tahap I
dan II tahap limfoma menunjukkan pasien mampu bertahan 10 tahun dan 50%
bebas dari sakit, terutama sekali di antara pasien yang lebih muda. Total irraditasi
yang diberikan sendiri atau dengan kombinasi dengan kemoterapi sebaik irraditasi
tubuh telah digunakan untuk pengobatan pasien pada tahap penyakit ke III dan ke IV
dengan nilai remisi tinggi.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan primer untuk diseminasi NHL. Piliham agent ini
berdasarkan histologi, tahap penyakit dan informasi pasien secara umum sesuai
umur dan status performance.
Asuhan Keperawatan Limfoma Hodgkin
1. Pengkajian
a. Anamnese
1) Usia
banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaituantara 18-35 tahun
dan pada orang diatas 50 tahun
2) Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria
dibandingkanwanita
3) Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang
mengkonsumsimakanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang
terkena paparan UV
4) Pekerjaan
pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi
terkenalimfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan
pertanian. Hal inidisebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut
organik.
b. Pemeriksaan Fisis
Kulit Terdapat pembengkakan getah bening dan tidak sakit
Kenyamanan Nyeri tulang dan sendi
Fungsi respirasi Batuk, bunyi pernapasan wheezing dan dyspoea.
Fungsi kekebalan Meningkatnya kelemahan tubuh terhadap infeksi.
Fungsi gastrointestinal Perit kembung, gelisah anoreksia dan berat
badan menurun Tingkat energi Merasa tidak enak badan
Psikososial Ketakutan terhadap pengaruh yang kuat pada penyakit.
c. Diagnosa keperawatan
No. Diagnosa keperawatan Data subjektif Data objektif
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan membengkaknya
getah bening dan kelemahan kerja kulit. Pasien mengeluh demam
dan keringat dimalam hari. Pembengkakan getah bening.
2. Nyeri berhubungan dengan perkembangan penyakit pada tulang
dan sendi. Pasien mengeluh nyeri tulang, mati rasa dan geli.
Meringis kesakitan, gerak terbatas.
3. Gagguan pola napas berhubungan dengan ketidak efektifan
fungsi paru dan mediastinium Pasien mengeluh sesak napas.
Batuk bunyi napas wheezing.
d. Rencana Tidakan/Intervensi Keperawatan
1. Tujuan : Klien tidak akan mengalami kerusakan integritas kulit
selama dalam perawatan.
Objective: Klien akan meningkatkan fungsi kerja kulit dan tidak
akan mengalami pembengkakan getah bening selama dalam
perawatan.
hasil : Dalam waktu 2 X 24 masalah teratasi dengan kriteria hasil:
tidak demam, tidak berkeringat di malam hari dan pembengkakan
getah bening berkurang.
1. Pengkajian
Kulit: Bengkak tanpa rasa sakit dari nodus limpa
Kenyamanan: Nyeri tulang, nyeri saraf
Fungsi respirasi: Batuk, wheezing, dispnea
Fungsi imunologik: Kelemahan meningkat dari infeksi
Fungsi gastrointestinal: Distensi abdominal dan kegelisahan, kelilangan BB,
anoreksia
Tingkat energy: Malaise
Psikososial: Takut mengenai pengaruh yang dari kesuburan penyakit
Hasil pemeriksaan meliputi splenomegali, hepotomegali dan limfadenopati
Berbagai manifestasi dapat terjadi jika terdapat keterlibatan pulmonary, obstruksi
vena kava superior, keterlibatan hepatic atau tulang, dll.
2. Diagnosa
Kerusakan integritas kulit b.d pembengkakan nodus limpa dan kerusakan
fungsi
DS: mengeluh pruritus dan keringat malam
DO: pembengkakan nodus limpa
Nyeri b.d penyakit pergerakan tulang dan saraf
DS: mengeluh nyeri tulang, nyeri saraf, mati rasa dan perasaan geli
DO: meringis, pergerakan terbatas
3. Intervensi Keperawatan
a) Kerusakan integritas kulit b.d Kerusakan integritas kulit b.d pembengkakan
nodus limpa dan kerusakan fungsi.
Tujuan : pasien akan mempunyai integritas kulit normal
Objective: kulit tetap utuh, tidak ada iritasi atau pruritus
Intervensi :
1. Mandikan pasien dengan air dingin, kompres basah untuk meningkatkan
kenyamanan
2. Pakai lotion calamine, kanji dari tepung jagung, sodium bikarbonat dan
buuhi bedak untuk mengurangi gatal
3. Gunakan tempat tidur ayunan dan selimut tipis dan pakaian untuk
mengurangi tekanan
4. Minyaki kulit dengan baby oil, mandi minyak, pelembab tubuh atau
petroleum untuk kenyamanan
5. Pelihara kenyamana adekuat dan ruangan dingin untuk gatal berkurang
6. Hindari bahan perekat, sabun alkaline dan daerah panas untuk
menghindari iritasi kulit.